Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidik atau guru harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka
sebagai pengajar. Namun, kenyataanya mampu mempersipkan siswa untuk masuk ke perguruan
tinggi. Oleh karena itu, teori pembeljaran diperlukan untuk mendukung proses pembeljaran di
dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas
para guru.
Akan tetapi, teori pembelajaran yang sudah ada selama ini hanya terfokus pada
kepentingan teoretis. Sebagai contoh, pada saat membahas teori perkembangan, seorang anak
tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan social dan bagaimana pengalaman yang
nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Sebuah teori pembelajaran sebaiknya
juga menyangkut suatu praktik untuk membimbing seorang memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, pandanga hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat di sekitarnya.
Namun faktanya, banyak orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan berasumsi bahwa
mereka dapat mengandalkan jenis teori yang lain selain teori pembelajaran. Ketergantunagn para
pendidik terhadap teori belajar sangat besar, padahal yang menjadi masalah adalah teori belajar
bukan teori pembelajaran. Teori belajar adalah teori ynag mendeskripsikan apa yang sedang
terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajat tersebut berlangsung. Tidak ada
batasan yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil
intisari yang tepat akan membimbingnya pada saat menyusun kurikulum.
Teori pembelajaran harus mampu memghubungkan antara hal ynag ada sekarang dan
bagiamana menghasilkan hal tersebut sedangkan teori beljaar menjelaskan dengan pasti apa ynag
akan terjadi, namun teori belajar hanya membimbing apa yang harus dilakukan untuk
menghasilkan hal tersebut.
Kedua teori tersebut, teori belajar dan pembelajaran menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Pembahasan kedua teori tersebut meliputi pengantar belajar dan pembelajaran, teori
behavioristic, teori kognitif, teori humanistic, dan teori konstruktivistik.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa konsep teori belajar behavioristik?

1.2.2 Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristic?

1.2.3 Bagaimana aplikasi teori belajar behavioristic dalam pembelajaran?

1.2.4 Apa konsep teori belajar kognitivisem?

1.2.5 Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitivisme?

1.2.6 Bagaimana aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan

1.3.1 Menjelaskan konsep teori belajar behavioristic.

1.3.2 Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristic.

1.3.3 Menjelaskan aplikasi teori belajar behavioristic dalam pembelajaran.

1.3.4 Menjelaskan konsep teori belajar kognitivisme

1.3.5 Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitivisme.

1.3.6 Menjelaskan aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran.


Paham Behavioristik

Konsep Teori Belajar Behavioristik

Aliran behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang


dilakukan oleh urat saraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan buah pikiran
(Purwanto, 2002 :45). Teori belajar behavioristic adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Aliran ini
menekankan terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Konsep behaviorisme mempunyai pengatruh besar terhadap masalah belajar sebab
dimaknakan sebagai latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Atau belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Dengan
memberikan stimulus yang dapat berwujud materi pelajaran, latihan, pujian, ataupun hukuman,
maka peserta didik akan memberikan respon. Hubungan antara stimulus dan respon akan
menyebabkan dan memberikan kondisi sehingga muncul kebiasaan ynag bersifat otomatis untuk
belajar.
Teori behaviorisme memandang bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati
dan diukur. Teori ini tidak menjelaskan perubahan ynag disebabkan oleh factor internal yang
terjadi di dalam diri peserta didik. Teori inihanya membahas perilaku yang dapat dilihat indra
dari semua yang dapat diamati. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat,
dan perasaan individu dalam proses belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih melatih reflek
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviosristik

1. Kelebihan Teori Behavioristik


a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
b. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada
perilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
megoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika
anak sudah mahir dalam suatu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi
dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih
optimal.
e. Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu tanpa mengahsilkan suatu
perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
2. Kekurangan Teori Behavioristik
a. Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam bnetuk yang
sudah siap.
b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagia pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagia cara belajar yang efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristic justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan ynag diberikan guru.

Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran


Menurut Suprijono (2009:21), impilaksi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan
pembelajaran adalah sebagia berikut.
a. Kegiatan belajar adalah kegiatan figurative
b. Belajar menekankan perolehan informasi dan penambahn informasi
c. Belajar merupakan proses dialog interaktif
d. Belajar bukan proses organic dan konstruktif melainkan proses mekanik
e. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
Hal-hal ynag harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristic adalah ciri-ciri kuat ynag
mendasarinya, yaitu sebagai berikut.
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respons.
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil beljaar ynag dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigm behaviorisme akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembeljaran ynag
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah
tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks.

Paham Kognitivistik
Konsep Teori Belajar Kognitivisme
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan
“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan
penataan, penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini
lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho,
2015: 290).
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Perubahan
Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebaigai tingkah
laku yang Nampak (Nurhadi, 2018: 7; Baharuddin, 2015: 167).
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Given,
2014: 188).
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitivisme
1. Kelebihan Teori Belajar Kognitivisme
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mendiri
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
2. Kekurangan Teori Belajar Kognitivisme
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan
b. Sulit dipraktiksn, khususnya di tingkat lanjut
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
Aplikasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran adalah sebagia berikut.
1. Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagia orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya
2. Guru menyusun materi dengan menggunanan pola atau logika tertentu dari sderhana ke
kompleks
3. Guru menciptakan pembeljaran ynag bermakna
4. Guru memerhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Anda mungkin juga menyukai