Anda di halaman 1dari 32

KURIKULUM

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SD
Dosen Pengampu: Ikha Listiyarini, S.Pd., M.Pd.

Oleh :

Nurus Sa’adah 12120060


Triaji
Lisa Aprillia 12120068
Riskha Anisya Dewi 12120071

Ida Hikmalia 12120074


Rizka Laily Choirruly 12120096

Rosalina Tri Septi Wulandari 12120490

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses
pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan terlihat tidak
teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum,
khususnya di Indonesia.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan
cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan
bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan
dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah
dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan
yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah:
a. Bagaimana kajian kurikulum itu?
b. Apa saja macam-macam kurikulum yang ada di Indonesia?
c. Bagaimana pengembangan Kurikulum 2013?
d. Apa saja landasan pengembangan kurikulum 2013?
e. Apa tujuan pengembangan kurikulum 2013?
f. Apa Kurikulum 2013 berbasis kompetensi itu?
g. Apa saja komponen-komponen kurikulum?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui:
a. Kajian kurikulum itu
b. Macam-macam kurikulum yang ada di Indonesia
c. Pengembangan Kurikulum 2013
d. Landasan pengembangan kurikulum 2013
e. Tujuan pengembangan kurikulum 2013
f. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi itu
g. Komponen-komponen kurikulum

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Memaparkan tentang kurikulum
2. Sebagai wacana bagi pembaca khususnya mahasiswa Universitas PGRI
Semarang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KAJIAN KURIKULUM

Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dan digunakan dalam


bidang olahraga. Secara etimilogis curriculum yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu curir yang berarti “pelari” dan curere yang berarti “tempat
berpacu”. Jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi kuno mengandung
pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start
sampai finish. Baru pada tahun 1855, istilah kurikulum dipakai dalam bidang
pendidikan yang mengandung arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan
tinggi. Dalam kamus Webster kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu :

a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid


disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau departemen.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum


dapat dilihat dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 (SISDIKNAS) pasal
1 ayat 9, ialah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Berkaitan dengan pengertian kurikulum, terdapat beberapa istilah yang


berhubungan dengan kurikulum yaitu sebagai berikut :

3
a. Kurikulum ideal, berarti kurikulum yang berisi suatu yang baik, yang
diharapkan atau dicita-citakan, sebagaimana dimuat dalam buku
kurikulum.
b. Kurikulum aktual, artinya apa yang terlaksana dalam proses
pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum yang
direncanakan atau diprogramkan. Kurikulum aktual ini seyogyanya
sama dengan kurikulum ideal.
c. Hidden curiculum atau kurikulum tersembunyi. Kurikulum ini terjadi
dari segala sesuatu yang mempengaruhi mungkin dari pribadi guru,
dari siswa sendiri, dari staff pegawai sekolah/madrasah, kepala
sekolah/madrasah, atau seperti suasana tempat sekolah/madrasah itu
berada. Kurikulum tersembunyi ini terjadi ketika berlangsungnya
kurikulum ideal atau dalam kurikulum aktual. Sebagai contoh:
kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, akan
menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada
pembentukan kepribadian peserta didik. Kurikulum tersembunyi ini
sangat kompleks, sehingga sukar diketahui dan dinilai.
d. Kurikulum dan pembelajaran. Kurikulum menunjukan kepada suatu
niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program
pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru disekolah. Isi kurikulum
adalah pengetahuan ilmiah, kegiatan pengalaman belajar yang disusun
sesuai dengan taraf perkembangan ideal, apabila dilaksanakan atau
ditransformasikan oleh guru kepada siswa kedalam suatu kegiatan
proses belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran
suatu mata pelajaran adalah operasionalisasi dari kurikulum
(kurikulum aktual).
e. Scope, ialah ruang lingkup keluasan atau kedalaman materi, bahan atau
pokok bahasan suatu mata pelajaran atau bidang studi yang akan
dipelajari siswa pada pertemuan, kelas/tingkat, atau jenjang pendidikan
tertentu.

4
f. Sequence, ialah urutan penempata materi, bahan atau pokok bahasan
suatu mata pelajaran atau bidang studi yang akan dipelajari siswa pada
tingkat kelas dan jenjang pendidikan tertentu.

B. MACAM – MACAM KURIKULUM


Perkembangan kurikulum di Indonesia diturunkan dari buku Lima
Puluh Tahun Pendidikan Indonesi yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional tahun 1996. Kurikulum Indonesia setelah merdeka
pada tahun 1945 telah mengalami beberapa perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan tahun 2006.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan
iptek.
Kurikulum sebagai salah satu instrumental input dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua kurikulum
nasional dikembangkan mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan
UUD 1945, perbedaan tiap kurikulum terletak pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan dan pendekatan dalam mengimplementasikan
kurikulum tersebut.
Adapun penjelasan dari macam–macam kurikulum di Indonesia
sebagai berikut :
a. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum yang pertama kali muncul setelah Indonesia merdeka
disebut rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda Leer plan.
Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis; dari orientasi
pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Rencana Pembelajaran 1947 merupakan
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi

5
pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi
semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit
merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-
hari serta memberikan perhatian terhadap pendidikan kesenian dan
pendidikan jasmani. Rencana Pelajaran 1947 baru secara resmi
dilaksanakan disekolah-sekolah mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum
ini memuat dua hal pokok : daftar mata pelajaran dan jam
pelajarannya, diserta dengan garis-garis besar pengajaran.
b. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini,
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih
merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana
Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam
kegiatan mengajar di sekilah dasar. Didalamnya tercantum jenis-jenis
pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah,
seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu
Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah. Pelajaran Bahasa
Indonesia baru diberikan sejak kelas tiga dan terbagi atas : bercakap-
cakap, membaca, bahasa dan mengarang. Dalam pelajaran Bahasa
Daerah diberikan pelajaran membaca dalam huruf daerah seperti huruf
jawa bagi murid di pilau Jawa dimulai sejak kelas dua tengah tahun
kedua. Pelajaran berhitung terbagi atas hitung angka, ilmu bangun dan
mencongkak, sedangkan pelajaran Ilmu Hayat terbagi atas Ilmu
Tubuh Manusia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan dan Ilmu Hewan.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari krikulum 1952 ini bahwa

6
setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas
sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964
Di penghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang tahun
1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di
Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau
Kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikum 1964 yang menjadi
ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawaedhana (Hamalik, 2004).
Fokus kurikulum 1964 ini pada pengembangan Pancawardhana,
yaitu ; a) Daya Cipta, b) Rasa, c)Karsa, d) Karya , dan e) Moral. Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (ketrampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.
d. Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum 1964
dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim
Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama.
Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari
Pancawaedhana dan menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, Pengetahuan
Dasar dan Keckapan Khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat
kurikulum ini pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
disetiap jenjang pendidikan.

7
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulu 1968 diarahkan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani,moral,budi pekerti,
dan keykinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.
e. Kurikulum 1975/1976
Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum
1975/1976 untuk SD,SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976
untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan
(STM, SMEA)
Latar belakang kurikulum 1975/1976 sebagai pedoman pelaksanaan
pengajaran disekolah antara lain:
a) Sejak tahuan 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan
yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang
mempunyai dampak baru terhadap program pendidikan nasional.
b) Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka
pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga
diperlukan peninjauan terhadap Kurikulm 1968 tersebut agar
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
f. Kurikulm 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara umum dasar perubahan Kurikulm 1975 ke kurikulm 1984
antara lain :
a) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang
studi dengan kemampuan anak didik.

8
c) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah.
d) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir
disetiap sekolah.
e) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat
kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk
Pendidikan Luar Sekolah.
f) Pengadaan Program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
g. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiaannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
cukup banyak.
h. Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004
Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi kurikulum 2002
sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan
sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No.22 dan 25 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-
tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
Kurikulum Berbasisi Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.

9
(b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
(c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
(d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
(e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
i. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta efisien manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam
program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya
melalui olah pikir, olah hati, dan olah raga agar memiliki daya saing
dalam menghadapi tantangan global.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diturunkan kedalam sejumlah peraturan antara
lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, yaitu:

(a) Standar isi


(b) Standar proses
(c) Standar kompetensi kelulusan
(d) Standar pendidik dan tenaga kependidikan
(e) Standar sarana dan prasarana
(f) Standar pengelolaan, standar pembiayaan
(g) Standar penilaian pendidikan.

C. PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

10
Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 dalam suatu
sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman.
Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa
kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut (diadaptasi
dari materi sosialisasi Kurikulum 2013)
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan
dengan banyaknya mata pelajaran.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai
dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta
didik (pengetahuan, ketrampilan dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadran lingkungan,
pendekatan dan metode pembelajaran kontruktivistik, keseimbangan
soft skiil and hard skill, serta kewirausahaan, belum terakomodasi di
dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan
sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran sering mengarah kepada pembelajaran
yang berpusat kepada guru.
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi,
serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan
secara berkala.
Adapun penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum 2013 dengan
kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 antara lain :
a. Kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006
(a) Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

11
(b) Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran
(Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci
menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran.
(c) Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentuk
ketrampilan, dan pembentuk pengetahuan.
(d) Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran.
(e) Mata pelajaran lepas dengan yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah.
b. Kurikulum 2013
(a) Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan.
(b) Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran.
(c) Semua mata pelajaran harus dikontribusi terhadap pembentukan
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
(d) Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
(e) Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).

D. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013


Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis dan
konseptual sebagai berikut :
1. Landasan Filosofis
a. Filosofis Pancasila yang memberikan serbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.
b. Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
2. Landasan Yuridis
a. RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi Pembelajaran Dan Penataan Kurikulum.
b. PP No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

12
c. INPRES Nomor 1 Tahun 2010, Tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaranh aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.

3. Landasan Konseptual
a. Relevansi pendidikan ( link and macth).
b. Kurikulum berbasis konseptual dan karakter.
c. Pembelajaran konseptual (contextual teaching and learning).
d. Pembelajaran aktif (student active learning).
e. Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.

E. TUJUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013


Seperti yang dikemukakan diberbagai media massa, bahwa melalui
pengembangan Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum
difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa
paduan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dapat didemonstrasikan peserta
didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara
konstektual. Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar
peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan
penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari.
Oleh karena itu peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan
kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil
belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui
penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai
prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter
berikutnya.
Mengacu pada penjelasan UU No.20 Tahun 2003, bagian umum
dikatakan, bahwa : “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam

13
undang-undang ini meliputi :......., 2. Pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi,.....” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa
“Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan
untuk “Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu.”
Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek
lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran,
dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan pada proses
penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi
berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output
secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan perubahan jam pelajaran.

F. KURIKULUM 2013 BERBASIS KOMPETENSI


Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge): yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan belajar, dan melakukan pembelajaran terhadap peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman (understanding): yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik
dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
3. Kemampuan (skill): adalah sesuetu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya
kemampuan guru membuat alat peraga sederhana untuk memberi
kemudahan belajar kepada peserta didik.

14
4. Nilai (value): adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyat dalam diri seseorang. Misalnya standar
perilaku guru dalam pembelajaran( kejujuran, keterbukaan, demikratis
dan lain-lain).
5. Sikap (attitude): yaitu perasaan (senang–tidaksenang, suka–tidak suka)
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya
reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gajih
dan sebagainya.
6. Minat (interest): adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan
sesuatu.

Berdasarkan analisis kompetensi di atas, Kurikulum 2013 berbasis


kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang
menenkankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaaan terhadap seperangakat
kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan,nilai, sikap dan minat peserta didik,
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

G. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Kurikulum merupakan suatu sistem, memiliki komponen-komponen
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu komponen (1)
tujuan, (2) isi/bahan ajar, (3) strategi atau model, (4) organisasi dan (5)
evaluasi. Komponen- komponen tersebut baik secara sendiri0sendiri maupun
secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya mengembangkan
sistem pembelajaran.
a. Tujuan Kurikulum
Dalam kurikulum atau pembelajaran, tujuan memegang peranan
penting, karena tujuan akan mengarahkan semua kegiatan pembelajaran

15
dan memberi warna setiap komponen kurikulum lainnya. Tujuan
kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal, yaitu; (1) perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat, (2) didasari oleh pemikiran-
pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama
falsafah negara. Tujuan pendidikan terbagi dalam beberapa kategori
yaitu tujuan pendidikan umum dan khusus, tujuan jangka panjang,
menengah dan jangka pendek.
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut suatu bangsa. Bahkan
rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 tujuan
pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan
menjadi empat yaitu:
1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh
setiap usaha pendidikan. Tujuan pendidikan umum dirumuskan
dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup
dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam
bentuk undang-undang. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 pasal 3 dinyatakan dengan jelas tujuan pendidikan nasional
bersumber dari sistem nilai Pancasila berfungsi mengembangkan
kemampuan dan bentuk watak serta peradapan bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
pendidikan nasional merupakan tujuan jangka panjang yang menjadi

16
dasar dari segala tujuan pendidikan nasional baik pendidikan formal,
informal maupun pendidikan nonformal.
2) Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara
untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar
kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang
pendidikan tinggi.
3) Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga
pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat
mendukung diarahkan untuk dapat mencapai tujuan institusional.
4) Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler,
dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik setelah mereka mempelajari materi pelajaran tertentu
dalam mata pelajaran tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena
hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami
karakteristik peserta didik yang akan melakukan pembelajaran
disuatau sekolah atau madrasah, maka menjabarkan tujuan
pembelajaran adalah tugas guru.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai


penyempurna dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) kategori tujuan
terdiri dari: (1) Tujuan pendidikan nasional, (2) Tujuan pendidikan
satuan pendidikan, (3) Standar kompetensi, (4) Kompetensi dasar, dan
(5) Indikator.
Standar kompetensi adalah ukuran kemampuan minimal yang
mencakup kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak untuk jenjang, kelas
dan semester tertentu. Kompetensi dasar adalah kemampuan-kemampuan

17
pokok yang membentuk kompetensi atau tercakup dalam kompetensi
yang distandarkan atau ukuran kemampuan minimal. Indikator adalah
penanda minimal penguasaan kompetensi atau kompetensi dasar yang
lebih spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk meniali ketercapaian
hasil pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, kompetensi dasar dan indikator
lebih diutamakan, karena lebih jelas, mudah dan terukur pencapaiannya.
Dalam merencanakan pembelajaran, guru menjabarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar ke dalam indikator yang bersifat
operasional (teramati atau terukur).
Tujuan pembelajaran dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan
perilaku yang menjadi sasarannya. Gagne (1975) mengemukakan lima
kategori tujuan atau hasil belajar berupa kapabilitas yaitu (1) informasi
verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) strategi
afektif, (5) keterampilan gerak.

Menurut Benyamin S. Bloom, dalam bukunya yang berjudul


Taxonomy of Educational Objectives, handbook I: Cognitive Domain
yang terbit pada tahun 1956, bahwa taksonomi tujuan pendidikan yang
berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir
seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada domain kognitif menurut benyamin S. Bloom terdiri dari enam
tingkatan atau tataran yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan
kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah
dipelajarinya (recall). Kemampuan pengetahuan ini merupakan
kemampuan taraf yang paling rendah. Kemampuan dalam tataran
pengetahuan ini dapat berupa: Pertama, pengetahuan tentang sesuatu
yang khusus; pengetahuan tentang fakta. Pengetahuan mengingat fakta
semacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih

18
tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/prosedur atau cara suatu proses
tertentu.

2. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memberi arti pada suatu objek
atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin
terjadi apabila didahului oleh sejumlah pengetahuan (knowledge). Oleh
sebab itu, pemahaman lebih tinggi tingkatnnya dari pengetahuan.
Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan
dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau
kemampuan mengungkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan
pemahaman ini bisa merupakan kemampuan menerjemahkan menafsirkan
ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan menjelaskan yakni
kesanggupam untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu,
pemahaman menafsirkan sesuatu, dan pemahaman ekstrapolasi.
3. Penerapan (Application)
Penerapan adalah kemapuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
prosedur ada sistuasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan
kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan
dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan
mengamplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti
teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide dan lain sebagainya kedalam
sesuatu yang lebih konkrit.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau mengiris-iris suatu
bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan
antara bagian bahan ini. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang
kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang
telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis
berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis

19
diperuntukkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk para siswa
tingkat atas.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun atau meramu bagian-
bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan
tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dan berbagai informasi yang
tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu
menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sistesis adalah kemampuan
menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh.
Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan
memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya.
Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat
rendah; sedangkan tiga tingkatan berikutnya yaitu analisis, sintesis, dan
evaluasi merupakan tingkatan tujuan kognitif tingkat tinggi.
Ada empat macam dimensi pengetahuan dalam taksonomi Bloom
yang telah direvisi, yaitu; (1) pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan yang
berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar
yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan
tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail, (2)
pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling
keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalm struktur yang lebih besar dan
semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran
dan teori, (3) pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang
baru, dan (4) pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan
tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.

b. Isi atau Bahan Ajar

20
Isi atau bahan ajar adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada siswa
sebagai pemelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Isi
kurikulum meliputi mata-mata pelajaran yang harus dipelajari siswa dan isi
program masing-masing mata pelajaran tersebut. Jenis-jenis mata pelajaran
ditentukan atas dasar tujuan institusional atau tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan (sekolah/madrasah/pondok pesantren dan lembaga
pendidikan lain yang bersangkutan).
Mata-mata pelajaran yang berisi materi-materi pokok dan program yang
ditawarkan kepada siswa untuk dipelajari pada hakikatnya adalah isi
kurikulum atau ada pula yang menyebutnya dengan silabus. Dalam silabus
terdapat tujuan kurikuler (standar kompetensi), tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar), indikator dan materi pokok/pembelajaran beserta
uraiannya. Uraian materi pokok inilah yang dijadikan dasar penentuan dan
pengambilan materi ajar dalam setiap kegiatan pembelajaran dikelas oleh
guru. Penentuan pokok-pokok bahasan atau materi pokok didasarkan atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator.
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam
menentukan isi materi ajar atau isi kurikulum anatara lain:
1. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi
perkembangan siswa.
2. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan
sosial.
3. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan
ilmiah yang tahan uji.
4. Isi kurikulum dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan.
Materi ajar pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan
dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran
terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh
siswa dalam proses pembelajaran.

21
2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap
satuan pelajaran.
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Hilda Taba (1962) mengemukan kriteria untuk memilih isi materi
kurikulum, yaitu:
1. Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan
muktahir.
2. Relevan dengan kenyataan sosial dan kultur agar anak lebih
memahaminya.
3. Materi harus seimbang anatara keluasan dan kedalaman.
4. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
5. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
6. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam
pembelajaran.
2. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hierarki tujuan pendidikan.
Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1. Teori: seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungn anatara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep: suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.
3. Generalisasi: kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip: yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

22
5. Prosedur: yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta: sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah: kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan
untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi: penjelasantentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10. Peporsisi: cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

c. Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang
sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran
menurut T. Rakjoni (1979) sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-
siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian diatas ada dua hal yang perlu dicermati, yaitu:
1) Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2) Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi

23
yang telah ditetapkan. Dalam satu strategi pembelajaran digunakan
beberapa metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation acheving
something, sedangkan metode adalah a way in acheving something.

Istilah lain yang sering dipertukarkan adalah pendekatan (approach).


Pengertian pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran.
Roy Killer (1998) mengemukakan ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu 1) pendekatan yang berpusat pada guru (teacher
centered approach) dan 2) pendekatan yang berpusat pada siswa (student
centered approach), sedangkan Rowntree (1974), membagi strategi
pembelajaran terdiri atas: 1) Strategi Expositori dan Strategi Discovery
Learning, 2) Strategi Groups dan Individual Learning. Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pembelajaran secara optimal. Misalnya, ceramah diselingi tanya jawab.
Strategi pembelajaran discoveri (penemuan) adalah strategi
pembelajaran yang mengatur pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak melalui pemberitahuan,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Strategi pembelajaran discoveri
berangkat dari suatu pandangan bahwa siswa sebagai subjek di samping
sebagai objek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Strategi pembelajaran discoveri diartikan pula sebagai proses mental dimana
siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut
seperti mengamati, menggolongkan membuat dugaan (hipotesis),
menjelaskan, mengukur membuat simpulan dan sebagainya. Dalam strategi
pembelajaran ini siswa dibiarkan menemukan sendiri, sedangkan guru
hanya membimbing dan memberikan instruksi. Tiga ciri utama menemukan

24
yaitu 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat pada siswa;
3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri:
kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan siswa yang bersangkutan. Bahan
pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
Contoh strategi pembelajaran individual adalah belajar melalui modul, atau
belajar bahasa melalui kaset audio. Berbeda dengan strategi pelajaran
individual, belajar kelompok (group learning) dilakukan secara beregu.
Sekelompok siswa dibelajarkan oleg seseorang atau beberapa orang guru.
Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau
pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil semacam buzz group. Strategi belajar kelompok tidak
memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap
sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang
memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki
kemampuan yang biasa-biasa saja. Sebaliknya, siswa yang memiliki
kemampuan kurang, akan merasa tersisihkan oleh siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi.
Adapun strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan
bagaimana kurikulum itu dilaksanakan di sekolah dan di madrasah.
Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara
nyata di sekolah dan di madrasah, sehingga mampu mengantarkan peserta
didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan
mencapai hasil yang optimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu
yang baik bagi peserta didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum
meliputi pedoman pembelajaran, penilaian, bimbingan dan konseling dan
pengaturan dan pengelolaan kegiatan sekolah.

d. Organisasi Kurikulum

25
Adanya berbagai pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum
memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorganisasikan kurikulum.
Sekurang-kurangnya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum,
yaitu:
1. Mata pelajaran terpisah (separeted subject); kurikulum terdiri dari
sejumlah mata pelajaran mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang
diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran
lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik,
semua materi diberikan sama.
2. Mata pelajaran berkolerasi; kolerasi diadakan sebagai upaya untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata
pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok
materi pelajaran yang saling berhubungan untuk memudahkan peserta
didik memahami pelajaran tertentu.
3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi yang berupa peleburan
beberapa mata pelajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama
serta difungsikan dalam satu bidang pengajaran atau bidang studi. Salah
satu mata pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran
lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program
kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik,
bukan pada mata pelajaran
5. Inti masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit
masalah , masalah-masalh diambil dari suatu mata pelajaran tertentu,
dan mata pelajaran lainnya diberikan melaui kegiatan-kegiatan belajar
dalam uapaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran
yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6. Electic program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan
antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan
peserta didik.

26
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian
tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau belum dan
digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang pelaksanaan
pembelajaran, keberhasilan siswa, guru dan proses pembelajaran.
(1) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan-tujuan
khusus yang telah ditentukan diadakan suatu evaluasi. Evaluasi ini juga
disebut evaluasi hasil pembelajaran. Dalam evaluasi ini disusun butir-butir
soal untuk mengukur pencapaian setiap tujuan yang khusus atau indikator
yang telah ditentukan. Menurut lingkup luas bahan dan jarak waktu belajar
dibedakan atau evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif ditunjukkan untuk menilai penguasaan siswa terhadap
tujuan-tujuan pembelajaran dalam rangka waktu yang relatif pendek. Tujuan
utama dari evaluasi formatif sebenarnya lebih besar ditunjukan untuk
menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan atau kompotensi yang
lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama,
satu semester, satu tahun atau selama jenjang pendidikan. Evaluasi sumatif
mempunyai fungsi yang lebih lua daripada evaluasi formatif (Nana Syaodih,
2000).
(2) Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen yang dievaluasi dalam pembelajaran bukan hanya hasil
belajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi evaluasi
komponen tujuan pembelajaran, materi pelajaran, strategi atau metode
pembelajaran serta komponen evaluasi pembelajaran itu sendiri.
Stufflebeam dkk. (1967) menggunakan model CIPP. Model evaluasi ini
paling banyak diikuti oleh para evaluator, karena model evaluasi ini lebih
kompehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya.

27
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented
evaluation approach structure). Tujuannya adalah untuk membantu
admistrator (kepala sekolah dan guru) di dalam membuat keputusan. Berikut
ini akan dibahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi:
context, input, process, product.
a) Evaluasi konteks (context evaluation)
Tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang
diperlukan. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa,
evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani, dan tujuan proyek.
b) Evaluasi Masukam (Input Evaluation)
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
masukan. Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan
sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan
strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1) sumber daya
manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3) dana atau anggaranm dan 4)
berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Menurut Stufflebeam (1967)
bahwa pertanyaan yang berkenaan denagan masukan mengarah pada
pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang
bersangkutan.
c) Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi
rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses
meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam
praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk

28
mengetahui sampai seberapa jauh rencana telah diterapkan dan komponen
apa yang perlu diperbaiki. Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses
dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan
dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung
jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP,
evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanankan
di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

d) Evaluasi Hasil (Product Evaluation)


Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek
atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan,
akhir, dan modifikasi program. Sementara itu Farida Yusuf (2000)
menjelaskan, bahwa evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan
selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang
dilakukan setelah program itu berjalan.
Dari pendapat diatas dapat ditarik simpulan bahwa, evaluasi produk
merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian atau
keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan
atau memberikan rekomendasi kepa yang dievaluasi, apakah suatu program
dapat dilanjutkan, dikembangkan, modifikasi, atau bahkan dihentikan.

29
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan
belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang
berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki.
Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari
institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar.
Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama
atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling
berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah
kurikulum sebagai suatu sistem.
Pengembangan kurikulum haruslah memperhatikan prinsip-prinsip
kurikulumnya yang terdiri dari tujuh prinsip pengembangan kurikulum antara
lain: relevansi, efektivitas, efisiensi, fleksibilitas, kontinuitas, objektifitas dan
demokrasi.

B. Saran
Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan kebutuhan
kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah
atau lembaga pendidikan menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai dengan
keadaan lingkungan sekolahnya, karena sesuai dengan ketetapan pemerintah

30
kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), maka sudah selayaknya pihakpengembang kurikulum mengembagkan
kurikulum sesuai dengan potensi daerahnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya
Sudharto, dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: FIP IKIP PGRI
Subhan (2013). Makalah Kurikulum Pendidikan. From
http://subhaniain.wordpress.com/2013/11/22/kurikulum-pendidikan/. 05
Oktober 2014 pukul 18:44

31

Anda mungkin juga menyukai