Anda di halaman 1dari 18

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA
-----------

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP


BANGSA INDONESIA
(Peran Mahasiswa Dalam Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila )
Disampaikan pada acara Pelatihan Kepemimpinan Bagi Mahasiswa
Tingkat Nasional Tanggal 5 Juli 2011

Oleh: Agun Gunanjar Sudarsa


(Ketua Tim Sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Bernegara, Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia)

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT


0

SEKRETARIAT JENDERAL
----------

Pancasila Sebagai Falsafah Hidup


Bangsa Indonesia
(Peran Mahasiswa Dalam Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila)
Oleh: Agun Gunanjar Sudarsa
Ketua Tim Sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Bernegara

I.

Pendahuluan.
Mahasiswa selalu diidentikan dengan perubahan. Betapa tidak, peran

mahasiswa dalam membangun bangsa ini, peran mahasiswa dalam


menegakkan keadilan, peran mahasiswa yang menolak kekeuasaan.
Sejarah telah mencatat kiprah mahasiswa yang tak kenal waktu yang
selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi
taruhannya.
Banyak sekali kiprah mahasiswa yang telah menorehkan tinta emas
bagi perjuangan bangsa. Dimulai dengan pergerakan Boedi Oetomo tahun
1908, kemudian dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda tahun 1928, dan
puncaknya

pada

tahun

1945

dimana

mahasiswa

pada

masa

itu

memegang motor kendali bagi terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia.
Tak cukup sampai disitu, pasca proklamasi kemerdekaan mahasiswa
masih tetap memegang idealismenya yang tinggi untuk tetap membela
kepentingan rakyat. Hal itu dibuktikan dengan peristiwa jatuhnya orde
lama pada tahun 1966. Mahasiswa terus melakukan tugasnya yaitu
mengawasi jalannya pemerintahan yang berlangsung. Mereka tetap setia
kepada bangsa dan negara. Mereka tidak akan rela jika tanah air mereka
digadaikan. Mereka akan tetap berjuang walaupun jiwa-raga menjadi
taruhannya.

Tergulingnya

rezim

Orde

Baru

yang

ditandai

dengan
1

mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998 adalah


salah satu bukti perjuangan mereka yang tak kenal menyerah dan tetap
fanatik dengan gelar kemahasiswaannya serta jabatan sosial yang
dipegangnya. Meskipun saat itu banyak elemen masyarakat pro reformasi
yang terlibat aktif, namun sekali lagi mahasiswa masih menjadi ujung
tombak bagi perjuangan bangsa.
Pentingnya peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak saja hanya sebagai alur regenerasi secara normatif saja
tetapi terwujudkan pula melalui pemberdayaan segala potensi yang
dimiliki oleh mahasiswa Indonesia sebagai agent of change yang menjadi
elemen penting yang dapat membantu melaksanakan amanah konstitusi.
Oleh

karena

itu,

kehadiran

mahasiswa

sangat

dinantikan

untuk

menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara.


Secara moralitas mahasiswa harus mampu bersikap dan bertindak
lebih baik dari yang lainnya karena mereka mempunyai latar belakang
sebagai kaum intelektual, dimana mereka mengatakan yang benar itu
adalah benar dengan penuh kejujuran, keberanian, dan rendah hati.
Mahasiswa juga dituntut untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya dan
terbuka kepada siapa saja. Disinilah peran mahasiswa untuk dapat
mengamalkan nilai-nilai Pancasila menjadi sebuah keharusan. Hal ini
semata-mata karena mereka adalah kader-kader calon pemimpin bangsa
di masa yang akan datang, yang memegang kendali negara di masa
depan.
II.

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas

ke

arah

mana

tujuan

yang

ingin

dicapainya

sangat

memerlukan

pandangan hidup (filsafat hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu


bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan
menentukan

arah

serta

cara

bagaimana

memecahkan

persoalan-

persoalan tadi.
Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang
2

pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya


sendiri,

maupun

persoalan-persoalan

besar

umat

manusia

dalam

pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan


hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan
budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan
berpedoman pada pandangan hidup itu pula

suatu bangsa akan

membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiranpikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu
bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa
itu untuk mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiripendiri Republik ini telah merumuskan secara jelas dan tuntas apa
sesungguhnya

pandangan

hidup

bangsa

kita

yang

kemudian

kita

namakan Pancasila. Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,


pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara. Disamping itu, bagi
kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila
bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral
yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah beurat/berakar di dalam
kebudayaan bangsa Indonesia.
Sebagaimana yang kita ketahui, bangsa Indonesia lahir sesudah
melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala
pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia
lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan
hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan
cita-cita hidup di masa datang yang secara keseluruhan membentuk
kepribadian sendiri.
Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang
bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan
3

sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah,


Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah
berjuang, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan
diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar dunia dengan tetap berakar
pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa kita sendiri.
Namun demikian, usaha untuk menjadikan Pancasila pandangan
hidup bukannya tanpa tantangan atau gangguan. Tantangan itu datang
dari dalam tubuh bangsa kita sendiri maupun dari luar. Ada pihak-pihak
yang mempunyai pandangan lain atau bahkan mempunyai kepentingan
yang berbeda.
Yang lebih berat bagi perjuangan Pancasila adalah pandangan yang
berasal dari dunia Barat dan diikuti oleh sejumlah warga negara
Indonesia. Terutama sejak selesainya Perang Dingin antara blok Barat dan
komunis, ada usaha pihak Barat dan untuk makin meluaskan pandangan
hidupnya. Pada bangsa Indonesia sendiri juga terdapat sejumlah orang,
umumnya cendekiawan dan politikus, yang condong kepada pikiran Barat
tersebut. Di antara mereka ada yang sejak tahun 1945 sudah tidak setuju
dengan Pancasila. Ada pula yang kemudian menjadi bersikap begitu
karena hidup dan studi di dunia Barat atau banyak bersentuhan dengan
dunia Barat.
Andai kata mereka berdiri sendiri, kita tidak perlu terlalu khawatir
akan tantangan itu. Sebab jumlah mereka terbatas dan umumnya kurang
mempunyai akar kepada masyarakat. Akan tetapi karena dari luar ada
usaha kuat yang memang hendak mem-Baratkan seluruh umat manusia,
maka tantangan yang kita hadapi tidak ringan.
Pada
kelemahan

umumnya
pihak

keberhasilan

kita

sendiri

mereka
berupa

banyak

ditentukan

perbuatan-perbuatan

oleh
yang

mendiskreditkan Pancasila. Antara lain sistem politik yang diterapkan


pemerintahan Presiden Soeharto yang dinamakan Demokrasi Pancasila
sangat membantu mereka untuk menjelek-jelekkan Pancasila. Demikian
pula luasnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Indonesia yang timbul
dalam sistem pemerintahan Soeharto yang menamakan diri pembela
Pancasila.
4

Dengan begitu mereka dapat mengatakan bahwa Pancasila hanya


slogan dan omong kosong belaka. Sedangkan nilai-nilai Barat terbukti
dalam kehidupan bangsa-bangsa Barat yang maju, demokratis, terjaga
keadilan sosialnya dan HAM. Dapat kita lihat bahwa sekalipun mereka
berjumlah sedikit, tetapi karena sejak Reformasi berlaku sangat agressif
dan vokal, maka pengaruhnya kepada kaum muda cukup besar. Apalagi
mereka kuasai bagian terbesar dari media massa karena mempunyai
kekuatan dana yang tentu diperoleh dari bantuan luar negeri dengan
memanfaatkan LSM.
Melihat dari kenyataan itu, maka perjuangan untuk menjadikan
Pancasila sebagai kenyataan dan pandangan hidup bukan satu hal yang
mudah dan ringan. Diperlukan sumberdaya manusia yang cakap dan ulet,
organisasi, serta kepemimpinan yang tepat. Oleh karena itu sebagai
generasi penerus, mahasiswa harus mengambil peran untuk senantiasa
menjadikan Pancasila sebagai ruh dalam perjalanan bangsa ke depan.
III. Peran Mahasiswa Dalam Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila
Sebagai anak bangsa kita telah bersumpah setia untuk bersatu nusa,
bersatu bangsa, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia. Ada
kekeliruan dalam kita memahami makna persatuan itu, yaitu seakan-akan
bersatu dalam uniformitas, termasuk dalam soal bahasa. Salah paham itu
tercermin antara lain dalam lagu yang biasa kita nyanyikan, yaitu satu
nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita. Akibatnya, sumpah pemuda
kita maknai hanya mengenal satu bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia,
dengan

mengabaikan

dan

menafikan

bahasa-bahasa

daerah

yang

demikian banyak jumlahnya. Padahal, teks asli sumpah pemuda itu


menyatakan bahwa kita menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan. Artinya, bahasa Indonesia itu adalah bahasa persatuan, bukan
satu-satunya bahasa yang diakui oleh bangsa dan negara.
Kita koreksi kesalahpahaman itu dengan menegaskan kembali bahwa
kita harus bersatu sebagai bangsa dalam wadah Negara Kesatuan
Republik

Indonesia

dengan

semboyan

bhineka-tunggal-ika.

Keanekaragaman bahasa, kemajemukan anutan agama, etnis dan bahkan


5

perbedaan rasial, merupakan kekayaan budaya bangsa kita yang tidak


ternilai. Akan tetapi di tengah keanekaan itu, kita telah bertekad untuk
bersatu seperti tercermin dalam sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan
Indonesia. Kita bersatu dalam keragaman, unity in diversity, bhinneka
tunggal ika. Dalam semangat persatuan itu, kita beraneka ragam. Kita
beraneka, tetapi tetap kokoh bersatu.
Setelah masa reformasi dan terjadinya perubahan UUD 1945,
semangat persatuan dalam keragaman itu kembali dipertegas dalam
rumusan pasal-pasal konstitusi kita. Prinsip otonomi daerah yang sangat
luas kita terapkan. Bahkan satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat istimewa seperti Papua, Aceh, dan Yogaykarta, atau pemerintahan
daerah yang bersifat khusus seperti DKI Jakarta, diberi ruang untuk tidak
seragam atau diberi kesempatan untuk mempunyai ciri-ciri yang khusus
atau istimewa, yang berbeda dari daerah-daerah lain pada umumnya.
Demikian pula, kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat di seluruh
nusantara diperkenankan untuk hidup sesuai dengan keasliannya masingmasing. Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 menegaskan, Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam undangundang.
Di samping itu, diadakan pula penegasan mengenai status bahasa
daerah dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan. Dengan semangat untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan, tidak berarti bahwa bahasa daerah diabaikan.
Karena itu, dalam Pasal 32 Ayat (2) UUD 1945 ditegaskan, Negara
menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.

Dengan

perkataan

lain,

semangat

keanekaan

atau

kemajemukan kembali diberi tekanan dalam rangka pembinaan Negara


Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945.
Dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip kebersatuan dan
persatuan itu juga kita materialisasikan dalam konsepsi tentang negara
6

konstitusional yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. UUD
NRI Tahun 1945 yang di dalamnya terkandung roh Pancasila itu
merupakan piagam pemersatu kita sebagai satu bangsa yang hidup
dalam kesatuan wadah NKRI. Di dalam UUD NRI Tahun 1945 itu, segala
hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dipersamakan satu dengan
yang lain antar sesama warga negara. Sebagai warga masyarakat, kita
beraneka, tetapi sebagai warga negara segala hak dan kewajiban kita
sama satu dengan yang lain.
Oleh karena itu, kepada kaum muda Indonesia saya harapkan dapat
membangun kesadaran hidup ber-Pancasila dan berkonstitusi. Konstitusi
adalah pemersatu kita dalam peri kehidupan bersama dalam wadah NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 ini. Konstitusi
negara itulah yang menjadi sumber referensi tertinggi dalam kita
membangun

sistim

aturan

dalam

kehidupan

bernegara

dan

berpemerintahan. Para pemimpin dan pejabat adalah tokoh-tokoh atau


orang-orang yang datang dan pergi. Kita taati keputusannya sepanjang ia
mengikuti dan menaati sistim aturan yang telah kita sepakati bersama
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Setidaknya ada tiga peranan mahasiswa sebagai pengamalan nilainilai Pancasila, yaitu:
1. Creator of Change
Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya
sebagai

agen

perubahan.

Itu

tidaklah

sepenuhnya

benar.

Mengapa? Karena dalam definisinya kata agen hanya merujuk


bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan
hanya

menjadi obyek

perubahan,

bukan sebagai pencetus

perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa


banyak yang diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai
politik,

ormas,

dan

lainnya.

Mahasiswa

seharusnya

dapat

bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka. Hal ini


dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal,
banyak sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari korupsi,
penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mahasiswa
7

yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan


bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi
ideal. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi
agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri
yang tentunya ke arah yang lebih baik.
3. Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang
tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki
peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita semua
tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rakyat, dan sudah
seyogyanya

mahasiswa

memiliki

peran

sosial,

peran

yang

menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.


Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada
keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan
ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah
mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari
itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap
rakyat. Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke
jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi,
kajian dan lain sebagainya.
4. Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam
peran mahasiswa terhadap pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengapa harus moral
force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat
memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal
ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari
masyarakat

sebagai

kaum

terpelajar

yang

memiliki

keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.


Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan.
Banyak kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan
8

hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang


oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu
saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi
pada rakyat. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan
bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki
tujuan menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai
kaum ekslusif, kaum yang hanya bisa membuat kemacetan di
kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret, yang
dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan
dan peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya
sehingga masyarakat sudah tidak menganggap peran mahasiswa
sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang seharusnya
diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa harus
dihapuskan. Peran mahasiswa saat ini seyogyanya memiliki
kesinergisan dengan masyarakat dimana mahasiswa bernaung
sebagai anak rakyat. Dengan demikian, mahasiswa senantiasa
menebarkan

bau

harum

keadilan

sosial

dan

solidaritas

kerakyatan.
Pemuda dan mahasiswa adalah harapan bagi masa depan bangsa.
Tugas anda semua adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya
untuk mengambil peran dalam proses pembangunan untuk kemajuan
bangsa kita di masa depan. Estafet kepemimpinan di semua lapisan, baik
di lingkungan supra struktur negara maupun di lingkup infra struktur
masyarakat, terbuka luas untuk kaum muda Indonesia masa kini.
Namun, dengan tertatanya sistim aturan yang kita bangun, proses
regenerasi itu tentu akan berlangsung mulus dan lancar dalam rangka
pencapaian tujuan bernegara. Oleh karena itu, orientasi pembenahan
sistim politik, sistim ekonomi, dan sistiim sosial budaya yang tercermin
dalam sistim hukum yang berlaku saat ini sangatlah penting untuk
dilakukan agar kita dapat menyediakan ruang pengabdian yang sebaikbaiknya bagi generasi bangsa kita di masa depan guna mewujudkan citacita bangsa yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
9

serta guna mencapai empat tujuan nasional kita, yaitu melindungi


segenap

bangsa

Indonesia

dan

seluruh

tumpah

darah

Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan


ikut

melaksanakan

ketertiban

dunia

berdasarkan

kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.


Menegakkan

Empat

Pilar

Sebagai

Landasan

Kehidupan

Bernegara
Lebih

dari

satu

dasawarsa,

sejak

bangsa

kita

dilanda

krisis

multidimensional, sejak 1997 hingga sekarang, kita telah mampu bangkit


dan berdiri. Sejak Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya
sebagai presiden, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden B. J. Habibie,
KH. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang
Yudhoyono, telah bekerja keras memulihkan keadaan kondisi sosial,
ekonomi, politik, dan budaya bangsa kita. Demokrasi tumbuh mekar.
Ekonomi mulai bangkit. Tatanan politik, telah mengalami perubahan dari
sentralistis

menjadi

desentralistis.

Kinerja

perekonomian

semakin

membaik.
Di sisi lain, kita pun tengah menjalani proses reformasi. Negara kita
tumbuh menjadi negara demokrasi dan melakukan desentralisasi secara
luas. Dengan sistem demokrasi dan desentralisasi yang begitu besar,
tuntutan masyarakat muncul untuk dipuaskan secara ekonomi dan politik.
Oleh

karena

itu,

untuk

mewujudkan

bangsa

yang

mandiri

dan

bermartabat, pemantapan nilai-nilai kebangsaan melalui penegakkan


empat

pilar

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara

menjadi

suatu

keharusan.
Empat pilar ini disebut soko guru yang kualitasnya terjamin sehingga
pilar ini akan memberikan rasa aman tenteram dan memberi kenikmatan.
Empat pilar itu pula, yang menjamin terwujudnya kebersamaan dalam
hidup bernegara. Rakyat akan merasa aman terlindungi sehingga merasa
tenteram dan bahagia.
Empat pilar kehidupan bernegara

yang menjadi landasan dalam

membangun bangsa Indonesia di era globalisasi adalah Pancasila, UUD


10

NRI Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan


Bhinneka Tunggal Ika. Empat hal mendasar tersebut kalau kita cermati
adalah nilai-nilai dasar yang ada dalam sila-sila Pancasila yang tercantum
dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.
Empat pilar sesungguhnya bukanlah hal yang baru, karena Pancasila
sebagai jiwa bangsa (volkgeist) yang sudah lama berakar dalam diri
masyarakat Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Rakyat
akan bertanya mengapa para penyelenggara negara demikian semangat
menggelorakan empat pilar agar menjadi landasan dalam kehidupan
bernegara.
Setidaknya ada dua hal penting yang ingin digarisbawahi. Pertama,
sikap keragu-raguan penyelenggara negara atas komitmen kebangsaan
kita sekarang terhadap empat pilar kehidupan bernegara sehingga
memunculkan

multidimensi

persoalan

bangsa

baik

dalam

bidang

kenegaraan maupun kemasyarakatan. Pemecahan persoalan bangsa


tersebut memerlukan alternatif solusi yang tepat baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan akhir-akhir ini adalah persoalan
penegakan hukum yang dirasakan masih lemah.
Kedua, tantangan bangsa ke depan yang semakin berat, sehingga
diperlukan upaya untuk mengurangi kesenjangan komitmen kebangsaan
antar generasi sehingga mempunyai komitemen dan misi yang sama
menjadikan empat pilar sebagai landasan dalam kehidupan bernegara.
Empat pilar kehidupan bernegara perlu

terus menerus ditanamkan

kepada generasi muda agar landasan bernegara

tetap kuat sesuai

dengan semangat dan tujuan para pendiri bangsa (founding fathers).


Apapun motif dari sebuah ikhtiar bangsa, tentulah mengandung nilai
konstruktif untuk didukung apalagi empat pilar kehidupan bernegara
bukan sesuatu yang baru, tetapi semangat yang sudah tertanam dalam
jiwa bangsa (volkgeist) sekaligus nation myth yang hidup dalam struktur
dan kultur masyarakat Indonesia. Oleh karena itu menyemangati kembali
komitmen bangsa tersebut harus dimaknai sebagai upaya untuk menggali

11

dan membangun kembali kesadaran agar empat pilar tetap menjadi


landasan dalam kehidupan bernegara.
Masyarakat sejahtera tidak akan terwujud apabila empat pilar tidak
menjadi landasan perjuangan dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Pilar
Pertama, Pancasila harus menjadi

landasan ideologi, falsafah, etika

moral, serta alat pemersatu bangsa. Diterimanya Pancasila sebagai dasar


negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilainilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negara Indonesia.
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar
yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah Nilai
Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan, dan Nilai
Keadilan.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam
semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai Ketuhanan juga
memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
Nilai Kemanusiaan mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui
dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki
bangsa Indonesia.
Nilai Kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat
melalui lembaga-lembaga perwakilan.
Nilai Keadilan mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan,
yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara
12

lahiriah maupun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan


normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu
dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut
adalah UUD NRI Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya,
dengan bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan
dijabarkan nilai-nilai instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
Pilar Kedua, UUD NRI Tahun 1945. Di sana memuat tujuan negara
yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni, Melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Untuk rumusan Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa hal ini merupakan tujuan negara hukum material,
yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional.
Adapun tujuan umum atau internasional adalah Ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan aturan-aturan yang
kemudian diatur dalam pasal-pasal. Oleh karena itu dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara mentaati aturan yang sudah diundangundangkan merupakan suatu keharusan.
Pilar Ketiga, NKRI. Kita tentunya sudah tahu bahwa syarat
berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, memiliki
penduduk, memiliki pemerintahan dan adanya pengakuan dari negara
lain. Dan karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara
Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
NKRI lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang
bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Sebab itu,
NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati. NKRI hanya dapat
dipertahankan apabila pemerintahan adil, tegas, dan berwibawa. Dengan
pemerintahan yang adil, tegas, dan berwibawalah masalah dan konflik di
Indonesia dapat diselesaikan. Demi NKRI, apa pun akan kita lakukan. NKRI
adalah hal pokok yang harus kita pertahankan.
13

Pilar Keempat, Bhinneka Tunggal Ika. Ini adalah perekat semua


rakyat dan semua kepulauan yang ada di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika
adalah motto atau semboyan Indonesia.
Dari

empat

pilar

kehidupan

bernegara

itu,

maka

Pancasila

sesungguhnya adalah pilar pertama dan utama yang mewadahi pilar-pilar


lainnya. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila merupakan

sistem yang

membuka peluang bermuaranya berbagai macam pemikiran, lontaran ide


dan

gagasan. Pancasila mampu menerima ide dan gagasan secara

terbuka, karena Pancasila adalah wadah dari seluruh cita-cita dan nilai
yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi terbuka,
Pancasila merupakan konsensus masyarakat, yang dinamis dan reformis,
serta siap mengakomodir kebutuhan jaman, bukan kesetiaan ideologis
yang kaku.
Pancasila mempunyai nilai dasar yang tercermin dalam lima silanya,
serta mempunyai nilai intrumental yang mampu memberikan arahan,
kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaanya. Tidak hanya
mempunyai nilai dasar dan nilai instrumental, Pancasila juga mempunyai
nilai praktis, kerena mampu merealisasikan pengamalan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai sebuah konsesus,

Pancasila sebagai

ideologi terbuka juga dianggap paling tepat karena Indonesia menganut


sistem pemerintahan yang demokratis yang membebaskan masyarakat
untuk berpendapat sesuai keinginannya.
Di samping itu, Pancasila juga menjadi sebuah ideologi yang mampu
menumbuhkan idealisme yang dapat memberikan harapan yang optimis
kepada masyarakat

dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Berbagai

terpaan dan ujian dari masa ke masa, dari rezim ke rezim pemerintahan,
dari mulai orde lama, orde baru, sampai dengan hari ini orde reformasi,
Pancasila tetap kokoh berdiri sebagai landasan dan cita-ideal bangsa
Indonesia.
Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana agar seluruh
komponen bangsa mengetahui komitmen penyelenggara negara akan
pentingnya empat pilar dalam kehidupan bernegara. Upaya yang harus
dilakukan tentu saja adalah melakukan pencerahan kembali mengenai
14

empat pilar kehidupan bernegara itu dengan memasyarakatkannya


kepada seluruh elemen masyarakat. Pencerahan dimaksudkan agar
masyarakat

dapat

memahami

empat

pilar

tersebut

secara

lebih

komprehensif dan holistik sehingga mampu menumbuhkan komitmen


yang kuat bagi seluruh komponen bangsa termasuk para penyelenggara
untuk melaksanakannya.
Oleh karena itu dalam memberikan pemahaman diperlukan metode
yang tepat, perangkat yang cukup, serta sumberdaya manusia yang
mampu menyampaikan esensi dan pesan empat pilar itu dengan metode
yang sesuai dengan tingkat pendidikan politik rakyat karena esensi
empat pilar itu adalah pendidikan politik rakyat. Dengan pemahaman
yang baik tentang empat pilar, diharapkan para penyelenggara negara
dalam menjalankan kebijakan pemerintahan akan mengacu kepada nilai
dasar Pancasila, hukum dasar UUD NRI Tahun 1945, menjaga keutuhan
NKRI, serta ke-bhinekatunggalika-an sehingga setiap kebijakan baik di
pusat maupun di daerah akan mempunyai cita ideal yang sama untuk
mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Melalui

pemahaman

tentang

empat

pilar,

masyarakat

daalam

menjalankan kehidupan sosial akan tetap menjadikan empat pilar itu


sebagai

solusi

dan

kata

kunci

dalam

menyelesaikan

setiap

permasalahan yang muncul. Dengan komitmen tersebut, maka hak-hak


hukum dan konstitusional setiap warga negara akan dijamin sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945,
satu wadah NKRI serta prinsip kebhinnekatunggalikaan.
Inilah

empat pilar

kehidupan

berbangsa

dan bernegara

yang

semestinya harus kita jaga, pahami, hayati dan laksanakan dalam pranata
kehidupan sehari-hari, dimana Pancasila yang menjadi sumber nilai
menjadi ideologi, UUD NRI Tahun 1945 sebagai aturan yang semestinya
ditaati, dan NKRI adalah harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah
perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai empat pilar tersebut yakinlah
kemandirian bangsa ini akan terwujud.

15

IV. Penutup
Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap
pemuda

Indonesia,

baik

yang

masih

berstatus

sebagai

pelajar,

mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah


aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita
pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Para pendiri bangsa
Indonesia

telah

meletakkan

dasar-dasar

dan

tujuan

kebangsaan

sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.


Republik ini didirikan dengan maksud untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita
telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam
susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara
Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai
Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan
Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan,
tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus
dihadapi. Namun hal itu akan dapat diatasi jika setiap kita senantiasa
berpegang

teguh

terhadap

nilai-nilai

luhur

kepribadian

bangsa

sebagaimana yang tertuang di dalam empat pilar kehidupan bernegara.


Adalah tanggungjawab kita semua untuk membangun toleransi,
menegakkan dan memperkokoh empat pilar kenegaraan dalam setiap diri
anak bangsa. Terkait dengan hal ini maka setiap warga negara,
penyelenggara
kemasyarakatan

negara

dan

lainnya

lembaga
sudah

kenegaraan
saatnya

serta

lembaga

memahami

serta

mengimplementasikan empat pilar kenegaraan tersebut dalam kehidupan


bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara.

Sehingga

empat

pilar

kenegaraan ini semakin kokoh dan tidak mudah rapuh oleh berbagai
16

tantangan dan ancaman yang menghadang bangsa Indonesia saat ini dan
di masa yang akan datang.
-------------

17

Anda mungkin juga menyukai