Anda di halaman 1dari 10

Khutbah I

‫ َو َن ُع وُذ ِباِهلل ِمْن ُش ُرْو ِر َأْن ُفِس َن ا َو ِمْن‬،‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهَّلِل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِع ْي ُنُه َو َن ْس َت ْغ ِفُرُه‬
‫ َأْش َه ُد َأَّن َال‬. ‫ َم ْن َيْه ِد ُهللا َفَال ُم ِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َه اِد َي َل ُه‬،‫َسِّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا‬
‫ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َن ِبِّي َن ا َو َر ُس ْو ِلَن ا ُمَح َّم ٍد َص َّلى ا ُهلل َع َلْي ِه َو َس َّلَم َو َع َلى آِل ِه‬
‫َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َت ِبَعُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّد ْي ِن‬
‫َي ا َأُّيَه ا الَّن اُس اَّت ُقوا َر َّب ُك ْم اَّلِذي َخ َلَقُك ْم ِمْن َن ْف ٍس َو اِحَدٍة َو َخ َل َق ِم ْن َه ا َز ْو َج َه ا َو َب َّث‬
‫ِم ْن ُهَم ا ِر َج اًال َك ِثيرًا َو ِنَس اًء َو اَّت ُق وا َهَّللا اَّل ِذي َتَت َس اَء ُلوَن ِب ِه َو اَألْر َح اَم ِإَّن َهَّللا َك اَن‬
‫َع َلْي ُك ْم َر ِقيبًا‬

‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن َآَم ُنوا اَّت ُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َت ُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُم وَن‬

‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َي ْغ ِف ْر َلُك ْم‬، ‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن َآَم ُنوا اَّت ُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َس ِديًدا‬
‫ُذ ُنوَب ُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُس وَلُه َفَق ْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا‬
‫َأَّم ا َبْع ُد‬
jama’ah Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Marilah kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah
anugerahkan kepada kita sekalian. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Penting sekali kita muhasabah diri atau mengoreksi diri. Muhasabah
adalah melihat pada amalan yang telah dilakukan oleh jiwa, lalu
mengoreksi kesalahan yang dilakukan dan menggantinya dengan
amalan shalih.
Kita yakin, kita semua penuh kekurangan, entah masih terus menerus
dalam bermaksiat, kurang dalam ketaatan bahkan kadang bermudah-
mudahan meninggalkan kewajiban.
Allah memerintahkan kita untuk muhasabah diri,

‫َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن َآَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ْل َت ْن ُظ ْر َن ْف ٌس َم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍد َو اَّتُق وا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َخ ِب يٌر ِبَم ا‬
( ‫) َو اَل َت ُك وُنوا َك اَّلِذيَن َن ُسوا َهَّللا َفَأْن َس اُه ْم َأْنُفَس ُهْم ُأوَلِئ َك ُه ُم اْلَفاِس ُقوَن‬18( ‫َت ْع َم ُلوَن‬
)19
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19).

Inilah yang menjadi dalil agar kita bisa mengoreksi diri (muhasabah).
Jika tergelincir dalam kesalahan, maka dikoreksi dan segera bertaubat
lalu berpaling dari segala perantara yang dapat mengantarkan pada
maksiat. Kalau kita melihat ada kekurangan dalam amalan yang wajib,
maka berusaha keras untuk memenuhinya dengan sempurna dan
meminta tolong pada Allah untuk dimudahkan dalam ibadah.
Lihatlah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam supaya dimudahkan dalam ibadah seperti dalam hadits berikut
ini.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata,
‫َي ا ُم َع اُذ َو ِهَّللا ِإِّن ى ُألِحُّب َك َو ِهَّللا ِإِّن ى ُألِحُّب َك‬
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh
aku mencintaimu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda, “Aku
memberikanmu nasihat, wahai Mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan
saat di penghujung shalat bacaan doa:
‫َالَّلُهَّم َأِع ِّن ي َع َلى ِذ ْك ِر َك َو ُشْك ِر َك َو ُحْس ِن ِع َب اَد ِتَك‬
ALLOOHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI
‘IBAADATIK (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan
beribadah yang baik kepada-Mu).”) HR. Abu Daud,

Hanya dengan pertolongan Allah-lah, kita bisa mudah melakukan ibadah


dan menjauhi maksiat.

Para jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh


Allah.

Apa Manfaat Muhasabah?

Pertama: Meringankan hisab pada hari kiamat.


‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Hisablah
diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian
kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah
keadaan yang genting pada hari kiamat,
Dalam (QS. Al-Haqqah: 18).”
‫َي ْو َمِئٍذ ُتْع َر ُضوَن اَل َت ْخ َفى ِم ْنُك ْم َخ اِفَي ٌة‬
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun
dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).”

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mukmin itu yang rajin


mengoreksi dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan
Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap
dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri, pen.). Semoga Allah merahmati
seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat
maut menjemputnya.” (Tarikh Baghdad, 4:148. Lihat A’mal Al-Qulub,
hlm. 372.)
Kedua: Terus bisa berada dalam petunjuk
Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baidhawi rahimahullah dalam
tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin
mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan. (Tafsir Al-
Baidhawi, 1:131-132. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 372.)
Ketiga: Mengobati hati yang sakit
Karena hati yang sakit tidaklah mungkin hilang dan sembuh melainkan
dengan muhasabah diri.
Keempat: Selalu menganggap diri penuh kekurangan dan tidak tertipu
dengan amal yang telah dilakukan.
Kelima: Membuat diri tidak takabbur (sombong)
Cobalah lihat apa yang dicontohkan oleh Muhammad bin
Wasi’ rahimahullah ketika ia berkata,
‫َلْو َك اَن ِللُّذ ُنْو ِب ِر ْيٌح َم ا َقَد َر َأَح ٌد َأْن َي ْج ِلَس ِإَلَّي‬
“Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang
ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, hlm. 37.
Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 373.)
Keenam: Seseorang akan memanfaatkan waktu dengan baik
Dalam Tabyin Kadzbi Al-Muftari (hlm. 263),

Maka siapa pun hendaklah muhasabah diri, baik orang yang bodoh
maupun orang yang berilmu karena manfaat yang besar seperti yang
telah disebut di atas. Sebelum beramal hendaklah kita bermuhasabah,
begitu pula setelah kita beramal, kita bermuhasabah pula. Jangan
sampai amal kita menjadi,

)4( ‫) َت ْص َلى َن اًر ا َح اِمَي ًة‬3( ‫َعاِم َلٌة َن اِص َب ٌة‬

“Bekerja keras lagi kepayahan, malah memasuki api yang sangat panas
(neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah: 3-4). Kata Ibnu Katsir rahimahullah,
seseorang menyangka telah beramal banyak dan merasakan
kepayahan, malah pada hari kiamat ia masuk neraka yang amat panas.
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:549)
‫َأُقْو ُل َقْو ِلي َه َذ اَ َو اْس َتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر الُمْس ِلِم ْي َن ِإَّن ُه ُه َو الَس ِمْيُع‬
‫الَع ِلْي ُم‬
Khutbah Kedua

‫الَح ْم ُد ِهلل َر ِّب الَع الِم ْي َن َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى َأْش َر اِف اَألْن ِبَي اِء َو المْر َس ِلْي َن‬
‫َن ِبِّي َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َمِع ْي َن‬

Jamaah Shalat Jumat yang moga senantiasa diberkahi oleh Allah Ta’ala

Bagaimana Cara Muhasabah?

Pertama: Mengoreksi diri dalam hal wajib, apakah punya kekurangan


ataukah tidak. Karena melaksanakan kewajiban itu hal pokok dalam
agama ini dibandingkan dengan meninggalkan yang haram.
(Koreksi sholat kita apakah sdh )
Kedua: Mengoreksi diri dalam hal yang haram, apakah masih dilakukan
ataukah tidak.
Allah Ta’ala berfirman,
‫َو َأِقِم الَّص اَل َة َط َر َفِي الَّن َه اِر َو ُزَلًفا ِمَن الَّلْي ِل ِإَّن اْلَح َس َن اِت ُيْذ ِهْب َن الَّسِّي َئ اِت َذ ِلَك ِذ ْك َر ى ِللَّذ اِك ِر يَن‬
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan
yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud:
114)
Ketiga: Mengoreksi diri atas kelalaian yang telah dilakukan.
Keempat: Mengoreksi diri dengan apa yang dilakukan oleh anggota
badan, apa yang telah dilakukan oleh kaki, tangan, pendengaran,
penglihatan dan lisan. Cara mengoreksinya adalah dengan
menyibukkan anggota badan tadi dalam melakukan ketaatan.
Kelima: Mengoreksi diri dalam niat, yaitu bagaimana niat kita dalam
beramal, apakah lillah ataukah lighairillah (niat ikhlas karena Allah
ataukah tidak). Karena niat itu biasa berubah, terombang-ambing.
Karenanya hati itu disebut qalb, karena seringnya terombang-ambing.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada
seorang laki-laki. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menasihatinya:

، ‫ َو ِغ َن اَك َقْب َل َفْق ِر َك‬، ‫ َو ِص َّح َت َك َقْب َل َس َقِمَك‬، ‫ َش َب اَبَك َقْب َل َهَر ِم َك‬: ‫اْغ َت ِنْم َخ ْم ًسا َقْب َل َخ ْم ٍس‬

‫ َو َح َي اِتَك َقْب َل َم ْو ِتَك‬، ‫َو َفَر اَغ َك َقْب َل ُشْغ ِلَك‬


KAJIAN TENTANG GUNAKANLAH YANG 5 PERKARA
SEBELUM 5 PERKARA
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada
seorang laki-laki. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menasihatinya:

، ‫ َو ِغ َن اَك َقْب َل َفْق ِر َك‬، ‫ َو ِص َّح َت َك َقْب َل َس َقِمَك‬، ‫ َش َب اَبَك َقْب َل َهَر ِم َك‬: ‫اْغ َت ِنْم َخ ْم ًسا َقْب َل َخ ْم ٍس‬

‫ َو َح َي اِتَك َقْب َل َم ْو ِتَك‬، ‫َو َفَر اَغ َك َقْب َل ُشْغ ِلَك‬


“Gunakan 5 perkara sebelum 5; masa mudamu sebelum masa
tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu
sebelum masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum masa
sibukmu, dan masa hidupmu sebelum kematianmu.” (HR.
Hakim dan Al-Hakim menyatakan shahih dan disetujui Imam
Adz-Dzahabi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani walaupun
sebagian ulama ada yang mendhaifkan karena sanadnya
mursal)
Namun kalau kita perhatikan, hadits ini secara makna benar.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada
kita nasihat untuk menggunakan waktu-waktu kita. Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Gunakan 5 perkara
sebelum datangnya 5.” Apa itu 5 perkara?
1. MASA MUDA
Masa muda adalah merupakan masa kuat, Allah berikan
kepada kita kekuatan. Sementara masa tua, semua sudah
rapuh. Tulang rapuh, sakit-sakitan dan yang lainnya. Maka
sebelum kita menjelang tua, coba gunakan masa muda.
Hadits ini membantah perkataan sebagian pemuda yang
berkata, “Nanti saja kalau sudah tua saya taubat.” Maka kita
katakan, “Tidak, justru gunakan masa mudamu sebelum
datang masa tuamua.” Karena kalau dimasa mudamu kamu
berhasil membiasakan kebaikan-kebaikan, maka kebiasaan itu
akan kamu bawa sampai tua. Tapi kalau kamu mebiasakan
keburukan ketika masa mudamu lalu kamu bawa kebiasaan
buruk itu sampai tua, Anda tidak akan mampu
meninggalkannya. Karena kalau itu sudah menjadi kebiasaan
dalam hidup, maka sulit sekali untuk ditinggalkan.
Maka saat kita masih muda, biasakan kebaikan. Jadikan
kebaikan itu sebagai motto hidup kita. Terlebih pemuda-
pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah adalah
orang-orang yang Allah berikan naungan nanti pada hari
kiamat. Dimana dihari itu tidak ada naungan kecuali naungan
Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda:

‫َس ْب َع ٌة ُيِظ ُّلُهُم ُهَّللا في ِظ ِّلِه َي ْو َم ال ِظ َّل إاَّل ِظ ُّلُه‬


“Tujuh orang yang akan Allah berikan kepadanya naungan
dimana dihari itu tidak ada naungan kecuali naunganNya.”
Siapa diantaranya?

‫وشاٌّب َنَش َأ ِفي ِع َباَدِة هَّللا َت عالى‬


“Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.”
Kenapa Rasulullah menyebutkan pemuda dan bukan orang
tua? Karena pemuda itu masa kuat syahwatnya, kuat
tenaganya, kuat hawa nafsunya, makanya kebanyakan
pemuda lebih senang menghabiskan waktunya untuk berleha-
leha, bersenang-senang, menghabiskan waktu untuk hal-hal
yang tidak ada manfaatnya. Tapi ketika ada seorang pemuda
yang waktunya dihabiskan untuk ibadah kepada Allah,
menghafal Al-Qur’an, menghafal hadits, memahami agama,
maka subhanallah, ini pemuda yang Allah berikan rahmat
padanya.
2. MASA SEHAT SEBELUM SAKIT
Ingat saudaraku, dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mengabarkan bahwa nikmat yang pertama kali Allah
tanya nanti pada hari kiamat adalah kesehatan. Sebagaimana
disebutkan dalam sebuah riwayat:

‫ِإَّن َأَّو َل َم ا ُيْس َأُل َع ْن ُه َي ْو َم اْلِقَياَمِة َي ْع ِنى اْلَع ْبَد ِمَن الَّن ِعيِم َأْن ُيَقاَل َلُه َأَلْم ُنِص َّح َلَك ِج ْس َمَك‬
“Pertama kali ditanyakan kepada manusia pada hari kiamat
dari kenikmatan adalah: akan ditanya kepadanya: “Tidakkah
kami telah mensehatkan badanmu?” (HR. Tirmidzi)
Jadi masa sehat kita ketika Allah beri kepada kita kesehatan,
maka gunakan sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan,
beramal shalih, beramal ketaatan, jangan gunakan untuk hal-
hal yang tidak ada manfaatnya seperti main game. Banyak
remaja-remaja diberikan fasilitas oleh orang tuanya untuk main
game. Akhirnya ketika si remaja itu habis waktunya untuk
bermain game, facebook-an, media sosial dan yang lainnya,
menyesallah setelah itu. Orang tuanya menyesal, diapun
menyesal, karena ternyata dia habiskan waktunya hanya untuk
perkara yang tidak ada manfaatnya.
“Masa sehatmu sebelum masa sakitmu.” Karena dimasa sakit
kita lemah, kita tidak punya kemampuan seperti halnya kita
sehat. Maka ketika kita sehat, gunakan mata kita yang sehat
untuk melihat ayat-ayat Allah, membaca perkara yang
bermanfaat, telinga kita gunakan untuk mendengar nasihat-
nasihat Rasul, nasihat-nasihat para ulama, duduk di mejelis
ta’lim untuk mendengarkan ilmu. Demikian pula kaki dan
tangan kita ketika sehat. Kita gunakan tangan kita untuk
kebaikan, kaki kita untuk kebaikan, berjalan menuju tempat-
tempat kebaikan.
Maka gunakan ini. Karena disaat kita sakit kita tidak bisa
melakukan itu semuanya. Nikmatnya sehat baru kita rasakan di
saat kita sedang sakit.
3. KAYA SEBELUM MISKIN
Kamu wahai orang kaya, apakah kamu kira kamu akan kaya
seterusnya sampai mati? Belum tentu. Bisa jadi Allah cabut
kekayaanmu dan kamu jatuh miskin dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Mudah bagi Allah.
Maka syukuri kekayaanmu sebelum kefakiranmu. Syukuri
dengan cara berinfaq, bersedekah, membantu orang-orang
yang susah. Maka dengan cara itu insyaAllah Allah berkahi
harta kita.
Disaat kita kaya, disaat kita punya harta, disaat kita punya
uang, kita bisa berinfaq, bisa membantu orang, membantu
kebaikan-kebaikan, gunakan waktu itu. Karena itu adalah
meruepakan karunia yang Allah berikan. Disaat kita miskin kita
tidak bisa berinfaq, tidak bisa bersedekah.
Dahulu dizaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
datang mengadu, mereka berkata: “Wahai Rasulullah, orang-
orang kaya pergi membawa pahala banyak sekali, mereka
shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa
sebagaimana kami berpuasa, tapi mereka bisa bersedekah
sedangkan kami tidak.” (HR. Muslim)
Subhanallah.. Maka saudaraku, saat kaya jangan hamburkan
uang untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Banyak orang-
orang kaya yang tidak sadar bahwasannya uang yang Allah
berikan kepadanya itu adalah titipan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Banyak orang-orang kaya yang kurang keimanannya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia gunakan kekayaannya
untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya, menghambur-
hamburkan dalam maksiat terkadang, na’udzubillah..
Maka saudaraku, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di
sini mengingatkan, “Gunakan masa kayamu sebelum masa
fakirmu.” Karena kamu hai orang kaya, kamu tidak tahu
barangkali Allah bisa saja mencabut nikmat kekayaan dari
dirimu ketika kamu tidak mau mensyukuri kekayaanmu itu.
4. Masa luang sebelum masa sibukmu
Ketika kita sibuk, bekerja sana sini, kita tidak bisa beramal
shalih, tidak bisa melakukan ketaatan. Maka disaat luang itulah
kita gunakan baik-baik untuk mentaati Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Untuk menuntut ilmu, sebagaimana sudah kita bahas
sebelumnya. Dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengatakan, “Ada dua nikmat yang manusia kebanyakan
tertipu; waktu luang dan kesehatan.”

5. Hidup sebelum mati


Kalau kita sudah meninggal dunia kita tidak lagi bisa beramal.
Kalau kita sudah meninggal dunia yang ada adalah
pembalasan dalam kubur kita dan akhirat kita.
Saudaraku, di kuburan kita sangat membutuhkan amal-amal
kita. Karena ini yang akan menyelamatkan kita di kuburan dan
di akhirat nanti adalah amalan shalih kita sendiri. Maka disaat
kita masih hidup, saudaraku sekalian, gunakan untuk
memperbanyak bekal-bekal amal kita yang akan kita bawa
nanti ketika kita masuk liang lahat, ketika kita di kuburan. Kita
sangat butuh ditemani oleh amalan shalih. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan yang
lainnya. Ketika Rasulullah menceritakan tentang kematian
orang mukmin dan kematian orang kafir. Dimana si mukmin
bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir. Lalu kemudian
diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di dalam surga. Lalu
kemudian -kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam-
datanglah seorang laki-laki yang tampan. Lalu si mukmin ini
bertanya, “Siapa kamu?” Ia berkata, “Aku adalah amalanmu
yang shalih.” Subhanallah

‫ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَكَت ُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّن ِبِّي َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْي ِه َو َس ِّلُموا‬
‫َت ْس ِليمًا‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد َك َم ا َص َّلْي َت َع َلى ِإْب َر اِه ْي َم َو َع َلى آِل‬
‫ِإْب َر اِه ْي َم ‪ِ ،‬إَّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِجْي ٌد ‪َ .‬و َب اِر ْك َع َلى ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد َك َم ا َب اَر ْك َت‬
‫َع َلى ِإْب َر اِه ْي َم َو َع َلى آِل ِإْب َر اِه ْي َم ‪ِ ،‬إَّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫اللُهَّم اْغ ِف ْر ِلْلُمْس ِلِم ْي َن َو المْس ِلَماِت َو المْؤ ِم ِنْي َن َو المْؤ ِم َن اِت اَألْح َي اِء ِم ْن ُهْم‬
‫َو اَألْم َو اِت ِإَّن َك َس ِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّد ْع َو ِة‬
‫َر َّب َن ا اَل ُت ِز ْغ ُقُلوَب َن ا َب ْع َد ِإْذ َه َد ْي َتَن ا َو َه ْب َلَن ا ِم ْن َل ُد ْن َك َر ْح َم ًة ِإَّن َك َأْن َت‬
‫اْلَو َّهاُب‬
‫الَّلُهَّم ِإَّن ا َن ْس َأُلَك الُهَد ى َو الُّت َق ى َو الَع َفاَف َو الِغ َن ى‬
‫الَّلُهَّم َأْح ِس ْن َع اِقَب َتَن ا ِفى اُألُم وِر ُك ِّلَه ا َو َأِج ْر َن ا ِم ْن ِخ ْز ِى الُّد ْن َي ا َو َع َذ اِب‬
‫اآلِخَر ِة‬
‫َر َّب َن ا آِتَن ا ِفي الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفي اآْل ِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر‬
‫َو َص َّلى ُهللا َع َلى َن ِبِّي َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِل ِه َو َص ْح ِبِه وَ َم ْن َت ِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى‬
‫َي ْو ِم الّد ْين‪.‬‬
‫َو آِخُر َد ْع َو اَن ا َأِن اْلَح ْم ُد هلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْي َن‬

Anda mungkin juga menyukai