Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN DIABETES MELITUS

KELOMPOK I
Definisi DM

Diabetes Melitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang


ditandai oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat
kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya (kowalak, dkk. 2016 ).
Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks dan
memerlukan perawatan medis yang berkelanjutan dengan
strategi pengurangan resiko multi-faktor di luar kendali
glikemik (American Diabetes Association, 2018).
Etiologi DM
Penyakit DM secara umum diakibatkan oleh konsumsi
makanan yang tidak terkontrol atau sebagai efek
samping dari pemakaian obat-obatan tertentu. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe 2 yakni usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Diabetes militus juga di sebabkan oleh tidak cukupnya
hormon insulin yang di hasilkan oleh pankreas untuk
menetralkan glukosa darah di dalam tubuh. Pada
penderita diabetes melitus terjadi kerusakan pankreas
sehingga hormon insulin yang di produksi tidak mampu
mencukupi kebutuhan (Susilo dan Wulandari, 2011).
Patofisiologi DM
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe 2 yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada
reseptor khusus dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap
saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai
resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe 2. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe 2,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetis tipe 2. (Brruner & suddarth, 2015).
Manifestasi Klinik

DM pada lansia umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun ada gejala,


seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan, letargi,
perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan
fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah
jatuh, dan inkontinensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis DM
pada lansia seringkali agak terlambat.
DM pada lansia seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakit
lain. Di sisi lain, adanya penyakit akut (seperti infark miokard akut,
stroke, pneumonia, infeksi saluran kemih, trauma fisik/ psikis) dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gula darah
2. Pemeriksaan fungsi tiroid
3. Pemeriksaan urine didapatkan adanya glukosa dalam urine
4. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka
Penatalaksanaan
1. Terapi Non-Farmakologis
 Diet Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari
10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
 Latihan juga diperlukan untuk membantu
mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien
lansia secara fisik mampu mengikuti program
latihan kebugaran
 Pemantauan Pada pasien dengan diabetes, kadar
glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin.
Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus
dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas
yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia
2. Terapi Farmakologi
 Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk  penanganan NIDDM.
 Insulin: Indikasi pengobatan dengan insulin adalah: Semua
penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis, DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak
terkendali dengan diet (perencanaan makanan), DM yang tidak
berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal.
Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Diabetes ketoasidosis adalah akibat
yang berat dari deficit insulin yang berat
pada jaringan adipose, otot skeletal, dan
hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat
sensitive terhadap kekurangan insulin.
DKA dapat dicetuskan oleh infeksi
( penyakit).
2. Komplikasi Kronis
 Retinopati diabetic Lesi paling awal yang timbul adalah
mikroaneurism pada pembuluh retina.
 Nefropati diabetic Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic
adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua
ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
 Neuropati diabetic terjadi pada 60-70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer
dan autonomic.
 Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi
hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahui
dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati,
dan penyakit makrovaskular.
 Kaki diabetic Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic
yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
 Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di
bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi
insulin atau obat hipoglikemik oral.
Kebijakan Pemerintah terhadap
pengendalian Diabtes Melitus Pada Lansia
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1575 tahun 2005, tentang organisasi dan tata kerja departemen
kesehatan telah di bentuk Sub Direktorat Diabetes Melitus dan Penyakit
Metabolik (Subdit DM dan PM). Subdirektorat DM dan PM mempunyai
tugas dan fungsi menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis,
evaluasi dan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur, bimbingan
teknis, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pengendalia
Diabates melitus dan penyakit metabolik (Depkes, 2006). Fokus utama
pengendalian Diabtes Melitus
1. Akselerasi penemuan dini faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM
2. Penguatan intervensi modivikasi perilaku beresiko PTM melalui
Posbindu PTM
3. Akselerasi penemuan dini kasus berpotensi Diabetes Melitus ke FKTP
4. Penguatan penatalaksanaan Diabetes Melitus sesuai standar di FKTP
5. Peningkatan pemantuan keberhasilan pengobatan Diabetes Melitus
dengan HbA1C
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia
1. Pengkajian
 Identitas merupakan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang: jati
diri seseorang. Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk panti, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama, merupakan kebutuhan yang mendorong penderita
untuk masuk Panti. Data yang dapat ditemukan: nyeri pada
pinggul, lemah, letih, kesulitan bergerak, tidak nyaman, mata
kabur, kram otot
3. Riwayat penyakit sekarang, Meliputi perjalanan penyakit yang
dialami pasien saat ini, berapa lama penyakit sudah dialami, gejala
yang dialami selama menderita penyakit saat ini dan perawatan
yang sudah dijalani untuk mengobati penyakit saat ini.
Next....
4. Riwayat kesehatan dahulu, pengkajian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perjalanan penyakit yang sebelumnya pernah
dialami oleh pasien, sehingga dapat dijadikan acuan dalam analisis
sakit yang saat ini pasien alami dan dalam penentuan pengobatan
selanjutnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga, meliputi status kesehatan anggota
keluarga yang lain, apakah ada keluarga yang mengalami sakit serupa
yaitu diabetes melitus dengan pasien saat ini, atau penyakit
keturunan lainnya.
6. Riwayat Lingkungan Hidup Pengkajian ini merupakan bentuk
pengkajian yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan pasien, faktor lingkungan yang ada
keterkaitanny dengan sakit yang dialami pasien saat ini dan
kemungkinan masalah yang dapat terjadi akibat pengaruh
lingkungan.
Pemeriksaan Fisik, Psikologis, Psikososial
dan Spiritual
1.Perubahan Fisik
 Pengumpulan data dengan wawancara
• Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
• Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
• Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
• Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
• Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
• Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
• Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
• Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
 Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik : Pemeriksanaan dilakukan
dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui
perubahan sistem tubuh.
2. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
• Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan.
• Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
• Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
• Bagaimana mengatasi stres yang di alami.
• Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
• Apakah lansia sering mengalami kegagala.
• Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
• Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah.
3. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
• Darimana sumber keuangan lansia.
• Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang.
• Dengan siapa dia tinggal.
• Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia.
• Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya.
• Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
• Siapa saja yang bisa mengunjungi.Seberapa besar ketergantungannya
• Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang
ada.
4. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
• Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
• Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
• Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa,
• Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Pengkajian kesehatan lansia
Refleks Ekstermitas
Refleks Kanan Kiri

Biceps + +

Triceps + +

Knee + -

Achiles + +

Keterangan : Refleks (+) : Normal Refleks ( - ) : Menurun / meningkat


Next.....

II. Pengkajian INDEKS KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan


Sehari-hari) (Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari)
SKORE KRITERIA

A
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
satu dari fungsi tersebut.
C
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
Next.....
SKORE KRITERIA

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat


Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.

Dari hasil pengkajian INDEKS KATZ pasien dapat diambil kesimpulan


bahwa pasien berada pada skore E yaitu pasien dapat melakukan semua
aktivitas kehidupan sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil
dan fungsi tambahan.
Pengkajian Kemampuan Intelektual Menggunakan SPMSQ (Short Portable
Mental Status Quesioner
No Pertanyaan Jawaban Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden Indonesia ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama Ibu anda ?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap perguruan 3 dari
setiap angka baru, secara menurun ?
Jumlah
3. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
• Ketidakstabilan Glukosa dalam Darah (D.0027)
• Intoleran Aktivitas (D.0142)
• Risiko Jatuh (D.0143)
• Gangguan Integritas Kulit (D.0129)

4. Standar Luaran Keperawatan Indonesia


• L.03022 Kestabilan glukosa dalam darah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan ketidakstabilan gula darah dapat teratasi dengan
kriteria hasil Kadar glukosa dalam darah membaik.
• L.05047 Toleransi Aktivitas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam di harapkan Intoleransi Aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil keluhan
lelah menurun
• L.05038 Ambulasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan Intoleransi Aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil berjalan dengan
langkah yang efektif dan kaku pada persendian membaik.
• L.14125 Integritas Kulit dan jaringan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan Integritas Kulit dan Jaringan dapat teratasi dengan
kriteria hasil Kerusakan jaringan dan keruskan lapisan kulit membaik.
5. Intervensi Keperawatan
• Konseling Nutrisi (I.03093)
• Terapi Aktivitas (I.05186)
• Manajemen keselamatan lingkungan (I.14513)
• Perawatan integritas kulit (I.11353)
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada lansia penderita diabetes melitus yang di harapkan yakni :
Kondisi dari klien (lansia) di jaga agar tetap stabil dan tidak ada nyeri
• Turgor kulit normal, tidak terjadi lesi ataupun adanya gangguan integritas
kulit/jaringan.
• Tanda-tanda vital normal
• Berat badan dapat meningkat dengan nilai yang normal dan tidak ada tanda-tanda
maltnutrisi.
• Cairan dan elektrolit pasien diabetes normal.
• Diharapkan jangan sampai terjadi komplikasi dan infeksi
• Rasa lelah atau letih berkurang
• Pasien dapat memahami tentang kondisinya yang menderita diabetes melitus, serta
efek dan prosedur pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai