Anda di halaman 1dari 11

MENJAWAB DINAMIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DI SEKOLAH DASAR

Faisal
PGSD FIP UNIMED
Surel : faisalpendas@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkait dengan isu-
isu menonjol dalam implementasi kurikulum 2013 di SD. Isu-isu menonjol ini
kemudian diolah dan diterjemahkan melalui studi literatur dan wawancara
terhadap pihak yang berwenang sebagai upaya mencarikan solusi terhadap
permasalahan yang ditemukan. Hasil temuan di SD Kab. Pasaman Barat
menunjukkan bahwa terdapat empat isu menonjol yang ditemukan dalam
implementasi kurikulum 2013 di SD, antara lain: (1) kebenaran Kompetensi
Dasar (KD), mencakup: konsep/substansi, ruang lingkup (scope), urutan
(sequence), penempatan pada Kompetensi Inti (KI), dan keterbacaan, (2)
kedudukan pada Kompetensi Inti Spritual (KI-1) dan Kompetensi Inti Sosial
(KI-2), (3) pembelajaran tematik terpadu SD/MI, dan (4) penilaian sikap. Empat
isi menonjol inilah yang dikatakan dengan dinamika implementasi kurikulum
2013 di SD. Oleh sebab itu, perlu dicarikan solusi yang tepat dalam upaya
menjawab dinamika implementasi kurikulum 2013 di SD, khususnya di SD
Kab. Pasaman Barat.

Kata Kunci: Dinamika, Kurikulum 2013, SD

PENDAHULUAN Kurikulum 2006 (KTSP)


Akhir-akhir ini, kebijakan dikatakan dengan kurikulum berbasis
penerapan kurikulum 2013 menjadi kompetensi. Indikasi dikatakan
isu penting dalam dunia pendidikan
dengan kurikulum berbasis
di Indonesia. Hal ini tidak hanya
berlaku pada jenjang pendidikan kompetensi adalah terciptanya tiga
dasar, namun juga berlaku pada ranah, yaitu pembentukan sikap,
pendidikan menengah (SMP/MTs pengetahuan, dan keterampilan
dan SMA/MA/SMK). Perubahan secara berimbang. Akan tetapi,
mendasar yang cukup dirasakan dalam penerapannya, masih terdapat
terjadi pada pendidikan dasar, yaitu beberapa kelemahan yang dirasakan
SD berupa perubahan struktur
ketika proses pembelajaran
kurikulum, penerapan proses
pembelajaran, hingga penilaian, baik berlangsung, di antaranya: pertama,
pada aspek sikap, pengetahuan, proses pembelajaran masih
maupun keterampilan. Struktur didominasi oleh penguasaan
kurikulum semula yang dikatakan pengetahuan daripada pembentukan
dengan kurikulum 2006 dirasakan sikap dan keterampilan sehingga
belum mampu menciptakan proses dihasilkan siswa yang kaya akan
pembelajaran yang mengondisikan
pembentukan sikap, pengetahuan, pengetahuan, akan tetapi kurang
dan keterampilan secara matang dan memiliki sikap yang baik dan minim
berimbang. akan penguasaan keterampilan dalam
12
mencipta sesuatu. Kedua, proses memantau jalannya kebijakan. Dari
pembelajaran yang semula studi implementasi ini akan dapat
diamanatkan menerapkan pendekatan diketahui keberhasilan dan kegagalan
tematik mulai dari kelas I sampai sebuah kebijakan, sehingga secara
kelas III SD, ternyata dalam normatif akan diperoleh rekomendasi
pelaksanaannya masih menggunakan apakah kebijakan dapat dilakukan
pendekatan mata pelajaran sehingga perlu perbaikan sebelum dilanjutkan,
kurang mampu mengadopsi atau bahkan harus dihentikan. Studi
karakteristik siswa yang masih implementasi kebijakan ini juga akan
berpikir secara holistik. dapat menilai keterkaitan antara teori
Mengatasi masalah yang (kebijakan) dengan praktiknya
diungkapkan, pemerintah dalam hal (implementasi kebijakan). Dengan
ini Kemendikbud melakukan studi implementasi kebijakan ini
perbaikan mulai dari struktur dapat diketahui apakah hasil dan
kurikulum, penerapan proses dampak kebijakan tersebut sesuai
pembelajaran, hingga penilaian dengan yang diperkirakan atau tidak.
pembelajaran. Dalam penerapannya, Dari hasil studi ini akan dapat
tidak sedikit kritik, masukan, dinilai apakah sebuah kebijakan/
maupun saran yang terlontar dari program memberikan manfaat atau
berbagai kalangan di masyarakat tidak bagi kelompok sasaran yang
terutama dari kalangan akademisi, dituju. Secara normatif fungsi studi
praktisi pendidikan, dan orang tua. implementasi sangat dibutuhkan
Walaupun demikian, perlu sebagai bentuk pertanggungjawaban
dipahami bahwa kritik, masukan, publik, terlebih di mana masyarakat
maupun saran hendaknya diterima yang semakin kritis memonitor
dengan tangan terbuka dan pikiran kebijakan pemerintah. Studi
positif sebagai upaya menciptakan implementasi ini sekaligus sebagai
efektivitas penerapan kurikulum upaya untuk menjalankan fungsi
2013 di lapangan. Masukan yang pengawasan/pengendalian bagi satu
diberikan hendaknya dijadikan kebijakan.
refleksi uji kelayakan suatu
kebijakan apakah dapat memberikan METODE PENELITIAN
dampak positif yang signifikan atau Jenis penelitian yang
tidak terutama dalam menciptakan digunakan adalah metode deskriptif.
siswa Indonesia yang cerdas, Penelitian deskriptif (descriptive
terampil, dan berakhlak mulia. research) adalah penelitian yang
Paparan di atas dilakukan untuk mengetahui nilai
mengisyaratkan bahwa lazimnya variabel mandiri, baik satu variabel
sebagai suatu kebijakan publik, atau lebih (independent) tanpa
implementasi kurikulum 2013 di SD membuat perbandingan, atau
perlu diiringi dengan suatu studi menghubungkan dengan variabel
implementasi kebijakan untuk yang lain (Sugiyono, 2009:11).
13
Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa Sesuai dengan tujuan
penelitian deskriptif adalah penelitian penelitian, sistematika penelitian
yang bertujuan untuk memperoleh dilakukan sebagai berikut.
deskripsi tentang ciri-ciri variabel a. Tahap pertama, mengkaji
(karakteristik responden dan pesan efektivitas pelaksanaan
yang ingin disampaikan serta pembelajaran tematik terpadu
persepsi responden) (Spradley, dalam implementasi kurikulum
1997:74). 2013 di SD mulai dari
Jenis penelitian yang perencanaan, pelaksanaan
dilakukan adalah penelitian pembelajaran tematik terpadu,
kebijakan yang memiliki ciri khusus dan bentuk evaluasi. Hal ini
adanya identifikasi berbagai isu atau dilakukan melalui pengamatan
permasalahan yang timbul terkait proses pembelajaran di kelas.
dengan pembuatan kebijakan dan b. Tahap kedua, peneliti mengkaji
setelah data diperoleh si peneliti permasalahan yang muncul dan
melakukan analisis kebijakan faktor penyebabnya dalam
berdasarkan data. Oleh sebab itu, implementasi kurikulum 2013 di
penerapan kurikulum 2013 sebagai SD sehingga diperoleh data
bagian dari kebijakan pemerintah otentik sesuai dengan kenyataan
yang dalam hal ini Kemendikbud, yang dialami responden di
perlu ditinjau ulang efektivitas lapangan.
penerapannya di sekolah terutama c. Tahap ketiga, peneliti melakukan
tingkat SD, khususnya di kabupaten studi pustaka atau studi literatur
Pasaman Barat. dalam upaya menjawab atau
Tujuan pelaksanaan memberikan solusi terhadap
penelitian ini untuk mengetahui isu- permasalahan yang dihadapi para
isu menonjol dalam implementasi guru di lapangan.
kurikulum 2013 di SD. Sesuai Pengumpulan data dilakukan
dengan tujuan ini, yang akan dengan menggunakan instrumen
diperoleh dari penelitian ini adalah yang telah disediakan. Instrumen
data kuantitatif dan kualitatif dalam penilaian perencanaan, pelaksanaan
bentuk gambaran kesiapan, proses pembelajaran, dan evaluasi
pelaksanaan proses pembelajaran, hasil belajar, menggunakan
sistem evaluasi, dan keterpakaian instrumen yang telah disediakan
buku guru dan buku siswa serta dalam materi pendampingan
gambaran permasalahan lain yang kurikulum 2013 di SD. Selanjutnya,
muncul. Setelah permasalahan untuk wawancara dibuat instrumen
ditemukan, dilakukan studi pustaka wawancara berupa daftar pertanyaan
atau studi literatur untuk menjawab sesuai dengan indikator yang
permasalahan atau isu-isu menonjol ditetapkan. Data kuantitatif yang
yang ditemukan. terkumpul diolah secara statistik,
sementara data kualitatif dianalisis
14
secara deskriptif. Selain itu, dilihat selanjutnya demi kesempurnaan
juga keterkaitan antara data kualitatif kurikulum 2013 ke depan.
dan kuantitatif untuk memperoleh Penerapan kurikulum 2013 di
data otentik secara keseluruhan. lapangan belum dikatakan berjalan
mulus, masih banyak masukan dan
HASIL PENELITIAN DAN saran dari praktisi pendidikan,
PEMBAHASAN akademisi, maupun orang tua siswa
Mekanisme Perbaikan Kurikulum sendiri. Hal inilah yang dimaksud
2013 di SD dengan masukan publik. Masukan
Pemerintah yang dalam hal publik berupa struktur kurikulum,
ini Kemendikbud telah melakukan buku guru dan buku siswa, hingga
uji publik berkaitan dengan pada proses penilaian pembelajaran,
efektivitas penerapan kurikulum baik pada aspek sikap, pengetahuan,
2013 di lapangan. Hal ini dilakukan maupun keterampilan. Kesemuanya
sebagai upaya memperoleh itu tentu memberikan arahan agar
gambaran ataupun respon dari pemerintah yang dalam hal ini
berbagai kalangan, baik dari praktisi Kemendikbud dianjurkan melakukan
pendidikan, akademisi, maupun perbaikan, mulai dari struktur
orang tua. Respon ini kemudian kurikulum, buku guru dan buku
dijadikan bahan masukan atau siswa, hingga pada penilaian
rujukan dalam penyempurnaan pembelajaran.
kurikulum 2013 di masa yang akan Proses perbaikan kurikulum
datang. kemudian dilakukan secara
Kemendikbud menerapkan terprogram yang disesuaikan dengan
kurikulum 2013 secara bertahap dan masukan publik. Perbaikan mulai
terbatas. Bertahap maksudnya dilakukan dari struktur kurikulum,
penerapan kurikulum 2013 tidak buku guru dan buku siswa, hingga
langsung diterapkan pada seluruh pada pedoman penilaian. Struktur
kelas, namun dimulai dari kelas I dan kurikulum yang dilakukan perbaikan
IV, kemudian dilanjutkan kelas II terutama pada susunan tingkat
dan V, dan terakhir pada kelas III kesulitan materi (dari yang mudah
dan VI. Terbatas maksudnya, kepada yang lebih sulit) dan tingkat
penerapan kurikulum 2013 terutama kedalaman materi. Perbaikan struktur
di SD hanya dilakukan pada sekolah- kurikulum berimbas pada perbaikan
sekolah piloting dalam jumlah buku guru dan buku siswa. Hal ini
terbatas di seluruh Indonesia karena pemetaan Kometensi Dasar
(Permendikbud No.81A Tahun (KD) atau pemetaan materi yang ada
2013). Hal ini dilakukan agar lebih pada buku guru dan buku siswa
mudah memantau tingkat efektivitas sebelumnya sudah tidak sesuai lagi
penerapannya dan perbaikan apa karena telah dilakukan perbaikan
yang akan dilakukan pada proses pada struktur kurikulum. Demikian
juga pada penilaian pembelajaran.
15
Buku pedoman penilaian kemudian konsep/substansi, ruang lingkup
diperbaiki, agar lebih efektif dan (scope), urutan (sequence),
lebih mudah dipahami dan penempatan pada Kompetensi
digunakan guru ketika melakukan Inti (KI), dan keterbacaan.
penilaian dalam proses pembelajaran 2. Kedudukan pada Kompetensi Inti
di kelas. Spritual (KI-1) dan Kompetensi
Tindak lanjut perbaikan pada Inti Sosial (KI-2).
aspek-aspek tertentu seperti yang 3. Pembelajaran tematik terpadu
telah dipaparkan di atas, dilakukan SD/MI.
kembali uji publik. Uji publik ini 4. Penilaian sikap.
dilakukan untuk mengetahui Isu-isu penting di atas perlu
kelemahan dan kekurangan terhadap ditindak lanjuti, mengingat hal-
perbaikan yang telah dilakukan, baik hal inilah yang menjadi gejolak
dari segi struktur kurikulum, buku utama di lapangan. Untuk lebih
guru dan buku siswa, maupun jelasnya dapat dilihat pada
penilaian. Dengan masukan ini jabaran berikut.
diperoleh gambaran kurikulum yang
lebih sempurna seperti apa yang 1. Kebenaran Kompetensi Dasar
dicita-citakan. Setelah dilakukan uji (KD)
publik, dilakukan finalisasi Berdasarkan temuan di
kurikulum. Finalisasi kurikulum ini lapangan, masih terdapat berbagai
diharapkan dapat memberikan kekurangan pada rumusan KD
kontribusi yang lebih baik dalam sebelumnya. Kekurangan itu
penerapan selanjutnya walaupun dirasakan pada beberapa aspek,
masih secara bertahap dan skala meliputi: konsep/substansi, ruang
terbatas. lingkup (scope), urutan (sequence),
penempatan pada Kompetensi Inti
Isu-isu Menonjol dalam Evaluasi (KI), dan keterbacaan. Pada
Kurikulum 2013 di SD kebenaran konsep/substansi,
Seperti apa yang telah ditemukan beberapa istilah maupun
dipaparkan sebelumnya, penerapan pengertian yang kurang sesuai
kurikulum 2013 di lapangan belum dengan konsep yang sebenarnya.
dikatakan berjalan mulus. Masih Ruang lingkup (scope) KD,
terdapat berbagai isu berupa kritik dirasakan pendangkalan materi
dan saran dari berbagai kalangan sehingga belum dapat mengadopsi
terkait dengan kekurangan kurikulum seluruh pengetahuan yang
2013 yang telah dilakukan di SD. seharusnya diberikan kepada siswa.
Beberapa isu penting yang perlu Urutan (sequence) belum
menjadi pusat perhatian, khususnya tersusun secara sistematis dalam
di tingkat SD, antara lain: artian dari yang mudah kepada yang
1. Kebenaran Kompetensi Dasar lebih sulit, dari yang sederhana
(KD), mencakup: kepada yang lebih kompleks.
16
Penempatan pada dengan keterampilan yang harus
Kompetensi Inti (KI), khusunya KI-3 dikuasai oleh siswa. Redaksi bahasa
dan KI-4 masih terdapat beberapa (keterbacaan) perlu disederhanakan
KD yang belum sesuai. Misalnya dan diefektifkan sehingga lebih
saja, pada KI-3 (pengetahuan) mudah dipahami oleh setiap
menuntut pengetahuan tertentu, pengguna di lapangan.
namun pada KI-4 (keterampilan)
belum menggambarkan tuntutan 2. Kedudukan pada KI-1 dan KI-2
keterampilan sesuai dengan Masalah yang muncul di
pengetahuan yang ada pada KI-3. lapangan adalah adanya anggapan
Dalam hal ini dikatakan agamaisasi pada semua mata
bahwa KI-3 dan KI-4 belum pelajaran, padahal sebenarnya tidak.
berpasangan secara ajeg. Kemudian, Anggapan ini muncul karena kurang
pada aspek keterbacaan, masih pahamnya guru terhadap cakupan
dirasakan redaksi bahasa beberapa dan muatan yang dituntut
KD yang berbelit-belit dan terlalu berdasarkan KI-1 (spritual) dan KI-2
panjang sehingga sulit dipahami oleh (sosial). Rasional kebijakan
guru dalam menerapkan dan munculnya KI-1 dan KI-2
mengukur ketercapaiannya di sebenarnya mengacu pada tujuan
lapangan. pendidikan nasional dalam Undang-
Gambaran di atas undang Nomor 20 Tahun 2003
memberikan arahan bahwa perlu tentang sistem pendidikan nasional,
dilakukan review dan revisi terhadap yaitu: Berkembangnya potensi
semua KD pada semua mata peserta didik agar menjadi manusia
pelajaran berdasarkan kebenaran yang beriman dan bertaqwa kepada
konsep/substansi, ruang lingkup Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
(scope), urutan (sequence), mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
penempatan pada Kompetensi Inti mandiri, dan menjadi warga negara
(KI), dan keterbacaan. yang demokratis serta
Konsep/substansi perlu ditinjau bertanggungjawab. Tujuan
ulang sesuai dengan konsep yang pendidikan nasional tersebut dirinci
sebenarnya. Ruang lingkup perlu dan dikelompokkan pada masing-
diperkaya sehingga tidak terjadi masing kompetensi, yaitu KI-1:
pendangkalan materi. Urutan Spritual; KI-2: Sosial; KI-3:
(sequence) perlu disusun secara Pengetahuan; dan KI-4:
sistematis sehingga diperoleh Keterampilan.
gambaran penguasaan materi dari KI-1 dan KI-2 bukan
yang mudah kepada yang lebih sulit, menyeluruh menyeru pada
dari yang sederhana kepada yang “agamaisasi”, namun perlu melihat
lebih kompleks. Penempatan pada cakupan kompetensi yang
KI-3 dan KI-4 perlu disinkronkan diinginkan, lebih-lebih pada KI-2
agar tuntutan pengetahuan sejalan yaitu berakhlak mulia, sehat,
17
mandiri, dan menjadi warga negara demikian pula KD pada KI-1 dan
yang demokratis serta KI-2 koheren dan linier.
bertanggungjawab. Oleh sebab itu, Kemudian ada pula KD pada KI-
seorang guru perlu melihat dan 3 dan KI-4 koheren tapi tidak
menyesuaikan dengan baik cakupan linier dengan KD pada KI-1 dan
kompetensi yang ingin dicapai sesuai KI-2. KD pada KI-1 dan KI-2
dengan muatan pada KI-1 dan KI-2. bersifat akumulatif untuk satu
Kurikulum 2013 tahun.
mengarahkan pembelajaran dimulai Implikasi dari redesain yang
dengan penanaman pengetahuan (KI- dilakukan ini berujung pada
3) terlebih dahulu, baru kemudian perubahan Permendikbud Nomor 57,
diberikan penguasaan keterampilan 58, 59, dan 60 Tahun 2014 tentang
(KI-4). Selanjutnya, diarahkan pada Kurikulum 2013 pada bagian KD
pencapaian kompetensi spritual (KI- dan silabus serta bagian terkait
1) dan sosial (KI-2) sebagai lainnya (Kabalitbang, 2015).
nurturant effect dari pembelajaran.
Kembali dijelaskan bahwa 3. Pembelajaran Tematik Terpadu
penguasaan KI-1 dan KI-2 sebagai SD/MI
nurturant effect pembelajaran bukan Teori Gestalt menjelaskan
merupakan proses “agamaisasi”, bahwa perkembangan usia dan
namun disesuaikan dengan tuntutan perkembangan kognitif siswa SD/MI
kompetensi yang ingin dicapai, menganjurkan bahwa proses
misalnya: beriman dan bertaqwa pembelajaran hendaknya dimulai
kepada Tuhan YME, berakhlak dengan besaran ke rincian, dari
mulia, sehat, mandiri, warga negara keseluruhan/keutuhan (holistic) ke
yang demokratis, dan bertanggung bagian-bagian. Oleh karena itu,
jawab. pembelajaran di SD/MI
Berdasarkan paparan di atas, menggunakan tema sebagai stimulasi
Kemendikbud melakukan redesain besaran/keutuhan menuju
penyusunan pada KI-1 dan KI-2, pemahaman detail. Dalam hal ini
yaitu: tema digunakan sebagai kendaraan
a. Untuk mata pelajaran Pendidikan dalam memahami KD setiap mata
Agama dan Budi Pekerti serta pelajaran. Pembelajaran yang
PPKn, KD-KD pada KI-1, KI-2, demikian dinamakan dengan
KI-3., dan KI-4 koheren dan pembelajaran tematik terpadu.
linier satu sama lain. Sebagai Pendekatan tematik terpadu
contoh dapat dilihat pada mata memungkinkan siswa untuk belajar
pelajaran Pendidikan Agama melalui pendekatan lingkungan,
Islam dan Budi Pekerti. meluas mulai dari diri, keluarga,
b. Untuk mata pelajaran lainnya, lingkungan, dan seterusnya. Melalui
KD-KD pada KI-3 dan KI-4 tema, siswa memperoleh pengalaman
koheren dan linier satu sama lain; belajar secara autentik melalui
18
kehidupan nyata di lingkungannya daerah di wilayah NKRI.
(Permendikbud Nomor 103 Tahun (Dilemanya: belum semua
2014). daerah/guru mampu menyusun
Ketika uji publik tahun 2012 tema sesuai dengan kondisi
(sebelum disahkan oleh Mendikbud) daerah dan kondisi kekinian).
ditawarkan 3 (tiga) pilihan yaitu d. Dalam penulisan buku tematik
tematik-terpadu kelas I-III, I-IV, dan terpadu, guru mengalami
I-VI. Ternyata sebagian besar kesulitan dalam memetakan KD
merekomendasikan tematik-terpadu secara berurutan dan
dilakukan pada kelas I-VI, dengan proporsional yang bersumber dari
melihat karakteristik siswa SD/MI beberapa mata pelajaran.
secara menyeluruh. Berdasarkan Implikasi dari gambaran di
rekomendasi tersebut dibuatlah buku atas, perlu disusun dan
teks siswa dan buku guru secara disempurnakan kembali silabus
nasional. Berdasarkan pengalaman berbasis mata pelajaran dan silabus
sebelumnya (Kurikulum tematik terpadu. Hal ini dilakukan
2006/KTSP), kalau tidak dibuatkan agar guru memahami keluasan dan
buku ternyata pembelajaran kedalaman dari setiap mata
berlangsung dengan pendekatan mata pelajaran. Bagi daerah/ sekolah/ guru
pelajaran, bukan pendekatan tematik yang mampu, dapat mengembangkan
terpadu. Padahal pada Kurikulum tema sesuai dengan kondisi daerah
2006 mengamanatkan pendekatan dan kondisi kekinian yang mengacu
tematik terpadu pada kelas I sampai pada silabus mata pelajaran.
kelas III SD/MI. Penyempurnaan silabus
Berdasarkan temuan di tematik terpadu disusun sesuai
lapangan, ditemukan beberapa urutan dan ruang lingkup KD.
masalah tentang penerapan Selanjutnya, dilakukan perbaikan
pembelajaran tematik terpadu di buku guru dan buku siswa
SD/MI, antara lain: berdasarkan hasil penyempurnaan
a. Melemahkan penguasaan silabus. Namun, perlu dijelaskan
substansi mata pelajaran yang bahwa buku bukanlah satu-satunya
bersumber dari disiplin ilmu sumber belajar bagi siswa. Buku
(terjadi pendangkalan materi). dapat disempurnakan dan
b. Pemetaan KD dari beberapa mata dikembangkan atau dijadikan sebagai
pelajaran pada silabus maupun contoh sesuai dengan kebutuhan dan
pada buku teks tidak berurutan kekinian. Daerah/ sekolah/ guru yang
dan tidak proporsional sehingga mengembangkan sendiri sesuai
guru sulit memahami keutuhan dengan kondisi daerah dan kondisi
materi. kekinian hendaknya mengacu pada
c. Tema yang dibuat sama secara silabus berbasis mata pelajaran dan
nasional dirasakan kurang tematik terpadu yang telah disusun.
relevan dengan keberagaman
19
Kemendikbud menegaskan di dalam rangka menciptakan proses
setiap halaman depan buku guru dan pembelajaran yang sesuai dengan
buku siswa dengan pernyataan tuntutan kurikulum 2013 dan
“Disklaimer” tentang penggunaan memaksimalkan proses pembelajaran
buku guru dan siswa dalam secara optimal.
pembelajaran. Berikut ini pernyataan
Kemendikbud dalam 4. Penilaian
“disklaimer”nya: “Buku ini Pemahaman tentang penilaian
merupakan buku yang dipersiapkan telah dijelaskan bahwa pendidikan
pemerintah dalam rangka hendaknya tidak hanya
implementasi kurikulum 2013. Buku mengembangkan pengetahuan
guru dan buku siswa ini disusun dan semata-mata, tetapi juga harus
ditelaah oleh berbagai pihak di mengembangkan keterampilan dan
bawah koordinasi Kementerian sikap secara holistik. Oleh karena itu,
Pendidikan dan Kebudayaan, dan ketiga aspek tersebut harus
dipergunakan dalam tahap awal dikembangkan dalam pembelajaran,
penerapan kurikulum 2013. Buku ini dinilai, dan ditagih dalam rapor.
merupakan “dokumen hidup” yang Berdasarkan pengalaman
senantiasa diperbaiki, diperbaharui, kurikulum sebelumnya, kalau tidak
dan dimutakhirkan sesuai dengan ditagih dalam rapor, guru malas
dinamika kebutuhan dan perubahan mengembangkan dan
zaman. Masukan dari berbagai mengimplementasikannya.
kalangan diharapkan dapat Pencantuman nilai dalam
meningkatkan kualitas buku ini” rapor sesuai dengan rumusan SKL,
(Kemendikbud, 2013a:14). KI, dan KD meliputi sikap,
Berdasarkan pernyataan di pengetahuan, dan keterampilan.
atas, guru hendaknya tidak Permasalahan yang muncul di
sepenuhnya hanya menggunakan lapangan ditemukan bahwa guru
satu buku sumber saja dalam merasa repot, rumit, dan tidak cukup
pembelajaran, akan tetapi hendaknya waktu untuk melaksanakan penilaian
menggunakan sumber yang lebih sikap. Oleh sebab itu, perlu
bervariasi atau mengembangkannya. dilakukan usaha perbaikan mengatasi
Kalaupun hanya menggunakan buku hal itu berupa penyederhanaan
sumber yang diterbitkan oleh penilaian pada hal-hal berikut.
Kemendikbud (2013a:15), guru a. KI-3 dan KI-4 dengan skala 1-
hendaknya lebih mengembangkan 100, dengan ketuntasan belajar
materi yang ada pada buku tersebut minimal 60. Namun, sekolah
mengingat bahwa materi yang ada boleh menetapkan di atasnya.
pada buku, baru dalam tahap standar b. KI-1 dan KI-2 dengan predikat
minimal. Oleh sebab itu, kepiawaian Sangat Baik/A, Baik/B,
guru dalam mengembangkan materi Cukup/C, Kurang/D. Nilai rapor
pembelajaran mutlak diperlukan ditetapkan oleh wali kelas
20
dengan ketuntasan belajar Kurikulum 2013 Jenjang
minimal B (Kemendikbud, Pendidikan Dasar, Puskurbuk
2013b). Kemendikbud, Jakarta, 06
Implikasi dari permasalah Juni 2015.
yang ditemukan, dilakukan Kemendikbud. 2013a. Materi
penyusunan pedoman penilaian sikap Pelatihan Implementasi
yang lebih sederhana dan Kurikulum 2013. Jakarta:
operasional. Selanjutnya, Badan Pengembangan
menyempurnakan Permendikbud No. Sumber Daya Manusia dan
104 Tahun 2014 tentang penilaian Kebudayaan dan Penjaminan
hasil belajar (Kabalitbang, 2015). Mutu Pendidikan.
Kemendikbud.
KESIMPULAN -------. 2013b. Panduan Teknis
Berdasarkan temuan di Penilaian di Sekolah Dasar.
lapangan, masih terdapat berbagai Jakarta: Kemendikbud.
isu berupa kritik dan saran positif Dirjen Pendidikan Dasar.
terkait dengan kekurangan kurikulum Peraturan Menteri Pendidikan dan
2013 yang telah dimplementasikan di Kebudayaan Republik
SD, khususnya di Kab. Pasaman Indonesia Nomor 81A Tahun
Barat. Beberapa isu penting yang 2013 tentang Implementasi
perlu menjadi pusat perhatian, di Kurikulum. Jakarta:
antaranya: (1) Kebenaran Kemendikbud.
Kompetensi Dasar (KD), mencakup: Peraturan Menteri Pendidikan dan
konsep/substansi, ruang lingkup Kebudayaan Republik
(scope), urutan (sequence), Indonesia Nomor 103 Tahun
penempatan pada Kompetensi Inti 2014 tentang Pembelajaran
(KI), dan keterbacaan, (2) pada Pendidikan Dasar dan
Kedudukan pada Kompetensi Inti Pendidikan Menengah.
Spritual (KI-1) dan Kompetensi Inti Jakarta: Kemendikbud.
Sosial (KI-2), (3) Pembelajaran Peraturan Menteri Pendidikan dan
tematik terpadu SD/MI, dan (4) Kebudayaan Republik
Penilaian sikap. Isu-isu penting Indonesia Nomor 104 Tahun
tersebut perlu diberikan tindak lanjut 2014 tentang Penilaian Hasil
dan perbaikan untuk meningkatkan Belajar oleh Pendidik pada
efektivitas implementasi kurikulum Pendidikan Dasar dan
2013, khususnya jenjang SD. Pendidikan Menengah.
Jakarta: Kemendikbud.
DAFTAR RUJUKAN Spradley, James P. 1997. Metode
Kabalitbang. 2015. Perkembangan Etnografi. Terjemahan oleh
Perbaikan Kurikulum 2013. Misbah Zulfa Elizabeth.
Makalah disajikan dalam Yokyakarta: Tiara Wacana.
Seminar Perbaikan
21
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

22

Anda mungkin juga menyukai