Anda di halaman 1dari 15

‫‪Khutbah Pertama – Teks Khutbah Jumat Bahaya‬‬

‫‪Merayakan Malam Tahun Baru‬‬

‫ور‬
‫ش ُر ّ‬ ‫هلل ّم ْن ُ‬‫َـح َمدُهُ َونَ ْستَ ّع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ّف ُرهُ‪َ ،‬ونَعُوذُ ّبا ّ‬
‫لِل ن ْ‬ ‫َّ‬
‫إن الـ َح ْمدَ ّ ه ّ‬
‫ض ّل ْل‬‫ض َّل لَهُ‪َ ،‬و َم ْن يُ ْ‬ ‫ت أَ ْع َما ّلنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ّد ّه هللاُ فَ ََل ُم ّ‬ ‫أَ ْنفُ ّسنَا َو ّم ْن َ‬
‫سيّهئَا ّ‬
‫ّي لَهُ‪َ ،‬وأَ ْش َهدُ أَن الَّ ّإلَهَ ّإالَّ هللا َو ْحدَهُ َال ش َّري َْك لَهُ َوأَ ْش َهدُ أَ َّن‬ ‫فَ ََل هَاد َ‬
‫سولُه‬ ‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫ُمـ َح َّمدا ً َ‬
‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‪َ ،‬يا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َّ‬
‫َّللاَ َح َّق‬
‫تُقَاتّ ّه َو َال تَ ُموت ُ َّن ّإ َّال َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ّل ُمونَ‬

‫وقال تعالى‪ ،‬يَا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َّ‬


‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْو ًال َ‬
‫سدّيدًا‬
‫سولَهُ فَقَ ْد‬ ‫ص ّل ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغ ّف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو َم ْن يُ ّط ّع َّ‬
‫َّللاَ َو َر ُ‬ ‫يُ ْ‬
‫ع ّظي ًما‬ ‫فَازَ فَ ْو ًزا َ‬

‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ‫سنَ ْال َه ْدي ّ َه ْد ُ‬‫َّللا ‪َ ،‬وأَ ْح َ‬‫اب َّ ّ‬


‫ث ّكتَ ُ‬ ‫صدَقَ ْال َحدّي ّ‬ ‫أَ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فإّ َّن أَ َ‬
‫عةٌ‬ ‫ور ُم ْحدَثَات ُ َها ‪َ ،‬و ُك َّل ُم ْحدَثَ ٍة ّب ْد َ‬ ‫سلَّ َم ‪َ ،‬وش ََّر األ ُ ُم ّ‬
‫علَ ْي ّه َو َ‬ ‫صلَّى َّ‬
‫َّللاُ َ‬ ‫َ‬
‫ار‬‫ضَللَ ٍة ّفي النَّ ّ‬ ‫ضَللَةٌ ‪َ ،‬و ُك َّل َ‬ ‫‪َ ،‬و ُك َّل ّب ْد َ‬
‫ع ٍة َ‬

‫‪Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah‬‬


‫‪Sesungguhnya pergantian tahun tidak ada bedanya‬‬
‫‪dengan pergantian bulan dan pergantian hari demi hari.‬‬
‫‪Ia berjalan menuju waktu yang telah Allah tentukan. Ia‬‬
berjalan menuju ketentuan Allah Rabbul ‘Izzati wal
Jalalah menuju suatu hari yang Allah tegakkan padanya
kiamat, yang Allah perintahkan Israfil untuk meniup
sangkakala. Disaat itu manusia akan hancur dan mati
semuanya. Kemudian Allah bangkitkan untuk dimintai
pertanggungjawaban mereka kelak pada hari kiamat di
padang mahsyar.

Tidak ada keistimewaan pergantian tahun dengan


pergantian abad ataupun yang lainnya.

Sesungguhnya ya Ummatal Islam, semakin datang tahun


seharusnya mengingatkan kita kepada kematian.
Bahwasannya ajal kita semakin dekat. Bila Anda
ditakdirkan oleh Allah untuk meninggal -misalnya- pada
tahun 2022, dengan datangnya waktu, semakin
berjalannya bulan, demikian pula hari dan tahun, berarti
ajal itu semakin dekat.

Tidakkah seorang hamba berpikir bahwasannya apa


yang akan ia bawa kelak menuju kematiannya? Apa
persiapan yang ia telah siapkan menuju kematiannya?
Apakah dengan pergantian tahun dia pun bersorak-sorai,
diapun bergembira, dia pun kemudian menghambur-
hamburkan harta dan waktu tak ada manfaatnya,
menambah dosa di sisi Allah, menambah hal-hal yang
sesuatu yang ia tidak sukai untuk melihatnya kelak
setelah ia meninggal dunia.

Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah


Sesungguhnya pergantian hari dan waktu adalah
merupakan kebesaran dan merupakan tanda akan
kebesaran Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah. Bukankah
Allah berfirman:

ٍ ‫ار ََليَا‬
‫ت‬ ّ ‫ف اللَّ ْي ّل َوالنَّ َه‬ ْ ‫ض َو‬
ّ ‫اختّ ََل‬ ّ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬ّ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َّ ‫ق ال‬ ّ ‫ّإ َّن فّي خ َْل‬
َ ‫﴾ الَّذّينَ َي ْذ ُك ُرونَ اللَّـهَ قّ َيا ًما َوقُعُودًا َو‬١٩٠﴿ ‫ب‬
‫علَ ٰى‬ ّ ‫ّهألُو ّلي ْاأل َ ْل َبا‬
‫ت‬َ ‫ض َر َّبنَا َما َخلَ ْق‬ ّ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬ ّ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ق ال‬ ّ ‫ُجنُو ّب ّه ْم َو َيتَفَ َّك ُرونَ ّفي خ َْل‬
﴾١٩١﴿ ‫ار‬ َ َ‫عذ‬
ّ َّ‫اب الن‬ ُ ‫اط ًَل‬
َ ‫س ْب َحان ََك فَ ّقنَا‬ ّ َ‫َه ٰـذَا ب‬
inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-
nahāri la`āyātil li`ulil-albāb , Allażīna yażkurụnallāha
qiyāmaw wa qu'ụdaw wa 'alā junụbihim wa yatafakkarụna
fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā khalaqta hāżā
bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā 'ażāban-nār

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,


pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi mereka yang diberikan akal pikiran.
Yaitu mereka yang senantiasa berdzikir kepada Allah
ketika ia berdiri, ketika ia duduk, dan ketika ia berbaring.
Lalu ia pun memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
seraya ia bergumam, ‘Wahai Rabb kami, Maha Suci
engkau, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-
sia, Maha Suci Engkau ya Allah, maka peliharalah kami dari
adzab neraka.” (QS. Ali-Imran[3]: 190 & 191)

Itulah ucapan seorang mukmin ketika ia mengetahui


bagaimana kebesaran Allah. Allah menjalankan roda
waktu kemudian Allah membolak-balikan kehidupan
manusia. Hari ini kita tertawa, entah besok kita
menangis. Hari ini kita diberikan kemudahan, entah
mungkin besok kita akan diberikan kesulitan. Hari ini kita
diberikan kekayaan, kesenangan, mungkin besok lusa
kita diberikan kemiskinan dan kesulitan. Demikianlah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mentakdirkan segala
sesuatu:

ّ َّ‫َو ّت ْل َك ْاألَيَّا ُم نُدَا ّولُ َها َبيْنَ الن‬


‫اس‬
Wa tilkal-ayyāmu nudāwiluhā bainan-nās,
“Demikianlah hari-hari Kami silih-gantikan kepada
manusia -kata Allah Subhanahu wa Ta’ala-” (QS. Ali-
Imran[3]: 140)

Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah


Namun mengapa, banyak umat Islam yang ikut
bergembira ria dengan merayakan malam tahun baru?
Apakah dengan merayakannya itu akan memberikan
manfaat untuk agamanya? Apakah dengan merayakan
itu akan bisa menambahkan keimanannya? Ataukah
dengan merayakannya itu dia akan diridhai oleh Allah
Maha Pencipta segala sesuatu? Tidaklah kita berpikir Ya
ummat Islam, Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam panutan kita, orang yang paling kita cintai pernah
merayakan malam tahun baru, pergantian tahun demi
tahun?

Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah


Sesungguhnya dalam merayakan tahun baru banyak
mudharat dan bahayanya. Adapun mudharatnya:
Yang pertama, kita termasuk orang-orang yang
menyerupai orang-orang kuffar. Bukankah Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫شبَّهَ بّقَ ْو ٍم فَ ُه َو ّم ْن ُه ْم‬


َ َ‫َم ْن ت‬
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia
termasuk golongan mereka.” kata Rasulullah..

Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk


golongan mereka. Merayakan tahun baru bukanlah
kebiasaan kaum muslimin. Ia berasal dari orang-orang
kafirin.

Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah


Maka orang-orang muslim tidak boleh menyerupai orang-
orang kafir. Hendaklah ia berbangga dengan agamanya,
hendaklah ia bergembira dengan kitab sucinya,
hendaklah ia berbangga bahwasanya Allah turunkan
kepada dia Al-Qur’an, Sunnah dan agama yang haq yang
berasal dari pencipta alam semesta. Allah berfirman:

َ َ‫علَي َْك ْال ّكت‬


‫اب‬ َ ‫أَ َولَ ْم يَ ْك ّف ّه ْم أَنَّا أَنزَ ْلنَا‬
A wa lam yakfihim annā anzalnā 'alaikal-kitāba

“Tidakkah mencukupi buat mereka bahwa Kami turunkan


kepada mereka Al-Qur’an ini.” (QS. Al-Ankabut[29]: 51)

Apakah tidak cukup -saudaraku- sehingga harus kita


mengadakan perayaan-perayaan sesuatu yang tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah bahkan kemudian
menyerupai orang-orang yang dibenci oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Didalam shahih Bukhari ada seorang Yahudi berkata


kepada Umar Bin Khattab, “Wahai Amirul Mukminin, ada
satu ayat dalam kitab kalian, kalaulah ayat itu turun
kepada kami orang-orang Yahudi niscaya kami akan
jadikan ia sebagai perayaan.” Lihat, orang-orang Yahudi
mengatakan, “kalaulah ayat itu turun kepada kami orang-
orang Yahudi, kami akan jadikan sebagai perayaan.” Itu
menunjukkan -Ya Akhi- kebiasaan menjadikan atau
merayakan sesuatu itu bukan dari Islam. Islam hanya
mensyariatkan kepada kita dua hari raya. Hari Idul Fitri
dan Idul Adha. Maka ini bahaya yang pertama. Yaitu
menyerupai orang-orang kafirin.
Yang kedua kita telah berbuat bid’ah dalam agama.
Karena perayaan itu termasuk pensyariatan, saudaraku.
Ketika Rasulullah sampai ke Kota Madinah, didapati
orang-orang Anshar sedang merayakan 2 perayaan
mereka. Kemudian Rasulullah bertanya, “apa ini?”, kata
mereka, “Ini adalah hari raya kami ya Rasulullah, kami
bermain padanya.”, maka Rasulullah bersabda, “Allah
telah menggantikan untuk kalian dengan yang lebih baik
dari itu, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.”

Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah


Maka siapa yang mengadakan perayaan sesuatu yang
tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan RasulNya, maka
ia telah membuat syariat yang tidak pernah diizinkan oleh
Allah dan RasulNya. Allah berfirman:

ُ‫هين َما لَ ْم َيأْذَن ّب ّه اللَّـه‬


ّ ‫عوا لَ ُهم ّ همنَ ال ّد‬ ُ ‫أَ ْم لَ ُه ْم‬
ُ ‫ش َر َكا ُء ش ََر‬
Am lahum syurakā`u syara'ụ lahum

“Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu bagi Allah


yang memberikan syariat kepada mereka sesuatu yang
tidak diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (QS.
Asy-Syura[42]: 21)
Diantara mudharatnya, saudaraku.. Yaitu berbuat
maksiat kepada Allah. Kita dapati mereka merayakan
tahun baru bercampur padanya laki-laki dan wanita,
mereka tidak peduli dengan batasan-batasan Allah,
mereka pun berbuat maksiat kepada Allah.

Diantara bahayanya, ya akhi.. Menghamburkan harta sia-


sia. Membeli petasan untuk kemudian dibunyikan
sehingga mengganggu orang yang sedang tidur. Dia
telah mendapatkan 2 dosa. Dosa yang pertama
menghambur-hamburkan harta percuma. Bukankah
Allah berfirman:

‫ين‬
ّ ‫اط‬ َّ ‫ّإ َّن ْال ُم َب ّذه ّرينَ َكانُوا ّإ ْخ َوانَ ال‬
ّ ‫ش َي‬
Innal-mubażżirīna kānū ikhwānasy-syayāṭīn,

“Sesungguhnya orang yang mubazir, orang yang berbuat


boros terhadap hartanya, itu termasuk teman-temannya
setan,” kata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang kedua ia mengganggu orang, mengganggu orang


yang sedang istirahat dengan suara-suara yang
membuat pekak telinga. Mereka tidak sadar bahwa itu
adalah perbuatan dosa.
Kemudian diantara bahayanya, ya akhi.. Menghambur-
hamburkan waktu percuma, sia-sia. Seorang muslim
adalah orang yang paling pelit waktunya. Bukankah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ّم ْن ُح ْس ّن إ ْس ََل ّم ْال َم ْر ّء تَ ْر ُكهُ َما َال َي ْع ّني ّه‬


“Diantara tanda kebaikan Islam seseorang, dia
meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.”
(HR. Tirmidzi)
Seorang muslim adalah orang yang paling pelit
waktunya.

Bukankah lebih baik kita lewati malam itu seperti malam-


malam yang lainnya? Dengan kita tahajud kepada Allah,
dengan kita bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah, sama dengan malam yang lainnya, tidak ada
bedanya sama sekali, tidak ada keistimewaan sama
sekali, saudaraku.

Namun dilain pihak, ketika sebagian orang yang begitu


semangat beribadah kepada Allah melihat saudara-
saudaranya kaum muslimin meniup terompet kemudian
berbaur dan berbuat maksiat, mereka berfikir bagaimana
membuat ibadah, sesuatu yang tidak pernah dicontohkan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga lalu mereka
membuat dzikir berjamaah.

Mereka berkata, “Dari pada kita berbuat maksiat kepada


Allah, mendingan kita berkumpul dan berdzikir
berjamaah di sini.” Subhanallah, apakah maksiat akan
dibalas dengan kebid’ahan, ya Akhi?

Kaidah yang harus kita pahami, ya Akhi.. Bahwasanya


maksiat tidak boleh dibalas dengan kebid’ahan, maksiat
itu dibalas dengan ketaatan kepada Allah. Yaitu dengan
cara meyakini bahwasanya malam tahun baru tidak ada
keistimewaan sama sekali, kita lewati sama seperti
malam-malam yang lainnya, kita yakini sama seperti
pergantian hari demi hari, bulan demi bulan, tidak ada
keistimewaan sama sekali, ikhwatal Islam..

Maka dari itulah, seorang mukmin hendaklah bertaqwa


kepada Allah. Seorang mukmin hendaklah senantiasa
ittiba’ sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan berbangga dan mencukupkan diri dengan agama
yang Allah turunkan kepada RasulNya.
‫ َونَفَ َعنِي َوا ِِيا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬.‫آن ا ْل َع ِظ ْي ِم‬
ِ ‫هللا ِلي َولَ ُك ْم ِفي ا ْلقُ ْر‬
ُ َ‫ارك‬ َ َ‫ب‬
‫س ِم ْي ُع‬َّ ‫الوتَهُ اِنَّهُ هُ َو ال‬َ ِ‫ َوتَقَبَّ َل هللا ِمنِي َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‬
ِ ‫ت َو‬ِ ‫اآليَا‬
‫ا ْل َع ِل ْي ُم‬

Khutbah Kedua – Teks Khutbah Jumat Bahaya


Merayakan Malam Tahun Baru

‫ نبينا محمد و آله‬،‫الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا‬


،‫ أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬،‫وصحبه ومن وااله‬
ُ‫أن مح همدا ً عبده ورسوله‬
َّ ‫وأشهد‬
Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah
Diantara bahaya merayakan malam tahun baru, terutama
malam tahun baru Masehi. Yaitu meridhakan orang-
orang Yahudi dan Nasrani.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat ridha, sangat


ingin kaum muslimin mengikuti millah dan tata cara
mereka. Bukankah Allah berfirman:

‫ار ٰى َحت َّ ٰى تَت َّ ّب َع ّملَّتَ ُه ْم‬


َ ‫ص‬َ َّ‫نك ْاليَ ُهودُ َو َال الن‬
َ ‫ع‬ َ ‫َولَن تَ ْر‬
َ ‫ض ٰى‬
Wa lan tarḍā 'angkal-yahụdu wa lan-naṣārā ḥattā
tattabi'a millatahum,
“Tidak akan pernah orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani ridha kepada kalian sampai kalian mengikuti
millah dan tata cara beragama mereka.”
Allah tidak mengatakan, “Sampai kalian masuk kepada
agama mereka.” Bahkan kalian mengikuti tata cara
mereka saja mereka sudah bergembira, mereka sudah
ridha.
Subhanallah, seharusnya kita meridhakan Allah, bukan
meridhakan mereka orang-orang yang dibenci oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Diantara kemudharatan (bahaya) daripada merayakan
tahun baru bahwasannya kita telah mengikuti millah atau
tata cara beragama selain Islam. Dan itu bisa menyeret
kita sedikit demi sedikit kepada kekufuran. Allah
berfirman:

َ َ‫َيا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنُوا ّإن ت ُ ّطيعُوا فَ ّريقًا ّ همنَ الَّذّينَ أُوتُوا ْال ّكت‬
‫اب َي ُردُّو ُكم‬
﴾١٠٠﴿ َ‫بَ ْعدَ ّإي َمانّ ُك ْم َكا ّف ّرين‬
Yā ayyuhallażīna āmanū in tuṭī'ụ farīqam minallażīna
ụtul-kitāba yaruddụkum ba'da īmānikum kāfirīn

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian mentaati


sebagian ahli kitab itu, niscaya mereka akan
mengembalikan kalian setelah keimanan yang menuju
kekafiran.” (QS. Ali-Imran[3]: 100)

Allah mengatakan, saudaraku..


Bahwa kita apabila mentaati tata cara kehidupan mereka
dan beragama mereka, maka kita akan dikembalikan
sedikit demi sedikit dari keimanan menuju kekufuran.
Lalu Allah berfirman:

َ‫ْف تَ ْكفُ ُرون‬


َ ‫َو َكي‬
Wa kaifa takfurụna wa antum tutlā 'alaikum āyātullāhi
wa fīkum rasụluh,

“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal


ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya
pun berada di tengah-tengah kamu

‫ص َراطٍ ُّم ْستَ ّق ٍيم‬ َ ‫صم ّباللَّـ ّه فَقَ ْد ُهد‬


ّ ‫ّي ّإلَ ٰى‬ ّ َ‫َو َمن َي ْعت‬
wa may ya'taṣim billāhi fa qad hudiya ilā ṣirāṭim
mustaqīm

“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama)


Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. (QS. Ali-Imran[3]: 101)

Allah mengatakan bahwa senantiasa seseorang


berpegang kepada agamanya, ia tidak akan kafir. Tapi
ketika seseorang mengikuti tata cara (millah) daripada
‫‪orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka ia akan‬‬
‫‪dikembalikan kepada kekafiran.‬‬

‫‪Tidakkah kita melihat banyak sekali mudharat-mudharat‬‬


‫‪yang ada? Seorang mukmin takut apabila agamanya‬‬
‫‪rusak dan hancur. Ia segera lari membawa agamanya,‬‬
‫‪menyelamatkan akhiratnya, baginya agamanya adalah‬‬
‫‪segala-galanya.‬‬

‫علَى ّإب َْرا ّهي َْم‬ ‫ْت َ‬ ‫صلَّي َ‬


‫علَى آ ّل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ص ّهل َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫علَى آ ّل‬ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ار ْك َ‬‫علَى آ ّل إّب َْرا ّهي َْم‪ ،‬إّنَّ َك َح ّم ْيدٌ َم ّج ْيدٌ‪َ .‬وبَ ّ‬ ‫َو َ‬
‫علَى آ ّل ّإب َْرا ّهي َْم‪ّ ،‬إنَّ َك َح ّم ْيدٌ َم ّج ْيدٌ‬ ‫علَى ّإب َْرا ّهي َْم َو َ‬ ‫ت َ‬ ‫ار ْك َ‬
‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬

‫الل ُه َّم ا ْغ ّف ْر ّل ْل ُم ْس ّل ّميْنَ َوالم ْس ّل َماتّ‪َ ،‬والمؤْ ّمنّيْنَ َوالمؤْ ّمنَاتّ‪ ،‬األ َ ْحيَ ّ‬
‫اء‬
‫ع َواتّ‪َ ،‬و َيا قَاد َ‬
‫ّي‬ ‫ْب الدَّ َ‬
‫ْب ُم ّجي ُ‬ ‫ّم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َواتّ‪ّ ،‬إنَّ َك َ‬
‫س ّم ْي ٌع قَ ّري ٌ‬
‫ْال َحا َجا ّ‬
‫ت‬

‫اب النَّ ّ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقّنَا َ‬
‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوفّي ْاَل ّخ َرةّ َح َ‬
‫َربَّنَا آتّنَا فّي الدُّ ْنيَا َح َ‬

Anda mungkin juga menyukai