Anda di halaman 1dari 6

RUANG LINGKUP AGAMA ISLAM

Pengertian Aqidah
1. Bahasa. Aqidah berasal dari kata aqada-yaqidu-aqidan yang berarti simpul,
ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk menjadi aqidatan
(aqidah) berarti kepercayaan atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan aqidatan
adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian.
2. Istilah. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu
dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dangan kebenaran
itu.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)


Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram
karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Pengertian Aqidah Secara Syara

Yaitu iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya,


dan kepada Hari Akhir serta kepada Qada dan Qadar.
Syariat terbagi menjadi dua: itiqadiyah danamaliyah. Itiqadiyah adalah hal-hal
yang tidak berhubungan dengan tata cara amal, hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
Sedangkan, amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal,
hali ini disebut jugafariyah (cabang agama).

D. Tujuan Ilmu Aqidah


Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :

1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah
pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan hanya kepadaNya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari
akidah.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam
pikiran.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada
Allah dan bermuamalah dengan orang lain.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan
kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta
tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang
murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa
peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu.
7- Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu
maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.

kebutuhan manusia terhadap akidah :

AQIDAH ADALAH KEBUTUHAN MANUSIA


Aqidah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan
prinsipil membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lainnya.
Sesungguhnya binatang (mahluk) yang paling buruk disisi Allah ialah orang-orang
karena mereka tidak beriman. (Q.S. 8:55)
Dalam kehidupan manusia, aqidah merupakan dasar hidup (fondasi) untuk mendirikan
bangunan (beramal). Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, semakin kokoh
pula fondasi yang dibuat. Jika fondasinya lemah, bangunan akan cepat ambruk. Dan
akhirnya tidak ada bangunan tanpa fondasi. (Q.S. Ibrahim (24):24-27).

Seperti kontraktor, membangun gedung bertingkat, fondasinya harus kuat agar tidak
cepat hancur dan mengecewakan pemiliknya. Penguasa harus menguasai landasan
etika berdagang agar tidak mengalami kerugian. Demikian juga manusia agar hidupnya
sukses dan tahan dalam menghadapi setiap dinamika kehidupan maka dituntut memiliki
pegangan yang kuat (aqidah).

Karena aqidah adalah fondasi, maka aqidah merupakan kebutuhan dasar manusia
untuk meluruskan fitrah serta mengaktualisasikan misi kemanusiaan. Manusia tanpa
iman akan kehilangan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang mulia. Bahkan
menurut kitab suci, manusia yang demikian akan kehilangan eksistensi dasar nilai
manusia kemanusiaan (iman dan amal shaleh).

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,


kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali
mereka yang beriman dan beramal shaleh; maka bagi mereka pahala yang melimpah.
(Q.S. 95:4-9).

Dan Sungguh Kami (Tuhan) telah memuliakan anak cucu Adam (Umat manusia), dan
Kami bawa (kembangkan) mereka di daratan dan lautan. (Q.S. 17:70).

.
RUANG LINGKUP AKIDAH

Apa yang akan kita pelajari dalam akidah ini? Ulama telah membagi ruang lingkup
pembahasan akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:

1. Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan


utamanya pembahasan tentang Allah.

2. Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah,


yaitu para nabi dan para rasul Allah.

3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti


Jin, Malaikat, dan Iblis.

4. Samiyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti alam
kubur, akhirat, surge, neraka, dan lain-lain.

5. . Dalil-dalil tentang Aqidah


6.
7.


8.
9.



10. Katakanlah (kepada mereka yang berbuat kemusyirikan kepada Allah) siapakah yang
memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan
dan menguasai) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah
Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?. (QS : Yunus [10] : 31)
11.


12. Ketahuilah/ilmuilah bahwasanya Laa Ilaha Illalah.(QS : Muhamad [47]
13. : 19).
14.
15. Kecuali yang bersaksi terhadap Laa Ilaha Illalah dan mereka mengetahuinya.(QS :
Zukhruf [47] : 86).
16.
17. Tidaklah kami mengutus seorang Rosul/utusan sebelummu kecuali kami wahyukan kepadanya
bahwasanyatidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku
(Allah) maka bertauhidlah pada Ku (Allah). (QS : Al Anbiya [21] : 25)

Manfaat iman :

A. Manfaat Ilmu aqidah


1. Sebagai sumber dan motifator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
2. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong
mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan
kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.
4. Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
5. Memupuk dan melahirkan kesehatan mental seseorang.
6. Memberikan pengajaran dan pendidikan ilmu tauhid.
7. Memupuk dan membentuk kepribadian manusia.

1. IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR


Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang terakhir
adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.
Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan
batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami
oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat
membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Wallahul
mustaan.
a. Qadha dan Qadar
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho dan qodar. Dua istilah
yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya,
namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika
disebutkan qadha saja maka mencakup makna qadar, demikian pula
sebaliknya.Namun jika disebutkan bersamaan, maka qadha maknanya adalah sesuatu
yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan,
maupun perubahan terhadap sesuatu.Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu
yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih dulu
kemudian disusul dengan qadha.
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian
yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam,
yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan
iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar,
arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam
qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam
kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-
lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).
b. Defin++isi qadha dan qadar serta kaitan di antara keduanya
1. Qadar
Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan
adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, Qadara: qaaf,
daal dan raa adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu.
Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu
akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-
taqdiir.
Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha (kepastian) dan hukum,
yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha (kepastian) dan
hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan
untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jamanya
ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua
makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-
Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa
yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan
ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman
azali.
Allah Subhanahu wa Taala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-
waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula,
maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah,
catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya
terhadap segala sesuatu tersebut.
2. Qadha
Qadha, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan.
Asal (makna)nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya,
menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.
c. Kaitan Antara Qadha dan Qadar
Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud
dengan qadha ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala
Maka Dia menjadikannya tujuh langit . [Fushshilat: 12]
Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari
yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan
yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha.Barangsiapa
bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud
menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut.
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang
dengannya Allah menetapkan sejak azali.Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan
sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya.Ibnu Hajar al-Asqalani
berkata, Mereka, yakni para ulama mengatakan, Qadha adalah ketentuan yang
bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian
dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.
Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing
dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua
pendapat sebelumnya, dimana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka
yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.
d. Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan
qadar selalu berhubungan erat .Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah
sejak zaman azali.Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah.Jadi
hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat
Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut:
Artinya Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

Anda mungkin juga menyukai