Anda di halaman 1dari 3

Pemilu AS 2020: Pengecekan fakta minggu terakhir Trump dan Biden

Kampanye pemilu AS masih menjadi topik hangat untuk diperbincangkan


diberbagai belahan dunia. Setelah berbulan-bulan kedua calon presiden AS
berkampanye untuk meyakinkan masyarakat, kini waktu kampanye bagi
kedua calon akan segera berakhir. Simak kebenaran fakta kampanye yang
disampaikan di minggu terakhir ini.

1. Trump: Pemilih dapat mengubah suara di "sebagian besar negara bagian"


Fakta: Hal ini tidak benar. Pemilih yang hanya dapat melakukan perubahan
suara setelah mengirimkan surat suaranya melalui pos hanya ada dibeberapa
negara bagian seperti Michigan, Connecticut, Minnesota, New York, dan
Wisconsin. Dalam negara yang disebutkan tersebut, para pemilih dapat
meminta surat suara baru dan dikirimkan nya melalui pos atau memberikan
suara secara langsung untuk merubah pilihannya.

2. Biden: "Donald Trump menghancurkan perekonomian yang Presiden


Barack dan saya tinggalkan padanya. Sama seperti hal lainnya yang dia
tinggalkan dan warisi, dia telah menyia-nyiakannya."
Fakta: pertumbuhan ekonomi selama masa kepemimpinan presiden Donald
Trump mengalami penurunan drastis hanya setelah adanya pandemi, itupun
pada permulaan masa pandemi. Saat ini, pertumbuhan ekonomi AS
mengalami pemulihan hang kuat. Bahkan data menunjukkan output
ekonomi melonjak 33% pada kuartal ketiga tahun 2020.

3. Trump mengatakan pemulihan pertumbuhan baru-baru ini adalah "yang


terbesar dalam sejarah negara kita, hampir tiga kali lipat dan lebih besar dari
negara mana pun".
Fakta : Hal Ini tidak benar. Selama periode kuartal ketiga (Juli-September)
tahun ini, ekonomi AS tumbuh sebesar 7,4% (33,1% adalah angka tahunan).
Walaupun data pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan AS lebih baik
daripada Eropa, namun lebih buruk dari China dan beberapa negara Asia
lainnya seperti Korea Selatan, kata Neil Shearing, Kepala Ekonomi di
Capital Economics. .

4. Biden: "Diperkirakan jika kita memakai masker dalam beberapa bulan ke


depan, menurut ahlinya di CDC dan agensi lain kita akan menyelamatkan
100.000 nyawa."
Fakta: The US Centers for Disease Contoh (CDC) atau Pusat Pengendalian
Penyakit AS tidak pernah menerangkan tentang perkiraan ini. Perkiraan
mengenai keefektifan penggunaan masker ini bukan diterangkan oleh CDC,
namun oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di
University of Washington. Namun, besar perkiraan yang disebutkan Biden
jauh diatas perkiraan yang disebutkan IHME yaitu jika penggunaan masker
hampir seluruh masyarakat dunia, maka 62.000 nyawa akan terselamatkan.

5. Trump: Joe Biden akan meniadakan sistem jaminan tunai, hal ini sama
dengan membebaskan "400.000 penjahat berbahaya"
Fakta: Dalam proses kampanye nya, Joe Biden memang akan meniadakan
sistem jaminan tunai untuk para terdakwa, namun dalam hal ini Trump
melakukan kesalahan mengenai perkiraan dampaknya.
Uang jaminan terdakwa yang dimaksud adalah uang jaminan yang
dibayarkan oleh terdakwa untuk menghindari penahanan saat menunggu
persidangan
Situs webnya mengatakan: "Sistem jaminan tunai memenjarakan orang-
orang yang dianggap tidak bersalah." Ada sekitar 450.000 orang saat ini
ditahan sebelum persidangan. Namun, sebagian besar dari mereka tidak
diberi opsi jaminan - khususnya mereka yang dituduh melakukan kejahatan
berat. Jadi, angka 400.000 Trump terlalu tinggi, kata para ahli. Dan juga
tidak benar menyebut semua orang yang tidak mampu membayar jaminan
sebagai "penjahat berbahaya". "Jaminan tunai mengakibatkan penahanan
berdasarkan ketidakmampuan untuk membayar. Akibatnya, orang miskin
yang berisiko rendah dapat ditahan dan orang kaya yang berisiko tinggi
dapat dibebaskan," kata Prof Crystal Yang dari Universitas Harvard.
6. Biden: "91 dari perusahaan korporat teratas di Amerika tidak membayar
pajak penghasilan federal."
Fakta: Ini benar, menurut sebuah penelitian. Konteks dari klaim ini adalah
bahwa Biden telah mengkritik pemotongan besar pajak yang dilakukan
Trump dimasa pemerintahannya. Peraturan tersebut menyebabkan
perusahaan dan individu yang kaya diwajibkan membayar pajak jauh lebih
sedikit. Hal ini terbukti pada tahun 2018, tercatat ada 91 dari 500
perusahaan teratas di AS yang tidak membayar pajak, data tersebut
berdasarkan laporan dari Institute on Taxation and Economic Policy.

Anda mungkin juga menyukai