Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KURIKULUM
Dosen Pengampuh,

Nur Asbirayani Limatahu,S.Pd.,M.Si

Oleh :

Nama : Diki Ahmad Iskandar Alam

Npm : 03291911044

Kelas :B

Semester : V (Lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari pengertian kurikulum,
posisi kurikulum dalam pendidikan, dan proses pengembangan suatu kurikulum. Pembahasan
mengenai ketiga hal ini dalam urutan seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang
terhadap arti kurikulum menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan pada
gilirannya posisi tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.Ketiga pokok bahasan
itu dikemukakan dalam makalah ini dalam urutan seperti itu.
Kurikulum yang digunakan saat ini di Indonesia adalah kurikulum KTSP. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang
disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Namun, isu terhangat saat ini adanya penyempurnaan kurikulum KTSP menjadi
kurikulum 2013 yang mendapatkan pro dan kontra dari berbagai pihak baik dari kalangan
pendidikan maupun dari masyarakat umum. Kurikulum 2013 justru dianggap dapat memasung
kreativitas dan otonomi di bidang pendidikan karena kurikulum dan persiapan proses
pembelajaran akan disediakan dalam bentuk produk jadi (completely-built up product). Di sisi
lain, sebagian orang beranggapan justru dengan adanya kurikulum 2013 dapat memicu
pengembangan kompetensi siswa kearah yang lebih analisis dan tuntutan guru agar lebih kreatif
dan inovatif dalam pembelajaran karena guru dianggap mampu semua hal yang dapat membantu
siswa berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istilah Kurikulum  
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni curriculae, yaitu curir (pelari)
dan curere (tempat berpacu,) artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
 Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah merupakan satu bukti
bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya
seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya
mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat
penting untuk mencapai titik akhir dari suatu pelajaran yang ditandai oleh perolehan suatu ijazah
tertentu.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga
dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu
mengkaji konsep, asumsi, teori – teori dan prinsip- prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum
sebagai sistem menjelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem –sistem
lain, komponen – komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis
pendidikan, manajemen kurikulum dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap
beragam rencana dan rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. demikian pula dengan rancangan atau desain, terdapat desain berdasarkan konsep,
tujuan, isi, proses, masalah, dan kebutuhan siswa.
J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum planning for better
teaching and learning (1956). Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah
termasuk kurikulum.
Seperti halnya dengan definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada
dibawah tanggung jawab sekolah.
Menurut Daniel Tanner Dan Laurel Tanner Kurikulum adalah pengalaman pembelajaran
yang terarah dan terencana secara terstuktur dan tersusun melalui proses rekontruksi
pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada dibawah pengawasan lembaga
pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar.
Menurut Hilda Taba ( 1962 ) Pengertian kurikulum sebagai a plan of learning yang
berarti bahwa kurikulum ialah sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa yang
memuat rencana untuk peserta didik.
Menurut Crow And Crow Pengertian kurikulum adalah rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program
untuk memperoleh ijazah.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima
puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di America serikat.
Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama
artinya dengan rencana pelajaran.
Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan. Para
ahli-ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah yang lebih luas. Perubahan ini terjadi
karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin selalu memperbaiki.
Selain itu, yang mempengaruhi perubahan dari makna atau arti kurikulum adalah
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan dan
kebutuhan masyarakat. Untuk mengetahui perjalanan atau sejarah kurikulum yang ada di
Indonesia adalah sebagai berikut:
B. Sejarah Kurikulum di Indonesia

Tahun Kurikulum Keterangan


1947 Rencana Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di
Pelajaran 1947 Indonesia setelah kemerdekaan.
Istilah kurikulum masih belum digunakan.
Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana
Pelajaran
1954 Rencana Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum
Pelajaran 1954 sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947
1968 Kurikulum 1968 Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi
pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran,
seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang
ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies). Beberapa
mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam,
dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering
disebut Sains.
1975 Kurikulum 1975 Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang
sangat rinci.
1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 1975
1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 1984
2004 Kurikulum Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
Berbasis sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah
Kompetensi dijadikan uji coba dalam rangka proses
(KBK) pengembangan kurikulum ini
2008 Kurikulum KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena
Tingkat Satuan KTSP sesungguhnya telah mengadopsi KBK.
Pendidikan Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP
(KTSP) (Badan Standar Nasional Pendidikan).

C. Kurikulum Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau program
Paket A dan Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI
memiliki tujuan yang tidak sama dengan SMP/MTs baik dalam pengertian ruang lingkup kualitas
mau pun dalam pengertian jenjang kualitas. Oleh karena itu maka kurikulum untuk SD/MI
berbeda dari kurikulum untuk SMP/MTs baik dalam pengertian dimensi kualitas mau pun dalam
pengertian jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat
(3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a) Peningkatan iman dan takwa
b) Peningkatan akhlak mulia
c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan
e) Tuntutan pembangunan daerah dan nacional
f) Tuntutan dunia kerja
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h) Agama
i) Dinamika perkembangan global
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik
yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan
agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum
haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan
menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang
pendidikan (pasal 36 ayat (2).
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam
bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan bangsa di
masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, reformasi dari
system pemerintahan sentralistis ke system pemerintahan disentralisasi, pengembangan berbagai
kualitas bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat
kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca, sikap senang dan
kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup sehat dan fisik sehat, dan
sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan setiap jenjang
pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum.
Kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral
dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme dan esensialisme.
Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi dirinya dan hanya menjawab
tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan teknologi. Struktur kurikulum 2004 yang
memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran matematika, sains (untuk lebih mendekatkan
diri pada istilah yang dibenarkan oleh pandangan esensialis), dan teknologi dengan
mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia
dan daerah, serta bidang-bidang yang dianggap kurang “penting”. Alokasi waktu ini adalah
“construct” para pengembang kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yang
ada.
D. Landasan Pengembangan Kurikulum Dan Landasan Kurikulum K13

Secara umum, pengembangan kurikulum dikelompokkan dalam empat jenis landasan,


yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, serta landasan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Susilana, dkk.: 2006).

a. Landasan Filosofis 

Landasan filosofis mengandung arti bahwa pendidikan senantiasa aberhubungan dengan
manusia baik sebagai subjek, sebagai objek, maupun sebagai pengelola. Dengan demikian,
pendidikan senantiasa berintikan interaksi antarmanusia. Di dalam interaksi tersebut tentu saja
ada tujuan dan sasaran yang harus dicapai, ada materi atau bahan yang diinteraksikan, ada proses
yang ditempuh dalam menginteraksikannya, serta ada kegiatan evaluasi untuk mengetahui
ketercapaian proses dan hasilnya. Tentu saja untuk merumuskan dan mengembangkan setiap
aspek yang terkait dengan setiap dimensi kurikulum tersebut memerlukan jawaban atau
pemikiran yang mendalam dan mendasar atau dengan kata lain harus menggunakan pemikiran
filosofis.

Pendidikan sebagai ilmu terapan tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai
penunjang, dalam hal ini filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan
pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan (Susilana, dkk.:
2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan
hidup suatu bangsa maka tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan
falsafah hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat
erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai
contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat
berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah
Jepang maka orientasi kurikulum berpindah disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai
negara Jepang. Setelah kemerdekaan, kurikulum pendidikan secara utuh menggunakan Pancasila
sebagai dasar dan falsafah dalam pengembangannya.

Menurut Maclure dalam Wijaya, dkk. (1992) terdapat 6 acuan dimensi pendekatan
nasional dalam perkembangan kurikulum di suatu negara, yakni:

1) kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan dengan program
pendidikan
2) hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional dengan reformasi sosial
politik negara
3) mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan kurikulum yang ditempuh
4) mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum di sekolah
5) metode ke arah pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan
6) penelaahan derajat desentralisasi dari implementasi kurikulum di sekolah.

b. Landasan Psikologis

Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan dan kematangan. Lingkungan yang dimaksud dapat berasal dari proses pendidikan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam pendidikan tentu saja berkaitan dengan
proses perubahan yang terjadi pada peserta didik. Dengan adanya kurikulum diharapkan
perubahan yang terjadi pada peserta didik dapat membentuk kemampuan atau kompetensi aktual
maupun potensial.

Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan perkembangan merupakan


kajian dari psikologi perkembangan. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum harus
senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik maka
landasan psikologi mutlak harus menjadi dasar pengembangan kurikulum. Perkembangan-
perkembangan yang dialami oleh peserta didik, pada umumnya diperoleh melalui proses belajar.
Guru/pendidik harus selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan peserta didik. Cara
belajar dan mengajar yang dapat memberikan hasil optimal tentu memerlukan pemikiran yang
mendalam, yaitu dilihat dari kajian psikologi belajar (Susilana, dkk.: 2006).

Anak adalah pribadi yang unik harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri dan memiliki perbedaan dan juga
persamaan. Implikasinya adalah:

1) setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan
kebutuhannya
2) di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari
setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran yang sesuai dengan minat anak;
3) kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan, juga menyediakan
bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi
kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya
4) kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan
keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.

Implikasi lain dari perkembangan anak terhadap proses pembelajaran menurut Susilana,
dkk. (2006) adalah:
1) tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada perubahan
tingkah laku peserta didik
2) bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak,
bahan tersebut mudah diterima oleh anak
3) strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
4) media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak
5) sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan
dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus-menerus.

Pada hakikatnya, pandangan tentang seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh aliran
psikologi belajar. Pada perkembangannya, psikologi belajar atau teori belajar ini memuat
berbagai aliran, misalnya teori Disiplin Mental atau teori Daya, Behaviorisme, dan
Perkembangan Mental. Pengaruh dari teori belajar terhadap proses belajar seseorang akan
dibahas secara khusus dalam prinsip-prinsip belajar.

c. Landasan Sosiologis

Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya
manusia, dibina, dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya serta dipupuk kemampuan
dirinya menjadi manusia (Susilana, dkk. 2006).

Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang
berpikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, dalam mengembangkan suatu
kurikulum perlu memahami kebudayaan. Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum
terdata dalam satu masyarakat, meliputi keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan,
cara berpikir, dan kesenian. Pengembangan kurikulum yang dilandasi oleh hal tersebut sifatnya
umum, artinya berlaku bagi kehidupan masyarakat.

d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan
ada tiga, yaitu logika, estetika, dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai
yang bersumber pada logika (pikiran). Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia maka kehidupan manusia
semakin luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.

Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak
didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Dalam konteks inilah
kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan
masyarakat. Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi
kurikulumnya saja, melainkan juga segi strategi pelaksanaannya. Oleh karena itu, guru, pembina,
dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa
yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupannya di masyarakat.

Calhoun, Light, dan Keller (Susilana, dkk.: 2006) merinci 7 fungsi sosial pendidikan
yang patut diperhatikan oleh para pendidik, yakni:

1) mengajar keterampilan
2) mentransmisikan budaya
3) mendorong adaptasi lingkungan
4) membentuk kedisiplinan
5) mendorong bekerja berkelompok
6) meningkatkan perilaku etik
7) memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

maka disusunlah kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan kurikulum


sebelumnya. Kurikulum 2013 ini dirancang berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis,
landasan teoretis, dan landasan empiris.

a. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis Kurikulum adalah Pancasila dan UUD 1945, UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi lulusan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang isi.

b. Landasan filosofis

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

c. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan
berbasis kompetensi.

d. Landasan empiris

Kurikulum merupakan proses totalitas pengalaman peserta didik di satu satuan jenjang
pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana.
E. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013

No KTSP Kurikulum2013
1 Mata pelajaran tertentu mendukung Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi tertentu kompetensi (Sikap, Keteampilan,
Pengetahuan)
2 Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan
sendiri dan memiliki kompetensi dasar yang lain dan memiliki kompetensi  dasar
sendiri yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
3 Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain
lain (sikap dan keterampilan berbahasa)
4 Tiap mata pelajaran diajarkan dengan Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan berbeda pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar…
5 Tiap jenis konten pembelajaran Bermacam jenis konten pembelajaran
diajarkan terpisah diajarkan terkait dan terpadu satu sama
lainKonten ilmu pengetahuan diintegrasikan
dan dijadikan penggerak konten pembelajaran
lainnya
6 Tematik untuk kelas I-III (belum Tematik integratif untuk kelas I-III
integratif)
7 TIK mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana pembelajaran,
dipergunakan sebagai media pembelajaran
mata pelajaran lain
8 Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledge
9 Untuk SMA ada penjurusan sejak Tidak ada penjurusan SMA. Ada mata
kelas XI pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat
10 SMA dan SMK tanpa kesamaan SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib
kompetensi yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
11 Penjurusan di SMK sangat detil Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai
bidang studi, didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan

BAB II
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa kurikulum


ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah.

Dalam hal ini, ijazah merupakan satu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum
yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
pelajaran yang ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

Daftar Pustaka
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).
Muslam, Pengembangan Kurikulum PAI, (Semarang: PKPI2,2003).
Nana Syaudih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
Rosdakarya, 2007).
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MPMT5204-M1.pdf
http://ibnu-soim.blogspot.com/2014/10/bab-i-berbagai-pandangan-tentang.html?m=1
https://media.neliti.com/media/publications/136807-ID-analisis-perbedaan-antara-kurikulum-
ktsp.pdf

http://lestarysnote.blogspot.com/2016/03/membandingkan-kurikulum-ktsp-dan.html

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai