Anda di halaman 1dari 31

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI SMA PU AL-BAYAN PUTRI SUKABUMI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah
SWT, karena atas izin dan rahmat-Nya tugas mata kuliah Teori dan Model
Pembelajaran dengan tema ” Implementasi Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA PU Al-
Bayan Putri Sukabumi” ini dapat kami selesaikan.
Kami meyakini bahwa di dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentu
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun
penguasaan materi. Kami sangat mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kemajuan dalam berpikir untuk
penyusun karya tulis ilmiah agar karya tulis ilmiah ini dapat dibuat dengan yang
lebih baik lagi.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, semoga Allah SWT membuka seluas-
luasnya pintu ilmu bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Sukabumi, 01 April 2022

ii
ABSTRAK

Mukhlis Mudhohiroh. NIM : 102122022


Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi. Mini
Research Pendidikan Agama Islam, Institut Madani Nusantara Sukabumi.
2021.
Kemampuan memecahkan masalah melalui pembelajaran dimana masalah
dihadirkan di kelas dan siswa diminta untuk menyelesaikannya dengan segala
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.guru perlu merancang
pembelajaran yang mampu membangkitkan potensi siswa dalam menggunakan
kemampuan berpikirnya untuk menyelesaikan masalah. Salah satu pendekatan
pembelajaran tersebut adalah apa yang disebut “Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM)” atau “Problem Based Learning (PBL)”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis Implementasi Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi, serta menganalisis Kendala
yang dihadapi dalam Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) di SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi.
Hasil Penelitian ini adalah bawa Implementasi Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis serta mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Adapun kendala dalam Implementasi Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat diatasi peranan guru sangat
dalam proses pembelajaran agar dapat mengarahkan siswa belajar secara
maksimal.

iii
ABSTRACT

Mukhlis Mudhohiroh. ID : 102122022


Implementation of Problem Based Learning (PBL) Learning Model in Islamic
Religious Education Subjects at PU Al-Bayan Putri High School Sukabumi. Mini
Research on Islamic Education, Institute Madani Nusantara Sukabumi. 2021.
The ability to solve problems through learning where problems are presented in
class and students are asked to solve them with all the knowledge and skills they
have. Teachers need to design learning that is able to awaken students' potential
in using their thinking skills to solve problems. One such learning approach is
what is called "Problem Based Learning (PBM)" or "Problem Based Learning
(PBL)".
The purpose of this study was to analyze the Implementation of Problem Based
Learning (PBL) Learning Models in Islamic Religious Education Subjects at PU
Al-Bayan Putri High School Sukabumi, as well as to analyze the obstacles faced
in the Implementation of Problem Based Learning (PBL) Learning Models at PU
Al-Bayan Putri High School Sukabumi.
The results of this study are the implementation of the Problem Based Learning
(PBL) learning model, namely student orientation to problems, organizing
students to learn, guiding individual and group investigations, developing and
presenting work, analyzing and evaluating problem solving processes. The
obstacles in implementing the Problem Based Learning (PBL) learning model can
be overcome by the role of the teacher in the learning process in order to direct
students to learn optimally.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian.......................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................3
A. Sejarah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ..............3
B. Nilai-Nilai Karakter dalam Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL.............................................................................. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................6
A. Pendekatan Penelitian.............................................................................6
B. Teknik Pengumpulan Data......................................................................6
C. Teknik Analisis Data...............................................................................7
D. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................7
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................9
A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dan diskusi...............................................................................................9
B. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Diskusi..................................................................13
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan Diskusi........................................................15
D. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dan diskusi
pada Materi PAI......................................................................................17
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................24
A. Simpulan..................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................24

v
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Permasalahan yang sering muncul dalam dunia pendidikan adalah
lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya
untuk menyelesaikan masalah. Siswa cenderung dijejali dengan berbagai
informasi yang menuntut hapalan saja. Banyak sekali pengetahuan dan
informasi yang dimiliki siswa tetapi sulit untuk dihubungkan dengan situasi
yang mereka hadapi. Alih-alih dapat menyelesaikan masalah, pengetahuan
mereka seperti tidak relevan dengan apa yang mereka hadapi. Ketika siswa
mengikuti sebuah pendidikan tiada lain untuk menyiapkan mereka menjadi
manusia yang tidak hanya cerdas tetapi mampu menyelesaikan persoalan yang
akan mereka hadapi di kemudian hari.
Sudah sering mendengar keluhan siswa betapa beratnya mereka
mengikuti beban dari sekolah. Mereka dituntut untuk mengetahui segala hal
yang dituntut oleh kurikulum. Walaupun kapasitas intelektualnya dapat
menjangkau beban tersebut, siswa seperti telepas dari dunianya. Padahal yang
mereka hadapi harus dapat diselesaikan dengan kemampuan sendiri. Oleh
karena itu, pendidikan harus membekali mereka dengan
kemampuankemampuan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
yang mereka hadapi.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan memecahkan masalah.
Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran dimana masalah
dihadirkan di kelas dan siswa diminta untuk menyelesaikannya dengan segala
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Pembelajaran bukan lagi
sebagai “transfer of knowledge”, tetapi mengembangkan potensi siswa secara
sadar melalui kemampuan yang lebih dinamis dan aplikatif.
Berdasarkan hal tersebut, guru perlu merancang pembelajaran yang
mampu membangkitkan potensi siswa dalam menggunakan kemampuan

1
berpikirnya untuk menyelesaikan masalah. Salah satu pendekatan
pembelajaran tersebut adalah apa yang disebut “Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM)” atau “Problem Based Learning (PBL)”.
Pendekatan pembelajaran ini dipusatkan kepada masalah-masalah yang
disajikan oleh guru dan siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan seluruh
pengetahuan dan keterampilan mereka dari berbagai sumber yang dapat
diperoleh. Secara lebih lengkapnya, inilah yang akan penulis sajikan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan
diskusi ?
2. Bagaimana Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Diskusi ?
3. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan Diskusi ?
4. Bagaimana Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dan
diskusi pada Materi PAI ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan diskusi ?
2. Mengetahui Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Diskusi ?
3. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan Diskusi ?
4. Menganalisis Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dan
diskusi pada Materi PAI ?

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan
oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Wina Sanjaya, 2007).
Pada awalnya, Problem Based Learning (PBL) dikembangkan dalam dunia
pendidikan kedokteran. Akan tetapi, saat ini PBL telah dipakai secara luas pada
semua jenjang pendidikan. PBL adalah suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan
masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya (Hamruni, 2009). Strategi pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) dikembangkan dari filsafat konstruksionisme, yang
menyatakan bahwa kebenaran merupakan kontruksi pengetahuan secara otonom.
Artinya, peserta didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun
penalaran dari seluruh pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua
pengetahuan baru yang diperoleh (Hamruni, 2009:150)
Dengan demikian, strategi pembelajaran bermasis masalah adalah strategi
pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah secara terbuka. Hal ini
berbeda dengan strategi pembelajaran inkuiri. Dalam strategi pembelajaran
inkuiri, masalah yang akan dipecahkan telah ada jawaban yang pasti dari guru,
hanya saja guru tidak menyampaikannya secara langsung. Strategi pembelajaran
berbasih masalah mengusung gagasan utama bahwa tujuan pembelajaran dapat
tercapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan
yang otentik, relevan dan dipresentasikan dalam satu konteks. Dengan kata lain,
tujuan utama pendidikan adalah memecahkan problem-problem kehidupan. Oleh
karena itu, seluruh bangunan pengetahuan yang dipelajari harus dapat digunakan
secara aplikatif umtuk menyelesaikan problem-problem kehidupan tersebut.
Konsekuensinya, bangunan pengetahuan maupun teori yang diajarkan tidak cukup
hanya dihafal dan dipahami, melainkan harus dikaitkan dengan realitas yang
terjadi, dan menggunaknnya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.

3
B. Nilai-Nilai Karakter dalam Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL
Nilai-Nilai Karakter dalam Problem Based Learning Berikut ini akan
dikemukakan nilai-nilai karakter yang dapat ditransmisikan melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah. Setidaknya, terdapat enam bahkan lebih nilai
karakter dari 18 nilai karakter yang dicanangkan Kemendikbud, yaitu tanggung
jawab, kerja keras, toleransi, demokratis, mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, nasionalisme, peduli lingkungan, dan peduli sosial maupun keagamaan.
1. Tanggung Jawab
Mengingat asumsi dasar dibangunnya problem based learning adalah
menyelesaikan masalah, sedangkan orang yang mempunyai komitmen tinggi
untuk menyelesaikan masalah adalah orang-orang yang bertanggung jawab, maka
nilai karakter inti dalam problem based learning adalah tanggung jawab. orang
yang mempunyai jiwa tanggung jawab tinggi adalah orang yang mempunyai
kepekaan masalah yang tinggi, sehingga ia mempunyai panggilan jiwa untuk
menyelesaikannya.
2. Kerja Keras
Untuk dapat menyelesaikan masalah, diperlukan kerja keras yang luar
biasa. Terlebih lagi penyelesaian masalah secara baik dan elegan, tentunya
membutuhkan energi ekstra, baik secara emosional maupun intelektual untuk
mewujudkannya. Oleh karena itu, strategi pembelajaran problem based learning
ini secara alamiah menanamkan nilai karakter berupa kerja keras.
3. Toleransi dan demokratis
Penyelesaian masalah yang dikendaki dalam strategi pembelajaran
problem based learning adalah penyelesaian masalah yang bersifat terbuka, dapat
ditoleransi dan bersifat demokratis. Artinya, tidak ada penyelesaian masalah yang
bersifat tunggal dan paling benar atau paling baik. Bahkan guru juga tidak boleh
menentukan cara penyelesaian tersendiri, sehingga peserta didik mempunyai hak
otonomi secara penuh untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
4. Mandiri

4
Setiap peserta didik mempunyai permasalahan yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan cara pemecahan yang berbeda pula. Bahkan jika
masalahnya sama, setiap peserta didik masih tetap boleh menyelesaikannya
dengan cara yang berbeda pula. Artinya, peserta didik harus bersikap mandiri
dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, khususnya masalah yang bersifat
intrapersonal, seperti mengusir rasa malas, memotivasi diri, mengerjakan tugas
individu dan sebagainya.
5. Kepedulian
Lingkungan dan Sosial Keagamaan Selain setiap peserta didik menghadapi
masalah-masalah individu yang berbeda-beda, tidak menutup kemungkinan ia
juga menghadapi masalah-masalah sosial keagamaan di lingkungan sekolahnya.
Dalam hal ini, penyelesaian atas masalah tersebut tidak boleh lagi dihadapi secara
mandiri, tetapi harus berkelompok atau bekerja sama dengan teman sejawatnya,
termasuk dalam hal ini adalah melibatkan kepala sekolah, OSIS, guru bimbingan
dan konseling serta guru agama.
6. Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
Topik-topik pembelajaran dari semua mata pelajaransering kali membahas
tema-tema besar kebangsaan. Konsekuensinya, guru harus menyajikan masalah-
masalah kenegaraan atau kebangsaan, seperti dekadensi moral bangsa, korupsi,
krisis ekonomi, dan sebagainya. Upaya menyelesaikan persoalan-persoalan ini
dapat menumbuhkan sikap cinta tanah air, semangat kebangsaan dan
menumbuhkan jiwa nasionalisme.

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research). Penelitian
lapangan adalah penelitian yang dilakukan di suatu tempat atau lokasi yang dipilih
untuk meneliti atau menyelidiki sesuatu yang terjadi di tempat tersebut. 1
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan analisis mengenai keadaan atau
penerapan inovasi kurikulum secara rinci dan akurat melalui hasil data deskriptif
yang berasal dari data tertulis dan wawancara lisan dari orang-orang terkait.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
implementasi model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran PAI
kelas XI. Kajian yang dimaksud adalah penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan menyajikan analisis mengenai
model PBL secara rinci dan akurat melalui hasil data yang berasal dari data
tertulis dan dokumentasi dan wawancara lisan dari orangorang terkait. Data
penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang
berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar, dan foto.
Data penelitian ini berupa kata dan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan
pembelajaran dalam implementasi Model problem based learning.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini studi
dokumentasi. Studi dokumentasi adalah salah satu model pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Teknik dilakukan oleh peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui media
tertulis atau dokumen lain oleh subjek yang bersangkutan. Peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data ini karena penelitian yang dilakukan berupa kata dan

1
Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006).

6
kalimat yang terdapat di dalam kelas saat proses belajar mengajar pada mata
pelajaran PAI kelas XI.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono (2018) adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian mengunakan analisis data kualitatif. Berfikir
deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum
mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut
pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang
bersangkutan (prediksi), dengan kata lain deduksi berarti menyimpulkan
hubungan yang tadinya tak tampak, berdasarkan generalisasi yang sudah ada. 2
Dan kegiatan menarik kesimpulan yakni menjawab rumusan masalah dalam
penelitian yang didasari oleh bukti perolehan data penelitian. Dan penarikan data
mengunakan cara berfikir yang diambil dari teori yang kemudian.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi, Ruang
yang disajikan dalam penelitian mengenai implementasi Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL), berada dalam lingkup kelas, saat proses belajar
mengajar berlangsung. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat menggunakan ruang
kelas sebagai tempat penelitian.
2. Tempat Penelitian
Adapun waktu dalam penelitian ini dilakukan selama seminggu. Subjek
penelitian Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMA PU Al-Bayan Putri

2
Syarifudin Anwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

7
adalah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Akhlak), dan Siswa kelas
XI.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan
diskusi
Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik , peserta didik, dan sumber
belajar di dalam lingkungan belajar tertentu. Belajar merupakan proses perubahan
perilaku yang relatif permanen sebagi akibat dari pengalaman dan adanya
perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil
dari pengalaman. Definisi belajar cukup banyak, perbedaan tersebut karena
adanya perbedaan perspektif dari berbagai teori berkembang . Teori-teori tersebut
di antaranya behaviorisme ,kognitivisme maupun konstruktivisme, sehingga
masing-masing paham menimbulkan implikasi yang berbeda juga pada proses
belajar mengajar. Model pembelajaran problem based-learning sebagai tipe
pembelajaran konstruktif yang dapat meningkatkan dan menumbuhkan
kemampuan berpikir kristis dan kreatif dimana tujuan akhirnya ialah untuk
membentuk kemampuan pemecahan masalah seseorang dan mampu mengambil
keputusan yang beralasan di dalam situasi asing.3
          Model pembelajaran problem based-learning (PBL) dan diskusi adalah
strategi pembelajaran yang menarik, dibandingkan membaca atau mendengar
tentang fakta dan konsep yang mendefinisikan bidang studi akademik, siswa
memecahkan masalah realistis (meskipun, simulasi) yang mencerminkan
keputusan dan dilema wajah orang setiap hari Banyak yang berpendapat bahwa
PBL adalah strategi pembelajaran yang kuat dan menarik yang mengarah pada
pembelajaran berkelanjutan dan dapat dipindah tangankan (Mergendoller, 2006,
p.2).
Problem-based learning (PBL) is an appéaling instructional
strategy. Rather than reading or hearing about the facts and concepts that
define an academic field of study, students solve realistic (albeit,
simulated) problems that reflect the decisions and dilemmas peo- ple face
every day Many argue that PBL is a powerful and engaging learning
strategy that leads to sustained and transferable learning.

3
Huriah, Metode Student Center Learning Aplikasi Pada Pendidikan Keperawatan (Jakarta:
Prenadamedia Group., 2018).

9
Problem-based learning  adalah sebuah model pembelajran yang
beorientasi untuk memecahkan masalah. Problem-based learning (PBL) dan
diskusi sebagai model pembelajaran berusaha meneguhkan berbagai situasi
bermasalah  yang auntentik dan bermakna kepadasiswa,yang dapat berfungsikan
dalam melakukan penyelidikan. Dalam proses Problem-based learning (PBL)
dilakukan sebagai kolaboratif,dimana siswa  belajar dalam kelompok kecil yang
terfasilitasi, sebagaimana mereka bekerja secara individu (Muniroh, 2015, p. 37).

          Problem-based learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran


dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
ketrampilan lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan
demikian PBL merupakan suatu model instruksional antara guru dengan peserta
didik melalui pemecahan masalah berdasarkan pengalaman peserta didik itu
sendiri. Peserta didik dalam Problem-based learning (PBL) diberi kesempatan
untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir. Sedangkan guru hanya
berperan fasilitator, dalam hal ini memfasilitasi konstruksi dalam mengkolaborasi
pengetahuan peserta didik. Diharapkan nantinya dengan model ini peserta didik
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi berdasarkan pengalamannya.
(Hariyati et all, 2013, p.723).
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu yang paling baik
dijelaskan model pembelajaran interaktif, dan banyak klaim itu lebih efektif
daripada model tradisional dalam hal kemampuan belajar sepanjang hayat, dan
lebih menyenangkan. Di awal 1990-an, empat tinjauan sistematis medi sarjana.
Pendidikan cal berhati-hati mendukung jangka pendek dan hasil jangka panjang
dari pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional. Sejak itu, banyak kurikulum medis telah berubah menjadi masalah
berdasarkan pembelajaran, tetapi ulasan terbaru telah mempertanyakan nilai
pembelajaran berbasis masalah di tingkat sarjana pendidikan kedokteran.
Pendidikan kedokteran pascasarjana dan berkelanjutan berbeda dari
pendidikan sarjana di mana mereka pergi di luar peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kompetensi dokter dan kinerja dalam praktik,

10
akhirnya mengarah ke kesehatan pasien yang lebih baik. Masalah pembelajaran
berbasis mungkin juga efektif dalam konteks ini. Ada beberapa bukti bahwa sesi
interaktif bisa mengubah praktik profesional, tetapi ada beberapa uji coba yang
dilakukan dengan baik.
Kami tidak dapat menemukan ulasan tentang efektivitas pembelajaran
berbasis masalah dalam melanjutkan medis pendidikan. Studi evaluasi yang
terkendali menyediakan bukti terbaik tentang efektivitas model pendidikan,
sejalan dengan pergerakan bukti medis terbaik education. Oleh karena itu kami
melakukan sistematis tinjauan literatur untuk mencari tahu apakah ada bukti
bahwa pembelajaran berbasis masalah dalam melanjutkan medis pendidikan itu
efektif (Smitts , 2002, p.153).
Problem based learning is one of the best described methods of
interactive learning, and many claim it is more effective than traditional
methods in terms of lifelong learning skills, and is more fun. In the early
1990s, four systematic reviews of undergraduate medical education
cautiously supported the short term andlong term outcomes of problem
based learning compared with traditional learning. Since then, many
medical curricula have changed to problembased learning, but a recent
review has questioned the value of problem based learning in
undergraduate medical education.
Postgraduate and continuing medical education differ from
undergraduate education in that they go beyond increasing knowledge and
skills to improving physician competence and performance in practice,
ultimately leading to better patient health. Problem based learning may
also be effective in this context. There is some evidence that interactive
sessions can change professional practice, but there have been few well
conducted trials.
We could find no reviews of the effectiveness of problem based
learning in continuing medical education. Controlled evaluation studies
provide the best evidence of effectiveness of educational methods, in line
with the movement of best evidence medical education. We therefore
conducted a systematic review of the literature to find out if there is
evidence that problem based learning in continuing medical education is
effective.
Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah startegi pembelajaran yang
dasar filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan masalah riil
kehidupan yang bersifat ill-structured, terbuka, dan mendua PBL dapat
membangkitkan minat siswa, nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan

11
intelektual. bahwa PBL dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi
siswa (Arnyana, 2006, p.501).

Pembelajaran berbasis masalah pada tingkat yang paling mendasar adalah


model pembelajaran yang ditandai dengan penggunaan siswa untuk belajar
keterampilan pemecahan masalah dan memperoleh pengetahuan tentang dasar dan
ilmu klinis. “Garis besar dasar dari proses pembelajaran berbasis masalah adalah
menghadapi masalah pertama, pemecahan masalah dengan keterampilan
penalaran klinis dan mengidentifikasi kebutuhan belajar dalam proses interaktif,
belajar mandiri, menerapkan pengetahuan yang baru diperoleh untuk masalah, dan
meringkas apa yang telah dipelajari” (Albanese dan Mitcell , 1993, p.53).
Difining what exactly constitutes PBL was a confusing and
somewhat contentious task. The complexity of defining PBL is reflected in
the fact that barrows (1986) felt it necessary to develop a taxonomy of PBL
types to help clarify the situation. The following constitutes our best attempt
at synthesizing a definition from key sources.
Problem-based learning at its most fundamental level is an
instructional method characterized by the use of students to learn problem
solving skills and acquire  knowledge about the basic and the clinical
sciences. “The basic outline of the problem-based learning process is
encountering the problem first, problem-solving with clinical reasoning
skills and identifying learning needs in an interactive process, self study,
applying newly gained knowledge to the problem, and summarizing what
has been learned.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan Model PBL
(Problem-Based Learning) adalah model pembelajaran yang melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
investigasi dan dialog. Model pembelajaran berbasis  masalah adalah
pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah.

12
B. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Diskusi
Ibrahim dan Nur menambahkan bahwa langkah-langkah Problem Based
Learning (PBL) adalah sebagai berikut:4

No Fase Tingkah Laku Guru


Menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
Orientasi Siswa pada kebutuhan logistik yang
1
masalah diperlukan, dan memotivasi
siswa terlibat dalam
pemecahan masalah
Membantu siswa
Mengorganisasi siswa mendefinisikan tugas belajar
2
untuk belajar yang terkait dengan masalah
tersebut
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
Membimbing pengalaman
3 sesuai, melaksanakan
individu/kelompok
eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi

Membantu siswa dalam


merencanakan dan menyiapkan
Mengembangkan dan bahan-bahan untuk
4
menyajikan hasil karya dipersentasikan dan membantu
mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Membantu siswa
merefleksikan atau
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
5 mengevaluasi proses
penyelididikan yang mereka
pemecahan masalah
gunakan dalam menyelesaikan
masalah.

Polya dalam Edy, mengatakan bahwa Proses pembelajaran matematika


di kelas telah mengikuti pembelajaran berbasis masalah. Langkah-langkah
4
Dkk. Nurul R, “Penerapan Model Pembelajaran Brbasis Masalah (Problem Based Learning)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa.ResearchGate:1- 10,” ResearchGate,
2017, 1–10.

13
pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada empat langkah pemecahan
masalah oleh Polya (1971), yaitu: 5
1) Masalah
2) merencanakan solusi
3) memecahkan masalah berdasarkan perencanaan pada langkah
kedua
melihat kembali hasilnya. 6
Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah
ini, guru harus merancang proses pembelajaran dengan memberikan
pengalaman pemecahan masalah yang membutuhkan strategi yang berbeda
untuk masalah yang diberikan. Implementasi konkret dari langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah dapat dibagi sebagai berikut:
1) menulis aspek apa yang diketahui dalam masalah, aspek ini sebagai
modal awal untuk menyelesaikan masalah,
2) menulis apa yang ditanyakan dalam masalah, aspek ini adalah
tujuan,
3) menulis model matematika dari masalah dengan menggunakan
aspek apa yang diketahui dari masalah,
4) menyelesaikan model pada langkah ketiga,
5) melihat kembali hasilnya.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) dan Diskusi

5
Dkk. Edy S, “Effect of Problem Based Learning Toward Mathematical Communication Ability and
Self-Regulated Learning,” Journal of Education and Practice Vol 9. No. (2014): 14–23.
6
Polya G, “How to Solve It (Second Edition),” United States of America: Princeton University
Press., 1973.

14
a. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL) dan Diskusi
Menurut Huriah mengungkapkan beberapa kelebihan problem based
learning :7
1) PBL berpusat pada siswa: memotivasi pembelajaran aktif,
meningkatkan pemahaman, dan stimulus seseorang untuk terus belajar
selama hidupnya.
2) Kompetensi umum : PBL memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
sikap dan keterampilan umum yang dikehendaki di masa mendatang
3) Integrasi : PBL memfasilitasi integrasi kurikulum inti
4) Motivasi : PBLmenyenangkan bagi tutor dan siswa serta prosesnya
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
5) Pembelajaran mendalam : PBL meningkatkan kemampuan
pemahaman mendalam bagi siswa
6) Pendekatan kontrukstif : siswa aktif berdasarkan pengetahuan dan
membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut
Adapun Menurut Sudewi (2014, p.3) mengunkapkan beberapa kelebihan
model PBL adalah:
1) Menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
penelitian;
2) Membangun keterampilan berpikir kritis;
3) Mengenal content materi subyek dan membangun tujuan sesuai
konsep;
4) Memberdayakan peserta didik menjadi seseorang ahli dalam bidang
tertentu;
5) Memungkinkan  peserta didik menghasilkan lebih dari satu bentuk
solusi;
6) Menyatakan ketidaktentuan dan kebutuhan untuk mengembangkan
asumsi; dan
7) Memotivasi peserta didik belajar.

7
Huriah, Metode Student Center Learning Aplikasi Pada Pendidikan Keperawatan.

15
Selain itu Menurut Wasonowati (2014, p.68) Model PBL dipilih karena
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah:
1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan
membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan suatu pengetahuan baru,
2) Pembelajaran dengan model PBL dianggap lebih menyenangkan dan
lebih disukai siswa,
3) Model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, dan
4) Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia nyata.
b. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL) dan Diskusi
Menurut Huriah mengungkapkan beberapa Kekurangan Problem based
learning :8
1) Tutor yang tidak dapat mengajar : tutor merasa nyaman dengan
model tradisional sehingga kemungkinan PBL akan terasa
membosankan dan sulit
2) Sumber daya manusia : lebih banyak staf yang terlibat dalam
proses turorial ini
3) Sumber-sumber lain : sebagian besar siswa memerlukan akses pada
perpustakaan yang sama dan internet secara bersamaan pula
4) Model peran : kemungkinan siswa mengalami kekurangan akses
pada dosen yang berkualitas dimana dalam kurikulum tradisional
memberikan kuliah dalam kelompok besar
5) Informasi berlebihan : siswa kemungkinan tidak yankin dengan
seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa
yang relevan dan berguna.
Menurut Baden dan Wilkie (2006, p.4) Banyak kekhawatiran yang
dikemukakan oleh para delegasi pada konferensi pembelajaran berbasis
masalah di seluruh dunia termasuk apakah PBL-online akan :

8
Huriah.

16
Many of the concerns raised by delegates at problem-based learning
conferences around the world include whether PBLonline will :
Affect the existence of face-to-face problem-based learning
sincePBLonline will be seen as being more cost effective. Destroy some of the
original aims of problem-based learning since some forms of online problem-
based learning tend to focus on solving narrowly defined problems that fail to
encourage student to be independent inquirers who own their learning Reduce
the impact of learning in teams, in terms of students learning to work though
team difficulties and conflicts in the way required by face-to-face problem-
based learning.
Mempengaruhi keberadaan pembelajaran berbasis masalah tatap muka
karena PBL-online akan dilihat sebagai tujuan biaya yang lebih efektif serta
Menghilangkan beberapa tujuan asli dari pembelajaran berbasis masalah
karena beberapa bentuk pembelajaran berbasis masalah online cenderung fokus
pada pemecahan masalah yang ditetapkan secara sempit yang gagal mendorong
siswa untuk menjadi penanya independen yang memiliki pembelajaran sendiri.
Mengurangi dampak pembelajaran dalam tim, dalam hal siswa belajar untuk
bekerja meskipun kesulitan tim dan konflik dalam cara yang dibutuhkan
pembelajaran berbasis masalah tatap muka.
D. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dan diskusi pada
Materi PAI
1. Penelitian Terdahulu tentang Penggunaan Model Problem Based
Learning (PBL) dan diskusi pada Materi PAI
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning) merupakan
salah satu model yang tepat dikembangkan dalam pembelajaran teknologi untuk
merespon isu-isu peningkatan kualitas pembelajaran teknologi dan antisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi di dunia kerja. Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBL) adalah strategi pembelajaran yang “menggerakkan” siswa belajar secara
aktif memecahkan masalah yang kompleks dalam situasi realistik. PBL dapat
digunakan untuk pembelajaran di tingkat mata pelajaran, unit mata pelajaran, atau
keseluruhan kurikulum. PBL seringkali dilakukan dalam lingkungan belajar tim
dengan penekanan pada kegiatan membangun pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan secara konsensus, dialog dan
diskusi, kerjasama tim, manajemen konflik, dan kepemimpinan tim.

17
Siswa dimungkinkan belajar secara bermakna yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui pemecahan masalah. Problem-based
learning merupakan pendekatan yang membelajarkan siswa yang
dikonfrontasikan dengan masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open
ended melalui stimuli dalam belajar (Boud dan Falleti, 1997 dalam Demitra,
2003).
Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan model Problem-based learning
(PBL) dapat digunakan pada mata pelajaran yang materi dan tujuan
pembelajarannya diarahkan agar siswa aktif dan berfikir kritis pada suatu masalah.
Khusus pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis
merangkum beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model
Problem-based learning (PBL) pada mata pelajaran PAI dari berbagai tingkatan
pendidikan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Zahra Humaira, Aep Saepuddin, dan
Alhamuddin dengan judul penelitian “Efektifitas Model Problem-
based learning (PBL) pada Mata Pelajaran PAI untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di SD Plus Nurul Aulia Cimahi. Hasil Penelitian
ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar setelah
menggunakan Model Problem-based learning (PBL) pada siswa kelas
5, sehingga ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan
Model Problem-based learning (PBL) materi Akhlak, diketahui dari
23 Siswa sebanyak 2 orang (8%) masuk kategori tidak tuntas, dan
sebanyak 21 orang (92%) masuk kategori tidak tuntas.9
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anna Primadoniati dengan judul
penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam siswa
kelas VIII SMPN 2 Ulaweng Kab. Bone.” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen deyaitu 81,82 berada

9
Aulia, Zahra Humaira, and Aep Saepuddin, “Efektivitas Model Problem Based Learning Pada
Mata Pelajaran PAI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SD Plus Nurul Aulia Cimahi The
Effectiveness of Problem Based Learning Model in Islamic Religious Education Subjects to
Improve Student Learning Out,” no. 1 (n.d.): 113–19.

18
pada kategori hasil belajar sangat tinggi dan mean kelompok control
yaitu 74,42 berada pada kategori hasil belajar tinggi. Selain itu hasil
nilai evaluasi kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai pengaruh
positif terhadap hasil belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 2 Ulaweng
Kab. Bone.10
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rakib Hadi dengan judul penelitian
“Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Dalam
Pembelajaran Agama Islam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI Ips -1 Sma Negeri 5 Kota Ternate” Hasil penelitian
menunjukkan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajarn agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal
ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebagai berikut, sebelum
dilaksanakan tindakan adalah sebesar 40,62% yang tuntas, dan belum
tuntas mencapai 59,37 %. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I
tingkat ketuntasan klasikal kelas meningakat sebesar 68,75 % dan
terjadi peningkatan lagi pada siklus II menjadi 87,62 %.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang membahas dan
menggunakan penelitian dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dan diskusi memperoleh hasil yang signifikan yang berarti dapat ditearpkan
diberbagai jenjang pendidikan dari SD, SMP, dan SMA. Hanya saja untuk jenjang
Sekolah Dasar hanya bisa diterapkan pada tingkat tinggi (kelas 4, 5, dan 6) karena
pada tingkatan tersebut siswa sudah bisa memahami pembelajaran yang diajarkan
oleh guru.
2. Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) SMA
PU Al-Bayan Putri Sukabumi
Dari hasil penelitian SMA PU Al-Bayan Putri merupakan salah satu SMA
yang berada di daerah Sukabumi. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang di

10
Anna Primadoniati, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Pendidi- Kan Agama Islam,” Didaktika, 9, no. 1 (2020): 77–97.

19
laksanakan SMA PU Al-Bayan Putri yaitu 6 hari sekolah karena belum diterapkan
Peserta didik masuk sekolah pada pukul 10.00 WIB. Pada jam pertama guru dan
siswa mengadakan pembiasaan islami setiap sebelum memulai pembelajaran.
Adapun kelas yang diteliti adalah kelas XI IPS. Dalam melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
terdapat beberapa tahapan yang dilalui:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap Perencanaan mencakup mempersiapkan hal-hal yang dapat
mendukung pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
yakni mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pelajaran
yang akan diajarkan, dan media pembelajaran, serta mempersiapkan buku dan alat
tulis yang ingin digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap Pelaksanaan Tindakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) saat pembelajaran saat dikelas XI IPS SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi
menurut catatan peneliti pada tanggal 04 April 2022 pukul 10.00 WIB, Materi
yang disampaikan adalah Akhlad Madzmumah (Akhlak yang Buruk). Langkah-
langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) melakukan kegiatan awal sebelum pembelajaran yaitu dengan memberi salam
kepada siswa, kemudian siswa menjawab salam dari guru.
2) Guru melanjutkan dengan berdoa bersama serta tadarus Al-Quran.
3) Selanjutnya guru melakukan presensi siswa, pada pertemuan ini di kelas XI
IPS siswa nya masuk semua berjumlah 23 siswa.
4) Guru menyampaikan informasi mengenai topik dan tujuan pembelajaran.
5) Kemudian guru memberikan apersepsi kepada peserta didik dengan
mengaitkan materi hari ini yaitu Akhlad Madzmumah (Akhlak yang Buruk).
6) Guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam
pertemuan hari ini dan beberapa pertemuan yang akan datang menggunakan
metode pembelajaran Problem Based Learning.
7) Guru menjelaskan cara penilaian bahwa untuk setiap kompetensi dasar akan
diadakan dengan nilai minimal 75.

20
8) Guru menjelaskan sedikit materi pembelajaran mengenai Akhlad
Madzmumah (Akhlak yang Buruk).
9) Siswa diminta untuk memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang akan diberikan
oleh guru saat di sela-sela penjelasan materi saat guru melakukan tanya
jawab, hanya ada beberapa siswa saja yang merespon. Guru meminta siswa
untuk menjelaskan jawaban sendiri namun belum ada yang berani hingga
guru menunjuk salah satu siswa.
10) Selanjutnya guru membagi siswa untuk berkelompok yang terdiri dari 7-8
anggota per kelompok sehingga terdapat 3 kelompok pada satu kelas. Tiap-
tiap kelompok diminta memecahkan masalah masing-masing yang telah
diberikan oleh guru. Siswa melakukan kegiatan dengan antusias, saling
berdiskusi guna memecahkan masalah.
11) Guru berkeliling untuk memantau siswa agar seluruh siswa terlibat aktif
dalam kelompok. Guru juga membantu siswa yang bertanya atau mengalami
kesulitan. Permasalahan yang diberikan tiap kelompok berbeda dengan tara
kesulitan yang sama, agar setiap kelompok mempunyai tanggungjawab
masing-masing. Guru sesekali menegur siswa yang mengobrol dan tidak ikut
berdiskusi dalam kelompok.
12) Setelah siswa selesai melakukan diskusi, kegiatan selanjutnya yaitu
presentasi. Setiap kelompok diberikan kesempatan mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, dan bagi siswa yang belum mendapat giliran untuk
presentasi diminta untuk memperhatikan dan mencatat poin penting. Setelah
kelompok selesai presentasi, kelompok lain diminta untuk memberikan
tanggapan dengan bertanya atau menyanggah dari hasil diskusi.
13) Guru memberikan apresiasi terhadap kelompok yang sudah
mempresentasikan hasil diskusinya kemudian guru memberikan masukan
terhadap beberapa materi yang masih terdapat kekurangan. Pada akhir
pertemuan, guru melakukan evaluasi dengan memberikan kuis/pertanyaan
mengenai materi yang didapatkan melalui diskusi. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui pemahaman siswa dan juga menilai sikap sosial yaitu poin

21
kejujuran. Selanjutnya guru bersama-sama siswa mengulas dan
menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari. Guru juga menyampaikan
informasi tentang topik pembelajaran selanjutnya. Pertemuan ditutup dengan
membaca hamdalah bersama-sama dan guru memberikan salam.
3. Kendala yang dihadapi dalam Implementasi Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) di SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi
Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka dapat diketahui bahwa guru
menghadapi berbagai kendala dalam menerapkan Problem Based Learning (PBL)
di SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi. Hasil observasi menunjukkan terdapat
beberapa kegiatan yang belum maksimal dilakukan, Kendala yang dihadapi guru
dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Kendala- kendala tersebut antara lain:
1. Kendala dalam pembagian kelompok dikarenakan siswa dan siswi ingin
menentukan kelompok sendiri sehingga ada beberapa siswa yang tidak
memiliki kelompok.
2. Terkendala guru kurang paham tentang sintak yang ada pada model
pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak berjalan sempurna sesuai sintak
model dan langkah kegiatan pembelajaran, dan kurang mengingat setiap fase
pada sintak model pembelajaran sehingga saat proses pembelajaran tiap fase
tidak dilakukan secara berurut.
3. Terkendala dalam mengarahkan siswa bekerjasama dalam kelompok, hanya
beberapa siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru EL
menyatakan bahwa “Saat melakukan pengawasan siswa saling berdiskusi dan
aktif belajar, akan tetapi pada saat guru mengawasi kelompok lain, beberapa
siswa yang tidak diawasi lagi akan berdiam diri dan tidak banyak
memberikan pendapat atau ide dalam diskusi kelompok”.
4. Beberapa kendala dalam menerapkan model pembelajaran problem besed
learning, Kendala-kendala tersebut antara lain guru dalam memberi
penjelasan kepada siswa tentang cara membuat laporan mengenai masalah
yang siswa temukan dikarena tidak semua siswa mendengar penjelasan guru

22
dengan baik, saat guru menanyakan kembali tugas apa harus dilakukan siswa,
banyak siswa yang terdiam dan kurang paham apa yang dijelaskan guru.
5. Guru terkendala untuk mengarahkan siswa dalam menyelesaikan tugas
berdasarkan permasalahan yang ditemukan. Adapun kendala yang dihadapi
oleh guru dalam pemberapan model pembelajaran Problem Based Learning
adalah terkendala dalam melakukan apersepsi dengan mengaitkan
pembelajaran hari ini dengan pembelajaran yang telah lalu yang dimana
terkendala dalam siswa secara kelompok menentukan proyek yang akan
dikerjakan.
6. Hanya beberapa kelompok yang menyediakan alat dan bahan percobaan,
sehingga dalam merancang tahapan penyelesaian proyek hanya beberapa
kelompok yang mengerjakan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir
pengelolahan. Penggunaan model pembelajaran ini mengarahkan guru untuk
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
7. Guru terkendala dalam mengarah siswa menyusun proyek secara
berkelompok dikarenakan kendala yang sama seperti guru lainnya sukar
untuk mengarahkan siswa yang kurang pintar untuk terlibat aktif dalam
penyususn proyek, siswa yang kurang pintar lebih banyak diam atau
mengganggu siswa kelompok lainnya.
Oleh karena idealnya melalui model pembelajaran selain siswa belajar
bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
Untuk mencapai kedua hal itu dalam proses pembelajaran memang bukan
pekerjaan yang mudah. Sehingga peranan guru sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran agar dapat mengarahkan siswa belajar secara maksimal.

BAB V

23
PENUTUP

A. Simpulan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah diterapkan
secara baik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas XI IPS di
SMA PU Al-Bayan Putri Sukabumi dan sesuai dengan teori, diantara tahap-tahap
penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah: orientasi
siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dalam mengimplementasikan sebuah model pembelajaran pasti ada
kendala yang dihadapi, baik kendala dari dalam maupun dari luar, karena
sejatinya model pembelajaran adalah sebuah cara yang dilakukan oleh seorang
guru dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicappai, maka dari itu peranan guru sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran agar dapat mengarahkan siswa belajar secara maksimal.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian tentang penerapan Problem Based
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA PU Al-Bayan
Putri Sukabumi, pada akhir penulisan ini penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Guru hendaknya meningkatkan kreativitas pembelajaran PBL untuk
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa aktif
mengikuti pembelajaran.
2. Guru hendaknya memanfaatkan waktu secara efisien dalam
pembelajaran PBL, sehingga pembelajaran dapat selesai sesuai waktu
yang telah direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

24
Anwar, Syarifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Aulia, Zahra Humaira, and Aep Saepuddin. “Efektivitas Model Problem Based
Learning Pada Mata Pelajaran PAI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Di SD Plus Nurul Aulia Cimahi The Effectiveness of Problem Based
Learning Model in Islamic Religious Education Subjects to Improve Student
Learning Out,” no. 1 (n.d.): 113–19.
Edy S, Dkk. “Effect of Problem Based Learning Toward Mathematical
Communication Ability and Self-Regulated Learning.” Journal of Education
and Practice Vol 9. No. (2014): 14–23.
Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
G, Polya. “How to Solve It (Second Edition).” United States of America:
Princeton University Press., 1973.
Huriah. Metode Student Center Learning Aplikasi Pada Pendidikan Keperawatan.
Jakarta: Prenadamedia Group., 2018.
Nurul R, Dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Brbasis Masalah (Problem Based
Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Siswa.ResearchGate:1- 10.” ResearchGate, 2017, 1–10.
Primadoniati, Anna. “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pendidi- Kan Agama Islam.” Didaktika,
9, no. 1 (2020): 77–97.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA., 2008

25

Anda mungkin juga menyukai