Anda di halaman 1dari 7

RESUME PANCASILA

NAMA : IKHWAN SYAHROZI

NPM : 2210070170093

PRODI : KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

KELAS : 202

PERTEMUAN 1-7

A. Pendidikan Pancasila

Tujuan Pendidikan Pancasila adalah dapat membentuk warga negara yang baik dan paham akan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara,sertamemiliki rasa cinta dan nasionalisme terhadap negara
Indonesia. sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud
dalam kehidupan bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam
satu sistem nilai.

Nilai-nilai Pancasila dapat berakibat terancamnya kelangsungan negara. Munculnya permasalahan


yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di
negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan Pancasila

1. Masalah kesadarasan perpajakan

2. Masalah korupsi

3. Masalah narkoba

4. Masalah lingkungan

5. Masalah penegakan hukum

6. Masalah dekadensi moral

7. Masalah disintegrasasi bangsa

Visi Pendidikan Pancasila

Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.

Misi Pendidikan Pancasila

1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).

2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara

(misi psikososial).

3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi sosiokultural).

4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan terintegrasi


atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik (Sumber: Tim Dikti).
Pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik mahasiswa dalam
berperan serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain

1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,

2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,

3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional,

4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,

5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,

6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,

7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

● Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila

1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Implikasinya, pengayaan materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah


amatpenting dan tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari.
Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari
berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain. Dengan
pendekatan historis, Anda diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk berpartisipasi dalam
pembangunan bangsa sesuai dengan program studi masing-masing. Selain itu, Anda juga dapat
berperan serta secara aktif dan arif dalam berbagai kehidupan berbangsadan bernegara, serta dapat
berusaha menghindari perilaku yang bernuansa mengulangi kembali kesalahan sejarah.

2. Sumber sosiologi Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain
latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok
masyarakat,disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam
masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat
pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini
pula. Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan
kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.

3. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena kehidupan
politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar Anda mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan
saran-saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam 130 137 mewujudkan tata tertib sosial
politik yang ideal
Dinamika dan tantangan Pendidikan Pancasila.

Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia mengenai nilai moral dalam pendidikan pancasila

→ Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara dalam era
reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat termasuk digulirkannya
otonomi daerah yang seluasluasnya, di satu pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa bebas,
tanpa tuntutan nilai dan norma dalam kehidupan bernegara.

→ Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik sipil
maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku
aparatur yang aj mumpung atau mementingkan kepentingan kelompoknya saja.Pancasila kita juga
sedang menghadapi tantangan- bagaimana membuat orang-orang beragama lebih toleran terhadap
lainnya. Yang tercantum pada sila 1 pancasila dan saling berhubungan dengan sila-sila pancasila
lainnya. Tantangan terhadap Pancasila sudah mulai tampak sejak masa-masa awal bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaannya. Tantangan terhadap eksistensi Pancasila tidak hanya bersifat internal
tetapi juga bersifat eksternal.

● Esensensi dan urgensi Pendidikan Pancasila untuk masa depan

Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkanakan mampu


mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa, negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran
bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air
berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air,
wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga negara Republik Indonesia. Selain itu
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos, Ditjen Dikti mengembangkan
esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi:

1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila

2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

3. Pancasila sebagai dasar negara 43

4. Pencasila sebagai ideologi negara

5. Pancasila sebagai sistem filsafat

6. Pancasila sebagai sistem etika

7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.


B. PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

● Pancasila dalam arus sejarah

1. Periode pengusulan Pancasila

Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan
pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 BPUPKI dibentuk oleh pemerintah pendukung jepang pada
29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuahi oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat
yang di dampingi oleh dua orang ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan
Ichibangase (orang jepang). pengusul calon dasar negara dalam sidang BPUPKI adalah ir.Soekarno
yang berpidato pada 1 juni 1945. Lima dasar negara yang dikemukakan ir.soekarno sebagai berikut:

1. Internasionlisme atau perikemanusiaan

2. Mufakat atau Demokrasi

3. .Kesejahteraan social

4. Ketuhanan yang berkebudayaan

5. Nasioalisme atau kebangsaan

2. Periode perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 – 16 Juli 1945 adalah
disetujuinya naskah. “ pembukaan hukum dasar” yang di kenal dengan piagam Jakarta pada alinia
ke empat terdapat rumus menurut scenario Jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik
dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang
terhadap Sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6
Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di
Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:

(1) pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI),

(2) panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19Agustus 1945

(3) direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan

3. Periode Pengesahan Pancasila

Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno,Hatta, dan Rajiman
Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas
tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di luar dugaan
ternyata pada 14 – 55 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15
Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut
oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan
secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu. melalui
jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan
demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh
dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya,
naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah
dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17
Agustus 1945 karena situasi politik yang berubah Putusanputusan penting yang dihasilkan
mencakup

hal-hal berikut:

1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri atas Pembukaan dan Batang
Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh
juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).

3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah tokoh-tokoh
masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman
Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang kemudian diikuti dengan pengesahaan


Undang-Undang Dasar 1945, maka roda pemerintahan yang seharusnya dapat berjalan dengan baik
dan tertib, ternyata menghadapi sejumlah tantangan yang mengancam kemerdekaan negara dan
eksistensi Pancasila. Salah satu bentuk ancaman itu muncul dari pihak Belanda yang ingin menjajah
Kembali Indonesia.

● Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

1. Pancasila sebagai idensitas Indonesia

Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas dapat di temukan dalam bentuk bahasan sejarah
bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan Indonesia Asad Ali dalam
buku Negara Pancasila: Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai
identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia
Karena tradisi dan kultural dapat ditelusuri melalui peran agama besar seperti: Peradaban Hindu
Buddha Islam dan Kristen.

2. Pancasila sebagai keperibadian

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinnya nilai-nilai


ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan,dan keadilan diwujudkan dalam sikap mental dan
tingkah laku dan perbuatan bangsa.

3. Pancasila sebagai pandangan hidup

Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa,artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,


persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaanya oleh bangsa Indonesia yang di jadikan
sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat
untuk mengamalkannya dalam kehidupan nyata(Bakry,1994: 158).

C. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara (Philosophische
Grondslaag) Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa Pancasila
dijadikan dasar dalam berdirinya NKRI dan digunakan sebagai dasar dalam mengatur pemerintah
negara atau penyelenggaraan negara Pengertian Pancasila sebagai dasar negara ini sesuai dengan
bunyi pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi “..….maka disusunlah Kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada:…..”.

Selanjutnya Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut
dijelaskan dalam wujud berbagai macam aturan-aturan dasar atau pokok seperti yang terdapat
dalam Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya yang kemudian dijabarkan dalam
peraturan pelaksananya yaitu berbagai instrumen perundang-undangan sebagai hukum tertulis dan
dalam wujud konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai hukum dasar tidak tertulis.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa Negara Republik
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu,
Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan : “Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar
masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan
kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

D. PANCASILA SEBAGAI BADAN EDEOLOGI NEGARA

Pancasila sebagai ideologi negara, yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara

adalah kesatuan gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang

manusia dan kehidupannya baik individual maupun sosial dalam kehidupan

kenegaraan. Ideologi negara menyatakan suatu cita-cita yang ingin dicapai sebagai

titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta pedoman

negara dan kehidupannya.Pancasila adalah ideologi negara yaitu gagasan

fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara milik seluruh bangsa

Indonesia bukan ideologi milik negara atau rezim tertentu.Sebagai ideologi, yaitu

selain kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila

berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya
(Cultural Bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi
perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu. Menurut Alfian,kekuatan ideologi
tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita,
idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:

a) Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan realita atau
kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama
kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahirannya.

b) Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu
mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang masa
depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.

c) Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam


mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri
ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya.

Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran – tafsiran terhadap
nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita – realita baru yang muncul di hadapan
mereka sesuai perkembangan zaman.Dengan demikian, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang
tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka.Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi
Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan jaman.Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang labih tajam untuk memecahkan masalah- masalah baru dan aktual.

Anda mungkin juga menyukai