PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI CITA-CITA BANGSA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan
yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah
suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta
cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalan tadi.Tanpa memiliki pandangan
hidup maka persoalan-persoalan besar pasti timbul,baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakatnya sendiri maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan
memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula sesuatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu bangsa,terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,
yang diyakini kebenarannya yang menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Karena itulah dalam melaksanakan pembangunan misalnya, kita dapat begitu saja mencontoh
atau meniru model yang dilakukan oleh bangsa lain, tanpa menyesuaikannya dengan pandangan
hidup dan kebutuhan-kebutuhan bangsa kita sendiri. Suatu corak pembangunan yang barangkali
baik dan memuaskan bagi suatu bangsa, belum tentu baik atau memuaskan untuk bangsa lain.
Karena itulah pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi
kekokohan dan kelestarian suatu bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Bintang Tunggal
Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Perisai hitam dengan bintang emas berkepala lima
menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Kristen, Hindu dan Budha dan juga
ideoliogi sekuler sosialisme.
2) Rantai Emas
Sila ke-2 : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil
ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling membantu. Gelang
yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi menggambarkan pria.
3) Pohon Beringin
Sila ke-3 : Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Ficus Benjamina) adalah sebuah pohon
Indonesia yang berakar tunjang-sebuah akar tunggal yang menunjang pohon yang besar tersebut
dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini menggambarkan kesatuan Indonesia. Pohon
ini juga memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. Hal ini
menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar budaya yang
berbeda-beda.
4) Kepala Banteng
Sila ke-4 : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/
Perwakilan. Binatang banteng (Bos Javanicus) atau lembu liar adalah binatang sosial, sama
halnya dengan manusia cetusan Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan yang
dilakukan bersama (musyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas
Indonesia.
5) Padi dan Kapas
Sila ke-5 : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas (yang
menggambarkan sandang dan pangan) merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat Indonesia
tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan persamaan sosial dimana
tidak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lain, namun hal ini bukan berarti bahwa
negara Indonesia memakai ideologi komunisme.
Pita yang dicengkram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara kita, yaitu Bhinneka
Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kalimat bahasa Jawa Kuno karangan Mpu
Tantular yang berarti Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu yang menggambarkan keadaan
bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan,
namun tetap adalah satu bangsa, bahasa dan tanah air.