Oleh:
ARNI WIDYASTUTI
NIM. 741352019008
والصـالة والســالم على اشـرف اال نــبـيـاء والمرسـلـيـن سـيّـدنا محـمـد وعـلى اله, الحـمد هلل رب العالمــيـن
.وصـحـبـه اجـمـعـيـن
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan kekuatan
dan kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Islam dan Radikalisme pada Program Pasca Sarjana IAIN Bone Prodi Hukum Tata
Negara.
Mengingat kemampuan penulis sangat terbatas, maka penyelesaian makalah ini tidak
luput dari hambatan dan kesulitan. Akan tetapi, penulis mendapatkan bantuan dari beberapa
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu saja jauh dari kesempurnaan, sehingga
penulis akan meminta maaf atas kekurangan dan berterima kasih seandainya ada koreksi dan
Penulis,
Arni Widyastuti
i
DAFTAR ISI
A. Simpulan ............................................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................................... 12
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang
mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun
ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja
dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang saat ini telah terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan semakin
memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Radikalisme?
2. Bagaimana Radikalisme Islam, Isu Global dan Isu-Isul Pokoknya?
3. Bagaimana Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Radikalisme.
2. Untuk Mengetahui Radikalisme Islam, Isu Global dan Isu-Isul
Pokoknya.
3. Untuk Mengetahui Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radikalisme
Radikalisme berasal dari kata dasar radikal dan isme. Radikal itu sendiri
berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Sedangkan imbuhan isme
merupakan kata untuk mengintegrasikan sifat pada sebuah kata kerja. Dengan
demikan secara etimologis, radikalisme adalah sesuatu yang bersifat mengakar.
Istilah bersifat mengakar lebih mudah dipahami dengan istilah bersifat mendasar,
bersifat fundamental, atau bersifat pada aturan bakunya.
Radikalisme tidak dapat disebut radikal jika sama sekali tidak memiliki
konflik dengan aturan seluruh kelompok masyarakat. Syarat utama untuk dapat
disebut radikal adalah apabila aturan kelompok masyarakat tertentu sangat
berbeda dan sangat berpotensi untuk menimbulkan konflik dengan sebagian besar
kelompok masyarakat. Representasi sebagian besar kelompok masyarakat secara
de jure adalah negara. Oleh karenanya, radikalisme dalam bentuk apapun
merupakan salah satu musuh negara.
Radikalisme bisa lahir dari ajaran ideologi dan agama, termasuk dalam
agama Islam, radikalisme bisa berbentuk pemikiran maupun praktek gerakan.
Radikalisme pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan
pandangan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang dinilainya sebagai
yang paling benar dan menganggap yang lain salah, dan harus ditentang
(dilawan). Sedangkan dalam gerakan aktivitas untuk mencapai misi dengan
tindakan radikal (teror, bom, penyanderaan, baiat dan pembunuhan). 1 Scott M.
Thomas dalam bukunya The Global Resurgence of Religion and The
Transformation of International Relation, The Struggle for the Soul of the Twenty-
First Century, mengemukakan bahwa pemikiran dan gerakan radikal terkait
dengan faktor ideologi dan agama. Istilah radikalisme adalah hasil labelisasi
terhadap gerakan-gerakan keagamaan dan politik yang memiliki ciri pembeda
dengan gerakan keagamaan dan politik status quo.2 Aksi-aksi kekerasan yang
dilakukan oleh kelompok radikalis didorong oleh motif ajaran kelompok masing-
masing serta nilai yang diyakini. 3
1
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi. Malang,
2016, Intrans Publishing. hlm 1.
2
Ahmad Saifuddin. Islam, Radikalisme dan Terorisme.
http://www.nu.or.id/post/read/64719/islam-radikalisme-dan-terorisme diakses; 17 Desember 2020.
3
Ihsan Ali-Fauzi, Direktur Program Yayasan Wakaf Paramadina. Radikal Dulu, Teroris
Kemudian. http://www.tempo.co/read/kolom/2011/04/19/363/radikal-dulu-teroris-kemudian
diakses; 18 Desember 2020.
4
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi. Malang,
2016, Intrans Publishing. hlm 05.
5
atau ekstrem kiri, secara tidak langsung merupakan lawan dari moderat. Kedua,
radikalisme dalam gerakan merupakan pendekatan non-kompromis terhadap
persoalan sosial politik dan ekonomi yang ditandai oleh ketidakpuasan yang
sangat tinggi terhadap status quo, dengan adanya perubahan secara cepat dengan
cara-cara ekstrem, dengan agenda perubahan secara fundamental dalam
masyarakat dan kepemimpinan.5
Selain motivasi ideologi, ada dua faktor penting yang turut mendorong
munculnya radikalisme: 7
1. Pertama, kekuatan kaum Muslim yang lemah, oleh para kaum radikalis
dinilai karena kemerosotan moral para elit penguasa Muslim. Kaum
5
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi. Malang,
2016, Intrans Publishing. hlm 06.
6
H.M. Amin Abdullah. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer. Yogyakarta.
2009. Pustaka Pelajar. hlm 504.
7
Muh A. S. Hikam, Deradikalisasi, Peran Masyarakat Sipil Indonesia membendung
Radikalisme. Jakarta. 2016. Kompas Penerbit Buku. hlm 33.
6
radikalis menuduh elit penguasa Muslim sebagai boneka Barat, mulai dari
argumen karena sistem pemerintahan yang sekuler, dan juga karena
kebijakan pemerintahan yang memihak Barat.
2. Kedua, pengakuan obyektif kaum radikalis terhadap dunia non-muslim
Barat yang telah mencapai puncak kemajuan, baik di bidang ilmu
pengetahuan, ekonomi, dan politik. Tetapi kemajuan Barat diapakai untuk
mengekspoitasi bangsa-bangsa lain di dunia khususnya Islam.
Beberapa kasus, aksi teror akan semakin meluas ketika isu politik
internasional juga dimasukkan dan dijadikan sebagai bahan pemicu konflik atau
kekerasan di berbagai belahan wilayah dunia oleh kelompok radikal. Isu
lingkungan strategis global perlu diperhatikan, menyangkut isu-isu politik
internasional berkaitan entitas agama, yang kapan pun bisa secara cepat atau
lambat memiliki dampak sebagai pemicu aksi teror. Pada saat ini Islam menjadi
sorotan dunia global, Islam banyak dipandang sebagai kekuatan sosial keagamaan
yang sedang mencari tempat di politik global. Dalam tataran global, dunia tengah
menghadapi ancaman perang non konvensional, perang yang dihadapi oleh
negara-negara saat ini bergeser dari bentuk konvensional menuju perang tanpa
teritori menghadapi ancaman radikalisme.9
Makna radikalisme tidak tunggal menjadi bagian dari satu agama atau
ajaran, tapi sesuai pada konteks penafsiran ajaran yang diyakini. Konteks
terorisme yang berlatar radikalisme agama, ajaran radikalisme mengarah pada
tindakan kekerasan merupakan kejahatan berkedok agama. Dalam wilayah
wacana pemikiran atau gagasan, radikalisme bukan merupakan kekerasan,
9
Sidratahta Muhktar. Dinamika Politik Islam, dalam Dunia yang Berubah. Yogyakarta.
2014. Aynat Publishing. hlm 71-72.
8
sehingga tidak menjadi persoalan sejauh tidak diikuti oleh tindakan kekerasan
yang merusak atau mengancam norma sosial dan hukum. 10
Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji daya
tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar
lainnya, seperti liberalisme (yang menjunjung kebebasan dan persaingan),
sosialisme (yang menekankan harmoni), humanisme (yang menekankan
kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai luhur yang mapan), maupun
ideologi yang berdimensi keagamaan. Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada
dasarnya memiliki nilai-nilai universal yang sama dengan ideologi lainnya, seperti
keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan.
10
Agus SB. Deradikalisasi Nusantara, Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal,
Melawan Radikalisasi dan Terorisme. Jakarta. 2016. Daulat Press. Hlm 49.
9
Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis jaman lalu tidak lagi
merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh.
Training of Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi
kontra radikal terorisme siswa SMA di empat provinsi.
Ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme di
kalangan pemuda :
Pertama, memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education)
dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar
kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong untuk
menjunjung tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang sejalan
dengan kearifan lokal seperti toleransi antar-umat beragama, kebebasan
yang bertanggung jawab, gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air
serta kepedulian antar-warga masyarakat.
Kedua, mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang
berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya,
maupun olahraga.
Ketiga, memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga
pemuda tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini,
peran guru agama di lingkungan sekolah dan para pemuka agama di
masyarakat sangat penting.
Keempat, memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya
keteladanan dari para penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh
masyarakat, maka upaya yang dilakukan akan sia-sia.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Letak Indonesia yang strategis dan merupakan kumpulan dari pulau-pulau
menyebabkan Indonesia sering dilewati oleh negara lain. Indonesia terdiri dari
beraneka ragam budaya sehingga radikalisme dapat dengan mudah masuk dan
menyebar di Indonesia. Radikalisme sudah “menjangkiti” aliran-aliran sosial,
politik, budaya, dan ekonomi. Di Indonesia, aksi kekerasan (teror) yang terjadi
dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan/mendompleng agama
tertentu.
Gerakan radikalisme di Indonesia dapat merugikan ketatanegaraan NKRI
dan juga tidak sesuai dengan Pancasila. Radikalisme dapat menjadikan negera
dipandang rendah oleh bangsa lain sehingga ekonomi negara memburuk, sehingga
Pemerintahan Indonesia harus berupaya memulihkan hal tersebut yang tentu
merugikan ketatanegaraan. Selain itu radikalisme bertentangan dengan pancasila
sila pertama.
Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan,
meyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan
cara yang salah. Tidak ada satupun agama yang di Indonesia yang mengajarkan
radikalisme untuk mencapai tujuan dari suatu umat beragama. Fenomena
meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap
Agama dan Pancasila. Oleh karena itu, dibutuhkan pengimplementasian terhadap
nilai-nilai Pancasila dan pembentengan para pemuda dari radikalisme.
B. Saran
Makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu, apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan makalah, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar
kedepannya penulis mampu membuat makalah yang jauh lebih baik lagi.
13
DAFTAR RUJUKAN
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi.
http://www.nu.or.id/post/read/64719/islam-radikalisme-dan-terorisme .
Teroris Kemudian.
http://www.tempo.co/read/kolom/2011/04/19/363/radikal-dulu-teroris-.
Yogyakarta. 2009.