PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro) yang dapat
melakukan aktifitas untuk hidup dan tergolong dalam prokaryot seperti bakteri
dan virus, dan eukaryot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam
kehidupan (Nester, et.al., 2009). Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus.
Secara umum, tiap mikroba mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang
berbeda (Waluyo, 2004).
Mikroba berperan sebagai (pengurai) bahan-bahan organik. Namun,
adapun beberapa mikroba yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Penyakit
tanaman dan banyaknya populasi patogen sudah menjadi masalah besar sehingga
saat ini semakin banyak dikembangkan, terutama dalam upaya peningkatan
produksi pangan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup (Ashrafuzzaman, et al.,
2009).
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensial genetik terbaik
yang dimilikinya. Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang
oleh pathogen. Penyakit tumbuhan akan muncul bila terjadi kontak dan terjadi
interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen) (Agrios, 2005). Adanya
perkembangan penyakit didukung dengan interaksi tiga komponen yaitu patogen
yang virulen, tanaman yang rentan dan lingkungan yang mendukung.
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis akan membahas beberapa
contoh mikroba penyebab penyakit pada tanaman beserta mekanisme patogenesis
mikroba penyebab penyakit pada tanaman.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja contoh penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh mikroba?
2. Apa saja gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba?
3. Apa saja contoh bakteri patogen pada tanaman?
4. Apa saja contoh kapang patogen pada tanaman?
5. Apa saja contoh virus penyakit pada tanaman
1
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penyakit Yang Disebabkan Mikroba Pada Tanaman
Penyakit busuk akar dan pangkal batang atau disebut penyakit lapuk akar
dan pangkal batang atau juga disebut penyakit xylaria merupakan penyakit yang
relatif baru di perkebunan tebu Indonesia. Penyakit tersebut pertama ditemukan
pada tahun 1993 di perkebunan tebu PT Gunung Madu Plantation, Provinsi
Lampung (Hersanti dan Sitepu 2005; Sitepu, et.al. 2010). Sampai saat ini penyakit
hanya dilaporkan pada perkebunan tebu di Sumatera (Achadian, et.al. 2012).
Selain di Indonesia, penyakit tersebut juga terdapat di Taiwan, Amerika Serikat,
dan Puerto Rico (Fang dan Lee 2000). Penyakit xylaria yang ada di Lampung
disebabkan oleh Xylaria cf warburgii (Sitepu, et.al. 2010), sama seperti yang di
Taiwan (Fang, et.al. 1986). Namun, di Amerika Serikat dan Puerto Rico penyakit
tersebut sebabkan oleh Xylaria arbuscula.
Gejala awal penyakit ialah daun menguning dan mengering dari ujung
daun (Gambar 1a). Seiring berjalannya waktu, semua daun akan mengering yang
menandakan perakaran dan pangkal batang sudah rusak parah. Pada serangan
berat, rumpun tanaman akan mengering dan mati (Gambar 1b). Tanaman yang
mati mudah dicabut karena akarakarnya juga mati. Akar tanaman sakit tampak
membusuk (busuk kering) dan berwarna hitam (Gambar 1d). Apabila pangkal
batang tebu sakit dibelah maka jaringan pangkal batang tebu terlihat cokelat muda
dan kemerahan, serta terdapat garis berwarna hitam (Gambar 1d) yang merupakan
ciri khas serangan Xylaria.
3
4
Gambar 1. Gejala penyakit xylaria pada tanaman tebu. a, Daun menguning dan mengering dari
ujung daun; b, Rumpun tanaman tebu mati; c, Akar tanaman sakit yang tampak menghitam; dan d,
Penampang membujur pangkal batang tebu sakit dan massa hifa. Ciri khas serangan Xylaria sp.
ditunjukkan dengan tanda panah (Sumber:Maryono, et al., 2017)
Gambar 2. Stroma Xylaria sp. pada tanaman tebu. a, Stroma pada pangkal tanaman tebu sakit; b,
Stroma yang keluar dari tanah di sekitar tanaman sakit; dan c, Stroma yang tumbuh dari sisasisa
tanaman sakit (Sumber:Maryono, et al., 2017).
akan tumbuh stroma yang bercabang banyak, yang awalnya berwarna putih,
namun pada akhirnya berwarna hitam (Gambar 3b). Spora yang didapat dari
stroma berbentuk lonjong dan berwarna hitam (Gambar 3c). Berdasar karakter
morfologi tersebut, cendawan yang didapat adalah Xylaria sp. Secara umum
Xylaria hidup sebagai saprob atau sebagai parasit lemah dan sedikit yang menjadi
patogen (Whalley, 1996), bersimbiosis dengan rayap (Rogers, et.al. 2005; Ju dan
Hsieh 2007), dan sebagai endofit (Ibrahim, et.al. 2014).
Gambar 3. Karakter morfologi Xylaria sp. penyebab busuk akar atau pangkal batang pada
tanaman tebu. a, Biakan cendawan Xylaria sp. pada medium agar-agar dekstrosa kentang; b,
Stroma yang terbentuk pada medium agar-agar miring; dan c, Askospora (perbesaran 100×)
(Sumber:Maryono, et al., 2017).
Gambar 4. A. Tanaman tomat yang sehat. B.Tanaman tomat yang mengalami gejala layu
Fusarium. C. Gejala khas layu Fusarium pada batang tomat yang dipotong secara melintang
(Sumber:Sitepu, et al., 2014)
Gambar 5.Koloni jamur Fusarium sp. pada media PDA (Potato Dextrose Agar) (Sumber:Sitepu,
et al., 2014).
Gambar 6.Sporokodium yang tumbuh pada media dan daun anyelir (Sumber:Sitepu, et al., 2014)
Gambar 8.Bentuk bakteri Xanthomonas campestris(Sumber: Koleksi PPOPT Bandung, 2008 dan
Lozano, 1974 dalam Semangun, 2001)
Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terdapat
pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa
yang rentan. Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun seperti terlihat pada
9
gambar 9 atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak
tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan, selanjutnya seluruh daun menjadi
keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Seringkali bila air irigasi
tinggi, tanaman yang layu terkulai ke permukaan air dan menjadi busuk. Menurut
Machmud (1991), pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini, gejala terus
berkembang hingga seluruh permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah
padi sampai mengering. Pada pagi hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri sering
keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna kuning menempel pada
permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan daun atau
percikan air hujan.
Gambar 9.Daun padi yang terinfeksi bakteri Xanthomonas campestris(Sumber: Machmud, 1991)
Gambar 11.Busuk Lunak pada Tanaman Kubis oleh Bakteri Erwinia Carotovora
(Sumber :http://www.corbisimages.com/stock-photo/rights-managed/42-)
11
waktu 14-90 hari. Resapan air di lahan yang buruk atau lahan yang banyak
genangan airnya akan meningkatkan risiko serangan penyakit ini (Mukarlina,
2010). Fusarium sp. mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya
bersifat parasitoid yaitu organisme yang bergantung pada organism lain serta
didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang rendah sekali.
amur Fusarium sp. memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia.
Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi serta memiliki
permukaan yang kasar berserabut dan bergelombang (Gambar 12).
Serangan awal layu fusarium ditandai dengan busuk di bagian batang yang
dekat dengan permukaan tanah, awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi
pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi
antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut
tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat (Gambar 13). Penyakit
ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu
lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah
terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk
perkembangan penyakit ini (Mukarlina, 2010).
Selanjutnya, kebusukan akan menjalar hingga ke akar. Akibatnya,
tanaman akan layu dan kekeringan di bagian ranting dan pada akhirnya
menyebabkan tanaman rebah (Hamid, 2011).Tanaman yang terserang penyakit ini
ditandai dengan menguningnya daun-daun tua yang diikuti dengan daun muda,
pucatnya tulang-tulang daun bagian atas, terkualainya tangkai daun, dan layunya
tanaman. Batang pun membusuk dan agak berbau amoniak. Jika pangkalnya
dipotong, akan terdapat warna cokelat berbentuk cincin dari berkas pembuluhnya
(Wiryanta, 2002).
13
(A) (B)
Gambar 13. (A) Batang bagian bawah membusuk akibat terserang kapang Fusarium sp.
dan berubah warna menjadi coklat, (B) tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu akibat
kapang Fusarium sp.(sumber:Sumangun,1996)
b. Aspergillus flavus
Aspergillus flavusadalah jamur. Tumbuh dengan memproduksi benang
filamen bercabang seperti yang dikenal sebagai hifa. Sebuah jaringan hifa yang
dikenal sebagaimiselium mengeluarkan enzim yang memecah sumber makanan
yangkompleks. Molekul kecil yang dihasilkan diserap oleh myceilium untuk
bahan bakar pertumbuhan jamur tambahan.Aspergillus flavus merupakan jamur
yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak, misalnya kacang-
kacangan,jagung,cabe,biji kapas dan serelia (Supardi, 1999).
Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan pada makanan. Konidia
grup iniberwarna kuning sampai hijau dan mungkin membentuk skerotia.
(Gambar 14a).Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian atas agak bulat sampai
kolumner, vesikel agak bulat sampaiberbentuk batang pada kepala yang kecil,
sedangkan pada kepala yang besar berbentuk globulosa (Gambar 14b).
(A) (B)
Gambar 14. (A) Jagung terserang Aspergillus flavus (B) Morfologi Aspergillus flavus
(Sumber: Supardi,1999).
14
Gambar 15.Tanaman melon tidak bergejala leaf curl (A) dibandingkan dengan tanaman melon
dengan gejala leaf curl (B) yang diduga terinfeksi Begomovirus (Sumber: Hartono, 2014).
buah seperti pada gambar 16c, tanaman akhirnya kekurangan nutrisi dan mengalai
mati pucuk.
Gambar 16.Gejala penyakit mosaik pada tanaman pepaya di Desa Meuse, Kecamatan
Kutablang,Kabupaten Bireun dan Desa Lambaro Teunom, Kecamatan Lembah Seulawah,
Kabupaten AcehBesar, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. a, mosaik berat pada daun; b, mosaik
pada batang
dan tangkai daun; c, bercak hijau tua pada buah (sumber: Hidayat, 2012).
Gambar 18.Penyakit yang Ditimbulkan Pathogen Jamur (penyakit karat daun (jamur Hemileia
vastatrix B.et Br), penyakit bercak daun cercospora (jamur Cercospora coffeicola B.et Cke.),
penyakit jamur upas (jamur Corticium salmonicolor B.et Br.).
(Sumber :Madigan et al., 2006).
2. Bakteri
Bakteri tidak dapat melakukan infeksi dengan menembus permukaan
jaringan tumbuhan yang utuh. Bakteri dapat masuk ke dalam jaringan tanaman
melalui luka mekanis (Pfeilmeier et al., 2016). Karena adanya tekanan negatif di
dalam pembuluh yang terjadi akibat adanya luka akan mengakibatkan bakteri
terhisap masuk ke dalam pembuluh sehingga terlindung dari faktor lingkungan
yang kurang baik (Pfeilmeier et al., 2016). Luka karena hewan juga dapat menjadi
jalan masuk bagi bakteri. Lubang alami dapat digunakan oleh bakteri untuk
melakukan infeksi. Mulut kulit ataupun hidatoda, khususnya yang terdapat di tepi
daun dapat digunakan sebagai jalan masuk bakteri. Pada waktu udara lembab
hidatoda akan mengeluarkan tetes air gutasi. Jika kelembapan turun maka
penguapan daun akan bertambah sehingga tetes air yang berada di depan hidatoda
akan terhisap masuk dan bila di situ ada spora bakteri yang menempel maka akan
ikut terserap masuk bersama dengan tetes air gutasi tersebut. Infeksi yang terjadi
melalui hidatoda ini sering ditunjukkan dengan gejala awal kerusakan yang
terlihat pada tepi daun (Alfano, 1996).
masuk melalui luka kecil yang tidak menyebabkan matinya sel. Virus tertentu
dapat menginfeksi melalui luka mekanis, sedangkan virus lainnya harus masuk ke
dalam sel inang dengan bantuan jasad tertentu yang disebut vektor (Parija, 2009).
Setelah masuk kedalam jaringan inang virus akan segera melepaskan mantelnya,
sedang intinya akan segera berperan dalam proses infeksi yaitu dengan mengikuti
proses metabolisme dalam tubuh inang. Asam nukleat dari virus akan bergabung
dalam sistem informasi genetik tumbuhan, sehingga tidak hanya mengadakan
replikasi untuk membentuk RNA sendiri tetapi juga menentukan terbentuknya
protein virus (Kara, 2011).
G. Proses Terjadinya Penyakit pada Tanaman oleh Pathogen Mikroba
Penyebaran dan penularan penyakit pada tumbuhan yang infeksius (menular)
ada beberapa rangkaian kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya Ada
dua rangkaian kejadian penting, yaitu siklus hidup patogen dan siklus penyakit
(Purnomo, 2006). Rangkaian kejadian tersebut berperan dalam perkembangan
patogen dan perkembangan penyakit. Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh
sampai menghasilkan alat reproduksi. Sedangkan siklus penyakit meliputi
perubahan-perubahan patogen di dalam tubuh tanaman dan rangkaian perubahan
tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup patogen) di dalamnya
dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan tanaman (Purnomo,
2006). Kejadian penting dalam siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan),
penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan
serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan patogen
(Poerwanto, 2012).
1. Inokulasi atau penularan.
Inokulasi merupakan terjadinya kontak pertama kali antara patogen
dengan tanaman. Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu
yang mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular
(Purnomo, 2006). Dengan demikian inokulum merupakan bagian dari patogen
atau patogen itu sendiri yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.
Inokulum yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman pada jamur,
bakteri, tumbuhan parasitik, dan nematoda yaitu:
21
a) Pada jamur atau cendawan, inokulum dapat berupa miselium, spora, atau
sklerotium.
b) Pada bakteri, mikoplasma, dan virus, inokulumnya berupa individu
bakteri, individu mikoplasma, dan patikel virus itu sendiri.
c) Pada tumbuhan parasitik, inokulum dapat berupa fragmen tumbuhan atau
biji dari tumbuhan parasitik tersebut.
d) Pada nematoda, inokulum dapat berupa telur, larva, atau nematoda
dewasa.
Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari
inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui perantaraan
angin, air, serangga dan sebagainya. Meskipun inokulum yang dihasilkan patogen
banyak sekali tetapi yang dapat mencapai tanaman inang yang sesuai hanya
sedikit sekali. Beberapa tipe inokulum yang terbawa tanah, seperti zoospora dan
nematoda dapat mencapai tanaman inang yang sesuai melalui substansi yang
dikeluarkan oleh akar tanaman (Purnomo, 2006).
Semua patogen memulai melakukan serangan pada tingkat pertumbuhan
vegetatif. Dengan demikian, spora jamur dan biji tumbuhan parasitik harus
berkecambah terlebih dahulu. Untuk melakukan perkecambahan diperlukan suhu
yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk lapisan air pada permukaan tanaman.
Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini harus berlangsung cukup lama sampai
patogen mampu masuk atau melakukan penetrasi ke dalam sel atau jaringan. Jika
hanya berlangsung sebentar maka patogen akan kekeringan dan mati, sehingga
gagal melakukan serangan.
2. Penetrasi.
Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen
ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang. Patogen melakukan penetrasi
dari permukaan tanaman ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui
empat macam cara, yaitu secara langsung menembus permukaan tubuh tanaman,
melalui lubang-lubang alami, melalui luka, dan melalui perantara (pembawa,
vektor) (Poerwanto, 2012). Penetrasi yang dilakukan dengan beberapa cara
ditunjukkan pada (Gambar 3).
22
dari sel-sel atau jaringan tersebut. Selama proses infeksi, patogen akan tumbuh
dan berkembang di dalam jaringan tanaman.
Infeksi yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala
penyakit yang tampak dari luar seperti : menguning, berubah bentuk (malformasi),
atau bercak (nekrotik). Beberapa proses infeksi dapat bersifat laten atau tidak
menimbulkan gejala yang tampak mata, akan tetapi pada saat keadaan lingkungan
lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada tingkat pertumbuhan tanaman
selanjutnya, patogen akan melanjutkan pertumbuhannya, sehingga tanaman
menampakan gejala sakit.
4. Invasi.
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah
terjadi infeksi. Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya melakukan
invasi pada tanaman dimulai sejak proses infeksi dengan cara tumbuh dalam
jaringan tanaman inang, sehingga tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-
selnya atau jaringan juga rusak karenanya. Bakteri, mikoplasma, virus, dan
nematoda melakukan invasi dan menginfeksi jaringan baru di dalam tubuh
tanaman dengan jalan menghasilkan keturunan (individu-individu patogen) dalam
jaringan yang terinfeksi (Adinugroho, 2008). Keturunan patogen ini kemudian
akan terpindah secara pasif ke dalam sel-sel jaringan lain melalui plasmodesmata
(untuk virus), floem (untuk virus, mikoplasma), xilem (untuk beberapa jenis
bakteri) atau dapat pula berpindah secara aktif dengan jalan berenang dalam
lapisan air, seperti nematoda dan beberapa jenis bakteri motil (mempunyai alat
gerak).
Patogen tanaman melakukan perkembangbiakan menggunakan beberapa
cara. Jamur dengan membentuk spora, baik spora seksual maupun spora aseksual
(Semangun, 1994). Tumbuhan parasit melakukan perkembangbiakan
menggunakan biji. Bakteri, dan mikoplasma berkembangbiak dengan membelah
(fisi) sel. Virus melakukan replikasi pada sel-sel tanaman inang, dan nematoda
berkembangbiak dengan bertelur.
5. Penyebaran.
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum
dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif
24
perubahan perkembangan penyakit menjadi lebih cepat atau lebih lambat. Tentu
saja perubahan yang terjadi pada faktor lingkungan tersebut mampu
mempengaruhi tanaman inang, patogen atau kedua-duanya. Perubahan faktor
lingkungan ini mungkin menguntungkan bagi pertumbuhan patogen dan tidak
menguntungkan bagi tanaman inang, sehingga menyebabkan perkembangan
penyakit menjadi lebih cepat. Perubahan faktor lingkungan mungkin juga lebih
menguntungkan tanaman inang dan tidak menguntungkan patogen, sehingga
perkembangan penyakit menjadi lebih lambat (Semangun, 1996).
26
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh mikroba pada tanaman
seperti busuk akar, dan pangkal batang, dan penyakit layu.
2. Gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh mikroba pada tanaman,
beberapa contohnya yaitu layu pada tanaman, akar yang membusuk,
pembengkakan batang dan lainnya.
3. Bakteri pathogen pada tanaman beberapa contohnya yaitu
Xanthomonas campestrisdan Erwinia carotovora
4. Kapang pathogen pada tanaman beberapa contohnya yaituFusarium
sp., dan Aspergillus flavus.
5. Virus pathogen pada tanaman beberapa contohnya yaitu Begomovirus,
Papaya Ringspot Virus (PRSV), Pepper Yellow Leaf Curl Virus
(PYLCV).
6. Penyebaran dan penularan penyakit pada tumbuhan terjadi melalui 5
tahap, yaitu inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh), infeksi
(pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan
lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan pathogen.
B. Saran
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
kesalahan yang ada. Sehingga diharapkan makalah ini dapat berguna untuk
pembelajaran selanjutnya.
26
27
DAFTAR RUJUKAN
Pfeilmeier, S., Caly, D.L., Malone, J.G., 2016. Bacterial pathogenesis of plants:
future challenges from a microbial perspective: Challenges in Bacterial
Molecular Plant Pathology. Molecular Plant Pathology 17, 1298–1313.
Poerwanto. 2012. ManajemenKualitas. Jakarta. PT GramediaPustaka.
Purcifull DE, Edwardson J, Hiebert E,Gonsalves D. 1984. Papaya ringspot virus.
CMI/AAB Description of Plant Viruses,No. 292.
Purnomo, B. 2006. MateriKuliah Dasar-Dasar PerlindunganTanaman. Bengkulu.
Universitas Bengkulu.
Richard, JL & GA Payne. 2003. Mikotoksin Dalam Tanaman, Hewan,Dan
Manusia Systems.Task Angkatan Laporan No 139. Dewan
IlmuPengetahuan dan Teknologi Pertanian
Rogers J, Ju Y-M, Lehmann J. 2005. Some Xylariaon Termite Nests. Mycologia.
97:914–923. DOI: http://dx.doi.org/10.1080/15572536.2006.11832783.|
Diakses pada tanggal 10 April 2019 Pukul 19.00 WIB.
Schlegel, H.G., Zaborosch, C., 1993. General microbiology, 7th ed. ed. New
York, NY, USA.Cambridge University Press, Cambridge.
Semangun, H. 1991. Host Index Of Plants Diseases In Indonesia. Gadjah Mada
Univ.Press. Yogyakarta. 351 pp.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. 754p
Sitepu R, Sunaryo, Widyatmoko K, Purwoko H. 2010. Root And Basal Stem Rot
Disease Of Sugarcane In Lampung, Indonesia. Di dalam: Prosiding
KongressXXVII International Society of Sugar Cane Technologists; 2010
Mar 7–11;Veracruz (MX): ISSCT. Hlm 1–7.
Srihanant N, Petcharat V, Vasilyeva LN. 2015. Xylaria thailandica – a new
speciesfrom Southern Thailand. Mycotaxon. 130:227– 231. DOI
10.5248/130.227.Diakses padatanggal 10 April 2019 Pukul 19.00 WIB.
Supardi, & Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan
Produk Pangan. Bandung : Penerbit Alumn
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM PRESS.
Whalley AJS. 1996. The xylariaceous way of life. Mycol Res.100:897–922. DOI:
https://doi.org/10.1016/S0953-7562(96)80042-6. Diakses pada tanggal 10
April 2019 Pukul 19.00 WIB.
Wiryanta, W. 2002. Bertanam tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta: 102 halaman
You BJ, Chiang CH, Chen LF, Su WC, Yeh SD. 2005. Engineered mild strains of
Papaya ringspot virus for broader cross protection in cucurbits.
Phytopathology. 95(5):533-540. doi: 10.1094/PHYTO-95-0533.