Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PERDARAHAN

NAMA PEMBIMBING :
Ns. ANITA MIRAWATI

KELOMPOK 7 KELAS 3B

NAMA KELOMPOK :

1. DEDET SATRIA
2. IIS RAHMA DIANTI
3. RESTI WAHYUNI PUTRI
4. SERLY FAMAWATI

POLTEKKES KEMENKES PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keperawatan
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Hormat kami,

Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I ......................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
A. LATAR BELAKANG......................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... Error! Bookmark not defined.
C. TUJUAN ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II ........................................................................................................ Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN .......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. PENGERTIAN POSYANDU ............................................................. Error! Bookmark not defined.
B. PENGERTIAN POSYANDU LANSIA................................................. Error! Bookmark not defined.
C. TUJUAN POSYANDU LANSIA ........................................................ Error! Bookmark not defined.
D. MANFAAT POSYANDU LANSIA ..................................................... Error! Bookmark not defined.
E. SASARAN POSYANDU LANSIA ...................................................... Error! Bookmark not defined.
F. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU LANSIA ................ Error! Bookmark not defined.
G. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU LANSIA ...... Error! Bookmark not defined.
H. KENDALA PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA ............................. Error! Bookmark not defined.
I. UNDANG-UNDANG YANG MENDUKUNG LANSIA ........................ Error! Bookmark not defined.
BAB III ....................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP .................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011 dalam Ramayanti, 2013). Kegawatdaruratan
dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan
tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee
C, 2000 dalam Ramayanti, 2013). Kegawat-daruratan dalam obstetric adalah suatu keadaan atau
penyakit yang menimpa seorang wanita hamil/dalam persalinan atau akibat komplikasi dari
kehamilan/persalinan yang mengancam jiwa ibu tersebut dan atau bayi dalam kandungannya apabila
tidak secepatnya mendapat tindakan yang tepat (Krisanty, 2011).

Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat
dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan obstetri yang
berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan,
bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga
penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam
prakteknya, pada saat menerima setiap kasus yang dihadapi harus dianggap gawatdarurat atau setidak-
tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat, sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu
ternyata bukan kasus gawatdarurat (Ramayanti, 2013).
Dalam menanagani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan
pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat,
cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat,
prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus
tetap diperhatikan (Ramayanti, 2013)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian perdarahan ?
2. Tanda dan gejala perdarahan ?
3. Patofisiolog pada pasien perdarahan ?
4. Penatalaksanaan pasien perdarahan ?
5. Pengkajian pasien perdarahan ?
6. Diagnosa keperawatan pasien perdarahan?
7. Intervensi keperawatan pasien perdarahan ?
8. Pelaksanaan tindakan pasien perdarahan ?
9. Evaluasi keperawatan pasien perdarahan ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERDARAHAN
Perdarahan postpartum didefinisikana sebagai hilangnya darah 500 ml atau lebih dari

organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau ekstaksi plasenta dan

ketuban). Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan

retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan trombus fibrin di dalam pembuluh

darah desidua

Pendarahan pervagina yang dilukiskan pasien sebanyak atau lebih dari darah haid harus

selalu dianggap banyak dalam bagian kedua masa kehamilan.Perdarahan ini harus dibedakan dari

darah semu (bloody show) yang merupakan secret lender berdarah yang sering terlihat pada

minggu akhir kehamilan.Lesi pada vagina atau serviks dapat menyebabkan perdarahan pada trimester

kedua tetapi biasanya perdarahan berasal dari utero plasenta.Kira-kira seperti gakasus perdarahan

bermakna dalam kehamilan lanjut disebabkan oleh plasenta previa, tempat sebagian atau seluruh

serviks ditutupi oleh plasenta yang terletak rendah.Biasanya perdarahan ini tanpa nyeri dan sering

banyak sekali.

Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan melebihi 500 ml pasca persalinan setelah bayi

lahir. (Ambar Dwi, 2010) Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam

setelah kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital. (Vicky

Chapman, 2006) Hemorargi Post Partum (HPP) adalah kehilangan darah sebanyak 500cc atau lebih

dari
traktus genetalia setelah melahirkan (Suherni, 2009: 128)

B. TANDA DAN GEJALA

a. Atonia Uteri Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan

segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul:

Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual

dan lainlain)

b. Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera

setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul:

pucat, lemah, menggigil.

c. Retensio plasenta Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi

berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput

(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-

kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

e. Inversio uterus Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak

tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala

yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.

C. PATOFISIOLOGI

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka.

Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus

maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah

yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah

sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan

menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan

menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perineum. Perdarahan yang sulit dihentikan

bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik. Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga

sebagian masih melekat pada tempat implementasinya yang akan menyebabkan terganggunya retraksi

dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan.

(I.B.G Manuaba, 2007).


D. PENATALAKSANAAN

Perdarahan Persalinan Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak

berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut : a. Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil

menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan

penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan

uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut.

Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri. b. Dorongan

pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut

pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan. c. Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta

konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah

yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta

yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus,

mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi. d. Berikan kompres es selama jam pertama

setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk,

gunakan rendam duduk setelah 12 jam. e. Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV

kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh

darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan

diruang persalinan. f. Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,

terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus

secara efektif g. Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat

merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan

dari tempat implantasi plasenta. h. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya

masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran. i. Berikan oksigen

malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan

pernafasan.

E. PENGKAJIAN

A. Pengkajian primer
1) Airway : tidak ada obstruksi

2) Breathing : tekanan darah tidak normal/ turun, pernafasan meningkat, nafas cepat, nafas
dalam dan dangkal

3) Circulation : tekanan darah tidak normal/ turun, nadi meningkat, suhu hangat, kesadaran
normal, sianosis, kapilary refill memanjang, kulit hangat, perdarahan

4) Dissability : badan lemah

5) Exposure : keluar keringat dingin

B. Pengkajian sekunder

1) Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.

2) Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum

3) Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3 hari setelah
melahirkan “post portum blues”

4) Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2 dan ke 5

5) Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai hari ke
5

6) Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori

7) Nyeri dan ketidaknyamanan : Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi diantara
hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum

8) Seksualitas:

a) Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap harinya

b) Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2

c) Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Airway
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Tidak efektifnya jalan napas
c. Resiko aspirasi
2. Breathing
a. Resiko pola napas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
3. Circulation
a. Kurang volume cairan
b. Gangguan perfusi jaringan

G. INTERVENSI / RENCANA TINDAKAN


A. RESUSITASI
1. Airway
pada beberapa kasus, pada penderita yang masih sadar dapat dipakai nasopharyngeal airway. Bila
penderita tidk sadar dan tidak ada reflex bertahan (gag reflex) dapat dipakai oropharingeal
airway (Guedel).Airway harus dijaga dengan baik pada penderita tidak sadar. Jaw thrust atau chin lift
dapat dipakai
Kontrol jalan napas pada penderita airway terganggu karena faktor mekanik, atau ada gangguan
ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrachealm, baik oral maupun nasal.
Surgieal airway (erico-thyroidotomy) dapat dilakukan biloa intubasi endotracheal tidak mungkin
karena kontra indikasi atau karena masalah mekanis.
2. Breathing
Adanya tension pneumothoraks mengganggu ventilasi dan bila dicurigai, harus segera dilakukan
kompresi (tusuk dengan jarum besar, disusul WSD) setiap penderita trauma diberikan oksigen.
Bila tanpa intubasi, sebaiknya oksigen diberikan dengan fase-mask.

3. Circulation (dengan kontrol perdarahan)


Bila ada gangguan sirkulasi hrus dipasang sedikitnya 2 jalur (IV line).
Kateter IV yang dipakai harus berukuran besar. Pada awalnya sebaiknya menggunakan vena pada
lengan. Jenis IV line lain, vena seksi, atau vena sentralis tergantung dari kemampuan petugas yang
melayani. Sok pada penderita trauma umumnya disebabkan hipovolemia.
Pada saat datang penderita di infuse cepat dengan 1,5 – 2 liter cairan kristaloid, sebaiknya ringer
laktat. Bila tidak ada respon dengan pemberian bolus kristaloid tadi, diberikan darah segolongan
(type specific). Bila tidak ada darah segolongan dapat diberikan darah tipe O Rhesus negative, atau
tipe O Rh positip liter rendah.
4. Monitoring
Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada laju napas, nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh
dan kesadaran penderita.
a. Laju nafas dipakai untuk menilai airway dan breathing, ETT dapat berubah posisi pada saat
penderita berubah posisi.
b. Pulse oxymetry sangat berguna. Pulse oxymetri mengukur secara kolorigrafi kadar saturated
O2,bukan PaO2.
c. Pada penilaian tekanan darah harus disadari bahwa tekanan darah ini merupakan indikator yang
kurang baik guna menilai perfusi jaringan.
d. Monitoring EGK dianjurkan pada semua penderita trauma.

H. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan keperawatan
a. Intervensi mandiri : tindakan pemantauan berkelanjutan kondisi klien, penyelamatan hidup
dasar, pendidikan kesehatan, ataupun pelaksanaan tindakan keperawatan lainnya
sesuai dengan kondisi kegawat-daruratan klien.
b. Intervensi kolaborasi : tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam lingkup yang
sesuai dengan aturan profesi keperawatan.

I. EVALUASI
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan klien dapat 1menit, 5, 15,
30 menit, atau 1 jamsesuai dengan kondisi klien/ kebutuhan. Konsep kegawatan hanya 2 – 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Setyarini, didin. Suprapti. 2016. Modul kegawatdaruratan meternal neonatal. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah, Ed.8. Vol. 3. Jakarta : EGC

Pusnonegoro, A.D. Dkk. Buku panduan penanggulangan penderita gawat darurat : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai