Anda di halaman 1dari 16

IDEOLOGI KELOMPOK RADIKALISME

Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Wajib


pada Mata Kuliah Islam dan Radikalisme Semester III
Program Pasca Sarjana Prodi Hukum Tata Negara

Oleh:

ARNI WIDYASTUTI

NIM. 741352019008

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫ والصـالة والســالم على اشـرف اال نــبـيـاء والمرسـلـيـن سـيّـدنا محـمـد وعـلى اله‬, ‫الحـمد هلل رب العالمــيـن‬

.‫وصـحـبـه اجـمـعـيـن‬

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan kekuatan

dan kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini sebagai tugas mata

kuliah Islam dan Radikalisme pada Program Pasca Sarjana IAIN Bone Prodi Hukum Tata

Negara.

Mengingat kemampuan penulis sangat terbatas, maka penyelesaian makalah ini tidak

luput dari hambatan dan kesulitan. Akan tetapi, penulis mendapatkan bantuan dari beberapa

pihak sehingga hambatan- hambatan dan kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu saja jauh dari kesempurnaan, sehingga

penulis akan meminta maaf atas kekurangan dan berterima kasih seandainya ada koreksi dan

kritik yang sifatnya membangun dari pembaca.

Watampone, Desember 2020

Penulis,

Arni Widyastuti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang... ................................................................................................... 1

B. Rumusan Malasah ................................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

A. Pengertian Radikalisme ......................................................................................... 3

B. Radikalisme Islam, Isu Global dan Isu-Isu Pokoknya ............................................. 4

C. Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila........................................................ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 12

A. Simpulan ............................................................................................................... 12

B. Saran ..................................................................................................................... 12

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................................... 13

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman


radikalisme, terorisme dan separatisme yang kesemuanya bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945. Radikalisme merupakan ancaman
terhadap ketahanan ideologi. Apabila Ideologi negara sudah tidak kokoh maka
akan berdampak terhadap ketahanan nasional.

Radikalisme dapat diartikan sebagai sikap atau paham yang secara


ekstrim, revolusioner dan militan untuk memperjuangkan perubahan dari arus
utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud
yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan
demonstrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah mainstream dapat
digolongkan sebagai sikap radikal.

Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh


seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama di
Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja
diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat
di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan teror. Aksi tersebut
telah menyedot banyak potensi dan energi kemanusiaan serta telah merenggut hak
hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai
permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah digelar untuk
mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga sampai pada
penawaran solusi, namun tidak juga kunjung memperlihatkan adanya suatu titik
terang.

Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipahami secara


beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya memang selalu
dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan
2

kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang
mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun
ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja
dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang saat ini telah terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan semakin
memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Radikalisme?
2. Bagaimana Radikalisme Islam, Isu Global dan Isu-Isul Pokoknya?
3. Bagaimana Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Radikalisme.
2. Untuk Mengetahui Radikalisme Islam, Isu Global dan Isu-Isul
Pokoknya.
3. Untuk Mengetahui Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Radikalisme

Radikalisme berasal dari kata dasar radikal dan isme. Radikal itu sendiri
berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Sedangkan imbuhan isme
merupakan kata untuk mengintegrasikan sifat pada sebuah kata kerja. Dengan
demikan secara etimologis, radikalisme adalah sesuatu yang bersifat mengakar.
Istilah bersifat mengakar lebih mudah dipahami dengan istilah bersifat mendasar,
bersifat fundamental, atau bersifat pada aturan bakunya.

Radikalisme secara sederhana merupakan pemikiran atau sikap yang


ditandai oleh empat hal (Asshofie, 2000), yaitu: sikap tidak toleran, tidak mau
menghargai pendapat dan keyakinan orang lain; fanatik selalu merasa benar
sendiri, menganggap orang lain salah; sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari
kebiasaan umat kebanyakan; dan, sikap revolusioner, yaitu cenderung
menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.

Radikalisme tidak dapat disebut radikal jika sama sekali tidak memiliki
konflik dengan aturan seluruh kelompok masyarakat. Syarat utama untuk dapat
disebut radikal adalah apabila aturan kelompok masyarakat tertentu sangat
berbeda dan sangat berpotensi untuk menimbulkan konflik dengan sebagian besar
kelompok masyarakat. Representasi sebagian besar kelompok masyarakat secara
de jure adalah negara. Oleh karenanya, radikalisme dalam bentuk apapun
merupakan salah satu musuh negara.

Berikut adalah contoh bentuk radikalisme yang biasanya terjadi dalam


kehidupan bernegara:

1. Membuat atau mengadopsi ideologi yang bertentangan dengan


ideologi negara.
2. Mengajak masyarakat untuk mengadopsi ideologi yang
bertentangan dengan ideologi negara.
4

3. Menyebarkan kebencian terhadap ideologi negara.


4. Memengaruhi masyarakat untuk membuat negara baru.
B. Radikalisme Islam, Isu Global dan Isu-Isu Pokoknya

Radikalisme bisa lahir dari ajaran ideologi dan agama, termasuk dalam
agama Islam, radikalisme bisa berbentuk pemikiran maupun praktek gerakan.
Radikalisme pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan
pandangan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang dinilainya sebagai
yang paling benar dan menganggap yang lain salah, dan harus ditentang
(dilawan). Sedangkan dalam gerakan aktivitas untuk mencapai misi dengan
tindakan radikal (teror, bom, penyanderaan, baiat dan pembunuhan). 1 Scott M.
Thomas dalam bukunya The Global Resurgence of Religion and The
Transformation of International Relation, The Struggle for the Soul of the Twenty-
First Century, mengemukakan bahwa pemikiran dan gerakan radikal terkait
dengan faktor ideologi dan agama. Istilah radikalisme adalah hasil labelisasi
terhadap gerakan-gerakan keagamaan dan politik yang memiliki ciri pembeda
dengan gerakan keagamaan dan politik status quo.2 Aksi-aksi kekerasan yang
dilakukan oleh kelompok radikalis didorong oleh motif ajaran kelompok masing-
masing serta nilai yang diyakini. 3

Konteks ideologi radikalisme memiliki dua makna, pertama, radikalisme


sebagai ideologi non-kompromis berkaitan dengan penerimaan pembangunan,
perubahan, dan konsep kemajuan. Kelompok yang memiliki orientasi seperti ini
bisa disebut kaum radikal kanan. Sedangkan ideologi non-kompromis yang
mendasarkan pada nilai-nilai masa lalu, yang tidak mau menerima perubahan
biasa disebut sebagai radikal kiri. 4 Dalam istilah lain biasa disebut ekstrem kanan

1
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi. Malang,
2016, Intrans Publishing. hlm 1.
2
Ahmad Saifuddin. Islam, Radikalisme dan Terorisme.
http://www.nu.or.id/post/read/64719/islam-radikalisme-dan-terorisme diakses; 17 Desember 2020.
3
Ihsan Ali-Fauzi, Direktur Program Yayasan Wakaf Paramadina. Radikal Dulu, Teroris
Kemudian. http://www.tempo.co/read/kolom/2011/04/19/363/radikal-dulu-teroris-kemudian
diakses; 18 Desember 2020.
4
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi. Malang,
2016, Intrans Publishing. hlm 05.
5

atau ekstrem kiri, secara tidak langsung merupakan lawan dari moderat. Kedua,
radikalisme dalam gerakan merupakan pendekatan non-kompromis terhadap
persoalan sosial politik dan ekonomi yang ditandai oleh ketidakpuasan yang
sangat tinggi terhadap status quo, dengan adanya perubahan secara cepat dengan
cara-cara ekstrem, dengan agenda perubahan secara fundamental dalam
masyarakat dan kepemimpinan.5

Pandangan Martin E. Marty mencirikan ajaran kaum radikal Islam ditandai


dengan empat gejala pokok:6

1. Pertama, oppositionalism faham perlawanan yang bersifat radikal


terhadap ancaman yang dipandang dapat membahayakan eksistensi
agama, seperti modernitas, sekularisme dan ajaran Barat pada
umumnya.
2. Kedua, penolakan terhadap hermeneutika, teks agama harus
dipahami secara literal, karena nalar dipandang tidak mampu
menginpretasi terhadap teks agama.
3. Ketiga, penolakan terhadap pluralisme dan relativisme yang
dipandang sebagai hasil pemahaman yang salah terhadap teks suci
dan lepas dari kendali agama, dan
4. Keempat, penolakan terhadap perkembangan historis dan
sosiologis, yang menurut kelompok radikalisme dapat membawa
umat semakin jauh dari kebenaran doktrin literal agama.

Selain motivasi ideologi, ada dua faktor penting yang turut mendorong
munculnya radikalisme: 7

1. Pertama, kekuatan kaum Muslim yang lemah, oleh para kaum radikalis
dinilai karena kemerosotan moral para elit penguasa Muslim. Kaum

5
Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi. Malang,
2016, Intrans Publishing. hlm 06.
6
H.M. Amin Abdullah. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer. Yogyakarta.
2009. Pustaka Pelajar. hlm 504.
7
Muh A. S. Hikam, Deradikalisasi, Peran Masyarakat Sipil Indonesia membendung
Radikalisme. Jakarta. 2016. Kompas Penerbit Buku. hlm 33.
6

radikalis menuduh elit penguasa Muslim sebagai boneka Barat, mulai dari
argumen karena sistem pemerintahan yang sekuler, dan juga karena
kebijakan pemerintahan yang memihak Barat.
2. Kedua, pengakuan obyektif kaum radikalis terhadap dunia non-muslim
Barat yang telah mencapai puncak kemajuan, baik di bidang ilmu
pengetahuan, ekonomi, dan politik. Tetapi kemajuan Barat diapakai untuk
mengekspoitasi bangsa-bangsa lain di dunia khususnya Islam.

Perlu digaris bawahi juga bahwasanya radikalisme yang terjadi di


Indonesia selama ini memiliki keterkaitan ideologis, sejarah, dan politis serta
merupakan bagian dari dinamika lingkungan strategis pada tataran global dan
regional. 8

Berbagai kondisi yang melatarbelakangi tindakan teror, secara tidak


langsung berdampak pada, munculnya sikap frustasi karena berpandangan sempit,
pada akhirnya menjadi ekslusif dalam bermasyarakat, reaksioner dalam
menghadapi persoalan dan cenderung melakukan kekerasan dalam memecahkan
persoalan. Kegagalan dalam memobilisasi massa pendukung aksi kekerasan.
Pelaku teror menganggap diri lemah, tidak memiliki militer, kekuatan diplomasi
nilai tawar, maka satu-satunya jalan yang ditempuh dalam melawan yakni jalan
kekerasan (bom, penyanderaan, teror dan aksi kekerasan lainya).

Aksi terorisme yang bersumber dari paham radikal merupakan sebuah


fenomena global yang termasuk ke dalam kategori kejahatan luar biasa
(extraordinary crime). Aksi teror dapat terjadi dimana saja, di negara maju,
berkembang, maupun terbelakang. Berdasarkan laporan Kementerian Luar Negeri
AS yang dirilis pada 31 Juli 2012, pada tahun 2011 telah terjadi kurang lebih
10.000 aksi teror di 70 negara yang mengakibatkan 12.500 korban meninggal
dunia. Jadi bisa disimpulkan bahwasanya sasaran atau target teror tidak selalu
melihat negara maju atau tidak, tapi lebih kepada negara tersebut bertentangan
atau tidak dengan paham ideologi kaum radikal.
7

Beberapa kasus, aksi teror akan semakin meluas ketika isu politik
internasional juga dimasukkan dan dijadikan sebagai bahan pemicu konflik atau
kekerasan di berbagai belahan wilayah dunia oleh kelompok radikal. Isu
lingkungan strategis global perlu diperhatikan, menyangkut isu-isu politik
internasional berkaitan entitas agama, yang kapan pun bisa secara cepat atau
lambat memiliki dampak sebagai pemicu aksi teror. Pada saat ini Islam menjadi
sorotan dunia global, Islam banyak dipandang sebagai kekuatan sosial keagamaan
yang sedang mencari tempat di politik global. Dalam tataran global, dunia tengah
menghadapi ancaman perang non konvensional, perang yang dihadapi oleh
negara-negara saat ini bergeser dari bentuk konvensional menuju perang tanpa
teritori menghadapi ancaman radikalisme.9

Isu pokok yang dikumandangkan kelompok radikal beragam dan sesuai


konteks zaman. Isu pokok dari agenda revivalisme Islam, pemurnian ajaran Islam
secara tekstual kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Hadist (purifikasi Islam),
penolakan terhadap dominasi dan hegemoni Barat terhadap Islam. Gerakan
radikalisme Islam mulai abad 20 dipicu oleh dua faktor mendasar, pertama;
penguasa lokal (negara) yang di anggap otoriter, despotis, korup, dan pro Barat.
Kelompok Islam mainstrem dianggap tidak mampu melakukan kontrol dan
condong menyokong kekuasaan. Kedua; kolonialisasi dan penetrasi ideologi Barat
dinilai tidak sesuai dengan norma nilai-nilai Islam, simbol Barat dalam pandangan
kelompok radikal Islam sebagai penyebab dari rusaknya sistem sosial-politik yang
merugikan ummat Islam.

Makna radikalisme tidak tunggal menjadi bagian dari satu agama atau
ajaran, tapi sesuai pada konteks penafsiran ajaran yang diyakini. Konteks
terorisme yang berlatar radikalisme agama, ajaran radikalisme mengarah pada
tindakan kekerasan merupakan kejahatan berkedok agama. Dalam wilayah
wacana pemikiran atau gagasan, radikalisme bukan merupakan kekerasan,

9
Sidratahta Muhktar. Dinamika Politik Islam, dalam Dunia yang Berubah. Yogyakarta.
2014. Aynat Publishing. hlm 71-72.
8

sehingga tidak menjadi persoalan sejauh tidak diikuti oleh tindakan kekerasan
yang merusak atau mengancam norma sosial dan hukum. 10

Selanjutnya bila disederhanakan, gerakan radikalisme Islam dalam bentuk


teror merupakan pilihan aksi tentatif sebagai suatu alternatif jalan pintas dalam
menyelesaikan banyak persoalan versi kaum radikal. Secara ideologis tindakan ini
didorong oleh semangat nilai ajaran jihad sebagai perang terhadap orang kafir
(Barat). Faktornya bermacam-macam, ketidakadilan, penindasan serta eksploitasi
yang dilakukan oleh Barat terhadap kaum muslim. Tafsir jihad yang terdapat
dalam Al-qur’an dimaknai dengan literalis, jihad dimaknai dengan angkat senjata
dimanapun, kapanpun dan apapun situasinya.

C. Radikalisme di Tinjau dari Ideologi Pancasila


1. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi
Radikalisme

Dalam masa orde baru, untuk menanamkan dan memasyarakatkan


kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dibentuk satu badan yang bernama
BP7. Badan tersebut merupakan penanggung jawab (leading sector) terhadap
perumusan, aplikasi, sosialisasi, internalisasi terhadap pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila, dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.

Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji daya
tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar
lainnya, seperti liberalisme (yang menjunjung kebebasan dan persaingan),
sosialisme (yang menekankan harmoni), humanisme (yang menekankan
kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai luhur yang mapan), maupun
ideologi yang berdimensi keagamaan. Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada
dasarnya memiliki nilai-nilai universal yang sama dengan ideologi lainnya, seperti
keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan.

10
Agus SB. Deradikalisasi Nusantara, Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal,
Melawan Radikalisasi dan Terorisme. Jakarta. 2016. Daulat Press. Hlm 49.
9

Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis jaman lalu tidak lagi
merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh.

Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya


daripada kesamaan latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai
Pancasila, agar tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme harus lebih
ditekankan pada penyampaian tiga message berikut :

a) Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, di


mana di dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang
saham utama, atau warga kelas satu.
b) Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki
kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang
berusaha secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara
yang melawan hukum.
c) Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan
pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat
adil dan makmur, sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka.

Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap


diimplementasikan itu adalah :

 Kebangsaan dan persatuan


 Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia
 Ketuhanan dan toleransi
 Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan
 Demokrasi dan kekeluargaan

Ketahanan Nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang


harus diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergis dan dinamis
mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan dan nasional yang bermodalkan keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan
nasional.
10

Salah satu unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi. Ketahanan


Ideologi perlu ditingkatkan dalam bentuk :
 Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif
 Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai
baru
 Pengembangan dan penanaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam
seluruh kehidupan berbangsa, bermasyarakat.
2. Membentengi Pemuda Dari Radikalisme
Pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan negeri ini
bertumpu pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit kaum muda
yang justru menjadi pelaku terorisme. Serangkaian aksiterorisme mulai dari Bom
Bali-1, Bom Gereja Kepunton, bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton,hingga
aksi penembakan Pos Polisi Singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora,
melibatkan pemuda. Sebut saja, Dani Dwi Permana, salah satu pelaku Bom di JW
Marriot dan Hotel Ritz-Carlton, yang saat itu berusia 18 tahun dan baru lulus
SMA. Fakta tersebut diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam
dan Perdamaian (LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di kalangan siswa
dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-
Januari 2011, LaKIP menemukan sedikitnya 48,9 persen siswa menyatakan
bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait dengan agama dan moral.
Rentannya pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut menjadi
keprihatinan kita bersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda
terseret ke dalam tindakan terorisme, mulai dari kemiskinan, kurangnya
pendidikan agama yang damai, gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya
semangat kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya
keteladanan, dan tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif.
Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme
dan terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
menggunakan upaya pencegahan melalui kontra-radikalisasi (penangkalan
ideologi). Hal ini dilakukan dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan
Terorisme (FKPT) di daerah, Pelatihan anti radikal-terorisme bagi ormas,
11

Training of Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi
kontra radikal terorisme siswa SMA di empat provinsi.
Ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme di
kalangan pemuda :
 Pertama, memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education)
dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar
kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong untuk
menjunjung tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang sejalan
dengan kearifan lokal seperti toleransi antar-umat beragama, kebebasan
yang bertanggung jawab, gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air
serta kepedulian antar-warga masyarakat.
 Kedua, mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang
berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya,
maupun olahraga.
 Ketiga, memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga
pemuda tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini,
peran guru agama di lingkungan sekolah dan para pemuka agama di
masyarakat sangat penting.
 Keempat, memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya
keteladanan dari para penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh
masyarakat, maka upaya yang dilakukan akan sia-sia.
12

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Letak Indonesia yang strategis dan merupakan kumpulan dari pulau-pulau
menyebabkan Indonesia sering dilewati oleh negara lain. Indonesia terdiri dari
beraneka ragam budaya sehingga radikalisme dapat dengan mudah masuk dan
menyebar di Indonesia. Radikalisme sudah “menjangkiti” aliran-aliran sosial,
politik, budaya, dan ekonomi. Di Indonesia, aksi kekerasan (teror) yang terjadi
dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan/mendompleng agama
tertentu.
Gerakan radikalisme di Indonesia dapat merugikan ketatanegaraan NKRI
dan juga tidak sesuai dengan Pancasila. Radikalisme dapat menjadikan negera
dipandang rendah oleh bangsa lain sehingga ekonomi negara memburuk, sehingga
Pemerintahan Indonesia harus berupaya memulihkan hal tersebut yang tentu
merugikan ketatanegaraan. Selain itu radikalisme bertentangan dengan pancasila
sila pertama.
Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan,
meyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan
cara yang salah. Tidak ada satupun agama yang di Indonesia yang mengajarkan
radikalisme untuk mencapai tujuan dari suatu umat beragama. Fenomena
meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap
Agama dan Pancasila. Oleh karena itu, dibutuhkan pengimplementasian terhadap
nilai-nilai Pancasila dan pembentengan para pemuda dari radikalisme.

B. Saran

Makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena

itu, apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dalam

penulisan makalah, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar

kedepannya penulis mampu membuat makalah yang jauh lebih baik lagi.
13

DAFTAR RUJUKAN

Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme, Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi.

Malang, 2016, Intrans Publishing.

Ahmad Saifuddin. Islam, Radikalisme dan Terorisme.

http://www.nu.or.id/post/read/64719/islam-radikalisme-dan-terorisme .

Ihsan Ali-Fauzi, Direktur Program Yayasan Wakaf Paramadina. Radikal Dulu,

Teroris Kemudian.

http://www.tempo.co/read/kolom/2011/04/19/363/radikal-dulu-teroris-.

H.M. Amin Abdullah. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer.

Yogyakarta. 2009.

Muh A. S. Hikam, Deradikalisasi, Peran Masyarakat Sipil Indonesia

membendung Radikalisme. Jakarta. 2016. Kompas Penerbit Buku.

Sidratahta Muhktar. Dinamika Politik Islam, dalam Dunia yang Berubah.

Yogyakarta. 2014. Aynat Publishing.

Agus SB. Deradikalisasi Nusantara, Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal,

Melawan Radikalisasi dan Terorisme. Jakarta. 2016.

Anda mungkin juga menyukai