Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN KURIKULUM

KURIKULUM SMP Tahun 1984 dan 1994

Di susun oleh:
Ika Della Septiana (0610047112)
Muhammad Khirzurrohman (0610047911)
Noor Fauziyyah (0610049212)
Slamet Farichin (0610051311)

PMTK VI C / Sore

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2014

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
a. Kurikulum 1984
Latar belakang perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung
ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di
sekolah.
4.

Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap


jenjang.

5.

Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai


bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak
sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar
Sekolah.

6.

Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi


kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 dianggap ada

ketidaksesuaian antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu


pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975. Oleh karena
itu, diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai
perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975.

Kurikulum SMP 1984 ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 02091U/1984 tanggal 2 Mei 1984 yang
disempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0486/U/1984 tanggal 26 Oktober 1984, dan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0261a/U/1985 tanggal 29 Juni 1984.
Adapun landasan penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut :
Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia
seutuhnya dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti
yang tercantum pada Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983.
Penyelenggaraan pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan
dan perubahan masyarakat yang sedang membangun dengan kemajuan
ilmu dan teknologi. Hal ini membawa konsekuensi perlunya perbaikan
dan penyempumaan kurikulum.
Fakta empirik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik
berdasarkan penilaian kurikulum, studi maupun hasil survei diperoleh
penilaian terhadap kurikulum Sekolah Menengah Umum Tingkat
Pertama (SMP) yang telah dilaksanakan pada tahun 1981, telah
ditemukan beberapa permasalahan, antara lain adanya unsur-unsur
baru dalam GBHN 1983, yang perlu ditampung dalam kurikulum, yaitu:
1. adanya kesenjangan antara program kurikulum dan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan;
2. belum sesuainya materi kurikulum berbagai mata pelajaran
dengan taraf kemampuan belajar siswa; dan
3. terlalu saratnya materi pelajaran tertentu.
b. Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar

dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena
berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya
ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi
(isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai
mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran
yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah
dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi
pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
1.2 Landasan Teori
a. Kurikulum 1984
Landasan teori yang menjadi arahan pengembangannya dan kerangka
penyorotnya adalah pada pendekatan proses belajar mengajar. Yang diarahkan
agar siswa memiliki kemauan untuk memproses perolehan belajarnya.
Keterampilan untuk memproses perolehan belajamya dapat dimiliki oleh siswa bila
proses pendidikan selalu mengaitkan (interpenetrasi) secara mendalam antara
ketiga aspek perkembangan siwa yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),
dan psikomotorik (keterampilan).
Pengembangan Kurikulum 1984 SMP berpedoman pada : (1) Pancasila
dan UUD 1945, (2) relevansi, (3) pendekatan pengembangan, dan (4)
pendidikan seumur hidup. Kurikulum 1984 SMP dikembangkan dengan
berlandaskan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam rangka

mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan


pendidikan nasional pada khususnya. Lama pendidikan pada SMP adalah tiga
tahun senilai dengan beban belajar 222 kredit. Program pendidikan pada
kurikulum 1984 SMP terdiri atas Program Inti dan Program Pilihan.
Program Inti wajib diikuti oleh semua siswa dan mencakup kurang lebih
85% (186 kredit) dari keseluruhan program pendidikan dalam Kurikulum 1984
SMP. Program Inti dalam Kurikulum 1984 SMP terdiri atas mata-pelajaran
sebagai berikut :
1. Pendidikan Agama,
2. Pendidikan Moral Pancasila,
3. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa,
4. Bahasa dan Sastra Indonesia,
5. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia,
6. Pengetahuan Sosial,
7. Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
8. Pendidikan Seni,
9. Pendidikan Keterampilan,
10. Matematika,
11. Biologi,
12. Fisika, dan
13. Bahasa Inggris.

Program Pilihan merupakan program yang terutama dimaksudkan untuk


memberikan bekal kemampuan dalam bidang keterampilan, kesenian, olahraga
dan bahasa daerah. Program Pilihan diadakan dengan mempertimbangkan
perbedaan bakat, minat, dan kemampuan perorangan siswa, serta kebutuhan
lingkungan. Program Pilihan untuk SMP mencakup 15% (36 kredit) dari
keseluruhan

program.

Program

Pilihan

terdiri

dari

mata

pelajaran

Keterampilan, Kesenian, Olahraga, dan Bahasa Daerah. Setiap siswa wajib


mengikuti paling sedikit satu cabang dari tiap-tiap mata pelajaran Keterampilan,
Kesenian, dan Olahraga dengan beban belajar tidak kurang dari 12 kredit untuk
setiap mata pelajaran. Namun demikian, dalam praktiknya program ini tidak
terlaksana.

b. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban),
dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga

diharapkan

akan

terdapat

keserasian

antara

pengajaran

yang

menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan


keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pengajaran dari hal
yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari
hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang
dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama
dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama

sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content


oriented), di antaranya sebagai berikut. Beban belajar siswa terlalu berat karena
banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 Komponen Tujuan
a. Kurikulum 1984
Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah
airagar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa
b. Kurikulum 1994
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2.2 Komponen Isi
a. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984 ada penyederhanaan materi pada setiap mata
pelajaran sehingga mencakup materi yang penting-penting saja. Materi

pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah


pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan
jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental
siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah
menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal dipadukan ke berbagai
bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Kesenian.
Tabel. Struktur Kurikulum SMP 1984

Program
1.
2.
Pendidikan
Umum

Kelas
II
1
2

2
2

2
2

2
2

2
2

2
2

2
2

2
9

2
11

2
9

2
11

2
9

2
11

5
(2)
4
4

5
(2)
4
4

5
(2)
4
4

5
(2)
4
4

5
(2)
4
3

5
(2)
4
3

3
3

3
3

2
3

2
3

2
3

2
3

Bidang Studi

3.
4.

Pendidikan Agama
Pend. Moral
Pancasila
PSPB
Pend. Olahraga &

5.

Kesehatan
Pendidikan Kesenian
Sub Jumlah

Pendidikan 6.
7.
Akademik
8.
9.

Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah*)
Bahasa Inggris
Ilmu Pengetahuan

Sosial
10. Matematika
11. Ilmu Pengetahuan
Alam
a. Fisika
b. Biologi

III
1

Sub Jumlah
Sub Jumlah**)
Pendidikan 12.
Keterampilan

Pendidikan
Keterampilan

Jumlah jam pelajaran per minggu


Jumlah jam pelajaran per minggu**)

25
27

25
27

24
26

24
26

23
25

23
25

38
40

38
40

37
39

37
39

36
38

36
38

Catatan :
*) Bagi Daerah / Sekolah yang menyelenggarakan Bahasa Daerah
**) Termasuk Bahasa Daerah

b. Kurikulum 1994
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena
kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masingmasing. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil,
kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum yang super padat.
Isi kurikulum pendidikan dasar memuat mata pelajaran sebagai berikut.
a.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

b. Pendidikan Agama
c.

Bahasa Indonesia

d. Matematika
e.

Ilmu Pengetahuan Alam

f.

Ilmu Pengetahuan Sosial

g. Kerajinan Tangan dan Kesenian


h. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
i.

Bahasa Inggris

j.

Muatan Lokal

2.3 Komponen Metode

a. Kurikulum 1984
Pada kurikulum

1984

guru

dalam

mempersiapkan

dan

melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta menentukan cara penilaian


sendiri secara lebih bebas.Pelaksanaan pengajaran mengarah pada
ketuntasan belajar dan disesuaikan dengan kecepatan belajar masingmasing anak didik. Posisi siswa ditempatkan sebagai subyek belajar, yang
terkenal dengan metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL).
Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi
tekanan

kepada

pengetahuan

proses

dan

pembentukkan

mengkomunikasikan

keterampilan

memperoleh

perolehannya.

Pendekatan

keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien


dalam mencapai tujuan pelajaran.
b. Kurikulum 1994
Tujuan pengajaran

menekankan

pada

pemahaman

konsep

dan

keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pembelajaran


di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan,
guru harus memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan
penyelidikan.
2.4 Komponen Evaluasi
a. Kurikulum 1984
Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus
guna meningkatkan proses belajar atau hasil belajar dan adanya
keseimbangan antara afektif, kognitif, dan keterampilan. Kegiatan
penilaian terutama diarahkan pada upaya untuk mengetahui sejauh mana
tujuan pendidikan telah tercapai dan keberhasilan proses belajar
mengajar seperti yang diinginkan dengan berbagai alat penilaian.

Penilaian dalam Kurikulum 1984 dilakukan dalam ulangan harian


(formatif), ulangan tengah semester (subsumatif), ulangan akhir semester
(sumatif), EBTA, dan EBTANAS. Ulangan harian dan semester
dilakukan oleh guru dan dijadikan sebagai dasar bagi pemberian nilai
dalam rapor dan kenaikan kelas, sedangkan EBTA dilakukan oleh
sekolah untuk mata pelajaran yang tidak di-EBTANAS-kan, sedangkan
EBTANAS dikoordinasikan secara nasional oleh Depertemen Pendidikan
dan Kebudayaan sebagai dasar penentuan kelulusan. Bentuk soal yang
digunakan adalah soal uraian dan pilihan ganda. Bentuk soal uraian biasa
digunakan dalam ulangan harian, sedangkan bentuk soal pilihan ganda
terutama digunakan dalam EBTANAS.
Untuk menentukan kelulusan digunakan rumus sebagai berikut :
Na = (P + Q + 2R) / n
Keterangan:
Na = nilai akhir
P = nilai rapor semester V
Q = nilai rapor semester VI
R = nilai hasil EBTANAS
n = nilai koefisien (yang ditentukan dalam rayon sekolah mulai 0,5
sampai dengan 3)
b. Kurikulum 1994
Penilaian dilakukan dalam ulangan harian, ulangan catur wulan,
serta EBTA dan EBTANAS. Ulangan harian dan catur wulan dilakukan
oleh guru dan dijadikan sebagai dasar untuk pemberian nilai dalam rapor
dan kenaikan kelas, sedangkan EBTA dilakukan oleh sekolah untuk mata
pelajaran yang tidak di-EBTANAS-kan. EBTANAS dikoordinasikan
secara nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
salah satu dasar dalam menentukan kelulusan siswa. Bentuk soal yang
digunakan adalah soal uraian dan pilihan ganda. Bentuk soal uraian biasa
digunakan dalam ulangan harian, maksudnya agar siswa memperoleh
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya secara tertulis. Adapun
bentuk soal pilihan ganda terutama digunakan dalam EBTANAS.

Maksudnya adalah demi obyektivitas dalam memberikan penilaian. Dalam


EBTANAS juga masih ada soal uraian, tetapi uraian terbatas.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Kurikulum 1984
Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah
airagar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa
b. Kurikulum 1994
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum SMP. Jakarta : Depdiknas


http://kangdaengnaba.blogspot.com/2012/08/kurikulum-smp-1984.html
http://rimatrian.blogspot.com/2014/01/sejarah-perkembangan-kurikulum1994.html

Anda mungkin juga menyukai