Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I

‫ َو َس َقى‬،‫ َو َطَّيَب َأْس َر اَر اْلَقاِصِد ْيَن ِبِط ْيِب َثَناِئِه ِفْي الِّدْيِن َو َفاَق‬،‫ َو َر َفَع َقْد َر َأْص ِفَياِئِه ِفْي اَأْلَفاِق‬،‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذ ْي َنَّوَر ُقُلْو َب َأْو ِلَياِئِه ِبَأْنَو اِر اْلِوَفاِق‬
‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى َأِلِه‬،‫ َفَأْقَبُلْو ا ِلَطَلِب َم َر اِض ْيِه َع َلى َأْقَداِم الَّس َباِق‬،‫َأْر َباَب ُمَع اَم اَل ِتِه ِم ْن َلِذ ْيِذ ُم َناَج ِتِه َش َر اًبا َع ْذ َب اْلَم َذ اِق‬
‫ َص اَل ًة َو َس اَل ًم ا ِاَلى َيْو ِم الَّتاَل ِق‬،‫َو َأْص َح اِبِه اْلَبَرَرِة الَّس َباِق‬

‫ َو َأْن َيُهْو َن ِبَها َع َلْيَنا ُك ْر ُب‬،‫ َنْر ُجْو ِبَها الَّنَج َاَة ِم ْن َناٍر َش ِد ْيَد ِة اِإْل ْح َر اِق‬،‫ َش َهاَد ًة َص َفا َم ْو ِرُدَها َو َر اَق‬،‫َأْش َهُد َأْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬
‫ َح َّتى َج اَو َز الَّسْبَع الِط َباَق‬،‫ َاَّلِذ ْي ُأْس ِرَي ِبِه َع َلى اْلُبَر اِق‬،‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه َأْش َر ُف اْلَخ ْلِق َع َلى اِاْل ْطاَل ِق‬،‫الِّس َياِق‬

‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا‬: ‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفْي ِكَتاِبِه اْلَك ِرْيِم‬.‫ ِباْمِتَثاِل َأَو اِم ِرِه َو اْج ِتَناِب َنَو اِهْيِه‬،‫ َأُّيَها اِاْل ْخ َو اُن ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِاَياَي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َطاَع ِتِه‬،‫َأَّم ا َبْعُد‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍد ۖ َو اَّتُقوا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر‬:‫ َو َقاَل َأْيًضا‬. ‫اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو ال َتُم وُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
‫ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memanjatkan puji syukur kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw merupakan
kewajiban yang harus disampaikan oleh setiap khatib dalam khutbahnya. Selain itu khatib juga memiliki
kewajiban untuk menyampaikan dan mengingatkan jamaah tentang wasiat ketakwaan. Oleh karenanya
pada momentum khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa
memanjatkan puji syukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat pada Rasulullah sekaligus
meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Bagaimana cara meningkatkan takwa? Yakni dengan senantiasa lebih semangat lagi menjalankan segala
perintah Allah dan sekuat tenaga meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya. Dengan upaya inilah, kita
akan mampu terus berada pada jalur yang telah ditentukan oleh agama sehingga tidak melenceng dan
tersesat ke jalan yang tidak benar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memang kehidupan kita di dunia ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan
dinamika dan tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan menurun dan
mendatar, tak boleh membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa lalu sebagai pengalaman,
masa kini sebagai kenyataan, dan masa yang akan datang sebagai harapan. Sehingga kita butuh rambu-
rambu agar kita senantiasa lancar dan selamat sampai ke tujuan dan ketakwaan lah rambu-rambu yang
mampu memandu kita berada pada jalan yang benar dan bekal yang paling baik dalam perjalanan.
‫َو َتَز َّو ُد ْو ا َفِاَّن َخ ْيَر الَّز اِد الَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقْو ِن ٰٓيُاوِلى اَاْلْلَباِب‬

“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah perjalanan panjang, kita haruslah menyempatkan diri berhenti istirahat untuk
mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan. Begitu juga dalam
kehidupan di dunia, kita mesti harus menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi, evaluasi,
menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam bahwa Arab disebut dengan muhasabah. Pentingnya
muhasabah ini, Sayyidina Umar bin Khattab pernah bertutur:

‫َح اِس ُبوا َأْنُفَس ُك ْم َقْبَل َأْن ُتَحاَسُبْو ا َو َتَز َّيُنْو ا ِلْلَع ْر ِض اَألْك َبِر َوِإَّنَم ا َيِخ ُّف اْلِح َس اُب َيْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َم ْن َح اَسَب َنْفَس ُه ِفى الُّد ْنَيا‬

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi
penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi
orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

‫ َو اْلَع اِج ُز َم ْن َأْتَبَع َنْفَس ُه َهَو اَها َو َتَم َّنى َع َلى ِهَّللا‬،‫اْلَك ِّيُس َم ْن َداَن َنْفَس ُه َو َعِمَل ِلَم ا َبْع َد اْلَم ْو ِت‬

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal
untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti
hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”

Sementara dalam Al-Qur’an Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan introspeksi diri
dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk mengahadapi masa depan. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍد ۖ َو اَّتُقوا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari perintah Allah dan Rasul serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa catatan
penting tentang manfaat dari introspeksi diri ini. Setidaknya, ada 5 manfaat yang bisa kita rasakan dari
upaya melakukan ‘charging’ (mengecas) semangat hidup melalui introspeksi diri ini.

Pertama, sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kembali
perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari perjalanan selama ini.
Apakah kebaikan atau keburukan, apakah manfaat atau mudarat, atau apakah semakin mendekat atau
malah menjauh dari Allah swt. Kita harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan ini harus
dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

‫اْلَيْو َم َنْخ ِتُم َع َلى َأْفَو اِهِهْم َو ُتَك ِّلُم َنا َأْيِد ْيِهْم َو َتْش َهُد َأْر ُج ُلُهْم ِبَم ا َكاُنْو ا َيْك ِس ُبْو َن‬

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi
kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (Q.S. Yasin: 65)

Kedua, upaya memperbaiki diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kelebihan dan
kekurangan diri yang kemudian harus diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan memperbaiki diri,
maka kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan senantiasa penuh dengan
manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.

Ketiga, momentum mawas diri. Diibaratkan ketika kita pernah memiliki pengalaman melewati jalan yang
penuh lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi. Mawas diri akan mampu
menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang dalam sepanjang jalan. Allah berfirman:
‫َو َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو َاِط ْيُعوا الَّرُسْو َل َو اْح َذ ُرْو ۚا َفِاْن َتَو َّلْيُتْم َفاْعَلُم ْٓو ا َاَّنَم ا َع ٰل ى َرُسْو ِلَنا اْلَبٰل ُغ اْلُم ِبْيُن‬

“Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling,
maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah) dengan jelas.”

Keempat, memperkuat komitmen diri. Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Oleh karenanya,
introspeksi diri menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulangi
kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang yang sama. Buang masa
lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan datang. Rasulullah bersabda:

‫ َوَم ْن َك اَن َيْو ُم ُه َش ًّر ا ِم ْن َأْمِسِه َفُهَو َم ْلُعْو ٌن‬. ‫ َوَم ْن َك اَن َيْو ُم ُه ِم ْثَل َأْمِس ِه َفُهَو َم ْغ ُبْو ٌن‬.‫َم ْن َك اَن َيْو ُم ُه َخ ْيًرا ِم ْن َأْمِس ِه َفُهَو َر اِبٌح‬

“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa
saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari
ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

Kelima, sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Kita harus sadar sesadar-sadarnya
bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari nikmat-nikmat yang telah
dikaruniakan Allah. Oleh karenanya, introspeksi diri akan membawa kita mengingat nikmat yang tak bisa
dihitung satu persatu. Jangan sampai kita menjagi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan kufur
kepada nikmat Allah. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7:

‫َلِئْن َشَكْر ُتْم َالِزيَد َّنُك ْم َو َلِئْن َكَفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِد يٌد‬

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


‫‪Dari uraian ini, mari kita senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita berada di‬‬
‫‪penghujung tahun 2023 dan akan memasuki tahun baru 2024 yang menjadi waktu ideal untuk‬‬
‫‪melakukan introspeksi diri. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk yang terbaik dari Allah dan‬‬
‫‪mampu melihat perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan datang. Amiin ya rabbal alamin.‬‬

‫َباَرَك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي َهَذ ا اْلَيْو ِم اْلَك ِرْيِم ‪َ ،‬و َنَفَعِنْي َو ِاَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن الَّص اَل ِة َو الَّز َكاِة َو الَّصَد َقِة َو ِتاَل َوِة اْلُقْر َاِن َوَجِم ْيِع الَّطاَعاِت‪َ ،‬و َتَقَّبَل ِم ِّنْي‬
‫َوِم ْنُك ْم َجِم ْيَع َأْع َم اِلَنا ِإَّنُه ُهَو اْلَحِكْيُم اْلَعِلْيُم ‪َ ،‬أُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم ‪َ ،‬فاْسَتْغ ِفُرْو ُه‪ِ ،‬اَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َحْم ًدا َك َم ا َأَم َر ‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‪ِ ،‬اَلٌه َلْم َيَز ْل َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َوِكْياًل ‪َ .‬و َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه َو َح ِبْيُبُه‬
‫َو َخ ِلْيُلُه‪َ ،‬أْك َرُم اَأْلَّوِلْيَن َو اَأْلِخ ِرْيَن ‪َ ،‬اْلَم ْبُعْو ُث َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِم ْيَن ‪ .‬اللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َعلَى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َوَم ْن َك اَن َلُهْم ِم َن الَّتاِبِع ْيَن ‪،‬‬
‫َص اَل ًة َداِئَم ًة ِبَد َو اِم الَّس َمَو اِت َو اَأْلَرِض ْيَن‬

‫َأَّم ا َبْعُد‪َ :‬فَيا َأُّيَها اْلَح اِض ُرْو َن اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َذ ُرْو ا اْلَفَو اِح َش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َوَم ا َبَطَن ‪َ .‬و َح اِفُظْو ا َع َلى الَّطاَع ِة َو ُحُضْو ِر اْلُج ْمَعِة َو اْلَج َم اَع ِة‬
‫َو الَّصْو ِم َوَجِم ْيِع اْلَم ْأُم ْو َر اِت َو اْلَو اِج َباِت‪َ .‬و اْعَلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِبَنْفِس ِه‪َ .‬و َثَّنى ِبَم اَل ِئَك ِة اْلُمَس ِّبَح ِة ِبُقْد ِس ِه‪ِ .‬إَّن َهللا َوَم الِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى‬
‫الَّنِبِّي َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليمًا‬

‫اللهم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى َأِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى َأِل‬
‫َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى َأِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ِفْي الَع اَلِم ْيَن ِاَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد ‪ .‬اللهم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن‬
‫َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َاَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‪ .‬اللهم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغاَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َشاَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َداِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا‬
‫َظَهَر ِم ْنَها َوَم ا َبَطن‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخاَص ًة َوِم ْن ُبْلَداِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َعاَم ًة‪ِ ،‬اَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬

‫ِع َباَد ِهللا‪ِ ،‬اَّن َهللا َيْأُم ُر ُك ْم ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َوِاْيَتاِء ِذ ْي اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َشاِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُرْو ا َهللا اْلَعِظ ْيَم‬
‫َيْذ ُك ُر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

‫‪Penulis: H Muhammad Faizin‬‬

Anda mungkin juga menyukai