PENDAHULUAN
1
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah
malnutrisi karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi
dengan tepat, mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan
melindungi bayi terhadap infeksi. Kira-kira selama tahun pertama
kehidupannya, sistem kekebalan bayi belum sepenuhnya berkembang dan
tidak bisa melawan infeksi seperti halnya anak yang lebih besar atau orang
dewasa, oleh karena itu zat kekebalan yang terkandung dalam ASI sangat
berguna. (IDAI, 2013).
2
Berdasar data Bulan Penimbangan Balita (BPB) Puskesmas Karang Satria
tahun 2015, Puskesmas Karang Satria Kecamatan Tambun Utara
Kabupaten Bekasi prevalensi kurang gizi sebesar 5,6% umur 0-59 bulan,
7,6 % umur 0-24 bulan. Salah satu upaya pelayanan yang diselenggarakan
puskesmas adalah pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dengan kelompok
masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
1.2 Rumusan Masalah
Prevalensi kurang gizi anak umur 0-24 bulan di Puskesmas Karang
Satria sebesar 7,6% penulis ingin memberikan gambaran strategi
petugas gizi dalam penanganan anak kurang gizi umur 6-24 bulan
kaitannya dengan pola pemberian ASI dan pola pemberian MP-
ASI nya di Puskesmas Karang Satria Kabupaten Bekasi Tahun
2017.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran strategi petugas gizi dalam penanganan anak
kurang gizi umur 6-24 bulan di Puskesmas Karang Satria.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik anak kurang gizi.
2. Menganalisis secara deskriptif Pola Pemberian ASI dengan anak
kurang gizi umur 6-24 bulan.
3. Menganalisis secara deskriptif Pola Pemberian MP-ASI
(frekuensi dan bentuk MP-ASI) dengan anak kurang gizi umur
6-24 bulan.
4. Menganalisis secara deskriptif umur pemberian MP-ASI pertama
kali dengan anak kurang gizi umur 6-24 bulan.
5. Menganalisis secara deskriptif Pemberian MP-ASI gizi
seimbang dengan anak kurang gizi umur 6-24 bulan.
3
BAB II
KERANGKA PIKIR
4
balita, menyelenggarakan simulasi dini perkembangan anak, memberikan
pelyanan kesehatan yang optimal.
5
penyerapan protein. Penghambat yang lain datang dari volume MP-ASI
yang besar, tinggi karbohidrat dan rendah lemak sehingga terpaksa
diencerkan untuk mengurangi kekentalan agar mudah ditelan bayi yang
berakibat bertambah volumenya. Tepung serelia bila dibuat bubur
mempunyai kekentalan yang tinggi (Arnelia,2010).
Salah satu peran pemerintah untuk menjamin kesehatan warganya
adalah dengan mengeluarkan kebijakan yang mengatur mengenai
pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI. Misalnya Per-menkes
No.450/Menkes/SK/IV/2004 dan PP No.33/2012 mengenai pemberian ASI
Ekslusif dan PP No.237/1997, mengenai MP-ASI. MP-ASI adalah
Makanan Pendamping ASI bukanlah Makanan Pengganti ASI. Perannya
hanyalah mendampingi pemberian ASI saja, ASI tetaplah dilanjutkan
hingga usia 2 tahun atau lebih (Riksani, 2012).
Menurut Kemenkes RI (2013) pemberian MP-ASI hendaknya
melihat juga usia pemberian makanan pendamping ASI pada anak, apakah
pemberian makanan pendamping yang diberikan sudah pada usia yang
tepat atau tidak. Makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan
benar adalah setelah anak berusia enam bulan, dengan tujuan agar anak
tidak mengalami infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus atau
bakteri. Makanan bayi dan anak terdiri dari ASI dan MP-ASI. Berikan ASI
terlebih dahulu kemudian MP-ASI secara bertahap sesuai umur anak.
Pola pemberian MP-ASI mencakup tekstur, frekuensi dan jumlah
rata-rata setiap kali makan menurut kelompok umur. Sebelum pemberian
MP-ASI, ASI tetap diberikan semau bayi (8-10 kali per hari) dan dapat
diberikan makanan selingan 1-2 kali seperti sari buah dan jus.
Tabel 2.2
Pola Pemberian MP-ASI
6
yang dicincang lembik 3 kali/hari kali makan
Ditambah selingan 2 kali
12-24 bulan Makanan keluarga bila perlu masih ASI tetap diteruskan 1/3 porsi makanan orang
dicincang Makanan keluarga 3 kali/hari dewasa (250 cc) tiap kali
Ditambah selingan 2 kali makan
7
2.5. KERANGKA KONSEP
PENYEBAB
ASUPAN ZAT GIZI PENYAKIT NFEKSI LANGSUNG
2
ASI MP-ASI
POKOK
Maslah Di
KEMISKINAN
Masyarakat
AKAR
KRISIS EKONOMI MASALAH
Gambar 2.1 Skema kerangka teori (Modifikasi dari Unicef (1998) dan
Widyastuti (2007) Sumber: Kerangka teori modifikasi dari Unicef (1998) dan
widyastuti dalam Risky Eka Sakti
8
BAB III
9
pemberian Vit A pada bayi 6-11 bulan, vitamin A balita dan
Vitamin ibu Nifas.
Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di posyandu
kunjungan posyandu pemantauan balita yang tidak naik 2 kali dan
balita BGM.
Memberikan edukasi gizi pada program prolanis setelah
dilakukan senam bersama setiap hari jumat dan edukasi satu bulan
satu kali dibarengi dengan pemeriksaan laboratorium gula darah
puasa dan 2 jam PP.
10
Tabel 3.1
Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden dan Sampel
Karakteristik Responden
Umur Ibu (tahun) - < 20 1 2,8
- 20-35 22 61,1
- > 35 13 36,1
Pendidikan Ibu
Total 36 100
- Rendah 10 27,8
- Sedang 7 19,4
Pekerjaan Ibu - Tinggi 19 52,8
Total 36 100
- Bekerja 8 22,2
- Tidak bekerja 28 77,8
Total 36 100
- Laki-laki 19 52,8
- Perempuan 17 47,2
Total 36 100
Tabel 3. 2
Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Menurut Jenis Kelamin
Status Gizi
Jenis Kelamin Kurang Buruk
N % N %
Laki-laki 14 48,3 5 52,8
Perempuan 15 51,7 2 47,2
Total 29 100 7 100
11
Anak dengan Status Gizi terbanyak adalah status gizi kurang yaitu
anak perempuan sebanyak (51,7%) dan anak dengan status gizi buruk
terbanyak pada anak laki-laki sebesar (52,8%).
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Menurut Umur
Status Gizi
Umur (bulan) Kurang Buruk
N % n %
6-7 2 6,9 1 14,3
8-9 1 3,4 0 0,0
10-11 6 20,7 0 0,0
12-24 20 69,0 6 85,7
N % N %
Rendah 5 17,2 5 71,4
Sedang 6 20,7 1 14,3
Tinggi 18 62,1 1 14,3
Anak dengan status gizi buruk terbanyak pada ibu yang tidak
bekerja 85,7% dan anak dengan status gizi kurang pun demikian
terbanyak pada ibu yang tidak bekerja sebesar 75,9% .
12
Tabel 3.5
Pola Pemberian ASI dengan Kurang Gizi
N % n %
Eksklusif 7 24,1 1 14,3
Tidak eksklusif 22 75,9 6 85,7
Total 29 100 7 100
N % n %
Tepat 15 51,7 3 42,9
Kurang Tepat 14 48,3 4 57,1
Total 29 100 7 100
13
Tabel 3.7
Frekuensi Pemberian MP-ASI dengan Kurang Gizi
N % n %
Tepat 20 69,0 1 14,3
Kurang Tepat 9 31,0 6 85,7
Total 29 100 7 100
N % N %
Gizi seimbang 12 41,4 0 0
Kurang seimbang 17 58,6 7 100
Total 29 100 7 100
14
BAB IV
5.1. KESIMPULAN
5.2. Saran
5.2.1 Intensitas konseling menyusui pada ibu hamil dan ibu menyusui
perlu ditingkatkan.
5.2.2 Intensitas praktek pembuatan MP-ASI sesuai umur di posyandu
perlu ditingkatkan.
5.2.3 Pelatihan tenaga kesehatan mengenai konseling menyusui dan
pemberian MP-ASI.
5.2.4 Mengikutsertakan tokoh masyarakat seperti ibu camat, ibu lurah,
ibu ustajah untuk berperan serta memberikan penyuluhan tentang
ASI dan pemberian MP-ASI.
15