Anda di halaman 1dari 9

Louis Wirth

Urbanism as a
Way of Life
Rakhmat Hidayat
&
Mayang Puti Seruni
Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ
Latar Belakang

• Louis Wirth adalah seorang imigran Amerika


Serikat dari Jerman, yang merupakan salah satu
intelektual sosiologi di Universitas Chicago awal Area The Ghetto Chicago
yang mengembangkan Mazhab Chicago (atau
Chicago School)
• Wirth banyak membahas perkotaan dengan latar
belakang keberagaman imigran di kota Chicago
(salah satunya dalam karyanya “The Ghetto”
(1926)), dan melihat urbanisme sebagai suatu
cara hidup (dalam esainya “urbanism as a way of
life” (1948)
Pasar Maxwell Street, Chicago,
1929

Urbanisme

• ‘Urbanisme’ didefinisikan oleh Wirth sebagai sebuah cara hidup perkotaan. Kota menciptakan
berbagai perilaku unik yang dapat dikatakan sebagai urbanisme.
• Wirth menekankan bagaimana kota sebagai sebuah lingkungan spasial mempengaruhi perilaku
individu. Dalam hal ini, urbanisme berlaku sebagai variabel dependen. Sudut pandang ini berbeda
dengan yang pada umumnya digunakan oleh para sosiolog Eropa maupun Mazhab Chicago itu
sendiri. Perspektif dan teori yang dikembangkan Wirth memiliki pengaruh yang besar karena sangat
mudah digunakan dan dijadikan landasan dalam pengukuran statistik.
• Terdapat 3 Faktor yang membentuk urbanisme: Ukuran Populasi, Kepadatan, dan Heterogenitas
yang tinggi. Semakin tinggi skor sebuah kota pada masing-masing tiga faktor ukuran, kepadatan, dan
heterogenitas, semakin orang dapat mengharapkannya untuk menampung budaya perkotaan sejati.
Ukuran Populasi

• Semakin besar ukuran populasi, semakin besar spesialisasi dan keragaman peran sosial yang
ditemukan di dalam kota — begitu pula keanekaragaman penduduk itu sendiri.
• Karena populasi kurang memiliki kesamaan identitas, persaingan dan mekanisme formal dari
kontrol sosial akan menggantikan relasi primer (kekerabatan) sebagai sarana pengorganisasian
masyarakat.
• Karena hubungan manusia sangat tersegmentasi, terjadi peningkatan anonimitas dan
fragmentasi atas interaksi sosial.
• Berbagai efek ini dapat membebaskan (dalam arti individu yang anonym akan lebih dapat
berlaku sesuka hati) namun juga dapat menyebabkan anomi dan disorganisasi sosial.
Kepadatan

• Peningkatan kepadatan penduduk perkotaan, menambah intensitas dari efek-efek yang muncul
dari ukuran populasi yang besar, meningkatkan persaingan antar individu dan kelompok, dan
dengan demikian menciptakan kebutuhan akan spesialisasi.
• Kepadatan yang lebih tinggi menghasilkan toleransi yang lebih besar antar penduduk (karena
hidup dalam jarak dekat dengan orang asing), aka tetapi meskipun demikian juga menciptakan
stres yang lebih besar karena kelompok yang tidak memiliki identitas yang sama, saling bertemu
dengan intens satu sama lain.
• Persaingan yang meningkat dapat menimbulkan eksploitasi satu sama lain antar individu.
Sementara kepadatan yang tinggi memunculnya adanya kebutuhan untuk menghilangkan
stimulasi yang berlebihan.
Heterogenitas

• Peningkatan heterogenitas menciptakan toleransi yang lebih besar di antara


kelompok, karena hambatan antar etnis dan kelas telah dihilangkan.
• Namun efek lainnya adalah terpisah dan terbelahnya peran dan kontak
individu. Sebagai akibatnya, anonimitas dan depersonalisasi dalam kehidupan
publik meningkat.
Urbanisme Sebagai Cara Chicago Race Riot,
1919

Hidup

• Wirth cenderung melihat urbanisasi sebagai suatu


sumber persoalan sosial;
Perubahan bentuk relasi sosial. Hal paling utama dalam
pandangan Wirth adalah pergeseran dari relasi sosial
primer ke sekunder.
Chicago, 1940-
Disorganisasi Sosial. Anonimitas perkotaan membawa an
pada anomi.
• Louis Wirth memiliki pandangan bahwa efek
sebenarnya dari urbanisme akan terjadi secara
evolusional, dalam arti terjadi dalam rentang waktu
yang perlahan dan lama, serta lintas generasional.
Kritik

• Wirth cenderung menyoroti urbanisme hanya dari sisi negatifnya.


• Faktor-Faktor dari urbanisme (ukuran, kepadatan, dan heterogenitas) tidak
dapat dipastikan menghasilkan hasil yang spesifik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai