Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

LINGKUNGAN KERJA

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Kelas D )

Dosen Pengampu:

Kurnia Ardiansyah A., S.KM., M.KKK.

Disusun Oleh :

Stefhanie Aprilia Kusuma 162110101012

Muchammad Fajeril Falaach 162110101151

Rika Tri Evamawanti 162110101215

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “ lingkungan kerja”.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata


kuliah dasar keselamatan dan kesehatan kerja. Penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan semua yang telah diberikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penyusunan tugas ini hingga selesai.
Secara khusus rasa terima kasih tersebut kami sampaikan kepada :

1. Bapak Kurnia Ardiansyah A, S.KM, M.KK selaku dosen pengampu mata


kuliah dasar keselamtan dan kesehatan kerja yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua dan rekan-rekan yang menempuh mata kuliah dasar keselamatan
dan kesehatan kerja D yang telah memberikan dukungan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan makalh ini.
3. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal
yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya
bagi penulis.

Jember, 27 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
2.1 Lingkungan Kerja Fisik .................................................................................... 6
2.2 Lingkungan kerja kimia .................................................................................. 15
2.3 Lingkungan kerja biologi ................................................................................ 20
2.4 Lingkungan Kerja Fisiologi Ergonomi ........................................................... 21
2.5 Lingkungan Kerja Psikologi dan Prilaku ........................................................ 24
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 26
3.1Kesimpulan ...................................................................................................... 26
3.2 Saran ................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang, karena ketika lingkungan kerja tidak baik maka akan berdampak
terhadap kinerja seseorang terutama kesehatan para pekerja.
Menurut George R. Terry (2006:23) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja organisasi atau perusahaan. Jadi jelas sekali bahwa
lingkungan kerja merupakan bagian penting dalam sebuah perusahaan.
Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang, lingkungan
kerja yang sesuai dapat memberikan kesan nyaman dan berfungsi sebagai
sarana yang harus diperhatikan terhadap efektivitas dan efisiensi kerja
(Hammer, 1999).
Dalam hal ini sangatlah penting dalam memperhatikan lingkungan kerja.
Didalam hal ini para pekerja harus mengetahui apa saja lingkungan kerja itu
dan apasaja bahaya yang terdapat didalamnya . lingkungan kerja terdiri dari
lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimia, lingkungan
biologis,lingkungan kerja fisiologi ergonomik, dan lingkungan kerja psikologi
dan perilaku. Dalam lingkungan kerja banyak faktor kerja yang harus
diperhatikan seperti kebisingan, pencahayaan, bahan-bahan kimia di sekitar,
virus, bakteri, kelelahan dalam bekerja, beban dalam bekerja dan lain-lain.
Semua hal tersebut dapat memberikan dampak terhadap para pekerja.
Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Lingkungan Kerja” bertujuan
untuk mengetahui apa saja lingkup lingkungan kerja, macam-macam yang
menimbulkan hazard, akibat serta solusi untuk mengatasi masalah yang timbul
di dalam lingkungan kerja.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisik ?
2. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja kimia?
3. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja biologis?

4
4. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisiologi Ergonomik?
5. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja psikologi dan perilaku?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisik ?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja kimia?
3. Untuk megetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja biologis?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisiologi
Ergonomik?
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja psikologi
dan perilaku?

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Kerja Fisik


Menurut Sedarmayanti (2001:21), “Lingkungan kerja fisik adalah semua
keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik
dan sosial-kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu.
(Komarudin, 2002 : 142). Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara,
ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Alex. S. Nitisemito,
2002 : 183)

Lingkungan kerja fisik dalam bahasan ini meliputi kebisingan, pencahayaan,


getaran mekanis, dan radiasi.

A. Kebisingan

Kebisingan mempunyai banyak definisi dari beberapa ahli, mengatakan :


1. Bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak
teratur (Dennis).
2. Bising adalah suara yang kompleks dan mempunyai sedikit
ataupun tidak mempunyai periodic, bentuk gelombang tidak dapat
diikuti atau diproduksi lagi dalam waktu tertentu.
3. Bising adalah suara yang tidak memiliki kualitas music.
4. Bising adalah suara yang tidak dikehendaki oleh orang yang
mendengar dan mengganggu.
5. Kebisingan didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getaran
melalui media elastis, ketika bunyi itu tidak dikehendaki, maka
dinyatakan sebagai kebisingan.

Kebisingan menurut KEP. MENAKER NOMOR:KEP-51/MEN/1999 adalah


semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

6
Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan
intensitasnya. Bunyi yang dapat didengar oleh manusia anatara 16 Hz
sampai 20.000 Hz. Kebisingan datang dari campuran sejumlah gelombang
dari beraneka frekuensi. Nada kebisingan ditentukan dari frekuensi yang
ada.

Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya diyatakan dalam suatu
logaritmis yang didebut decibel (dB) dengan memperbandingkannya
dengan kekuatan dasar 0,0002 dycne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi
dengan frekuensi 1000Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal.

Klasifikasi kebisingan menurut sumbernya dapat dibedakan menjadi


beberapa :

1. Kebisingan tetap (steady noise)adalah kebisingan dengan frekuensi


tetap.
2. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)
adalah kebisingan vang berupa nada murni pada frekuensi yang
beragam. Contoh: suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
3. Broad band noise terjadi frekuensi yang lebih bervariasi.
4. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise)
5. Kebisingan fluktuatif (fluctuatif noise) adalah kebisingan yang
selalu berubah –ubah menrut rentang waktu tertentu.
6. Intermiten noise adalah kebisingan yang terputus- putus dan
besarnya dapat berubah – ubah, contoh kebisingan lalu lintas
7. Impulsive noise, kebisingan impulsive dihasilkan oleh suara-suara
berintensitas tinggi (memkakkan telinga) dalam waktu yang
relative singkat, contoh ledakan senjata api dan sebagainya.

Kebisingan dapat menyebabkan efek baik efek terhadap pendengaran


(auditory effect) maupun bukan pendengaran (non auditory effect). Pada
karyawan efek kebisingan bisa diakibatkan oleh salah satuatau keduanya.

7
Pengaruh kebisingan pada pekerja bisa terjadi secara langsung (akut) dan
terjadi dalam jangka panjang (kronis). Efek ebisingan pada fungsi
pendengaran dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Trauma akustik
Yaitu hialangnya pendengaran yang umumnya Karen
exposure tunggal exposure dari kebisingan dengan intensitas yan
sangat tinggi dalam waktu yang singkat seperti ledakan.
2. Ketulian sementara / Temporary threshold shift
Yaitu bila memasuki ruangan yang sangat bising, maka
pendengaran akan berkurang dan pulih kembali sekitar 3-7 x 24
jam.
3. Ketulian menetap / permanen threshold shift
Yaitu hialng pendengaran secara perlahan-lahan, oleh
karena kerusakan sensorneural sebagai akibat pemaparan
kebisingan yang lama dengan intensitas tinggi.

Pengaruh kebisingan bukan pada pendengaran bisa berupa gangguan


kenyamanan bekerja, gangguan konsentrasidan perhatian, gangguan
emosional, tidur, komunikasi, kelelahan (fatigue). Gangguan pada non
pendengaran pada akhirnya dapat menyebabkan produktivitas yang
menurun, perubahan moral kerja yang buruk, tingginya ketidakhadiran
bekerja atau mengalami sakit, kesalahan dalam mengiterpretasi perintah,
kecenderungan mengalami kecelakaan. Dampak lain dari kebisingan
adalah bisa berupa gangguan pencernaan (mual), keadaan tubuh terasa
lemas atau raa tidak enak (malaise), dan sakit kepala (Headache).

8
Tabel Nilai Batas Kebisingan

Sumber : KEP MENAKER NOMOR : KEP-51/MEN/1999

B. Pencahayaan

Pencahayaan atau cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang


sensitive terhadap mata manusia. Definisi lain dari cahaya adalah energy
yang merambat seperti gelombang elektromagnetik.
Berdasarkan sumbernya, cahaya dibedakan menjadi dua, yaitu
pencahayaan alami, dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami, yang
berasal dari sinar matahari (bulan pada malam hari). Pencahayaan buatan
yang berasal dari lampu pijar, lampu minyak tanah, lampu fluorescent dan
lilin yan menyala.
Sedangkan berdasarkan, jenis , pencahayaan adalah pencahayaan local dan
pencahayaan umum. Pencahayaan lokal (khusus) adala cahaya yang di
pancarkan langsur dari sumber ke permukaan bidang tempat kerja tenaga
kerja melakukan aktivitasnya. Pencahayaan general (uum) adlah rata- rata
intensitas pencahayaan yang terdapat dalam lingkungan tempat kerja
terutama tempat yang dilalui oleh tenaga kerja. Selain intensitas cahaya,
perlu diukur pula nialai pantulan (nilai reflektan). Pantulan cahaya bila

9
tidak tepat akan menyebabkan pandangan menjadi kabur dan dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
Penerangan yang baik membantu karyawan terlihat dengan cepat, mudah,
dan senang. Cahaya matahari tidak dapat diatur dengan sempurna menurut
keinginan orang. Lebih- lebih dalam gedung yang luas dan kurang
jendelanya, cahaya alam itu tidak dapat menembus sepenuhnya, karena itu
sering dipergunakan cahaya lampu untuk mengatur penerangan dalam
ruangan. Apabila disusun dengan baik maka akan memberikan penerangan
yang sempurna untu ruangan kerja yang gelap maupun bekerja pada
malam hari.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang optimsl diperlukan pengukuran.
Tujuan dalam pengukuran pencahayaan adalah untuk mengetahui:
1. Intensitas pencahayaan bersumber dari pencahayaan alami
2. Intensitas pencahyaan umum
3. Pencahayaan khusus
4. Nilai pantulan (reflectan) dinding
5. Nilai pantulan (reflectan) lantai.

10
Standar pengukuran dan bataspajanan. Evaluasi pengukuran
berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 Tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja,

sebagai berikut :

C. Getaran Mekanis

Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan


seimbang terhadap suatu titik acuan. Pemaparan getaran merupakan efek
dari peralatan mekanik yang digunakan.Pemaparan getaran mekanis
terhadap pekerja terdapat pada pekerja pertanian (traktor, grinder pada
pemisahan gabah padi dan chain shaw), transportasi dan pekerjaan umum
(trailer, jack hammer unruk memahat tanah dan memotong aspal, truk),
industry (mesin-mesin, gerinda, dan gergaji). Secara garis besar getaran
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu 1) Getaran vulkanis, 2) Getaran mekanis,
3) Getaran kejut.
Diantara tiga jenis getaran diatas, getaran di tempat kerja merupakan jenis
getaran mekanis. Getaran mekanis dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Getaran pada sebagian tubuh (Segmented vibration)

11
Getaran jenis ini adalah pajanan getaran yang bersumber dari
mesin, namun hanya ditransmisikan di sebagian tubuh, misalnya
lengan. Oleh karena itu getaran ini disebut juga hand and arms
vibration. Aapekerjaan dengan potensi bahaya getaran setempat
adalah pekerja perata jalan, penggergaji.
Di Indonesia ambang batas getaran yang ada adalah pajanan
getaran dengan jenis segmented vibration, yaitu diatur pada SNI
yaitu 4m/dt2 . Segmented vibration diukur pada bagian tubuh yang
mengalami getaran. Sedangkan jenis getaran whole body vibration
dan getaran pada mesin masih mengikuti standar internasional.
2. Getaran pada seluruh tubuh (Whole Body Vibration)
Getaran jenis ini adalah getaran pajanan yang bersumber dari
mesin dan ditransmisikan ke seluruh tubuh pekerja. Pekerjaan
dengan potensi bahaya getaran seluruh tubuh misalnya pengemudi
dan masinis.
Pengukuran dilakukan pada bagian yang menopang tubuh tenaga
kerja. Bila tenaga kerja duduk pada alas duduknya dan
sandarannya, bila tenaga kerja berdiri pada lantaimya atau bagian
bawah mesin. Standar : berdasarkan ISO 2631, dibagi menjadi 3
kategori, yaitu : mengganggu kenyamanan, meningkatkan
kelelahan, mengganggu kesehatan (batas pemaparan).
3. Getaran mesin
Pengukuran terhadap mesin ang terpajan getaran, yaitu pada dasar
mesin. Berdasarkan ISO 2372, getaran pada mesin dibagi menjadi
4 kategori yaitu : a) Baik (good),b) Dapat diterapkan (acceptable),
c) Masih diijinkan (still permissible), d) Berbahaya (dangerous).
Mesin dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu : a) Grup K
(small machine) yaitu mesin dengan daya kecil (<15 KWT), b)
Grup M (medium machines) yaitu dengan daya sedang (15-17
KWT), c) Grup G (large machines) mesin dengan daya berat (75
KWT).

D. Iklim Kerja

12
Iklim kerja panas merupakan meteorology dari lingkungan kerja, sangat
erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan panas radiasi. Untuk mengetahui panas lingkugan kerja pada suhu
tubuh maka dilakukan metoda pengukuran sederhana yang mecakup
pengaru factor lingkungan (suhu udara, kelembaban, gerakan aliran udara
dan radiasi), yang dinyatakan dalam bentuk skala atau indeks.
Standar pajanan iklim kerja dan beban kerja diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-51/MEN/1999 seperti pada tabel di
bawah ini :

Tabel Pajanan Iklim Kerja dan Beban Kerja

Sumber: Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-


51/MEN/1999

E. Radiasi

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk


partikel atau gelombang. Radiasi terdapat dalam berbagai frakuensi dan
panjang gelombang. Energi yang berpindah tidak memerlukan media
perantara.

13
Radiasi dibedakan menjadi dau macam energy elektromagnetik yaitu :
Radiasi mengion (ionizing radiation) dan Radiasi Non Ionisasi.
1. Radiasi mengion (Ionizing Radiation)
Ionisasi adalah proses saat sebuah atom atau molekul kehilangan atau
memperoleh electron sehingga terbentuk partikel-partikel yang
bermuatan listrik. Partikel-partikel yang bermuatan ini dikenal sebagai
ion-ion.Bersamaan dengan proses ionisasi akan terjadi pemindahan
energy ke material dimana ion-ion akan terbentuk.
2. Radiasi Non Ionisasi
Radiosi Non ionisasi ini terbagi menjadi : Radiasi ultraviolet, Radiasi
inframerah, Radiasi cahaya tampak, radiasi gelombang mikro, dan
Radiasi laser.
a) Radiasi ultraviolet
Sebagai sumber radiasi buatan adalah lampu-lampu merkuri
bertekanan rendahdan tinggi, lampu pembunuh hama
(germicidal lamps) dan pada pengelasan terutama las listrik.
b) Radiasi inframerah
Sumber radiasi ini adalah matahari, semua benda yang berpijar
atau logam yang dipanaskan, lampu-lampu pijar/filament,
tungku-tungku / dapur pijar, bunga api yang dihasilkan pada
pengelasan listrik dan lain-lain. Energi yang terkandung dalam
inframerah ini adalah rendah sehingga tidak menyebabkan
ionisasi pada jaringan tubuh.
c) Radiasi Cahaya Tampak (Visible Light)
Visible light adalah sebagai sutau bagian dari spectrum
magnetic. Energi ini tidak berbahaya bagi mata karena mata
akan mendeteksinya sehingga bila terpapar cahaya yang sangat
kuat secara reflex pupil akan menyempit dan kelopak mata
akan menutup sehingga pemaparan radiasi yang berlebihan
akan dapat dicegah.
d) Radiasi Gelombang Mikro

14
Gelombang mikro/ microwave adalah suatu gelombang
elektromagnetik yang mencakup suatu kisaran panjang
gelombang yang luas (1 mm sampai 1m) dan frekuensi radiasi
ini berkisar antara 300 Mhz sampai 300 Ghz. Sumber
gelombang mikro ini antara lain radar, televise, berbagai
peralatan medis (microwave diathermy), rumah tangga
(microwave oven), peralatan navigasi, telekomunikasi dan lain-
lain.
e) Laser
Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by
Stinulating Emission of Radiation. Laser merupakan suatu alat
untuk mengkonsentrasikan visible light yang memiliki panjang
gelombang yang bermacam-macam dan yang memancarkan
cahaya ke segala arah, sehingga terbentuk cahay ayang
mempunyai panjang gelombang yang sama, melintas dalam
udara menurut satu arah, cahaya yang dapat dipancarkan adalah
sempit dan monomkromatik sehingga sinar laser ini dikenal
sebagai coherent light.

2.2 Lingkungan kerja kimia


Selain ligkungan kerja fisik yang harus diperhatikan, ada pula lingkungan
kerja kimia yang dapat menimbulkan efek dari sumber bahaya dalam bekerja,
karena seperti yang diketahui bahan kimia yang pasti menimbulkan bahaya
ketika cara penggunaanya tidak tepat atau salah dalam penggunaanya. Bahan
kimia adalah unsur kimia dan senyawanya dan campurannya, baik yang
bersifat alami maupun sintesis. Bahan kimia dapat di kelompokkan
berdasarkan sifat fisik racun, sifat kimia, dan tipe bahan kimia.

A. Bahan kimia berdasarkan sifat fisik racun

Berdasarkan sifat fisik racun, bahan kimia dibagi dalam beberapa


kelompok yaitu, gas, uap,debu,kabut,fume,awan dan asap.
1. Gas

15
Gas adalah bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun
sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhudan
tekanan yang normal. Sifat-sifat gas pada umumnya tidak terliha,
dalam kondisi rendah tidak terlihat, tidak berbau, dan berdifusi di
ruangan. Gas tersebut dapat berupa oksigen, nitrogen, dan karbon
dioksida.

2. Uap
Uap adalah bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berbentu
zat padat atau cair dan dapat dikembalikan kepada wujud semula,
baik dengan menaikkan atau menurunkan suhu saja.

3. Debu
Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh
kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran,
peledakan, pengepakan yang cepat, dan lain-lain dari bahan
organic maupun anorganik, dan sebagainya. Contoh debu : debu
batu, debu kayu, debu logam, debu asbes, dan lain-lain.

4. Kabut
Kabut adalah titik cairan halus dalam udara yang terjadi karena
kondensasibentuk uap atau pemecahan zat cair menjadi tingkat
dispersi dengan cara splashing, foaming, dan lain-lain.

5. Fume
Fume adalah pertikel zat padat yang terjadi karena adanya
kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda
padat yang dipijarkan dan lain-lain, biasanya disertai dengan
oksidasi kimiawi, sehingga terjadi zat-zat seperti : ZnO, PbO, dan
lain sebagainya.

6. Awan

16
Awan adalah partikel-partikel cair sebagai hasil kondenasi dari fase
gas. Sifat fume dan awan adalah berflokulasi; kadang
bergumpal;ukuran partikel-partikel dibawah 1 mikron, yaitu antara
0,10-1 mikron.

7. Asap
Asap dianggap pertikel-partikel zat karbon yang ukurannya kurang
dari 0,5 mikron, sebagai akibat dari pembakaran tidak sempurna
dari bahan-bahan yang mengandung karbon,

Dari contoh zat-zat tersebut dapat digolongkan lagi menjadi beberapa


kelompok menjadi padat, cair, dan gas. Adapun yang tergolong dalam
kelompok padat ialah fume, asap dan debu. Sedangkan yang termasuk
zat cair ialah awan dan kabut, dan yang termasuk dalam zat gas adalah
uap. Selain itu terdapat partikel-partikel diudara yang dapat di
golongkan dalam beberapa kelompok :

1. Bahan-bahan yang bersifat partikel seperti debu, awan, kabut,


fume.
Bahan-bahan bersifat partikel dapat digolongkan menurut sifat-
sifatnya :
a) Perangsang, misalnya kapas, sabun, bubukberas dan lain-lain.
b) Toksik, misalnya partikel Pb, AS,Mn, dan lain-lain.
c) Bahan-bahan yang menyebabkan fibrosis, misalnya debu kwars,
asbes, dan lain-lain.
d) Bahan-bahan yang menyebabkan alergi, misalnya tepung sari,
kapas, dan lain-lain.
e) Bahan-bahan yang menyebabkan demam, misalnya fume,ZnO,
dan lain-lain.
f) Bahan-bahan yang menyebabkan inert, misalnya aluminium,
kapur, dan lain-lain.

2. Bahan-bahan yang berifat tidak partikel yaitu gas dan uap

17
Dalam hal ini dapat di golongkan pula berdasarkan sifat-sifatnya
a) Asphyxiants, misalnya methan, N2CO2, helium, dan lain-lain.
b) Perangsang, misalnya amoniak, HCL,H2S, dan lain-lain;
c) Racun organic atau organic, misalnya AsH3, TEL, nikelcarbony,
dan lain-lain.
d) Bahan kimia mudah menguap, yang digolongkan juga menurut
pengaruhnya terhadap pekerja, yaitu bahan yang memiliki efek
anatesi, misalnya tricholretiline, bahan yang dapat merusak alat-
alat tubuh misalnya CCl4.

B. Berdasarkan tipenya , bahan kimia di kelompokkan menjadi bahan mudah


terbakar, bahan mudah meledak , bahan kimia reaktif terhadap air, bahan
kimia reaktif terhadap asam, bahan kimia korosif, nahan kimia iritan,
bahan kimia beracun, bahan kimia bertekanan dan karsinogen.
1. Bahan kimia mdah terbakar
Bahan kimia mudah terbahar ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu :
a) Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi
dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. contoh zat padat
mudah terbakar belerang, batu bara, kayu.
b) Zat cair mudah terbakar
Zat cair mudah terbakar banyak ditemukan di industri berupa
pelarut (solvent).
Contoh zat pelarut adalah alkohol, benzen, toluene, metanol.
c) Zat gas mudah terbakar
Zat gas mudah terbakar adalah gas yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan mudah terbakar. Bentuk gas yang sering digunakan
misalnya hidrogen, asetilen, etil oksida.
2. Bahan kimia mudah meledak
Bahan kimia mudah meledak (eksplosif) adalah bila reaksi bahan
menghasilkan jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi,

18
sehingga mengsilkan kerusakan ada disekelilingnya. Bahan mudah
meledak biasanya juga peka terhadap panas dan gesekan. Contoh
bahan yang mudah meledak belerang, karbon.
3. Bahan kimia reaktif terhadap air
Bahan reaktif adalah bahan yang apabila bereaksi dengan air akan
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Contoh bahankimia
yang reaktif terhadap air misalnya alkali, logam.
4. Bahan kimia reaktif terhadap asam
Bahan kimia reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas gas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan
yang reaktif terhadap asam misalnya kalium permangant, asam kromat,
kalium perklorat.
5. Bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif adalah bahan yang karena bereaksi dengan bahan
kimia dapat merusak logam. Bahan kimia korosif misalnya sulfat,
asam nitrat, asam klorida, natrium hidroksida, kalsium hidroksida.
6. Bahan kimia iritan
Bahan kimia iritan adalah bahan yang karena reaksinya dapat
menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak
dengan permukaan tubuh. Bentuk bahan kimia iritan dapat
dikelompokkan menjadi :
a) Bahan iritan padat
Bahan iritan padat timbul apabila kontak dengan kulit atau mata.
b) Bahan iritan cair
Bahan iritan cair timbul apabila kontak dengan kulit atau mata
yang menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein.
Misalnya asam sulfat, asam format
c) Bahan iritan gas
Bahan iritan gas dikelompokkan berdasarkan kelarutan dalam air.
Gas amat larut air, merusak saluran pernafasan, atas, misalnya
ammonia. Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran
pernafasan bagian atas dan bagian dalam. Misalnya sulfur dioksida.

19
Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pernafasan bagian dalam.
Misalnya ozon, fosgen.
7. Bahan kimia beracun
Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan yang dalam jumlah
kecil menimbuklkan keracunan pada manusia atau mahkluk hidup
lainnya. Suatu bahan dikatakan beracun bergantung dari dosis, lama
pajanan, dan kerentanan individu.
8. Bahan kimia karsinogen
Bahan kimia karsinogen adalah bahan kimia yang bersifat
menyebabkan perubahan struktur genetic manusia, mutagen, teratogen.

C. Berdasarkan sifat-sifat kimia bahan

Dilihat dari sifatnya, bahan kimia dapat dikelompokkan berdasarkan jenis


persenyawaan, besar molekul, konsentrasi, dan derajat kelarutan.
Jenis persenyawaan salah satu masalah dalam toksikologi terutama
toksikologi industry adalah seringkali dalam penggunaan bahan kimia
secara umum dalam bentuk campuran atau persenyawaan. Dalam hal ini
persenyawaan zat bisa menguntungkan atau merugikan, akibat
persenyawaan secara toksisitas zat dibagi menjadi dua.
Berdasarkan port d’entrée (jalan masuk) kedalam tubuh manusia, pada
umumnya jalur masuk toksikan pada tubuh manusia melalui tiga cara,
yaitu:
1. Melalui pernafasan, untuk bahan kimia yang berada di udara
2. Melalui pencernaan, untuk bahan kimia yang diudara yang melekat di
tenggorokan dan tertelan atau bentuk cair dan padat.
3. Melalui kulit, untuk bahan-bahan cair atau bahan-bahan diudara yang
mengendap dikulit.

2.3 Lingkungan kerja biologi


Bahaya atau hazard yang sering ditemukan ditempat kerja dalam bentuk
virus, bakteri, jamur, parasit, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan
transmisinya, mikroorganisme dapat digolongkan menjadi :

20
1. Bahaya kontak dengan individu terkait
Bahaya akibat kontak infeksi dengan individu yang terinfeksi, atau kontak
dengan sekresi, ekskresi atau jaringan tubuh manusia yang terinfeksi.
Tempat kerja yang beresiko ada bahaya ini adalah laboratorium, rumah
sakit. Contoh bahaya biologi adalah needle stick injury adalah satuan
kejadian yang tidak diinginkan berupa tertusuk jarum suntik bekas injeksi.
Menjadi maslah besar bila ternyata suntikan tersebut mengandung
mikroorganisme pathogen, misalnya hepatitis atau HIV. Kontak dengan
individu misalnya kontak dengan penderita TB.
2. Bahaya akibat penularan dari binatang
Bahaya ini terjadi karena pekerja atau karyawan terinfeksi oleh sekresi
atau melalui kontak dengan sekresi atau jaringan tubuh binatang yang
terinfeksi, atau melalui transmisi vektor intervetebrata myamuk, kutu dan
lain sebagainya, misalnya leptospirosis, antraks, dan toksoplasmosis.
Pekerjaan yang beresiko terinfeksi secara langsung ini misalnya pada pet
shop, petani.
3. Bahaya kerja biologi terjadi akibat polusi udara
Bahaya ini terjadi apada lingkungan kerja yang udaranya mengandung
mikroorganisme. Pejanan ini sering terjadi pada tempat kerja yang
menggunakan AC terpusat. Secara umum, bahaya biologi oleh karena
polusi terdiri dari :
a) Inhalation fever, yaitu pemajanan polusi berat misalnya karena uap
logam, uap pelarut.
b) Alergi, misalnya asma akibat kerja

2.4 Lingkungan Kerja Fisiologi Ergonomi


Ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu penyesuaian peralatan dan
perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan manusia, sehingga
mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang optimal.
(Notoatmodjo, 2011).

21
A. Sumber Bahaya Fisiologi Ergonomi
Sumber bahaya ergonomi bisa dikelompokkan menjadi ergonomi fisik,
ergonomi kognitif, dan ergonomi organisasi. Ergonomi fisik meliputi sikap,
aktivitas mengangkat beban, gerakan repetitif, penyakit muskuloskelatal
akibat kerja, tata letak tempat kerja, kesehatan dan keselamatan kerja.
Ergonomi kognitif meliputi beban mental, pengambilan keputusan,
penampilan kerja, interaksi manusia dengan mesin, pelatihan yang
berhubungan dengan sistem perencanaan. Ergonomi organisasi meliputi
komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, perencanaan tugas,
perencanaan waktu kerja, kerja sama tim kerja dan manajemen kualitas.
B. Metode Ergonomi
Metode yang digunakan untuk menganalisis onterkasi antara manusia
dengan lingkungan kerja termasuk mesin, peralatan kerja dan sebaliknya.
Langkah yang dilakukan secara bertahap dimulai dari diagnosis, treatment
dan follow up. (Sujoso, Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan kerja,
2012).
Diagnosis, diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik
checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Treatment. Treatment dalam hal ini pemecahan masalah ergonomi akan
tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana
seperti merubahposisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai demensi fisik pekerja.
Follow up. Follow up dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif,
subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang
sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara
obyektif, misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit,
angka kecelakaan, dan lain-lain.
C. Aplikasi Ergonomi
Aplikasi Ergonomi adalah penerapan teknik penyesuaian antara pekerja
dengan lingkungannya. Aplikasi Ergonomi meliputi :
1. Posisi Kerja

22
Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dan posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
pekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
ukuran anthropetri barat dan timur.
3. Tata Letak
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata kata.
4. Cara Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Menjinjing beban, beban yang
diangkat tidak melebihi yang ditetapkan ILO adalah untuk lelaki dewasa
40Kg, wanita dewasa 15-20 Kg, lelaki dengan usia 16-18 th, beban
maksimum yang diangkat 15-20 Kg, wanita usia 16-18 th, beban maksimum
yang diangkat 12-15 Kg.
5. Organisasi Kerja
Organisasi kerja meliputi pengaturan jam kerja, jam istirahat dan kerja
lembur. Jam kerja normalnya adalah 8 jam sehari, dan 40 jam seminggu.
Pada tempat kerja yang mengharuskan proses produksi berjalan 24 jam
sehari, maka diharuskan membuat jadwal shift kerja.

D. Kelelahan Kerja. Topik ynag sering menjadi bahan diskusi dalam


ergonomi dan fisiologi kerja adalah kelelahan kerja. Beberapa ahli
membedakan/membagi nya menjadi :
1. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak

23
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang
cukup.
2. Kelelahan Patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul
tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Kelelahan Psikologis dan emosional
Kelelahan ini merupakan bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi
angka kejadiannya di tempat kerja.

2.5 Lingkungan Kerja Psikologi dan Prilaku


Bahaya yang bersumber dari lingkungan kerja biologis ini berupa interaksi
antara manusia atau karyawan dengan pekerjaan, interaksi antara karyawan
dengan karyawan dan interaksi antara karyawan dengan atasan. Interaksi antara
karyawan dan pekerjaannya yang sering menjadi sumber tekanan psikis
(Sujoso, Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2012) berupa :

a. Pengaturan jam kerja dan jam istirahat

Pengaturan jam kerja dan jam istirahat. Jam kerja perlu diatur sesuai
dengan kemampuan manusia bekerja. Rata-rata jam kerja normal
adalah 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Apabila melebihi jam ini
maka harus diberikan kompensiasi sesuai dengan haknya. Kerja dengan
shift malam juga perlu diberi perhatian kaitannya dengan kemampuan
fisiologisnya. Pekerja shift malam harus cukup istirahat dan diatur
pergantian shift yang baik sehingga meminimalkan terjadinya kelelahan
kerja.

b. Beban atau volume pekerjaan


Beban atau volume pekerjaan. Beban kerja atauvolume pekerjaan harus
diatur sesuai dengan kapasitas kerja karyawan. Beban kerja terlalu
besar daripada kapasitas kerja (overload) akan menimbulkan performa

24
kerja yang tidak baik, sedangkan beban kerja yang kurang
menyebabkan rendahnya motivasi kerja.

c. Pajanan lingkungan kerja


Pajanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang telah diceritakan
pada sub lainnya dapat memberikan pengaruh secara tidak langsung
terhadap kondisi psikis karyawan. Kondisi bising, menyebabkan sulit
focus pada pekerjaan, sehingga pekerjaan yang mudah tidak
diselesaikan sesuai dengan target.

d. Tanggung jawab
Tanggung jawab. Setiap karyawan memiliki tanggung jawab pada
pekerjaan. Seringkali dalam pelaksanaannya target harus dicapai
dengan waktu penyelesaian yang singkat. Semakin tinggi posisi jabatan
karyawan menuntut tanggung jawab yang besar.

e. Budaya organisasi
Budaya organisasi. Organisasi yang menerapkan suasana kerja
kekeluargaan lebih memberikan kenyamanan bekerja dibandingkan
dengan tempat kerja yng kaku. Kondisi kerja seperti ini akan memacu
karyawan dalam berprestasi dan mengurangi risiko stress kerja.

f. Kerja monoton
Kerja monoton. Kerja monoton dapat menimbulkan kebosanan, pada
akhirnya produktivitas turun.

25
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang, lingkungan
kerja yang sesuai dapat memberikan kesan nyaman dan berfungsi sebagai
sarana yang harus diperhatikan terhadap efektivitas dan efisiensi kerja
(Hammer, 1999).

Dalam hal ini sangatlah penting dalam memperhatikan lingkungan kerja.


Didalam hal ini para pekerja harus mengetahui apa saja lingkungan kerja itu
dan apa saja bahaya yang terdapat didalamnya . lingkungan kerja terdiri dari
lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimia, lingkungan
biologis,lingkungan kerja fisiologi ergonomik, dan lingkungan kerja
psikologi dan perilaku.

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, cahay yang cukup, bebas dari
kebisingan dan gangguan diharapkan akan memberi semangat tersendiri bagi
karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi lingkungan kerja
yang buruk, gelap dan lembab akan menimbulkan cepat lelah dan
menurunkan semangat dan produktivitas dalam bekerja.

26
3.2 Saran
Lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan pribadi bagi
setiap pegawai yang bisa membangkitkan semangat kerja pegawai sehingga
dapat mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik. Dengan begitu akan
tercipta sebuah kerja yag mendukung lingkungan kerja dan hasil akhirnya
adalah terciptanya sebuah kinerja yang optimal dari setiap pegawai yang ada
dala organisasi atau perusahaan.

Pemimpin harus bisa menciptakan hubungan yang harmonis dan efektif untuk
memperbaiki lingkungan kerja yang sangat tidak kondusif.

Cara meminimalisir pengaruh lingkungan kerja yang terjadi pada studi kasus
sesuai dengan penyebabnya yaitu; pada lingkungan kerja fisik terdapat dua
penyebab perasaan kelehan kerja yakni kebisingan dan iklim kerja yang
bersumber pada panas. Pegaruh kebisingan bisa diminimalisir dengan
melakukan pemantauan agar sumber kebisingan tersebut memiliki efek
kebisingan paling rendah dan penggunaan alat pelindung pendengaran. Iklim
kerja yang bersumber dari panas ruangan oleh mesin mesin produksi dapat
ditangani dengan menambah ventilasi udara dalam ruang kerja dan
penggunaan seragam/ pakaian yang tepat.

Sedangkan pada lingkungan kerja psikologi dipengaruhi oleh pegantian jam


kerja, dapat dilakukan sebagai berikut untuk mengurangi dampak kelelahan
pada pergantian shift kerja malam; pada giliran jam kerja, pekerja shift
malam harus cukup istirahat dan diatur pergantian shift yang baik sehingga
meminimalkan terjadinya kelelahan.

27
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Sujoso, A. D. (2012). Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan kerja. Jember:


UPT Penerbitan Unej.

Ramdan, Iwan M. 2007. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap
Perasaan Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
makalah%202_Juli%202007.pdf . [Diakses pada 29 September 2017].

28

Anda mungkin juga menyukai