A. Hasil Penelitian
orang.
penelitian.
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin responden di
RSUD Labuang Baji Makassar
b. Umur
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden menurut umur responden
di RSUD Labuang Baji Makassar
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan responden
di RSUD Labuang Baji Makassar
Pendidikan n Persentase
Tidak ada 3 5,4
SD 21 37,5
SMP 11 19,6
SMA 14 25
Sarjana 7 12,5
Total 56 100
Sumber : Data Primer Februari - Maret, 2017
responden.
d. Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan responden
di RSUD Labuang Baji Makassar
Pekerjaan n Persentase
PNS 5 8,9
IRT 26 46,4
Swasta 12 21,4
Petani 13 23,2
Total 56 100
Sumber : Data Primer Februari - Maret, 2017
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil distribusi
responden.
2. Analisis Univariat
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden menurut Lama luka sebelum
ke RS di RSUD Labuang Baji Makassar
hari.
b. Lama Luka Saat Perawatan Di RS
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden menurut lama luka sebelum ke RS
di RSUD Labuang Baji Makassar
c. Tingkat Stress
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden menurut tingkat stress pasien ulkus
diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar
(39,3%) responden.
Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden menurut fase penyembuhan luka
di RSUD Labuang Baji Makassar
3. Analisa Bivariat
Tabel 5.9
Hubungan tingkat stress pasien ulkus diabetik dengan fase
penyembuhan luka di RSUD Labuang Baji Makassar
p
Fase Penyembuhan Luka
Tingkat value
Stress Cepat Lama Total (0,05)
Square didapatkan nilai p = 0,011 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p < α
B. Pembahasan
hubungan yang signifikan antara tingkat stress pasien ulkus diabetik dengan
bahwa tingkat stress responden ringan dengan fase penyembuhan luka cepat
responden yang memiliki tingkat stress berat dengan fase penyembuhan lama
responden memiliki tingkat stress ringan (sering sakit kepala, sulit tidur dan
cepat (terdapat jaringan granulasi dan epitelisasi). Hal ini sesuai dengan teori
lainnya dapat membantu untuk mengatasi tingkat stressor yang dialami para
penderita ulkus diabetik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yetti
ringan mengalami penyembuhan luka yang baik. Hal ini juga sesuai
dari hasil uji statistik dari 22 sampel didapatkan nilai p = 0,003, jadi terdapat
hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,031 maka dapat disimpulkan semakin
lukanya.
menurun, tidak ada tenaga untuk melaukukan tenaga, dan badan terasa
gemetar) menunjukkan fase penyembuhan lukanya lama (bengkak,
kemerahan, hangat pada kulit, rasa nyeri, kehilangan fungsi, dan luka masih
mengalami stress dan tubuh tidak sehat atau terluka, tubuh akan melepaskan
infeksi. Hal ini sesuai dengan teori Yumito (2013) yang menyatakan bahwa
luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Tubuh selain harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga harus bekerja
dalam melawan infeksi yang ada, sehingga fase inflamasi akan berlangsung
lebih lama. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bucknall (2005),
luka dengan baik, dimana jaringan sekitar luka terjadi peradangan. Hasil
dimana luka seharusnya sembuh secara normal tapi akibat adanya infeksi
luka sembuh lebih lama, dan luka ini bisa berkelanjutan menjadi luka yang
kronis.
Dari hasil penelitian ini juga terdapat fenomena yang menarik dimana
luka yang cepat (terdapat jaringan granulasi dan epitelisasi). Ini kemungkinan
disebabkan oleh kebersihan luka, dimana pada hasil observasi peneliti rata-
rata kondisi luka responden tidak didapatkan jaringan nekrotik (jaringan mati)
pada luka yang dapat menghambat penyembuhan luka dan lama luka selama
berwarna pink). Dan hal ini sesuai teori Yumito (2013) yang menyatakan
bahwa adanya benda asing, kotoran atau jaringan nekrotik (jaringan mati)
dibersihkan atau di cuci dengan air bersih atau NaCL 0,9% dan jaringan
Hal ini juga sejalan dengan teori menurut Zaninotto et al., (2006) menyatakan
bahwa luka yang tidak bersih dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
(36,4%) responden yang tingkat stressnya ringan (sering sakit kepala, sulit
tidur dan suka menyendiri) tetapi justru menunjukkan fase penyembuhan yang
lama (bengkak, kemerahan, hangat pada kulit, rasa nyeri, kehilangan fungsi,
dan luka masih berdarah). Dan setelah di cross-check pada master tabel, Hal
umur di atas 50 tahun yang fungsi tubuhnya secara fisiologis menurun karena
terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal dan kondisi
hangat, kemerahan dan kehilangan fungsi pada bagian luka. Tingkat glukosa
Efek ini adalah penyebab luka serta faktor resiko untuk penyembuhan luka.
Gula darah menurun fungsi sel-sel darah merah yang membawa nutrisi ke
jaringan. Hal ini akan menurunkan efisiensi sel darah putih yang melawan
infeksi. Tanpa nutrisi yang cukup dan oksigen, luka kesembuhan menjadi
perlahan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Yumito (2013) yang
menyatakan semakin lanjut usia, luka akan semakin lama sembuh karena
respon sel dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat dan pada fase
inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke
tiga. Hal ini sesuai penelitian yang di lakukan oleh Baharestani (2003),
anak dan bayi baru lahir. Meskipun pola penyembuhan luka pada anak sama
dengan pola penyembuhan orang dewasa, namun luka pada bayi baru lahir
dan anak-anak adalah tipe yang lebih cepat menutup dibanding luka tipe ulkus
juga yang terjadi pada orang dewasa karena pada bayi dan anak jumlah
fibroblas lebih banyak, produksi kolagen dan elastin lebih cepat dan
dewasa.
jaringan granulasi dan epitelisasi). Hal ini berdasarkan hasil observasi luka
selama penelitian yang disebabkan karena salah satu faktor kebersihan luka
(personal hygene) yang meliputi keadaan balutan luka yang lembab (moist).
Hal ini sesuai dengan teori Yumito (2013) yang menyatakan bahwa adanya
benda asing, kotoran atau jaringan nekrotik (jaringan mati) pada luka dapat
dengan air bersih atau NaCL 0,9% dan jaringan nekrotik pada luka
dihilangkan dengan tindakan yang disebut debridement. Hal ini juga sejalan
dengan teori menurut Zaninotto et al., (2006) menyatakan bahwa luka yang
lukanya cepat dari pada responden yang tingkat stressnya berat dengan fase
Labuang Baji Makassar yang menujukkan bahwa ada beberapa faktor yang
meyebabkan penyembuhan luka yang lama yaitu cara perawatan luka dengan
perawatan lukanya cukup mahal. Adapun faktor yang lain adalah kondisi luka
stress yang dialami para penderita ulkus diabetik yaitu mengenal penyebab
baik dalam menguasai stress dalam kehidupannya dari pada dihimpit oleh
stress itu sendiri. Dapat diartikan kalau manajemen stress berarti berbuat
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pengumpulan Data
2. Pengetahuan Peneliti
diabetik.
BAB VI
A. Kesimpulan
Makassar.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan dan data tentang tingkat stress pasien ulkus