Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN


KEPRIBADIAN BERKARAKTER

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN


BERBASIS MASALAH
DOSEN PENGAMPU IKA DIAN RAHMAWATI, S.Pd., M.Pd

OLEH
KELOMPOK 4

FIRA DEMILIA (190611100133)


MUHAMAD MUJIB (190611100159)
BINTI UMI MALIKAH (190611100160)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN 2019/2020
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufik serta hidayahnya kepada kita. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena atas rahmatnya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Penerapan Pendidikan
Karakter Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Makalah ini disusun untuk
keperluan tugas mata kuliah Pendidikan Kepribadian Berkarakter.

Kami menyadari bahwa tanpa dukungan dan perhatian serta bimbingan baik dari
pembimbing, keluarga dan teman - teman sekalian penyusunan makalah tidak dapat
berjalan dengan baik. Maka dari itu, kami berterima kasihkepada pihak - pihak yang
telah memberikan dukungan kepada tim penyusun maklah yang berjudul “ Penerapan
Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”

Akhir kata sebagai tim penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan pada penyusunan makalah ini. Untuk kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan dalam rangka perbaikan makalah ini.

Bangkalan, September 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar belakang.........................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah....................................................................................................2
1.3. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Konsep dan karakteritik pembelajaran berbasis masalah.........................................3
2.1.1 Masalah, pedagogi dan pembelajaran berbasis masalah......................................4
2.1.1.1 Kekuatan masalah...............................................................................................4
2.1.1.2 Masalah dan pedagogi........................................................................................4
2.1.1.3 Masalah dan multiple perspective .....................................................................4
2.1.1.4 Teori Belajar ,Kontruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah ..............4
2.1.1.5 Pembelajaran masalah dan kognisi ..................................................................4
2.2.1 Pengertian dan karakteristik pembelajaran berbasis masalah ..............................5

2.2. Tahapan-tahapan strategi pembelajaran berbasis masalah......................................8


2.2.1 TugasPerencanaan...............................................................................................11
2.3 Peran guru dan contoh dalam pembelajaran berbasis masalah..............................11

2.3.1 Menyiapkan perangkat berpikir siswa.................................................................12


2.3.2 Menekankan belajar kooperatif...........................................................................12

2.3.3 Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis masalah


........................................................................................................................13

2.3.4 Melaksanakan pembelajaran berbasis masalah...................................................13


2.4 Keunggulan dan kelemahana strategi pembelajaran berbasis masalah..................14
2.4.1 Keunggulan strategi pembelajaran berbasis masalah..........................................14

ii
2.4.2. Kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah..........................................15
2.5 Contoh pembelajaran berbasis masalah.................................................................15
2.5.1 Contoh penerapan................................................................................................16
2.5.2 Contoh masalah nyata yang bisa disajikan..........................................................16
2.6 Karakter apa saja yang bisa ditumbuhkan dari pembelajaran berbasis masalah....17
2.6.1 Cinta damai .........................................................................................................17
2.6.2 Toleransi..............................................................................................................18
2.6.3 Kepemimpinan....................................................................................................20
2.6.4 Tanggung jawab..................................................................................................20
2.6.5 Kerja keras...........................................................................................................20
2.6.6 Demokratis..........................................................................................................21
2.6.7 Mandiri................................................................................................................21
2.6.8 Kepedulian dan keagamaan.................................................................................21
2.6.9 Semangat kebangsaan dan cinta tanah air...........................................................21
BAB III.........................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................22
3.1. Kesimpulan............................................................................................................22
3.2. Saran......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subyek dalam
proses pembalajaran menjadi ttik tolak banyak ditemukannya bebrbagai
pendekatan pemeblajaran yang inovatif. Ivor K. Davis (2000) mengemukakan
bahwa “salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan
bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya
guru”.
Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu
semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman
belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan
koneksi) dalam memcahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM).
Menurut Tan (2003) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi
dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan memalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan
mengembangaakan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik
disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas
keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan
kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang
mendalam tentang apa dan bagaimana Pembelajaran Berbasis Masalah ini untuk
selanjutnya diterpkan dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat
memeberi masukan, khususnya kepada para guru tentang Pembelajaran Berbasi
Masalah, yang menurut Tan (2003) merupakan pendekatan pembelajaran yang
relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya kepada para ahli dan praktisi
pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan dan inovasi
sistem pembelajaran.1

1
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

1
1.2. Rumusan masalah
1.2.1 Bagaiaman konsep dan karakteristik pembelajaran berbasis masalah ?
1.2.2 Bagaimana Tahapan-tahapan strategi pembelajaran berbasis masalah?
1.2.3 Bagaimana Peran guru dan contoh dalam pembelajaran berbasis masalah?
1.2.4 Bagaimana Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran berbasis
masalah ?
1.2.5 Sebutkan Contoh pembelajaran berbasis masalah ?
1.2.6 Karakter apa saja yang bisa ditumbuhkan dari pembelajaran berbasis
masalah ?

1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dan karakteristik pembelajaran berbasis masalah
1.3.2 Untuk memahami tahapan-tahapan strategi pemebelajaran berbasis masalah
1.3.3 Unutk mengetahui peran guru dan contoh dalam pembelajaran berbasis
masalah
1.3.4 Dapat membedakan keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran
berbasis masalah
1.3.5 Dapat menyebutkan contoh pembelajaran berbasis masalah
1.3.6 Mengetahui karakter apa saja yang bisa ditumbuhkan dari pembelajaran
berbasis masalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP DAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH
Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalah baru yang ada
di dunia nyata. Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari
dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan
untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan,dan konstektual.
Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan inteligensi
yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abat ke-21. pendidikan bukan hanya
menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan.
Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis
dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berpikir
yang lebih tinggi pula. Guru juga harus dapat memberi keterampilan yang dapat
digunakan di tempat kerja. Guru akan agal apabila mereka menggunakan proses
pemebelajaran yang tidak memengaruhi pembelajaran sepanjang hayat (life long
education).
Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Pembelajaran
ini bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam Pembelajaran Berbasis Masalah dapat menggunakan
metode - metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan. Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM
membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar aktif. Kurikulum
PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja
kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik daripada pendekatan
yang lain.2

2
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
2.1.1 Masalah, pedagogi dan pembelajaran berbasis masalah.

3
2.1.1.1 Kekuatan masalah
Masalah dapat mendodorng keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan
cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). pendidikan memerlukan
perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara
memandang suatu permasalahan.
Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada
umumnya pendidikan dimulai dengan adanya ketertarikan dengan
masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah, dan penggunaan
berbagai dimensi berpikir.
2.1.1.2 Masalah dan pedagogi
Menurut Shulman (1991) pendidikan merupakan proses membantu
orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana
menghubungkan kesulitan mereka dengan teka-teki yang berguna untuk
membentuk masalah.
2.1.1.3 Masalah dan multiple perspective
Dalam memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata, kita
perlu menyadari bahwa seluruh proses kognitif kognitif dan aktifitas
mental yang terlibat di dalamnya.otak bekerja dengan siklus tertentu
literasi dari berpikir sistematis,sistemik,analisis general,dan divergen.
Abad ke-21 ditandai dengan tingginya konektivitas karena realita
yang tidak dapat dipisahkan.isu-isu yang ada di dunia nyata merupakan
disiplin silang dan melibatkan perspektif yang saling berhubungan.kita
membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan perpaduan
dari setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.

2.1.1.4 Teori Belajar ,Kontruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah


Dari segi paedagogis,pembelaharan berbasis masalah didasarkan
pada teori belajar kontruktivisme (Schmidt,1993;savery dan
duffy,1995;hendry dan murphy,1995) dengan ciri:
a. Pemahaman diperoleh dari intraksi dengan skenario
permasalahan dan lingkungan belajar.
b. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah
menciptakan disonasi kognitif yang menstimulasi belajar.
c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial
dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

2.1.1.5 Pembelajaran masalah dan kognisi

4
Paedagogi pembelajaran berbasis masalah membantu untuk
menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur
dan proses kognitif yang terlibat di dalamnya.PBM mengoptimalkan
tujuan, kebutuhan ,motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang
merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Inovasi PBM
menggabungkan penggunaan dari akses e-learning, Interdisipliner
kreatif,penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu.3
2.2.1 Pengertian dan karakteristik pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi. Terhadap
tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang
baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).4

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :


A. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
B. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahn yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur.
C. Permasalah membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektive).
D. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar.
E. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang paling utama.
F. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.
G. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
H. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama dari
sebuah permasalahan.
I. Keterbukaan proses dalam PMB meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
J. PMB melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.

3
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
4
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Study kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :

5
1) Penyajian makalah.
2) Menggerakkan inquiry.
3) Langkah-langkah PMB :
a) analisis inisial
b) Mengangkat isu-isu belajar.
c) Iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah.
d) Integrasi pengetahuan baru.
e) Penyajian solusi dan evaluasi.5

Alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat pada flowchart berikut ini.

Menemukan Masalah

Belajar
Pengarahan Diri
Analisis Masalah dan Isu
Belajar
Belajar
Pengarahan Diri
Pertemuan dan Laporan

Belajar
Pengarahan Diri
Penyajian Solusi dan
Refleksi

Belajar
Kesimpulan Integrasi dan Pengarahan Diri
Evaluasi

Keberagaman Pendekatan PBM

5
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
PBM digunakan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah
berkaitan dengan :

6
(1) penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner.
(2) Penguasaan keterampila proses dan disiplin heuristik;
(3) Belajar ketrampilan pemecahan masalah ;
(4) Belajar keterampilan kolaboratif;
(5) Belajar keterampilan kehidupan yang lebih luas.

Ketika tujuan PBM lebih luas, maka permasalahan pun lebih kompleks
dan proses PBM membutuhkan siklus yang lebih panjang.

Jenis PBM yang akan dimasukkan kurikulum tergantung pada profil dan
kematangan siswa, pengalaman masa lalu siswa, fleksibilitas kurikulum yang
ada, tuntutan evaluasi, waktu, dan sumber yang ada.6

6
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
2.2 TAHAPAN-TAHAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH :

7
Menurut Pannen (2001), langkah-langkah pemecahan masalah dalam
pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
1) Mengidentifikasi masalah.
2) Mengumpulkan data.
3) Menganalisis data.
4) Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya.
5) Memilih cara untuk memecahkan masalah.
6) Merencanakan penerapan pemecahan masalah.
7) Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan.
8) Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.7

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa


melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar
yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok,
disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah
seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada
siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat
menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

7
Dimyati, Johni. 2016. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Prenadamedia Group.

John Deway, pakar pendidikan dari Amerika (Ade Dwi Utami, dkk, 2013 : 57),
juga menyebutkan ada 6 langkah yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran
berbasis masalah, yakni :
a) Merumuskan masalah, yakni siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan

8
b) Menganalisis masalah. Pada langkah ini, siswa melakukan analisis secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis, yakni merumuskan berbagai alternatif pemecahan
masalah sesuai pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya.
d) Pengumpulan data. Langkah ini siswa mengumpulkan informasi untuk
pemecahan masalah.
e) Pengujian hipotesis. Pada langkah ini, siswa merumuskan kesimpulan sesuai
penerimaan dan / atau penerimaan hipotesis.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Pada langkah ini siswa
memberikan rekomendasi terhadap pemecahan masalah sesuai hasil analisis
data dan informasi yang telah diperoleh.

Sedangkan Arends (2004) mengemukakan bahwa ada 5 fase (tahap) yang


perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL, yakni sebagai berikut.
 Fase 1 : Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
 Fase 2 : Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.
 Fase 3 : Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
 Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
 Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-
proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah proses belajar mengajarnya :
1) Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi oleh siswa.
2) Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3) Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang
permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4) Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
mereka pahami.
5) Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6) Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7) Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi dan mengembangkan
pengetahuan baru yang mereka peroleh.
8) Siswa menganalisis dan mengevaluasi dari proses pemecahan masalah.
9) Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui
pelaporan di kelas.

Sedangkan berikut ini merupakan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan


masalah :
 Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)

9
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada
waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu
menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan
dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan
melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
 Pendapat lain mengatakan terdapat beberapa kejadian yang merupakan bagian
dari pelaksanaan PBL, yakni sebagai berikut .
2.2.1 Tugas Perencanaan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.

1) Penetapan Tujuan
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah
direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya
keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu
siswa menjadi pebelajar yang mandiri. Hendaknya difikirkan dahulu dengan
matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan
jelas kepada siswa.

2) Merancang situasi masalah yang sesuai


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan
siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini
meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada
pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak
terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa
dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber
daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam
model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam
material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar
kelas.

2.3 PERAN GURU DAN CONTOH DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH

10
Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan
siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang
hayat. Lingkungan belajar yang dibangun guru harus mendorong cara berfikir
reflektif, evaluasi kritis, dan cara berfikir yang berdaya guna. Peran guru dalam
PBM berbeda dengan peran guru di dalam kelas. Guru dalam PBM terus berfikir
tentang beberapa hal yaitu :

1) Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di


dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?
2) Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah,
pengarahan ciri, dan belajar dengan teman sebaya ?
3) Dan bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecah
masalah yang aktif ?

Guru dalam PBM juga memusatkan perhatiannya pada :


 MenfasilitasiprosesPBM,mengubahcaraberfikir,
mengembangkanketerampilaninquiry,menggunakan pembelajaran kooperatif;
 Melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah, Pemberian alasan yang
mendalam, metakognisi berfikir kritis, dan berfikir secara sistem.
 Menjadi perantara proses penguasaan informasi : meneliti lingkungan
informasi, mengakses sumber informasi yang beragam, dan mengadakan
koneksi.

2.3.1 Menyiapkan perangkat berpikir siswa


Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM
adalah :
1) Membantu siswa mengubah cara berpikir.
2) Menjelaskan apakah PBM itu ? Pola apa yang akan di alami oleh siswa ?
3) Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batarsan waktu.
4) Mengomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan
5) Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang menghadang
6) Membantu siswa merasa memiliki masalah

2.3.2 Menekankan belajar kooperatif

11
PBM menyediakan cara untuk inquiry yang bersifat kolaboratif dan belajar. Bray,
dkk.(2000) menggambarkan inquiry kolaboratif sebagai proses dimana orang
melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim
untuk menjawab pertanyaan penting. Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa
bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif
yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan
menganalisis data penting, dan mengolaborasi solusi.

2.3.3 Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis


masalah
Belajar dalam kelompok lebih mudah dilakukan apabila anggota berkisar antara
1-10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat
menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-
kelompok tersebut dalam langkah-langkah yang beragam dalam siklus PBM untuk
menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.

2.3.4 Melaksanakan pembelajaran berbasis masalah


Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyaruan dan pelibatan
siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa. 8

8
Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

2.4 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN STRATEGI PEMBELAJARAN


BERBASIS MASALAH :

12
2.4.1 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru.
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri.
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang
telah ia lakukan.
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.9

9
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar
Mengajar.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
2.4.2 Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini sehingga
peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional,
pemberian materi terjadi secara satu arah.

13
2. Kurangnya waktu pembelajaran dimana PBM terkadang membutuhkan waktu
yang lebih banyak karena peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk
menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM
harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru
tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang
berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk
menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL
bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.10

2.5 CONTOH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH :


Sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu untuk mengopservasi suatu fenomena. Kemudian peserta didik
diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru untuk
merangsang peserta didik untuk berfifkir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada. Tugas guru adalah mengarahkana peserta didik untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

10
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta
: PT. Rineka Cipta.
2.5.1 Contoh penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai
konteks lingkungan peserta didik, antara lain disekolah, keluarga dan
masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk belajar di luar kelas. Peserta didik diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktifitas belajar yang harus dilakukan peserta

14
didik dalam rangka mencapai penguasaan standart kompetensi, kemampuan
dasar dan materi pembelajaran.

2.5.2 Contoh masalah nyata yang bisa disajikan


Bukti kegagalan pendidikan karakter yang begitu tampak di depan mata
adalah semakin maraknya tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa. Di
beberapa kota besar, tawuran pelajar menjadi tradisi dan membentuk pola
yang tetap sehingga di antara mereka mereka membentuk musuh bebuyutan.
Tawuran juga kerap dilakukan oleh para mahasiswa seperti yang dilakukan
oleh sekelompok mahasiswa pada perguruan tinggi tertentu.
Tidak heran bila perilaku tawuran bisa diartikan sebagai perilaku agresif
berdasarkan pada suatu ketidak-seimbangan menggerakkan antarpelaku dan
target dengan sengaja, berbahaya dan terjadi secara berulang-ulang .
Perilaku bullying ini menjadi bagian dari agresi yang mencerminkan
kemarahan meluap-luap dan melakukan penyerangan kasar dari seseorang
yang mengalami kegagalan. Reaksinya bisa dalam bentuk kemarahan hebat
dan emosi yang meledak-ledak. Adakalanya beruap tindakan kekerasan,
sadistis, bahkan membunuh orang. Agrasi semacam ini sangat menggangu
fungsi intelegensi sehingga menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi atau
tekanan darah tinggi.
Peningkatan perilaku bullying dalam dunia pendidikan seharusnya
diperhatikan secara serius dan menjadikan cambuk untuk membenahi
penerapan pendidikan karakter yang belum mampu menciptakan kesadaran
pluralis bagi anak didik. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu menjamin serta memlihara kesatuan dan
persatuan bangsa dalam wadah negara kesatuan republik indonesia
berdasarkan pancasila.
Kekerasan dalam dunia pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya
sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku. muatan kurikulum yang
hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan
kemampuan aspek afektif, menyebabkan berkurangnya humanisasi dalam
dunia pendidikan.ketiga, kekerasan dalam dunia pendidikan banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan tanyangan media massa. Keempat,
kekerasan bisa jadi merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan
masyarakat yang mengallami pergeseran cepat. Kelima, kekerasan
mmungkin pula dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi pelaku.
Pertama, ketika terjadi sebuah peristiwa kekerasan, para pendidik secara
spontan berpikir tentang kekerasan fisik maupun pelecehan atas hak
seseorang. Para pendidik sering kali melimpahkan tanggung jawab bahwa
kekerasan yang terjadi bukan terjadi di lingkungan sekolah., para pendidik
kebingungan bagaimana mengatasinya. Beberapa kasus.11

15
2.6 KARAKTER APA SAJA YANG BISA DITUMBUHKAN DARI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

2.6.1 Cinta Damai :


Menciptakan generasi emas dengan seperangkat keberhasilan di sekolah,
bukan satu-satunya tujuan utama cita-cita pendidikan .ada penanaman
penting yang perlu diajarkkan dalam mendidik anak-anak diusia dini yang
masih mengalami kecenderungan agresif dalam melakukaan tindakan tanpa
pertimbangan,yaitu bagaimana menanamkan pendidikan cinta damai kepada
anak dengan perhatian dan kepedulian yang mendalam.penanaman cinta
damai merupakan cerminan dari karakter emas yang mesti diinternalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari kaena pendidikan karakter membutuhkan
generasi muda yang mengedepankan harmoni dan cinta,sebagai momentum
emas untuk pembenahan dunia pendidikan diberbagai lini kehidupan .
Sebelum masuk pada penerapan konsep cinta damai dalam dinamika
pembelajaran disekolah,terlebih dahulu akan dipaparkan tentang apa
sesungguhnya pengertian damai dalam konteks kehidupan manusia.damai
berasal dari bahasa inggris peace yang berarti damai,rukun,tentram dalam
jiwa maupun batin.kehidupan berarti merasakan harmoni dan tiadanya
permusuhan anatar sesama yang menggmbarkan hubungan anrata kelompok
yang berbeda karakter dengan tetap menjunjung tinggi sikap saling
menghormati,keadilan,dan kehendak baik secara umum,perdamaian
digambarkan dengan kehangatan,ketenangan,dan kesunyian tanpa kegaduhan
dan perselisihan yang menggangu keharmonisan hidup.
Wahiduddin khan menyatakan bahwa “perdamaian selalu menjadi
kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang apabila perdamaian itu terwujud
maka ia hidup dan apabila perdamaian itu absen maka ia mati”. konsepsi
damai (peace), sesungguhnya berasal dari tradisi romawi yang mengartika
perdamaian sebagai kondisi tiadanya peperangan anatar dua atau lebih dari
negara atau sekelompok organisasi.

11
Lickona, Thomas. 2016. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta : Bumi
Aksara.
Definisi perdamaian negatif menurut Johan Galtung merupakan situasi
absennya berbagai bentuk kekerasan lainnya. Contoh perdamaian negatif
seperti banyak kalangan yang memahami perdamaian sebagai keadaan tanpa
perang, kekerasan, atau konflik.(103). definisi perdamaian positif adalah
absennya kekerasan struktural atau terciptanya keadilan sosial serta
terbentuknya suasana yang harmoni. Contoh seperti melihat realitas yang
ada, banyak masayarakat tetap mengalami penderitaan akibat kekerasan yang
tidak tampak dan ketidakadilan.
Galtung mengajak orang supaya memperhatikan konflik yang asimetris,
ketika aktor-aktornya memilki sumber daya dan leverage yang amat timpang.
(105)Maulana wahihudin khan menyatakan bahwa perdamaian secara umum

16
adaalh anritesis dari ketiadaan perang namun definisi ini dalam lingkup yang
kecil. Perdamaian sejatinya adalah perdamaian yang berhubungan dengan
segala urusan kehidupan manusia. Perdamaian merupakan ideologi yang
kompleks. Ideologi yang menjadi pintu utama menuju keusksesan dalam
hidup(106)
Lalu bagaimana konsep damai bila dikaitkan dengan kegagalan
pendidikan karakter di indonesia? mempertimbangkan karakter emas di
tengah kegagalan pendidikan karakter merupakan salah satu solusi terbaik
bagi pembentukan generasi muda indonesia yang lebih mencintai perdamaian
daripada tindakan kekerasan. Kesadaran ini perlu ditanamkan lewat
pendidikan perdamaian sebagai bagian dari tawaran untuk mencegah
semakin maraknya aksi kekerasan secara komunal dikalangan generasi muda
yang menjadi harapan bangsa kedepan. pencegahan melalui studi peace
education building bisa menjadi solusi ditengah kegagalan pendidikan
karakter dan berupaya membina kepribadian anak didik. Melalui penerapan
peace education dalam kurikulum sekolah , kita bisa menekan tindakan
kekerasan atau sikap intoleransi yang dapat merugikan orang lain karena
anak didik diajarkan sejak dinni bagaimana membangun bina damai tanpa
mengedepankan egosentrisme yang menyulut api permusuhan.12

2.6.2 TOLERANSI
Konsep toleransi dipamahi sebagai bentuk penghoramatan, penerimaan,
apresiasi beragaman budaya, dan agama tanpa memandang latar belakang
kehidupan seseorang. Toleransi adalah sikap harmoni dalam perbedaan yang
membuat perdamaian hidup menjadi mungkin dan terbuka lebar. Sikap
toleransi perlu digalakkan dalamdinamika kehidupan masyarakat untuk
mewujudkan koeksistensi, yaiyu kesadaran hidup berdampingan secara
damai dan harmonis. Bahkan, bisa dikatakan bahwa keberlangsungan
bhineka tunggal ika dan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya penerimaan
terhadap keberbedaan tergantung sejauh mana toleransi diterima
dimasyarakat.13

12
Helmawati. 2016. Pendidikan Keluarga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Gagasan toleransi yang diartikan dengan membiarkan kebebasan orang
lain dalam menemukan kebenaran bagi mereka sendiri merpakan gagasan
yang ada sejak zaman Socratos (w.339 SM). toleransi menurut Scorates
mengasumsikan bahwa pengetahuan menghasilkan kebijaksanaan, tetapi
kebijaksanaan tersebut tidak bisa diproduksi oleh paksaan, melainkan oleh
dialog yang toleran. Model kehidupan etis-filosofis ini memungkinkan
kehidupan bersama-sama secara harmonis dengan orang lain yang berbeda
keyakinan.
Sikap toleransi memang tidak serta-merta terbentuk dengan sendirinya,
dibutuhkan sebuah bimbingan dan pengetahhuan yang lebih intens agar anak
lebih menerima segala perbedaan dan tidak mudah terpancing oleh
egosentrisme pribadi yang sering kali meledak ledak. Seorang anak bisa

17
dikatakan memiliki toleransi apabila ia mampu menerima kehadiran teman
yang berbeda agama dengan sangat ramah dan saling mengingatkan untuk
melaksanakan ajaran agama.
Pada akhirnya sekolah sebagai lembaga pendidikan memberi arti pada
anak didik tentang bagaimana melakukan hubungan dengan sesama sekaligus
tempat untuk belajar berinteraksi, bekerjasama, hidup berdampingan secara
damai, saling memahami, menambah pengalaman hidup dalam situasi
kemajemukan atau keanekaragaman. Pendidikan toleransi memang menjadi
wahana strategis dalam membentuk sikap saling menghargai antar sesama.
Namun, tentu juga harus ditopang oleh konsep peace education yang
meniscayakan sebuah keyakinan akan pentingnya membangun semangat
perdamaian di tengah konflik yang melanda di indonesia.13

13
Helmawati. 2016. Pendidikan Keluarga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
2.6.3 Kepemimpinan
Bila pendidikan indonesia ingin menghasilkan sumber daya manusia
yang unggul dan berdaya saing, yang perlu ditekankan adalah bagaimana kita
mewujudkan kepemimpinan yang berkarakter. Para pemimpin dikenal tidak
hanya karena posisi dan jabatannya,tetapi karena ciri-ciri kepemimpinan dan
ajaran-ajarannya yang berguna bagi masyarakaat, bangsa dan generasi yang
akan datang. Di indonesia kita menegnal presiden soekarno sebagai
proklamator kemerdekaan dan pemimpin bangsa dengan ajarannya nation
and character building, jendral soedirman pemimpin pejuang yang tidak
mengenal menyerah, ki hajar dewantara tokoh pendidikan nasioanal, dan
sebagainya.

18
Dalam situasi bangsa dan negara mengalami berbagai krisis yang dikenal
dengan krisis multi dimensi, yaitu krisis ekonomi, politik, budaya, hukum
dan keamanan. Kta menyadari bahwa semua krisis itu bersumber dari krisis
moral da kepercayaan terutama pada mereka yang diberi kepercayaanoleh
rakyat untuk menjadi pemimpin pada hampir semua profesi. Kepemimpina
yang berkarakter harus menjadi prioritas bagi semua lembaga pendidikan di
indonesia untuk bahu-membahu menyiapkan generasi muda yang berkarakter
emas demi kemajuan pembangunan nasioanal di masa mendatang.
Kepemimpinan yang berkarakter dalam dunia pendidikan, setidaknya
mendorong semua elemen terkait untuk membantu generasi muda indonesia
untuk terus-menerus belajar dalam mengayomi orang orang. Kepemimpinan
yang berkarakter bisa juga menjadi pendorong bagi semua generasi muda
untuk tidak terjebak dengan perilaku yang tidak bertanggung jawab dan
hanya mengedepankan sikap egosentrisme sesaat. Artinya kepemimpinan
yang berkarakter harus benar-benar memenuhi ekspektasi publik lebih
mementingkan kesejahteraan masyarakat sebagai cermin kesuksesan sebagai
seorang pemimpin.

2.6.4 Tanggung jawab :


Pendidikan berbasis masalah dibangun dengan tujuan ingin
menyelesaikan masalah, maka orang yang memiliki komitmen tinggi dalam
menyelesaikan masalah adalah orang-orang yang bertanggung jawab. Orang
yang memiliki tanggung jawab tinggi adalah orang yang mempunyai
kepekaan terhadap masalah, sehingga ia memiliki panggilan jiwa yang besar
untuk dapat menyelesaikannya.

2.6.5 Kerja keras :


Penyelesaian masalah membutuhkan kerja keras. Apalagi jika
masalahnya rumit tentu membutuhkan energi ekstra, baik secara emosional
maupun intelektual untuk dapat mewujudkannya. Oleh karena itu secara
alamiah, pendidikan berbasis masalah ini menanamkan nilai karakter kerja
keras.

2.6.6 Demokratis :
Penyelesaikan masalah dengan sistem pendidikan berbasis masalah
adalah bersifat terbuka, demokratis, tidak bersifat tunggal, paling benar atau
paling baik. Bahkan pendidik tidak diperkenankan menentukan cara
penyelesaiannya sendiri, sehingga peserta didik memiliki otonomi secara
penuh untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

2.6.7 Mandiri :

19
Permasalahan setiap individu peserta didik memiliki perbedaan dan
keunikan tersendiri sehingga memerlukan cara penyelesaian yang berbeda
pula. Bahkan jika masalhanya sama, peserta didik masih memungkinkan
untuk menyelesaikannya dengan cara yang berbeda. Artinya setiap peserta
didik harus memiliki sikap mandiri dalam menyelesaikan masalahnya,
khususnya masalah yang bersifat intrapersonal, seperti bagaimana
memotivasi diri, mengerjakan tugas individu dan sebagainya.

2.6.8 Kepedulian dan keagamaan :


Kemungkinan peserta didik mengalamai masalah sosial keagamaan di
lingkungan sekolahnya, oleh karena itu dalam penyelesaian masalahnya tidak
dapat dilakukan secara mandiri, namun harus berkelompok atau bekerja sama
dengan teman sebayanya, bahkan bisa juga melibatkan kepala sekolah, osis,
guru BK ataupun guru agama.

2.6.9 Semangat kebangsaan dan cinta tanah air :


Tema-tema pembelajaran sering kali menampilkan topik tentang
kebangsaan. Oleh karenanya pendidik harus menyajikan masalah-masalah
kebangsaan, seperti dedikasi moral, korupsi, krisis ekonomi, bencana alam
dan sebagainya. Upaya penyelesaiannya dapat menumbuhkan sikap cinta
tanah air, semangat berbangsa, dan menumbuhkan jiwa nasionalisme. Peserta
didik yang memiliki karakter yang seperti ini tidak akan mudah tergoda oleh
gaji besar di luar negeri, tetapi lebih memilih jiwa untuk membangun bangsa
sendiri walaupun dengan gaji yang jauh lebih kecil. Semangat kebangsaan ,
cinta tanah air, dan jiwa nasionalisme ini perlu ditanamkan dalam jjiwa
peserta didik agar tidak pergi ke luar negeri untuk membangun negara lain.14

14
Taufikin. 2017. Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran problem based
learning. ThufuLA, 5

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri
individu yang berada dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk
memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konstektual.
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru
yang harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing.

20
Guru di tuntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM
dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa
menyiapkan diri untuk mengoptimalkan kemampuan berfikir melalui inquiry dan
kooperatif dalam setiap tahapan proses PBM.
Masalah yang dibahas harus relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa
sekarang dan masa yang akan datang. PBM dapat memanfaatkan fasilitas e-
learning secara kolaboratif dalam proses pemecahan masalah.
Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat
pada siswa, salah satunya yakni pembelajaran berbasis masalah, perlu di
tingkatkan karena tantangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan
datang akan semakin kompleks dan menuntut setiap orang secara individual
mampu menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan kemampuan yang
relevan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan lebih efektif apabila individu,
khususnya siswa dapat mengalaminya, bukan hanya menunggu materi dan
informasi dari guru, tetapi berdasarkan pada usaha sendiri untuk menemukan
pengetahuan keterampilan yang baru dan kemudian mengintegrasikannya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sudah di miliki sebelumnya.

3.2. Saran
3.2.1. Guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang inovatif dan relevan
sesuai dengan masalah yang telah di analisis oleh siswa.
3.2.2. Guru harus bisa lebih peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat.
3.2.3. Siswa harus siap untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3.2.4. Siswa harus mandiri dalam menumbuhkan motivasi, merumuskan
masalah, mengumpulkan fakta-fakta baru, berfikir secara reflektif dan
berpartisipasi dalam pengembangan serta penggunaan assesment untuk
mengevaluasi kemajuan sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Rusman.2010. model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru.


Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Cowie, Helen dan Jennifer, Dawn.2009. penanganan kekerasan di sekolah. Klaten :
PT.Macanan Jaya Cemerlang.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Dimyati, Johni. 2016. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Prenadamedia Group.

21
Lickona, Thomas. 2016. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta : Bumi
Aksara.
Ilahi. Muhammad Takdir. 2014. Gagalnya Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Taufikin. 2017. Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran problem based
learning. ThufuLA, 5
Helmawati. 2016. Pendidikan Keluarga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. Hlm. 41-47

22

Anda mungkin juga menyukai