Anda di halaman 1dari 7

Eko Prasetyo

Pendidikan Islam: Latar


Sosial
Pendidikan sebagai bagian dari arena dakwah dan

karenanya prinsip pengutamaan identitas menjadi label


dominan (memanfaatkan nama-nama orang mulia sebagai
bendera pendidikan)
Pendidikan sebagai bagian dari upaya menjangkau kelas
sosial muslim yang merindukan penanaman nilai agama
pada anak-anaknya (kurikulum didesain dengan kombinasi
kurikulum nasional bahkan International)
Pendidikan sebagai praktek pengamalan ajaran agama
secara maksimal dengan melalui tekhnik terapan ajaranajaran dasar agama (kesalehan simbolik menjadi dasar
pendidikan)
Pendidikan sebagai lembaga yang memiliki potensi pasar
tinggi terutama disiplin ilmu yang memiliki kemampuan
terapan pasar (sekolah perawat yang menampilkan lingk
Islam atau TK yang menggunakan metodologi alternatif)

POLA UMUM
PENDIDIKAN:
Setiap anak dilahirkan dalam kecerdasan dan

posisi kelas sosial yang berbeda (muncul


klasifikasi kemampuan dan kelas sosial)
Semua kecerdasan harus sesuai dengan
kebutuhan pasar (pendidikan lebih berorientasi
pada hal-hal praktis dan bisa diukur dengan
standar baku)
Keberhasilan anak didik ditunjukkan melalui alat
ukur formal (nilai ujian atau raport atau bahkan
tanda tangan dalam buku sholat jamaah)
Kelangsungan lingkungan pendidikan hidup
melalui fasilitas dan infrasturkur yang megah,
elite dan promotif (UIN yang melakukan
pembangunan dengan megah dan mewah)

Problem Umum
Pendidikan

1. Kepadatan Materi yang tidak banyak membuka ruang

2.
3.
4.
5.
6.
7.

diskusi, perdebatan, polemik dan kebebasan berpendapat


(alienasi jadi gejala umum pada peserta didik)
Bahan pelajaran sudah dipecahkan dan siswa hanya tinggal
menghafal saja sehingga tidak diberi dorongan melakukan
pencarian
Bahan pelajaran diajarkan secara terpisah dan tak memiliki
kaitan historis dengan kenyataan sosial yang dialami oleh
siswa
Dominasi peran guru dan pola disiplin yang represif
sekaligus tidak memberi hak pada siswa
Anggapan bahwa anak adalah bejana kosong yang harus
ditumpahi informasi, pengetahuan dan ketrampilan siap
pakai
Kegiatan belajar mengajar berjalan dalam kebekuan dan
tekhnik hafalan terjadi di hampir semua pelajaran
Keberhaslan anak kemudian diukur dari pencapaian nilai,
penempatan ranking dan sangat kuantitatif

Pendidikan Agama
Progresif

Siswa adalah subyek pembelajar yang memiliki potensi,


kemampuan dan pengalaman belajar (penumbuhan rasa
percaya diri yang menjadi dasar pendidikan)
Pembelajaran berbasis pada realitas sosial dan kebutuhan dasar
siswa pada jenjang usianya (mengenalkan tentang
kemajemukan, perbedaan dan belajar untuk saling menghargai)
Guru adalah pendamping dan fasilitator proses pembelajaran
(pujian, dukungan, harapan dan kepercayaan bahwa mengajar
bukan memberi saja tapi mendampingi)
Melihat problem bukan dalam kerangka hitam-putih tapi melalui
pendasaran atas fakta dan keragaman sosial(sejarah sebagai
proses sosial yang terbuka dan memahami fakta bukan objek
yang berdasar sebab-akibat semata)
Evaluasi berdasar atas kemampuan dan potensi unik masingmasing siswa (kegagalan dan keberhasilan nilainya serupa dan
memberi penghargaan atas proses pembelajaran)

Metode (satriawan sahak, ali akbar)


Jalan keluar akses: turut campur negara,

pajak progresif perusahaan


Muslihin: anggaran 20% (iklim intelektual)
Dita: pendidikan atas guru
Sekolah yang orientasi komersial (BHP),
eksistensi mahasiswa bagaimana? Akar utama
soal pendidikan?
Data riil seberapa motivasi

Tantangan Terbesar
1 Pasar yang melihat ummat Islam sebagai potensi
konsumen yang bisa diandalkan dan diperas (modus
pembayaran yang banyak memanfaatkan istilah agama)
2 Meletakkan lembaga pendidikan sebagai penyalur tenaga
kerja, pemasok tenaga terampil dan menghilangkan esensi
pendidikan sebagai alat pembebasan (pendidikan jadi
penyalur tenaga TKI/TKW)
3 Korporasi yang mulai ingin menanamkan nama, identitas
bahkan laba dalam semua proses pendidikan (label
mereka bahkan bersanding dengan lembaga pendidikan
Islam terkemuka)
4 Modus pembelajaran yang individualistik bisa melatih dan
mengajari anak untuk tidak mengakui perbedaan,
kebersamaan dan kurang memiliki kepekaan dan
solidaritas (kenapa tugas puasa tidak dalam bentuk amal
sosial)
5 Meletakkan kepedulian dan solidaritas sebagai bentuk
amal sosial yang menjadi jantung utama pendidikan

Anda mungkin juga menyukai