Anda di halaman 1dari 11

AMALAN AMALAN YANG DAPAT MENOLAK BENCANA

Sebuah tema yang penting untuk menjadi renungan kita bersama mengingat pandemi
yang menimpa negeri kita ini belum berakhir, sebagai mukmin yang baik selain kita
memperhatikan asbab kauniyah (sebab-sebab yang sifatnya alamiah) kita juga harus
memperhatikan asbab ilahiyyah, tidak cukup seorang mukmin hanya bersandar pada asbab
kauniyah, seperti cuci tangan, pakai masker, jaga jarak dan lain sebagainya, akan tetapi
pendemi ini membuat ia mengintropeksi diri sejauh mana ibadah yang ia laksanakan kepada
Allah, makanya ketika Allah menjelaskan tentang karakteristik tentang Ulul Albab dalam
surat Ali-Imran, siapakah mereka Ulul Albab itu? Allah jelaskan,

‫ین یَ ۡذ ُك ُرو َن ٱللَّهَ قِیَٰـ ࣰما َو ُقعُ و ࣰدا‬ ِ َّ


َ ‫ب ۝ ٱلذ‬ ِ ‫َّه ا ِر لََٔٔـَایَٰـ ࣲت أِّل ُ ۟لوِی ٱ ۡلأَ ۡلبَٰـ‬
َ ‫ف ٱلَّ ِل َوٱلن‬ ِ ‫ت تِلَٰـ‬ ِۡ ‫ٱلسمٰـوٰ  ۡل‬
ِ َۡ‫تر َۡخویٱ أ‬
‫ض َوٱ‬ ۡ ِ
َ َ َّ ‫إِ َّن فی َخ ل ِق‬
‫اب ٱلنَّا ِر‬ ِ َ َ‫ت َهـٰ َذا بـٰ ِط ࣰل ا س ۡبحـٰن‬ َّ ‫َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه مۡ َو َیَت َف َّك ُرو َن فِی َخ ۡل ِق‬
‫ٱلس َمـَٰوٰ  ِ ۡل‬
ِ َ‫ت ۡرَوۡقٱل أ‬
َ ‫ك فَقنَا َع َذ‬ َ ُ َ َ َ‫ض َر َّبنَا َما َخل‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami
dari azab neraka. [Surat Ali ‘Imran 190 – 191]

Maka kita merenung apa saja ibadah-ibadah yang dapat menghilangkan bencana di
tengah-tengah kehidupan kita, diantaranya adalah:

1. Shalat dengan khusyu’ dan thuma’ninah


Ibadah shalat adalah ibadah paling penting dan agung, bahkan dalam sebuah hadits,
Rasulullah saw bersabda,
‫ِّين‬
َ ‫دمها َف َقد َه َد َم الد‬
َ ‫من َه‬
ْ ‫ َو‬، ‫ِّين‬ ُ ‫الصالةُ ِع‬
َ ‫ َم ْن أقَ َامها فَق ْد أقَ َام الد‬، ‫ماد الدِّي ِن‬ َّ

“Sholat Adalah Tiang Agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah


menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah
merobohkan agamanya”.

Gambaran betapa pentingnya shalat ini, kita bisa lihat rangkaian turunnya perintah
shalat, ketika Allah memerintahkan Nabi untuk melaksanakan ibadah tertentu, biasanya Allah
mengutus malaikat Jibril sebagai perantara, tapi begitu perintah shalat terjadi peristiwa yang
luar biasa yang kita kenal dengan Isra Mi’raj, Rasulullah saw diperjalankan langsung oleh
Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sampai ke Sidratul Muntaha untuk menerima
perintah shalat 5 waktu.
Nah, apa kaitan shalat dengan diangkatnya bencana?
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, hadits
tentang gerhana, ketika terjadi gerhana di zaman Nabi, saat itu sebagian orang
menghubungkannya dengan kematian Ibrahim, putra Rasulullah saw, maka beliau
berkhutbah, kata beliau sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah ra,
‫صلُّوا‬ َ ِ‫ فَِإذَا َرأ َْيتُ ْم ذَل‬،‫َح ٍد َوالَ لِ َحيَاتِِه‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫الشمس وال َقمر‬
َ ‫ َو َكِّب ُروا َو‬،َ‫ك فَا ْدعُوا اهلل‬ َ َ َ َ َ ْ َّ ‫إن‬
َ ‫ الَ يَ ْخس َفان ل َم ْوت أ‬،‫آيتَان م ْن آيَات اهلل‬

‫ص َّدقُوا‬
َ َ‫َوت‬
“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda di antara tanda-tanda
kebesaran Allah, tidak terjadi gerhana pada keduanya disebabkan kematian dan
kelahiran seseorang, jika kalian melihatnya berdoalah, bertakbirlah, lakukanlah sholat,
dan bersedekahlah kalian”

Kata Imam Nawawi bahwa redaksi “lakukanlah shalat” ini gambaran betapa shalat itu
dapat menolak bencana, karena sesungguhnya gerhana adalah fenomena yang ditakutkan
menjadi adzab untuk manusia, maka ketika terjadi gerhana kita diperintahkan untuk
menunaikan shalat sehingga dapat menjauhkan manusia dari bencana.

Didalam hadits yang lain, Rasulullah mengkisahkan kisah yang pernah terjadi pada
zaman dahulu, dan ini adalah salah satu mukjizat Rasulullah, beliau mengetahui apa yang
terjadi zaman dahulu meski beliau tidak bisa membaca maupun menulis, karena diberi
petunjuk oleh Allah swt, yaitu kisah pemuda yang bernama Juraij, seorang pemuda yang
shalih dari kalangan bani Israil, suatu hari Juraij menunaikan shalat ditempat ibadahnya, lalu
ibunya datang dan memanggilnya, akan tetapi dia sibuk dengan shalatnya sehingga tidak
mendengar panggilan ibunya, maka ibunya merasa tersinggung, lalu ibunya berdoa dengan
mengatakan,
‫اللهم ال تمته حتى تريه وجوه المميسات‬

Ya Allah janganlah engkau mewafatkan ia, sampai engkau pertontonkan dia di hadapan
wanita-wanita malam. Maka betapa doa seorang ibu adalah mustajab, walaupun doa berisi
keburukan dan dalam keadaan sedang marah. Maka pada suatu hari seorang wanita
mendatangi Juraij, dia mengajaknya untuk berzina, namun Juraij menolak, lalu wanita
tersebut berzina dengan seorang penggembala. Singkat cerita, wanita itupun hamil kemudian
melahirkan dan dia mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya Juraij, maka kemudian orang-
orang marah akan hal itu, kemudian merobohkan tempat ibadahnya Juraij lalu iapun diseret
dan iapun ditonton oleh wanita-wanita malam, persis seperti doa ibunya tadi, kemudian di
hadapkan kepada seorang raja, lalu iapun ditanyai “Kenapa kamu menghamili wanita ini?
Juraij mengatakan “Aku tidak menghamili wanita itu, akan tetapi wanita itu mengatakan
bahwa bayi itu adalah anakku, maka seketika Juraij berwudhu dan menunaikan shalat, setelah
dia shalat, dia usap kepala bayi yang masih merah tadi, maka atas izin Allah bayi itupun bisa
berbicara, ketika bayi itu ditanya Wahai anak kecil siapakah ayahmu? Maka bayi itu
menjawab “Ayahku adalah seorang penggembala”, maka Rasulullah mengkisahkan ada 3
bayi yang bisa berbicata diwaktu kecil yaitu bayinya Isa bin Maryam, bayi di zaman Juraij,
dan bayi yang sedang disusui oleh ibunya di zaman bani Israil.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menyampaikan ketika mengomentari hadits
ini bahwa ini dalil betapa seseorang ketika ingin segera terlepas dari bencana maka
hendaknya dia menunaikan ibadah shalat.

Dalil selanjutnya yang menunjukkan bahwa shalat adalah amalan yang dapat
menghilangkan bencana adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang
mengkisahkan tentang Ibrahim beserta istrinya yang bernama Sarah, ketika beliau dan
istrinya hendak menuju sebuah daerah, yang mana di daerah tersebut ada dipimpin seorang
Raja yang dzalim, dan raja tersebut gemar merampas wanita-wanita cantik yang ia temui, dan
Sarah termasuk wanita yang berparas cantik, maka untuk menyelamatkan Sarah, nabi Ibrahim
melakukan tauriyah (menyampaikan kalimat yang maknanya banyak, biasanya orang
memahami makna yang dekat, padahal yang dimaksud adalah makna yang jauh), Ibrahim
mengatakan Hadzihi Ukhti (ini adalah saudari perempuanku), maka raja tadi mengira bahwa
Sarah adalah adik atau kakaknya Ibrahim, padahal maksud Nabi Ibrahim adalah Al
Ukhuwwah fiddin (persaudaraan di dalam agama) maka semua orang beriman laki-laki dan
perempuan adalah saudara, dia makna ini yang dimaksud Ibrahim as, meskipun sebenarnya
nabi Ibrahim tidak sampai berbohong, akan tetapi beliau tetap memohon ampun kepada
Allah, makanya ketika para ulama menjelaskan ayat:

‫ی أَ ۡطَم ُع أَن یَ ۡغِف َر لِی َخ ِطیۤ َٔٔـَتِی یَ ۡوَم ٱلدِّی ِن‬


ۤ ‫َوٱلَّ ِذ‬
dan Yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat.”
[Surat Asy-Syu’ara 82]

Kenapa Nabi Ibrahim sampai berkata seperti itu? Diantara sebabnya adalah karena
beliau merasa pernah berbohong yaitu karena beliau pernah mengatakan Hadzihi Ukhti, lalu
meminta ampun kepada Allah atas perbuatannya tersebut.
Maka Sarah ketika berhadapan dengan Raja dzalim tersebut, ketika Raja tersebut
hendak menyentuh Sarah, tiba-tiba tangannya bergetar tidak dapat menjangkau sarah, apa
sebabnya? Karena sebelumnya Sarah menunaikan shalat dan berdoa kepada Allah agar
dilindungi dari Raja yang dzalim tersebut, maka akhirnya raja tersebut meminta maaf, dan
meminta kepada Sarah untuk mendoakan kebaikan untuknya, bahkan akhirnya raja itu
memberikan budak yang bernama Hajar kepada Sarah.

Jadi, shalat dengan khusyu dan thuma’ninah dapat menghilangkan bencana.

2. Membiasakan diri membaca Istighfar.


Siapa saja yang rajin membaca istighfar melalui lisannya dan dihadirkan lewat hatinya,
maka Allah akan jauhkan ia dari segala bencana dan malapetaka, Allah swt berfirman,

َ ‫َو َما َكا َن ٱللَّهُ لُِی َع ِّذ َب ُه مۡ َوأ‬


‫َنت فِی ِه مۡۚ َو َما َكا َن ٱللَّهُ ُم َع ِّذ َب ُه مۡ َو ُه مۡ یَ ۡستَ ۡغِف ُرو َن‬

Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di
antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka
(masih) memohon ampunan. [Surat Al-Anfal 33]

Sahabat Abu Musa Al Asyari saat itu mengatakan: Dulu kami punya dua
pengaman, (pengaman dari adzab Allah), yaitu hadirnya Rasulullah ditengah-tengah kami
dan istighfar, dan ketika Rasulullah wafat, maka pengaman itu hanya tersisa satu yaitu
istighfar, jikalau istighfar hilang ditengah kehidupan kami niscaya kami akan binasa.
Ayat ini menjadi dalil betapa pentingnya membiasakan istighfar ditengah kehidupan kita,
bahkan bisa menjadi sebab diangkatnya suatu bencana.

Imam Ibnu Qudamah dalm kitabnya Attawwabin mengkisahkan sebuah peristiwa


yang pernah terjadi dizaman Nabi Musa as, ketika hari itu terjadi bencana, yaitu paceklik
yang luarbiasa dasyatnya, sehingga sawah, kebun banyak yang mati kekeringan, hewan
ternak banyak yang mati karena kehausan, dimana-mana manusia banyak yang mati karena
kelaparan. Maka disebutkan oleh beliau,

Suatu ketika, Allah swt memerintahkan Nabi Musa as untuk mengumpulkan semua
orang di ladang sehingga terkumpul 70.000 bani Israil dan diharapkan semua yang ada di
sana berdoa kepada Allah untuk minta diturunkan hujan.
Setelah perintah itu dilaksanakan, hujan tetap saja tidak turun. Padahal, semua yang
hadir di lapangan tersebut memohon dengan sungguh-sungguh bahkan beberapa sampai
menangis.

Kemudian, Nabi Musa as bertanya pada Allah swt, “Ya Allah, kami sudah melakukan
apa yang Engkau minta, tetapi kenapa masih tidak hujan?”. Allah kemudian berfirman, “ada
seorang hamba diantara kalian yang menentangku selama 40 tahun. Jika kalian
mengeluarkannya dari lingkungan kalian, akan Ku turunkan hujan kepada kalian.

Setelah mengetahui jawaban Allah swt, Setelah itu Nabi Musa as berkata, “Wahai
hamba yang bermaksiat kepada Tuhannya selama 40 tahun, keluarlah dari lingkungan kami !
Karenamu, Allah mencegah hujan dari kami.”

Mengetahui apa yang disampaikan Nabi Musa, orang yang tidak meminta ampun pada
Allah swt merasa paling berdosa. Ia kemudian sesegera mungkin meminta ampun dan
bertobat pada Allah dari lubuk hatinya yang terdalam.

“Ya Allah, Apa yang harus aku lakukan. Jika aku masih tetap berada diantara mereka,
Allah akan mencegah hujan itu karenaku. Namun jika aku keluar, maka terbukalah semua
aibku dihadapan Bani Israil. Duhai Tuhanku, aku bermaksiat kepada-Mu dengan segala
kemampuan-Ku. Aku berani menentang-Mu dengan kebodohanku. Dan kini aku datang
dengan segala penyesalan untuk bertaubat kepada-Mu. Maka terimalah taubatku. Dan jangan
engkau cegah air hujan itu dari mereka karenaku…” kata orang tersebut.

Setelah itu, rintik-rintik air hujan mulai menetes ke tanah. Membasahi tanah dan tubuh
umat Nabi Musa as. Hujan itu turun dengan sangat deras. Semua yang ada di ladang tampak
sangat bahagia dengan turunnya hujan ini. Beberapa bahkan berteriak-teriak menyebut nama
Allah saking bahagianya.

Saat hujan turun dengan derasnya, Nabi Musa as bertanya pada Allah swt, “Apa yang
mengubah ketetapan-Mu, Ya Rab?”. Kemudian Allah SWT berkata pada Nabi Musa AS,
“Hujan ini tidak turun karena orang tersebut sekarang dia sungguh-sungguh memohon
pengampunan.”
Setelah itu, Nabi Musa as kembali bertanya pada Allah, “Ya Allah, siapa orang
tersebut? Aku ingin melihatnya, aku ingin bertemu dengannya.” Sesungguhnya seorang yang
membuat-Ku mencegah (air hujan), dia lah yang membuat-Ku menurunkannya.” Nabi
berkata, “Tuhanku, jelaskan kepadaku tentang hal itu.” Allah menjawab, “Wahai Musa, Aku
menutupi aibnya ketika dia bermaksiat. Bagaimana Aku akan membongkar aibnya ketika dia
telah bertaubat?”

Maka berdasarkan kisah ini sebagian ulama berpendapat bahwa diantara tanda taubat
diterima oleh Allah adalah aib nya ditutupi oleh Allah swt. Maka ini sebuah pelajaran
bagaimana istighfar itu dapat mengangkat suatu bencana, maka marilah kita perbanyak
istighfar kepada Allah swt. Imam Hasan Al Bashri mengatakan:

‫ وفي مجالسكم فإنكم التدرون متى تنزل المغفرة‬،‫أكثروا من اإلستغفار في بيوتكم وفي طرقكم وفي أسواقكم‬

“Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, jalan-jalan, pasar-pasar, tempat-tempat duduk


kalian, karena kalian tidak tahu kapan ampunan Allah datang kepada kalian”

3. Memperbanyak berzikir kepada Allah.

Diantara salah satu amalan yang dapat menolak bencana adalah banyak berzikir kepada
Allah swt, ibadah zikir adalah ibadah yang sangat agung, bahkan satu-satunya ibadah yang
diperintahkan untuk dikerjakan sebanyak-banyaknya. Firman Allah swt,

ِ ‫یـٰۤأ َُّی َها ٱلَّ ِذین ءامنُو ۟ا ٱ ۡذ ُكرو ۟ا ٱللَّهَ ِذ ۡك ࣰرا َكثِی ࣰرا ۝ وسبِّحوهُ ب ۡك ر ࣰة وأ‬
‫َصیاًل‬ َ َ ُ ُ ََ ُ ََ َ َ
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-
Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.”
[Surat Al-Ahzab 41 – 42]

Apa hubungan zikir dengan menolak bencana? Di dalam salah satu riwayat hadits
tentang gerhana, melalui Abdullah ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda,

َ ِ‫ فَِإذَا َرأ َْيتُ ْم ذَل‬،‫َح ٍد َوالَ لِ َحيَاتِِه‬


‫ك فَاذْ ُك ُروا اللَّه‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫الشمس والْ َقمر‬
َ ‫ الَ يَ ْخس َفان ل َم ْوت أ‬،‫آيتَان م ْن آيَات اللَّه‬
َ َ َ َ َ ْ َّ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan Allah, tidak akan
terjadi gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, ketika kalian melihat
gerhana maka berzikir lah kepada Allah” (HR Bukhari)

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mengomentari hadits ini bahwa salah satu faidah
hadits ini bahwa diantara cara menolak bala’ adalah dengan banyak berzikir kepada Allah.
Ibadah zikir sangat disukai Allah, bahkan diberikan pahala yang sangat besar dan tidak
terukur oleh pandangan kita, diantaranya disebutkan dalam hadits Rasulullah:
ُ‫ لَه‬،ُ‫يك ل ه‬ ْ ‫ال ال إل هَ إالَّ اللَّه‬
َ ‫وح دهُ الَ َش ِر‬ َ ‫ َم ْن ق‬ :‫ال‬
َ َ‫َّبي ﷺ ق‬ ّ ‫ َعن الن‬  ‫اري‬
ِّ ‫األنص‬
َ ‫أيوب‬ َ ‫وع ْن أَبي‬
َ
ِ
ِ ‫متف ٌق‬ ‫س من ولد إسماعيل‬ِ ِ ٍ
َّ ‫ ع ْشر‬،‫ َو ُهو َعلَى ُك ِّل َشيء قَ ِد ٌير‬،‫الحم ُد‬
ٍ ‫مر‬
.‫عليه‬ َ ْ َ ٍ ‫ َكا َن َك َم ْن أَ ْعتَ َق ْأربعةَ أَن ُف‬:‫ات‬ ْ ُ‫ ولَه‬،‫ْك‬ ُ ‫المل‬
ُ

Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra, Rasulullah saw bersabda Barang siapa yang
mengucapkan,

ٍ ‫ وهو علَى ُك ِّل َش‬،‫ ولَه الحم ُد‬،‫ْك‬


،‫يء قَ ِد ٌير‬ َ ُ َ ْ ُ ُ ‫المل‬ ُ ُ‫ لَه‬،ُ‫يك له‬ ْ ‫ال إلهَ إالَّ اللَّه‬
َ ‫وحدهُ الَ َش ِر‬
Sebanyak 10 kali, maka pahalanya seperti memerdekakan 4 budak dari keturunan bani
Israil. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits yang lain, juga Nabi saw bersabda:

‫ سبحان اهلل العظيم‬، ‫ سبحان اهلل وبحمده‬، ‫ حبيبتان إلى الرحمن‬، ‫ ثقيلتان في الميزان‬، ‫كلمتان خفيفتان على اللسان‬

“Ada dua kalimat yang sangat ringan bagi lisan (untuk mengucapkannya), sangat berat
nanti dalam Mizan (timbangan), dicintai oleh Ar-Rohman, dua kalimat itu adalah:

‫ سبحان اهلل العظيم‬، ‫سبحان اهلل وبحمده‬

“Maha suci Allah Dzat yang Maha Terpuji, Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Agung”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Hurairah ra.
Mari kita basahi lisan kita dengan dzikrullah terlebih lagi ditengah pandemi corona seperti
ini, mudah-mudahan dengan dzikir kita wabah ini segera diangkat oleh Allah swt.

4. Doa dengan merendahkan diri.

Doa adalah Silahul Mu’min (senjatanya orang beriman), maka jangan pernah
meremehkan kekuatan sebuah doa, ada perkara perkara besar di zaman dahulu itu selesai
dengan berdoa kepada Allah swt. Ada orang diuji dengan tidak memiliki keturunan, yaitu
Nabi Zakaria as, dan ini berlangsung dalam waktu yang lama, beliau berdoa selama 60 tahun
sejak pernikahan beliau agar diberi keturunan oleh Allah, lalu disisa usia beliau Allah
kabulkan doanya, harapan beliau diabadikan oleh Allah swt dalam surat Maryam, Allah
berfirman:
‫ب إِنِّی َو َه َن ٱ ۡلَع ۡظ ُم ِمنِّی‬ ِّ ‫ال َر‬ َ َ‫ۤء َخ ِف ࣰّیا ۝ ق‬ ِ َ َ‫ك َع ۡبَدهُۥ َز َك ِریَّاۤ ۝ إِ ۡذ ن‬
ً ‫اد ٰى َربَّهُۥ ن َدا‬ َ ِّ‫ت َرب‬ ِ ‫ص ۝ ِذ ۡكر ر ۡحم‬
َ َ ُ ۤ ‫كۤهیۤع‬
‫ت مۡٱ رَرأَتِی َعاقِ ࣰر ا َف َه ۡبلِی‬ ِ َ‫ۤءی و َكان‬ ِ ِ ِ ۡ ُ ‫ب َش ِق ࣰّیا ۝ وإِنِّی ِخ ۡف‬ َ ‫س َش ۡی ࣰبا َولَ ۡم أَ ُك ۢن بِ ُد َعاۤ ِٕى‬
َ ‫ت ٱ ل َم َٰ ول َی من َو َرا‬ َ ِّ ‫ك َر‬ ُ ‫ٱلرۡأ‬
َّ ‫َوٱ ۡش َت َع َل‬
‫ض ࣰّیا ۝ یَٰـ َز َك ِریَّاۤ إِنَّا نُبَ ِّش ُر َك بِغُلَٰـ ٍم ٱ ۡ ُم‬
ۡ‫سهُۥ یَ ۡیَح ٰى لَ م‬ ِ ‫بر‬ ِ ِ ُ ‫نك ولِ ࣰّیا ۝ یَ ِرثُنِی ویَ ِر‬ َّ ِ
َ ِّ ‫ث م ۡن َءال یَ ۡع ُق و َۖب َوٱ ۡج َع ۡل هُ َر‬ َ َ َ ‫من ل ُد‬
‫نَ ۡج َعل لَّهُۥ ِمن قَ ۡب ُل َس ِم ࣰّیا‬
“Kaf Ha Ya ‘Ain Shad, (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat
Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria, (yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya
dengan suara yang lembut. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku
telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam
berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku
sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang
anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan
jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.(Allah berfirman), “Wahai Zakaria!
Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya
Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.” [Surat
Maryam 1 – 7]

Bahkan tanda kehamilan istrinya adalah tanda yang ajaib, karena saking hasratnya
beliau untuk memiliki anak membuat beliau berpuasa dari bicara selama 3 hari 3 malam,
padahal istrinya sebelumnya divonis mandul, akan tetapi dengan berdoa kepada Allah, maka
atas izin-Nya Allah berikan kepadanya keturunan disaat manusia mengatakan mustahil punya
anak, tapi tidak ada yang mustahil bagi Allah swt.

Demikian kisahnya Nabi Ayyub as, ketika diuji oleh Allah dengan penyakit yang
sangat berat, saking beratnya penyakit tersebut, membuat kulitnya makin rusak dan
rambutnya makin rontok, bahkan kekayaannya sampai habis seketika, dan ini terjadi sampai
18 tahun lamanya, maka dengan sabar beliau berdoa kepada Allah swt, sebagaimana doa
tersebut diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
‫اب‬ َّ ‫سنِ َی‬
ٍ ‫ٱلش ۡیطَـٰ ُن بِنُ ۡص ࣲب َو َع َذ‬ َ َ‫وب إِ ۡذ ن‬
َّ ‫اد ٰى َربَّهُ ۤۥ أَنِّی َم‬ َ ُّ‫َوٱ ۡذ ُك ۡر َع ۡب َدنَاۤ أَی‬
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya
aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.” [Surat Shad 41]
Maka Allah perintahkan kepada beliau untuk minum dan mandi, sehingga atas izin
Allah beliau sembuh dari penyakitnya. Firman Allah swt,

‫ٱ ۡر ُك ۡض بِ ِر ۡجلِ َۖك َهـٰ َذا ۡغُم تَ َس ُۢل بَا ِر ࣱد َو َش َرا ࣱب‬

(Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk
minum.” [Surat Shad 42]

Demikian pula misalnya doa agar diselamatkan dari musuh sebagaimana yang dialami
seseorang yang bernama Abu Muallaq Al Anshari, beliau adalah seorang pedagang yang
shalih dan taat beribadah, pada suatu hari ketika dia membawa barang dagangannya ia
bertemu seorang perampok, sebagaimana kisah ini disampaikan oleh Ibnu Qayyim dalam
Kitab Al Jawabul Kafi. Ketika bertemu dengan perampok di jalan yang sangat sepi, dan
perampok itu tidak hanya ingin mengambil hartanya tetapi juga nyawanya, maka dalam
kondisi terjepit seperti itu, dia ingat kepada Allah dan meminta izin untuk menunaikan shalat,
lalu setelah itu berdoa kepada Allah, tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda dari arah
kiblat, membawa sebuah tombak lalu ditusukkan tombak tersebut ke tubuh perampok tadi,
hingga seketika meninggal dunia. Maka beliau merasa heran, lalu beliau tanya “Siapakah
engkau? Penunggang kuda itu berkata: Aku adalah malaikat dari langit, ketika engkau berdoa
dengan doa pertama terdengar seperti gemuruh angin disisiku, berdoa dengan doa kedua
terdengar seperti gemerincing senjata, lalu engkau berdoa dengan doa ketiga terdengarlah
jelas bahwa ada seseorang hamba Allah yang terdzalimi, aku mendengar jelas doamu dan aku
memohon kepada Allah supaya diizinkan untuk menjadi penolongmu, dan Allah pun
mengizinkan.

Betapa dasyatnya kekuatan sebuah doa, maka perbanyaklah berdoa kepada Allah agar
Allah angkat bencana ini dari tengah-tengah kehidupan kita.

Terkadang seseorang sudah merasa berdoa kepada Allah tapi kenapa belum diijabah
oleh Allah, ternyata ada banyak sebab kenapa doa kita belum kunjung dikabulkan Allah swt,
bisa jadi karena keyakinan yang lemah dalam hati kepada Allah, kita berdoa tapi tidak
disertai dengan keyakinan, apalagi kalau sampai terbesit dalam hati kita sifat was-was bahwa
doa kita bisa jadi tidak dikabulkan oleh Allah swt, atau bisa jadi ada yang salah dalam doa
kita, bisa jadi isinya mengandung unsur permusuhan, memutuskan silaturrahim dan lain
sebagainya, karena perbuatan ini tidak disukai oleh Allah, sehingga doanya tidak dikabulkan,
atau bisa jadi kita berdoa dengan tergesa-gesa, atau bisa jadi karena ada penghalang doa kita,
diantara penghalang doa adalah maksiyat, makan yang haram, sehingga menghambat doa kita
dikabulkan oleh Allah, atau barangkali juga kalau tidak diijabah juga Allah menginginkan
agar kita terus-terusan mendekatkan diri kepada Allah. Maka dengan berdoa dengan khusyu
dan penuh keyakinan maka insya allah doa kita diijabah oleh Allah..

5. Membiasakan diri dengan akhlak yang mulia dan sifat-sifat terpuji.

Apa hubungan akhlak yang baik dengan diangkatnya bencana? Dalam sebuah hadits
tentang permulaan wahyu, ketika nabi bertahannus di gua hira dan bertemu dengan Malaikat
Jibril untuk pertama kalinya untuk menerima wahyu pertama, beliau sangat takut dan
kepayahan, Setelah menerima wahyu itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan ketakutan.
Setibanya di rumah, beliau meminta sang istri, Khadijah untuk menyelimutinya.
“Selimuti aku! Selimuti aku! Aku sangat takut!” kata Rasulullah. Beliau melanjutkan;

‫كال أبشر فواهلل ال يخزيك اهلل أبدا واهلل إن ك لتصل الرحم وتصدق‬ ‫خديجة‬ ‫لق د خش يت على نفسي قالت له‬
‫الحديث وتحمل الكل وتكسب المعدوم وتقري الضيف وتعين على نوائب الحق‬
“Aku benar-benar khawatir terhadap diriku. Khadijah menghibur beliau: Jangan begitu,
bergembirahlah. Demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Demi
Allah, sungguh engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau jujur dalam
berkata: engkau telah memikul beban orang lain, engkau sering membantu keperluan
orang tak punya, menjamu tamu dan selalu membela kebenaran.”

Kata Imam Nawawi, bahwa makna ucapan Khadijah bahwa Allah tidak akan
menimpakan keburukan kepadamu disebabkan kebaikan akhlak engkau selama ini.

Seharusnya adanya pandemi ini melatih kemuliaan akhlak kita, kepedulian kita kepada
sesama lewat harta dan tenaga kita. Sehingga harapannya bencana ini segera diangkat dari
kehidupan kita.

5. Memperbanyak sedekah.

Sedekah adalah amal ibadah yang apabila seseorang tidak mengamalkannya di dunia,
maka dia pasti akan menyesal di kehidupan setelahnya, Allah mengkisahkan dibeberapa ayat,
diantaranya;

َّ ‫َج ࣲل قَ ِری ࣲب فَأ‬ ٰۤ ‫َخ ۡر تَنِ ۤی إِل‬ ِ ِ ِ


‫َص َّد َق َوأَ ُكن ِّم َن‬ َ ‫َى أ‬ َّ ‫ب لَ ۡو اَلۤ أ‬
ِّ ‫ول َر‬
َ ‫ت َفَی ُق‬ َ ‫َوأَنف ُق و ۟ا من َّما َر َز ۡقنَٰـ ُكم ِّمن قَ ۡب ِل أَن یَ ۡأت َی أ‬
ُ ‫َح َد ُك ُم ٱ ۡل َم ۡو‬

‫ین‬ ِ ِ َّ
َ ‫ٱلصـٰلح‬
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya
Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku
dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih.” [Surat Al-Munafiqun 10]

Dalam ayat lain juga disebutkan,

‫یم ا َت َر ۡك ۚتُ َكاَّل ۤۚا إَِّن َه ا َكلِ َم ةٌ ُه َو قَاۤ ِٕىلُ َه ۖا َوِمن‬ ِ ِ ‫ون ۝ لَعلِّ ۡعیحأَم ل‬
َ ‫صٰـل ࣰح ا ف‬
َ ُ َ َۤ
ِ ‫ب ٱ ۡرِجع‬
ُ ِّ ‫ال َر‬
َ َ‫ت ق‬ ُ ‫َح َد ُه ُم ٱ ۡل َم ۡو‬ َ ‫َّى إِذَا َج ا‬
َ ‫ۤء أ‬ ٰۤ ‫َحت‬
ٰ ‫خ إِل‬
‫َى یَ ِۡوم یُ ۡبَعثُو َن‬ ٌ‫َو َراۤ ِٕى ِهم بَ َز ۡر‬
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak!
Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada
barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan. [Surat Al-Mu’minun 99 – 100]
Dua ayat diatas menggambarkan bahwa ada perkara yang disesali manusia setelah
meninggal dunia adalah sedekah. Apa sebabnya? Karena pada hari itu manusia melihat
pahala amalnya, dan ternyata pahala sedekah sangatlah besar disisi Allah swt, karena ada
orang dinaungi pada hari kiamat karena sedekahnya, ada orang diselamatkan dari azab karena
sedekahnya, ada orang diangkat derajatnya karena sedekahnya, maka setiap orang menyesal
kenapa dulu ketika didunia tidak menjadi pribadi yang gemar sedekah, dan diantara
keutamaan sedekah adalah dapat menolak bala’. Maka ada seorang ulama besar di abad
kedua Hijriyah yaitu Imam Abdullah bin Mubarak, seorang alim, kaya raya sekaligus
mujahid fisabilillah, maka satu hari beliau didatangi seseorang, dan orang itu bertanya, bahwa
dia sakit di bagian lututnya selama 7 tahun dan sudah berobat kepada para tabib ternama di
seantero negeri, namun sakitnya belum kunjung sembuh. Lalu iapun bertanya kepada
Abdullah bin Mubarak “Apa yang harus saya lakukan supaya saya bisa sembuh, maka beliau
menjawab bersedekahlah kamu dengan cara membangun sumur disebuah wilayah yang
sedang dilanda paceklik, yang sangat membutuhkan air minum, maka diikutilah saran beliau
tadi, begitu sumur nya jadi ternyata penyakitnya sembuh atas izin Allah.

Anda mungkin juga menyukai