DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. RIANDI PERDANA
2. RAJA ANTONIUS
4. GIDEON MARANATHA
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan ke hadirat TUHAN YME atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
COVER….…..…….………………….……………...…….….…...…..…….………………….……………...…….…..…….……….….........
KATA PENGANTAR.…..…….………………….……………...…….….….…..…….………………….……………...…….…..….....
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.…..…….………………….……………...…….….….…..…….………………….……………...…….…....…...
BAB 2 ISI
BAB 5 PENUTUP
A. KESIMPULAN……………...…….….….…..…….………………….……………...…….…...….........….….….…..…….…...
B. SARAN……………...…….….….…..…….………………….……………...…….…...….........……………...…….….….…..……
Latar Belakang Masalah
Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai
kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis dan sosialnya.
Perubahan banyak terjadi pada masa remaja, baik secara fisik maupun psikologis,
seiring dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja.
Remaja secara umum mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa
perubahan fisik tersebut berlangsung antara usia 11 hingga 22 tahun. Reaksi remaja
terhadap perkembangan fisik dipengaruhi oleh lingkungan dan kepribadiannya, sertai
ainterpretasi terhadap lingkungan.
Masa remaja ditandai dengan terjadinya perubahan fisik yang disebabkan oleh mulai
aktifnya kelenjar reproduksi dan hormon yang penting bagi pertumbuhan.
Pertumbuhan fisik tersebut memiliki dampak pada perkembangan psikologis dan
sosial remaja. Perubahan perkembangan psikologis tampak pada keadaan emosional
remaja yang mudah tersinggung, penuh dengan gejolak, dan tidak stabil.
Perkembangan sosial dapat diketahui dengan mulai tertariknya remaja pada aktifitas
yang melibatkan orang-orang di luar lingkungan keluarga, terutama teman sebaya.
BAB I
PENDAHULUAN
remaja adalah sebuah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa rentan usia, tentu saja terdapat banyak
perubahan terjadi pada remaja baik dalam keadaan biologis maupun psikologis, bahwa pengertian remaja dalam
islam adalah ketiak seseorang sudah memasuki aqal baligh yaitu tentang penganjuran ibadah secara maksimal.
Perubahan dari segi biologis dapat dilihat dari kondisi fisik diantaranya, suara membesar karena telah tumbuh
jakun, dada membidang, kumis dan jenggot mulai tumbuh.
Pengertian remaja menurut psikologi adalah suatu bentuk masa perubahan yang memiliki dorongan motivasi yang
kuat, rasa ingin tahu yang tinggi, dan remaja rentan terhadap stres. Seseorang yang sudah menginjak umur 12
hingga 18 tahun maka dapat dikategorikan sebagai remaja.
Menurutnya, secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Menurutnya bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
mengandung perubahan besar baik secara fisik, kognitif maupun psikososial. Masa remaja dimulai dengan
pubertas, yaitu proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas (kemampuan untuk bereproduksi)
Menurutnya, priode remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. biasanya dapat dikategorikan remaja ketika meduduki sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah akhir, yang dalam masa -masa tersebut pemikirannya sudah terbuka dan luas.
5.Ali dan Asrori (2006) Rentang usia remaja menurut Ali dan Asrori ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian pertama pada usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 tahun atau 18 tahun dinamakan dengan remaja
awal, selanjutnya, untuk usia 17 tahun atau 18 sampai dengan 21 tahun/22 tahun dinamakan dengan tingkat
remaja akhir.
BAB 2
5.Banyak kemauannya.
1.Gangguan emosional
Gangguan emosional meliputi kondisi berikut.Gangguan kecemasan yang ditandai dengan panik dan
khawatir secara berlebihan.Fobia spesifik, yaitu takut secara berlebihan pada hal-hal tertentu.Depresi
yaitu kondisi stres yang berlebihan pada anak.
Belakangan ini, gangguan psikologis pada remaja yang memengaruhi perilaku semakin banyak terjadi
pada remaja, meliputi kondisi berikut.
Gangguan psikologis pada remaja juga bisa berupa gangguan makan (eating disorder). Tidak hanya
pada usia remaja, kondisi ini juga bisa muncul pada dewasa muda. Gejalanya ditandai dengan perilaku
makan yang abnormal, misalnya menolak makan (anoreksianervosa), keasyikan makan lalu
memuntahkan (bulimia nervosa), atau makan terus menerus (binge-eating disorder).
4.Psikosis
Psikosis adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kontak dengan realita. Remaja yang menderita
psikosis mungkin mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada.
Mengutip WHO, bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat pada remaja usia 15 sampai 19
tahun. Faktor risiko gangguan psikologis ini pada remaja meliputi konsumsi alkohol, pelecehan di masa
kanak-kanak, kesulitan mencari bantuan psikologis, serta tersedianya akses terhadap sarana bunuh diri.
1. Lingkungan Sosial
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi psikologi remaja adalah lingkungan tempatnya
tumbuh, termasuk pertemanan. Teman-teman yang akrab lebih berperan penting dalam
membentuk psikologi diri anak dibandingkan orangtuanya. Lingkungan sosialnya juga dapat
memengaruhi kepercayaan diri anak, dirinya bisa menjadi seseorang yang mandiri atau
ketergantungan pada orang lain.
Faktor fisik juga dapat memengaruhi psikologi remaja saat tumbuh. Dirinya melihat bagian
tubuhnya serta membandingkan dengan orang lain dan mengambil kesimpulan menarik atau
tidak tubuhnya. Saat anak mendapatkan banyak validasi dari orang di sekitarnya, tentu
pertumbuhan psikologinya dapat lebih baik.bPada seseorang yang mengalami kecacatan, ada
penurunan rasa percaya diri hingga ia menutup diri dari lingkungan sosialnya. Tentu hal ini
dapat memengaruhi perkembangan psikologinya.
3. Pengaruh Orangtua
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua di rumah tentu juga dapat memengaruhi psikologi
remaja. Perbedaan pemahaman dan pengalaman dapat menjadi celah tersendiri, sehingga
menimbulkan konflik anak dengan orangtua. Namun, cara orangtua yang menyikapi berbagai
sikap dan emosi anaknya dengan positif dapat memberikan efek positif bagi psikologinya.
4. Motivasi
Psikologi remaja juga dapat dipengaruhi oleh berbagai motivasi yang timbul, baik dari dalam
maupun luar dirinya. Salah satu motivasi yang didapatkan dari luar dirinya adalah
penghargaan dari orangtua. Hal ini dapat memengaruhi seberapa besar usaha dalam
menyelesaikan tugas dan besarnya kemauan akan hal tersebut.
5. Jenis Kepribadian
Kepribadian remaja dapat memengaruhi pertumbuhan psikologi remaja. Ada dua jenis
kepribadian yang bisa dimiliki, yaitu ekstrovert dan introvert. Kedua kepribadian ini biasanya
berbanding terbalik, sehingga orangtua perlu tahu cara mengarahkan anak agar menjadi
pribadi yang lebih baik.
BAB III
PEMBAHASAN
Perilaku memberontak dapat menjadi tanda bahwa remaja sedang mencari bantuan, tetapi
sayangnya mereka biasanya belum memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Menurut data
kesehatan yang dipublikasikan oleh The American College of Obstetricians and Gynecologists,
disebutkan satu dari lima remaja berusia 9-17 tahun saat ini memiliki gangguan kesehatan mental.
Setengah dari semua gangguan psikiatri dewasa yang serius dimulai pada usia 14 tahun, tetapi
pengobatan seringkali terlambat dimulai. Gangguan kecemasan dan mood bisa terjadi dua sampai
tiga kali lebih sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki. Ingat, masa
remaja adalah masa-masa rentan pencarian jati diri. Oleh karena itu, kerap kali kondisi tersebut
mengakibatkan permasalahan seperti stres sosial, isolasi, atau penyalahgunaan zat. Sumber stres
umum lainnya meliputi trauma, kekerasan emosional, kekerasan seksual, penindasan fisik, dan hal-
hal lain yang memicu trauma.
Beberapa remaja memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lain untuk mengembangkan
masalah psikologis. Beberapa faktor risiko tersebut adalah:
1. Genetika
Riwayat keluarga dengan penyakit mental dapat meningkatkan risiko anak untuk
mengembangkannya juga.
2. Stres
Stres kronis dapat menyebabkan kecemasan dan depresi dan merupakan faktor risiko utama
penggunaan obat-obatan terlarang. Stres ini bisa terjadi karena perundungan, terlalu banyak
tugas di sekolah, atau karena pertengkaran orang tua di rumah.
3. Trauma
Trauma seperti pelecehan fisik, emosional atau seksual, penelantaran, menyaksikan atau
menjadi korban kekerasan. Bencana alam juga dapat menyebabkan gangguan stres pasca-
trauma, yang ditandai dengan mimpi buruk, insomnia, kecemasan, kemarahan, kilas balik, dan
respons yang mengejutkan.
4. Masalah Identitas
Remaja yang mempertanyakan identitas gender atau orientasi seksual mereka mungkin
berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan dan depresi. Terutama jika mereka tidak memiliki
dukungan sosial ataupun keluarga terdekat.
Remaja yang mengalami masalah psikologi umumnya akan menunjukkan gejala sebagai
berikut:
Kehilangan motivasi
Pengobatan ataupun perawatan untuk masalah psikologi remaja dilakukan sesuai dengan
kondisi remaja. Ingat, kemarahan adalah emosi yang alami dan kuat, tetapi kondisi ini cukup
wajar. Kemarahan dapat berkisar dari gangguan ringan hingga berat.
Ketika kemarahan diekspresikan dengan cara kekerasan atau tidak terkendali, itu bisa menjadi
masalah yang membutuhkan perawatan. Jika remaja memiliki masalah dengan kemarahan,
manajemen kemarahan dapat membantu mengendalikan emosinya. Berikut ini adalah jenis
terapi untuk penanganan psikologi remaja:
1. Terapi Perilaku
Terapi perilaku berfokus pada perilaku remaja itu sendiri. Terapis nantinya akan
merencanakan kegiatan yang membantu remaja mengembangkan keterampilan untuk
menghadapi situasi sulit. Terapis juga akan menggunakan pendekatan langkah demi langkah
untuk membantu remaja menaklukkan ketakutannya.
Terapi perilaku kognitif adalah perawatan psikologis terstruktur yang mengakui bahwa cara
berpikir dan merasa akan berpengaruh pada cara seseorang berperilaku. Terapi perilaku
kognitif akan membantu remaja mengenali gaya berpikir dan kebiasaan perilaku yang tidak
sehat.
Remaja kemudian akan belajar untuk secara sadar dan sengaja mengubah pemikiran mereka
sebagai langkah untuk mengubah cara mereka merasa dan berperilaku. Terapi perilaku
kognitif dapat digunakan untuk mengobati berbagai masalah termasuk kecemasan, depresi,
harga diri rendah, kemarahan tak terkendali, penyalahgunaan zat, gangguan makan dan
masalah lainnya.
3. Konseling/Terapi Bicara
Konseling ataupun terapi bicara adalah jenis terapi di mana remaja membicarakan situasi
mereka dengan konselor. Konselor tidak memberikan nasihat. Sebaliknya mereka membantu
remaja membuat keputusan sendiri dan menemukan solusi mereka sendiri.
4. Terapi Kreatif
Terapi seni, musik, dan tari/gerakan adalah semua bentuk psikoterapi kreatif yang dapat
membantu remaja mengatasi masalah emosional, hubungan, atau perilaku.
5. Pengobatan Medis
Beberapa kondisi kesehatan mental remaja dapat diobati dengan obat-obatan. Obat-obatan
dapat membantu mengurangi gejala. Jika seorang profesional medis meresepkan obat untuk
remaja, profesional biasanya akan menggabungkan obat dengan terapi dan dukungan lain
untuk membantu penanganan masalah remaja.
Membicarakan tentang perasaan dan menemukan orang yang mau mendengarkan curahan
hatinya dapat mencegah remaja mengalami permasalahan psikologi. Selain itu, ada beberapa
tindakah pencegahan lain yang bisa dilakukan seperti:
Tidur dan kesehatan mental memiliki kaitan yang erat. Kesehatan mental yang buruk dapat
memengaruhi tidur dan kurang tidur dapat memengaruhi kesejahteraan mental.
3. Tetap Aktif
Aktivitas fisik tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga baik untuk pikiran.
4. Tetap Terkoneksi
Teman-teman yang suportif dapat membantu mengatasi tekanan hidup, membuat remaja
merasa diperhatikan, dan menawarkan pandangan yang berbeda dari apa pun yang ada di
pikiran remaja.
BAB IV
A. LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermakna bagi
pengembangan wawasan apara pembaca, mahasiswa, terutama bagi pendidik dan orang tua
dalam memahami perkembangan remaja yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, sosial
dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
Pada tahap remaja adalah tahap formal operation dimana tahap terakhir dari Piaget yang
muncul antara usia 11 dan 15 tahun dan berlanjut masa dewasa.. Pada tahap ini, individu
dapat berpikir secara abstrak, remaja mengembangkan gambaran tentang keadaan ideal.
Dalam memecahkan masalah lebih sistematis, diamna mengembangkan hipotesis tenyang
mengapa sesuatu terjadi seperti itu dan kemudian menguji hipotesis tersebut. Selain itu,
perubahan kognitif yang terjadi selama masa kanak- kanak ke remaja adalah berpikir lebih
fleksibel dan kompleks Santrock (2014).
Menurut Berg (2003) yang mengacu pada teori perkembangan kognitif dari Piaget, ciri
perkembangan kognitif remaja adalah mampu menalar secara abstrak dalam situasi yang
menawarkan beberapa kesempatan ntuk melakukan penalaran deduktif hipotesis
(hypotetico-deductive-reasoning) dan berpikir proposisional (propositional though) ,
memahami kebutuhan logis dan pemikiran proposisional, memperlihatkan distorsi kognitif
yaitu pendengar imajiner/ khayal dan dongeng pribadi yang secara bertahap akan menurun
dan menghilang di usia dewasa.
Remaja mulai membentuk berbagai jenis hubungan sosial lebih mendalam dan intim
dibandingkan masa kanak-kanak dan jaringan sosial yang luas meliputi jumlah orang
yang semakin banyak dan jenis hubungan yang berbeda Oswalt (2010). Perkembangan
sosial pada fase remaja dibagi menjadi tiga yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja
akhir. Remaja awal ditandai peran peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk
kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa yang sama dan
kode atau isyarat yang sama.
Pada remaja tengah perkembangan sosialnya adalah berusaha untyuk mendapat teman
baru dan sangat memperhatikan kelompok lain secara selektif dan kompetitif Batubara
(2010). Remaja akhir lebih perkembangan sosial ditunjukkan dengan bergaul dengan
jumlah teman yang lebih terbatas dan lebih lama (teman dekat) dan terdapat
kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsung fleksibel, kecuali dengan teman
dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat
Beberapa ciri perkembangan emosional pada masa remaja menurut Zeman (2001)
adalah sebagai berikut :
a). Memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan jangka Panjang, sehat dan
berbalasan.
b). Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan untuk menganalisis mengapa
mereka merasakan perasaan dengan cara tertentu
c). Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan mengelola emosinya
G. Perkembangan Bahasa Fase Remaja
b) Mengalami kemajuan dalam memahami metafora (perbandingan makna antara dua hal
berbeda) dan satir (menggunakan ironi, cemooh, atau lelucon)
a) Nutrisi : Remaja memilih makanan lebih penting daripada waktu atau tempat makan.
Sayuran dan buah-buahan segar serta produk gandum utuh juga nilai protein diperlukan untuk
remaja.
b) Hormon : Hormon bahan kimia yang kuat disekresikan oleh kelenjar endokrin dan dibawa
ke seluruh tubuh oleh darah. Dua kelas hormon memiliki konsentrasi yang berbeda
secara signifikan pada pria dan Wanita. Androgen adalah kelas utama hormone sek pria
dan estrogen adalah kelas utama hormon Wanita.
PENUTUP
"PSIKOLOGI REMAJA"
Masa remaja awal merupakan masa pembelajaran untuk menentukan kepribadian yang akan
datang. Dan masa remaja adalah masa yang rentan untuk melawan orang tua karena keadaan
emosi lebih kuat dari pemikiran yang realistis. Konflik yang ditimbulkan oleh remaja
kepadaorang tua mereka bisa merangsang adanya perilaku agresif yang berakibat serius.
Konflik yang terus – menerus tanpa adanya penanggulangan, membuat remaja semakin
meremehkan dan menghilangkan rasa hormat mereka kepada orang tua. Faktor yang
mendukung hal ini terjadi bisa dari dalam, yaitu kurangnya perhatian orang tua kepada
anaknya, dan dari luar, yaitu usia remaja lebih tertarik untuk menghabiskan waktu dengan
lingkungan sebayanya. Apabila faktor tersebut tidak dapat diseimbangkan, tentu tidak
menutup kemungkinan remaja akan lebih mendengarkan lingkungan mereka daripada
keluarga sendiri.
Dari permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk merancang sebuah kampanye sosial
dengan tujuan utama mendekatkan keluarga dengan komunikasi. Kampanye sosial “Dekat
Dengan Bicara” mengajak remaja dan orang tua saling meluangkan waktu untuk berbicara
dalam berbagai kegiatan, seperti saat liburan, menonton film, olahraga, jalan – jalan, dll.
Setelah melakukan penelitian tentang perilaku agresif remaja kepada orang tua, penulis masih
menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan. Penulis menyarankan untuk
melakukan pengembangan yang lebih lanjut guna memaksimalkan potensi atau pesan positif
dari penelitian ini.
"PERKEMBANGAN REMAJA"
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang yang
mengandung perubahan biologis, kognitif, psikososial,, sosial emosional serta bahasa.
Perubahan fisik pada fase remaja yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti
sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
Pada perkembangan kognitif, remaja berada pada tahap operasinoal formal dimana individu
dapat berpikir secara abstrak, remaja mengembangkan gambaran tentang keadaan ideal,
memecahkan masalah lebih sistematis dan berpikir lebih fleksibel dan kompleks.
Perkembangan sosial pada fase remaja lebih luas dan lebih intim. Remaja sudah mampu
mengelola emosinya dan perkembangan bahanya semakin kompleks dan luas. Adapun faktor
-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah hereditas (keturunan), nutrisi,
hormon dan juga lingkungan.