Anda di halaman 1dari 113

PRAKTIK QURBAN ONLINE BAZNAS DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Abdul Mutolib
NIM: 11160430000022

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M / 1443 H
PRAKTIK QURBAN ONLINE BAZNAS DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM
Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukm Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Abdul Mutolib
NIM: 11160430000022

Di Bawah Bimbingan:

Ahmad Bisyri Abd. Shomad, Lc., M.A.


NIP: 19680320 200003 1001

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
2022 M / 1443 H
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Abdul Mutolib

Nim : 11160430000022

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 4 April 1997

Program Studi : Perbandingan Mazhab

Fakultas : Syariah dan Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juni 2022

ABDUL MUTOLIB
NIM: 11160430000022
ABSTRAK
PRAKTIK KURBAN ONLINE BAZNAS DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM adalah skripsi hasil karya Abdul Mutolib, NIM 11160430000022, Program
Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022 M / 1443 H.
Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan mengenai praktik kurban
online yang dilakukan oleh badan amil zakat nasional (BAZNAS) pada perspektif
hukum Islam, yaitu dengan mengidentifikasi praktik transaksi yang berdasarkan
mekanisme jual beli hewan qurban online Baznas dilihat dari pelaksanaan akadnya
memuat akad jual beli salam dan wakalah, juga mengindetifikasi penyembelihan
hewan qurban dan pendistribusian daging qurban online serta hukum praktik qurban
online. Karena ibadah qurban melalui media online dianggap bisa memudahkan
transaksi dan penyaluran daging qurban yang bisa di salurkan sampai kepelososok-
pelosok daerah. Oleh karena itu perlunya seseorang yang ingin berqurban online
melalui layanan kurban online Baznas ini untuk mengetahui mekanisme transaksi jual
beli hewan kurban secara online.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme
praktik transaksi kurban online Baznas, penyembelihan hewan qurban dan
pendistribusian daging qurban online berdasarkan pandangan hukum islam.
Dalam skripsi ini penulis sependapat dengan badan amil zakat nasional yang
menyediakan kurban melalui online dianggap dapat mempermudah masyarakat
modern sekarang yang tidak memiliki banyak waktu untuk membeli hewan kurban
secara langsung dan praktis, oleh karenanya melalui qurban online akan semakin
membantu orang yang ingin berqurban, sehingga dagingnya dapat tersalurkan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan menggunakan jenis penelitian
strategi deskripsi analisis, yakni bertujuan untuk menggambarkan keadaan sementara
dengan memaparkan hasil-hasil penelitian yang bersumber dari data, yaitu buku-buku
fiqh, dan buku-buku lain yang mendukung pembahasan ini.

Kata kunci : Praktik kurban online, kurban online Baznas, fikih jual beli online
Pembimbing : Ahmad Bisyri Abd. Shomad, Lc., M.A.
Daftar Pustaka : 1983 s.d 2020.

i
KATA PENGANTAR

‫اَّلل ال هر ْْحَ ِن ال هرِحيم‬


ِ‫بِس ِم ه‬
ْ
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis ungkapkan dan panjatkan kehadirat
Ilahi Rabbi Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan kemudahan sehingga
dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, sholawat beserta
salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beserta keluarga
dan sahabatnya. Allahuma sholi wa sallim wa baarik ‘alaihi.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dan mendukung penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc, selaku Ketua Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Ibu Dr. Fitria, S.H., M.R., Ph. D. Sekretaris Program Studi
Perbandingan Mazhab.
2. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.Ag., Selaku dosen Penasehat Akademik
Penulis.
3. Bapak Ahmad Bisyri Abd. Shomad, Lc., M.A. Selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan waktu serta arahan, saran dan ilmunya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah mendidik dan
memberikan banyak ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis, sehingga
penulis mendapatkan banyak ilmu dan mampu menyelesaikan studi di Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

ii
5. Kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serayah atas pengorbanan
dalam mendidik, mengasuh, dan selalu mendoakan saya dalam kebaikan dan
berjuang sampai titik ini, yang selalu memberikan arahan serta dukungan
kepada penulis, juga kepada kakak-kakak saya tercinta Abdul Harun,
Nursalam, Nurdin, Muhammad Yahya, Nafsiah beserta para keluarga kecilnya,
yang selalu membersamai, memberikan dukungan serta do’a sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Tidak lupa kepada guru saya KH. Sumarno Syafi’i dan Ibu Nyai Hj. Sundusiyah
beserta keluarga yang saya hormati dan ta’dzimi yang memberikan peran besar
dalam mendidik penulis hingga saat ini, semoga perjuangan dan pengorbanan
jasa Kiai dan Nyai mendapatkan balasan dari Allah SWT.
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Daarus Sa’adah Cipondoh Kota Tangerang
yang selalu mendo’akan dan mendukung saya setiap saat.
8. Seluruh teman-teman di Program Studi Perbandingan Mazhab Angkatan Tahun
2016 khususnya kelas A.
9. Kepada sahabat saya, Ahmad Yardho Aziz, Ridho Akbar, Marlin Yusuf, dan
keluarga besar the gands serta semua sahabat kampus yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih atas doa dan
dukungannya selalu.

Saya berdo’a semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas


dukungan semangatnya kepada saya. Semoga menjadi amal jariyah untuk kita
semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi para
pembaca pada umumnya. Allahumma Aamiin.

Jakarta, 12 April 2022

Penulis

iii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas.
A. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf Huruf Huruf Huruf
Keterangan Keterangan
Arab Latin Arab Latin
tidak te dengan
‫ا‬ dilambangkan
‫ط‬ t
garis bawah
zet dengan
‫ب‬ b be ‫ظ‬ z
garis bawah
koma terbalik
‫ت‬ t te ‫ع‬ ‘ di atas hadap
kanan

‫ث‬ ts te dan es ‫غ‬ gh ge dan ha


‫ج‬ j Je ‫ف‬ f ef
ha dengan
‫ح‬ h
garis bawah
‫ق‬ q Qo

‫خ‬ kh ka dan ha ‫ك‬ k ka


‫د‬ d de ‫ل‬ l el
‫ذ‬ dz de dan zet ‫م‬ m em
‫ر‬ r Er ‫ن‬ n en
‫ز‬ z zet ‫و‬ w we
‫س‬ s es ‫هـ‬ h ha
‫ش‬ sy es dan ye ‫ء‬ ` apostrop
es dengan
‫ص‬ s
garis bawah
‫ي‬ y Ya
de dengan
‫ض‬ d
garis bawah

B. Vokal

iv
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin


Keterangan

‫ــــــَـــــ‬ a fathah
‫ـــــــ ِــــ‬ i kasrah
‫ــــــُـــــ‬ u dammah
Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫ــــــَـــــ ي‬ ai a dan i

‫ــــــَـــــ و‬ au a dan u

C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin


Keterangan

a dengan topi di atas


‫ـــــَـا‬ â

i dengan topi di atas


‫ــــــِــي‬ î

u dengan topi di atas


‫ـــــُــو‬ û

D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alim dan
lam ( ‫) ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf
syamsiyyah atau huruf qamariyyah. Misalnya:

v
‫ = اإلجتهاد‬al-ijtihâd
‫ = الرخصة‬al-rukhsah, bukan ar-rukhsah
E. Tasydîd (Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

‫ = الشفعة‬al-syuf‘ah, tidak ditulis asy-syuf‘ah.


F. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ‫شريعة‬ syarî‘ah

2 ‫الشريعة اإلسالمية‬ al-syarî‘ah al-islâmiyyah

3 ‫مقارنة المذاهب‬ muqâranat al-madzâhib

G. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam
transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Misalnya, ‫ = البخاري‬al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara
ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

vi
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia
Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kata nama
tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

H. Cara Penulisan Kata


Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu almahzûrât


1 ‫الضرورة تبيح المحظورات‬

2 ‫اإلقتصاد اإلسالمي‬ al-iqtisâd al-islâmî

3 ‫أصول الفقه‬ usûl al-fiqh

al-‘asl fî al-asyyâ’ al-


4 ‫األصل في األشياء اإلباحة‬ ibâhah

5 ‫المصلحة المرسلة‬ al-maslahah al-mursalah

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................................... iv
A. Padanan Aksara ........................................................................................................ iv
B. Vokal ........................................................................................................................ iv
C. Vokal Panjang ............................................................................................................v
D. Kata Sandang .............................................................................................................v
E. Tasydîd (Syaddah) .................................................................................................... vi
F. Ta Marbûtah ............................................................................................................. vi
G. Huruf Kapital ............................................................................................................ vi
H. Cara Penulisan Kata ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................. 7
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
E. Kajian Studi Terdahulu .............................................................................................. 9
F. Metode Penelitian .................................................................................................. 12
G. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 16
BAB II ................................................................................................................................. 18
LANDASAN TEORI PRAKTIK QURBAN ONLINE ..................................................................... 18
A. Qurban di dalam Fiqh ............................................................................................. 18
1. Pengertian Qurban ............................................................................................. 18
2. Dasar Hukum Berqurban ..................................................................................... 20
3. Sejarah Qurban ................................................................................................... 23
4. Waktu Berqurban ............................................................................................... 27
5. Jenis dan Syarat Hewan Qurban .......................................................................... 30

viii
6. Keutamaan Berqurban ........................................................................................ 39
7. Bagian Daging Qurban ........................................................................................ 42
B. Jual Beli di dalam Fiqh ............................................................................................ 44
1. Pengertian Jual Beli ............................................................................................. 44
2. Dasar Hukum Jual Beli ......................................................................................... 45
3. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli ............................................................................ 46
BAB III ................................................................................................................................ 49
PERAN BAZNAS DALAM QURBAN ONLINE .......................................................................... 49
A. Profil BAZNAS ......................................................................................................... 49
1. Sejarah Berdirinya Baznas ................................................................................... 50
2. Legal Formal BAZNAS .......................................................................................... 51
3. Visi dan Misi BAZNAS .......................................................................................... 52
4. Tujuan BAZNAS ................................................................................................... 53
5. Program dan Pendistribusian BAZNAS................................................................. 53
B. Kurban Online Baznas ............................................................................................. 59
C. Ekonomi dan Mekanisme Pengelolaan Kurban Online Baznas ................................. 64
BAB IV ................................................................................................................................ 68
PRAKTIK QURBAN ONLINE BAZNAS .................................................................................... 68
A. Transaksi Praktik Qurban Online Baznas ................................................................. 68
B. Penyembelihan Binatang Qurban Online Baznas ..................................................... 79
C. Pendistribusian Daging Qurban Online Baznas ........................................................ 82
D. Analisis Praktik Qurban Online Baznas .................................................................... 87
BAB V ................................................................................................................................. 90
PENUTUP ........................................................................................................................... 90
A. Kesimpulan............................................................................................................. 90
B. Saran ...................................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 92

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Idul Adha merupakan salah satu momentum yang luar biasa dalam agama
Islam, umat muslim melaksanakan shalat Idul Adha dan menyembelih hewan
qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kepada Allah swt. Berqurban
merupakan salah satu bentuk ibadah yang rutin dilakukan setiap tahunnya.

Pada akhir tahun 2019 dunia sempat dikejutkan dengan hadirnya sebuah
wabah penyakit. Covid-19 adalah penyakit yang memiliki penularan sangat cepat
yang disebabkan oleh virus corona dan SARS-CoV-2.1 WHO memaparkan kasus
pertama kali terjadi di Wuhan, Cina yaitu penularan antara manusia dan hewan.2
Virus ini bermula menyerang system pernafasan manusia seperti flu, batuk kering,
bersin, demam, dan lain-lain. Dan yang lebih bahaya bisa menyerang system organ
tubuh.

Nama virus corona menjadi perbincangan hangat terkini disemua kalangan


masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia.3 Virus corona di Indonesia menjadi
persoalan baru, dan masih menjadi perdebatan dikalangan para ulama, namun
sebagai umat Islam hendaknya menyikapi dengan baik yaitu berdoa dan berserah
diri kepada Allah SWT, disamping senantiasa berusaha menjalankan setiap
protokol kesehatan. 4 Islam hadir dalam membawa kemaslahatan bagi pemeluknya,
meskipun dalam kondisi darurat, Islam hadir menawarkan alternatif kemudahan

1
WHO, “Coronavirus Disease”, www.who.int, (diakses pada 19 Oktober 2020)
2
Silpa Hanoatubun, “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia”, Journal of
Education Psychology and Counseling, (Vol. 2 No.1, 2020) h. 147.
3
Masrul al, Pandemi Covid-19, Persoalan dan Refleksi di Indonesia (Yayasan Kita Menulis,
Medan, 2020), h.2.
4
Hasib Noor, Covid-19: Panduan As-Sunnah Ketika Pandemi, (Tertib Publishing: Malaysia,
2020), isi bagian 4.

1
2

tanpa meninggalkan kewajiban ibadah secara mutlak, terutama masa pandemi


covid-19 seperti saat ini. 5

Meskipun ditengah kondisi wabah pandemi covid-19, masyarakat


Indonesia tetap melaksanakan ibadah qurban dengan tata cara dan aturan protokol
kesehatan yang dikeluarkan oleh Pemerintah juga himbauan fatwa yang
dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia. Pelaksanaan ibadah qurban yang bertepatan
pada hari raya idul adha dan hari tasyrik tahun 2020 dan 2021 pun tentu juga
mengalami penyesuaian sebab adanya wabah ini. Berangkat pada peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka terkait pelaksanaan ibadah qurban
Pemerintah telah mengeluarkan surat edaran melaui Kementrian Pertanian Nomor
0008.SE./PK.320/F/06/2020 tentang Pelaksanaan kegiatan qurban dalam situasi
wabah bencana nonalam Covid-19.6 Berdasarkan surat edaran tersebut maka segala
aspek yang terkandung hendaknya dilakukan dengan baik.

Selain peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, kebijakan dari


organisasi-organisasi Islam juga dipandang perlu untuk dapat dijadikan pedoman
umat Islam. Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa Nomor 36 Tahun
2020 tentang pelaksanaan ibadah qurban pada masa wabah covid-19. Salah satu
ketentuan hukum yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia pada nomor 5 yang
berbunyi “Ibadah kurban dapat dilakukan dengan cara taukil, yaitu pekurban
menyerahkan sejumlah uang atau dana seharga hewan ternak kepda pihak lain, baik
individu atau lembaga, sebagai wakil untuk membeli hewan kurban, merawat,
meniatkan, menyembelih dan membagikan daging kurban.”7

5
LPBKI MUI Pusat, Fiqh Wabah: Panduan Syariah, Fatwa Ulama, Regulasi Hukum, dan
Mitigasi Spiritual, (Albayzin: Jakarta Selatan, 2020), 21.
6
Surat Edaran, Kementrian Pertanian Nomor 0008/SE/PK.320/F/06/2020 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Kurban Dalam Situasi Wabah Bencana Nonalam Covid-19.
7
Komisi Fatwa, Majelis Ulama Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 Tentang Shalat Idul Adha
dan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Wabah Covid-19.
3

Fenomena perkembangan praktik Ibadah qurban dari tahun ke tahun


mengalami peningkatan dan kemudahan dalam perlaksanaannya, disebabkan
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
canggih selain juga semakin terbatasnya ruang gerak para pekurban akibat kondisi
covid-19. Salah satu dari perkembangan IPTEK yang sangat berperan dalam
pelaksanaan ibadah qurban adalah internet.

Keberadaan internet sangat diperlukan karena kebutuhan masyarakat dalam


kemudahan akses dan pelayanan selalu ingin terpenuhi, maka dari itu kemudahan
menyebabkan praktik ibadah qurban yang berbais internet yang saat ini dikenal
dengan sebutan qurban online. 8 Kemudian muncul pertanyaan apakah boleh ibadah
qurban melalui online, yang dirasa lebih praktis dan efisien?

Kehidupan umat Islam sekarang ini sudah sangat berbeda dengan


kehidupan umat Islam di zaman Rasulullah masih hidup. Di zaman sekarang ini,
khususnya di negara-negara maju atau di kota-kota besar, umat Islam dituntut untuk
hidup serba praktis dan efisien. Hal ini berbeda dengan kehidupan di zaman Nabi
dahulu, yang masih serba seadanya, baik dalam memenuhi kepentingan hidup,
maupun dalam kehidupan sehari-hari. 9 Maka sudah seharusnya seorang muslim
mengetahui halal-haram perbuatan yang dilakukannya agar tidak salah dalam
melakukan perbuatannya dan menganggap ringan perbuatannya, termasuk didalam
ibadah qurban online.

Melihat situasi dan kondisi perkembangan serta perubahan zaman, serta


berdasarkan adanya perkembangan IPTEK ini kemudian bermunculan lembaga-
lembaga keuangan dan sosial yang kemudian menyediakan jasa praktik ibadah
qurban secara online tersebut. Berbagai macam lembaga keuangan dan sosial

8
Muhammad Rizqi Romadhon, Jual Beli Online Menurut Madzhab Asy-Syafi’i (Cipasung:
Pustaka Cipasung, 2015), h.15.
9
Huzaimah Tahido Yanggo, MA, Masail Fiqhiyah kajan Islam Kontemporer, (Bandung,
Angkasa, 2005), cet.I, h.30-31.
4

membuka peluang untuk kemudahan bagi seseorang yang ingin berqurban dengan
cara para memberikan layanan qurban secara online. Lembaga-lembaga keuangan
dan sosial tersebut memanfaatkan internet baik website dan media sosial bahkan
mereka juga menciptakan berbagai aplikasi agar lebih mudah dijangkau oleh para
pekurban. Penawaran biasanya dilakukan dengan memasang iklan dengan jenis
barang dalam hal ini hewan qurban, harga dan spesifikasinya.

Pengguna jasa program qurban online kebanyakan berasal dari kalangan


menengah ke atas dan memang masyarakat perkotaan yang tergolong sibuk
sehingga tidak sempat mengurus proses ibadah qurbannya dan atau bagi pequrban
yang ingin qurbannya tersalurkan ke daerah-daerah lain selain tempat dia tinggal
(menetap).

Pelaksanaan praktik ibadah qurban online yang telah dilaksanakan selama


ini ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana
mekanismenya, bahkan tidak sedikit dari kalangan akademisi yang telah
mengetahui dengan jelas apa itu praktik qurban online dan bagaimana
pelaksanaannya.

Pada era modern seperti saat ini, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin pesat. Masyarakat dituntut untuk mampu beradaptasi dengan
perkembangan zaman, maka tak heran segala macam persoalan-persoalan baru
hadir ditengah masyarakat. Dalam hal ini tentang praktik qurban online. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan penelitian dan kajian untuk menjawab tantangan yang
terjadi dimasyarakat yang berkaitan dengan praktik qurban online dalam
pandangan hukum Islam.

Secara etimologis, qurban berarti sebutan bagi hewan yang diqurbankan


atau sebutan bagi hewan yang disembelih pada hari raya Idul Adha, sedangkan
menurut fikih, qurban adalah hewan-hewan yang disembelih pada hari raya Idul
5

Adha dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. 10 Berqurban merupakan
salah satu bentuk ibadah yang sudah disyariatkan dalam Islam, ajaran ini
merupakan ibadah yang pernah dijalankan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam saat akan
menyembelih anaknya Nabi Ismail sebelum diganti dengan seekor kibas (domba)
oleh Allah SWT. Ibadah berqurban merupakan bentuk kepasrahan seorang hamba
kepada Allah untuk mendekatkan diri pada-Nya. 11

Syariat berqurban merupakan salah satu dari syiar agama Allah (Agama
Islam) yang mempunyai sejarah panjang sejak Nabi Adam ‘alahis salam, sebab itu
syariat berqurban digolongkan sebagai salah satu ibadah klasik sejarah yang tidak
perlu diragukan lagi kebenarannya didalam kitan suci Al-Qur’an.12

Adapun dasar hukum qurban telah dijelaskan dalam firman Allah sebagai
berikut :13

‫ص ِل ِل َر ِبكَ َوا ْن َح ْر‬


َ َ‫ف‬

Artinya : “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah


(sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah”. (QS. Al-Kautsar [108]:2)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a, sabda Rasulullah saw,
yaitu :14

10
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Jilid 4) Terjemah, (Jakarta: Gema Insan,
2011), h. 251.
11
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), h.119
12
A.Latief Rosyidy, Qurban dan Aqiqah Menurut Sunnah Rasulullah SAW, (Medan: Firma
Rimbow, 1996), h.1
13
Maulana Muhammad, Al-Quran Terjemah dan Tafsir, Juz XXIV, (Jakarta: Darul Qutubil
Islamiyah, 2014), h.881.
14
Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Penerjemah
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi. Sunan Ibnu Majah, Juz 2, (Malang: Darul Ihya Al-Kutub al-‘Al-
Arabiyyah, 2014), h. 434.
6

ِ َّ ‫ع َم َّال أ َ َحبَّ ِإلَى‬


‫لَّلا تَعَا َلى‬ َ ‫حْر‬ ِ َّ‫ع ِم َل ابْنُ آدَ َم يَ ْو َم الن‬ َ ‫ َما‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َل َّلَّلا‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ أ َ َّن النَّب‬,َ‫شة‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
‫ع َّز َو َج َّل‬ َّ َ‫إن الد ََّم لَيَقَ ُع مِن‬
َ ِ‫لَّلا‬ َّ ‫ارهَا َو‬ ْ َ ‫ َو ِإنَّه ُ لَت َأْتِى يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة ِبقُ ُر ْونِ َها َو أ‬,‫ِم ْن ِإ َراقَ ِة الدَ ِم‬
ِ ‫ظ َالفِ َها َو أ َ ْش َع‬
ِ ‫علَى األ َ ْر‬
ً ‫ فَ ِط ْيبُوا ِب َها نَ ْف‬,‫ض‬
‫سا‬ َ ‫ان قَ ْب َل أ َ ْن يَقَ َع‬
ٍ ‫ِب َم َك‬

Artinya : “Tidak ada pekerjaan anak cucu Adam pada hari raya yang lebih
dicintai oleh Allah SWT, melainkan mengalirkan darah binatang Qurban,
sesungguhnya binatang Qurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-
tanduknya dan kuku-kukunya dan sesungguhnya darahnya yang terjatuh dari Allah
di suatu tempat mulia sebelum jatuh ke bumi, maka ikhlaskan hati berkurban”.
(HR. Tirmidzi, Hakim dan Ibnu Majah dari Aisyah).

Para Fuqoha berbeda pendapat dalam menentukan hukum qurban, adapun


menurut mazhab-mazhab selain mazhab Hanafi menghukumi sunnah muakkad (
yang mana pelakunya akan mendapat pahala dan tidak mendapat siksaan bagi yang
meninggalkannya). 15

Adapun menurut mazhab Hanafi mewajibkan hukum berqurban


berlandaskan kepada hadis berikut :16

‫ح فَ َال َي ْق َر َب َّن‬ َ ُ‫س َعة ٌ َو لَ ْم ي‬


ِ ‫ض‬ َ ُ ‫ َم ْن َكانَ لَه‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ ‫ص َل َّلَّلا‬ ِ َّ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َرسُو َل‬
َ ‫لَّلا‬ َ
‫ص َّالنَا‬
َ ‫ُم‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw, bersabda :


Barangsiapa yang dalam kondisi mampu lalu tidak berqurban, maka janganlah
mendekati tempat shalat kami ini.”

Untuk meminimalisir penularan wabah covid-19 saat pelaksanaan


ibadah qurban, maka dapat dilakukan dengan berkoordinasi atau mewakilkan

15
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih Empat Mazhab (Jilid 2) Terjemah, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015), h. 671.
16
Muhammad Nashiruddin, Shahih Sunan Ibnu Majah (Jilid 3), (Jakarta: Pustaka Azam, 2007),
h.116.
7

kepada lembaga atau organisasi seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
dalam pelaksanaan ibadah qurban. Hal ini sebagaimana terkandung dalam
ketentuan hukum fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 36 Tahun 2020
Tentang pelaksanaan ibadah qurban pada masa wabah Covid-19.

Studi ini bermaksud untuk menganalisis mengenai praktik qurban


online dalam hal ini analisis kasus di Badan Amil Zakat Nasional yang
mempunyai layanan program bernama qurban online BAZNAS, yaitu dengan
mengidentifikasi praktik transaksi, penyembelihan hewan qurban dan
pendistribusian daging qurban online serta hukum praktik qurban online.
Karena ibadah qurban melalui media online dianggap bisa memudahkan
transaksi dan penyaluran daging qurban yang bisa di salurkan sampai
kepelososok-pelosok, namun apakah hal sudah sesuai dengan ketentuan dan
aturan hukum islam yang mengaturnya? Maka perlu penelitian yang kemudian
dijelaskan agar masyarakat lebih mengetahui betul apa saja yang harus di
terapkan dalam berqurban online.

Berdasarkan uraian diatas, Penulis merasa tertarik untuk melakukan


suatu penelitian dan menganalisis secara mendalam dengan menyusun skripsi
yang berjudul “Praktik Qurban Online Baznas dalam Perspektif Hukum
Islam”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan terdahulu,
dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul, yaitu :
1. Efektivitas dan kemudahan pada praktik qurban online.
2. Praktik qurban online yang diakui oleh agama Islam.
8

3. Persyaratan hewan yang layak dijadikan sebagai qurban


menurut ulama mazhab.
4. Penyebab tidak sahnya transaksi jual beli hewan qurban online
5. Perbedaan pendapat para mazhab dalam transaksi jual beli
hewan qurban online.
6. Pandangan ulama mazhab dalam praktik tranksaksi jual beli
hewan qurban online.
7. Persyaratan untuk melakukan penyembelihan hewan qurban
menurut ulama mazhab.
8. Pemerataan pendistribusian daging qurban online Baznas ke
daerah pelosok.
9. Dasar hukum Baznas menyelenggarakan qurban online.
10. Peran Baznas dalam pengelolaan ekonomi dan mekanisme
praktik qurban online.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan proposal skripsi ini, penulis melakukan
pembatasan hanya pada tinjauan transaksi jual beli hewan qurban,
pendistribusian daging qurban online serta hukum praktik qurban online
di Badan Amil Zakat Nasional penyedia layanan qurban online.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas sesuai dengan
identifikasi masalah dapat penulis buat rumusan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana praktik transaksi jual beli hewan qurban online Baznas?
b. Bagaimana pendistribusian daging qurban Baznas?
c. Bagaimana hukum praktik qurban online Baznas perspektif hukum
Islam?
9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui transaksi qurban online di Badan Amil Zakat
Nasional
b. Untuk mengetahui pendistribusian daging qurban online Badan Amil
Zakat Nasional
c. Untuk mengetahui hukum praktik qurban online menurut hukum Islam
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, ditujukan untuk menambah pengetahuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum islam,
khususnya tentang praktik qurban online Baznas.
b. Secara praktis, ditujukan agar dapat menambah pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas bagi penulis dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya hukum islam dalam hal ini praktik qurban
online Baznas, juga menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca atau masyarakat umum dalam masalah praktik transaksi dan
praktik qurban online serta tata cara pelaksanaan dan pendistribusian
daging qurban.

E. Kajian Studi Terdahulu


Kajian tentang hukum berqurban bukanlah hal yang baru, banyak
pembahasan sebelum ini yang membahas tentang hukum qurban. Pembahasan
tersebut dipublikasikan dengan berupa buku, jurnal, maupun skripsi. Namun
cakupan pembahasan dalam studi ini lebih terfokus pada praktik qurban online
studi kasus di badan amil zakat nasional yang bertujuan untuk mengetahui
transaksi qurban online dan pendistribusian daging qurban online dilembaga
10

badan amil zakat nasional, serta mengetahui praktik qurban online menurut
hukum Islam.

Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi dan karya tulis
terdahulu, yaitu :

1. Jurnal yang berjudul “Potret Penyembelihan Hewan Qurban Pada


Era New Normal di Kabupaten Kotawaringin Barat”, yang ditulis
oleh Ayutha Wizinindyah tahun 2020, yang membahas tentang
pelaksanaan qurban masa pandemic covid-19, namun perbedaannya
jurnal tersebut lebih membahas tentang potret penyembelihan
hewan qurban pada era new normal di Kabupaten Kotawaringin
Barat, sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada hukum qurban
online pada masa pandemi covid-19 di Badan Amil Zakat
Nasional. 17
2. Jurnal yang berjudul “Qurban Innovation Due to The Covid-19:
Experiences from Indonesia”, yang ditulis oleh Abdul Syatar tahun
2020, jurnal ini membahas tentang berbagai macam inovasi
pelaksanaan ibadah kurban saat covid-19 di Indonesia.18
3. Skripsi yang disusun oleh Kartini dengan judul “Praktek Qurban di
Desa Kundur dalam Perspektif Hukum Islam Studi Kasus didesa
kundur, kec. Kundur Barat Kab. Karimun kepulauan Riau”, skripsi
ini membahas tentang beberapa praktek qurban di Desa Kundur
Kepulauan Riau yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Praktek
qurban yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam yakni

17
Ayutha Wizinindyah, “Potret Penyembelihan Hewan Qurban Pada Era New Normal di
Kabupaten Kotawaringin Barat”, (Jurnal – E- Prosiding Seminar Nasional Ilmu Peternakan Terapan,
Peternakan Politeknik Jember-Jember 2020).
18
Abdul Syatar, “Qurban Innovation Due to The Covid-19: Experiences from Indonesia”,
(Jurnal – Euoropean Journal of Molecular & Clinical Medicine, UIN Alauddin, Makassar- Makassar,
2020).
11

pemanfaatan hewan qurban dan penguburan kerangka hewan


qurban. Pada dasarnya seluruh bagian hewan qurban bisa
dimanfaatkan, baik kepala, kulit maupun tulangnya. Boleh saja
tulang-belulang hewan qurban dikubur (dipendam) itu lebih baik,
akan tetapi setelah dimanfaatkan. Jika kerangka hewan qurban
dikubur sebelum dimanfaatkan, itu merupakan perbuatan yang
menyia-nyiakan atau mubazir. Karena baik kulit, kepala, maupun
tulang-belulang hewan qurban dapat digunakan sebagai konsumsi.
Sedangkan praktek penguburan tulang hewan qurban seperti
dibungkus menggunakan kain putih dan kerangka hewan tersebut
dikubur layaknya sepeti jenazah, ini tidak dibenarkan dalam agama
Islam. Tidak ada perbuatan menguburkan hewan seperti manusia.
Dalam agama Islam segala sesuatu ada tempatnya, manusia
memang diperlakukan sepeti itu. Tetapi tidak dengan hewan. Pada
hahikatnya semua yang ada dimuka bumi ini adalah ditundukkan
untuk kemaslahatan manusia lain. 19
4. Skripsi yang disusun oleh Fauzan dengan judul “ Hukum Qurban
Menggunakan Uang”, dalam kesimpulannya pelaksanaan qurban
menggunakan uang dizaman sekarang memang sudah ada
contohnya sejak lama, ada beberapa riwayat sahabat yang berqurban
dengan ayam, cincin, atau harta benda lainnya, namun tidak terdapat
indikasi bahwa apa yang mereka lakukan adalah berqurban dengan
pengertian syar’iyyah yang oleh Rasulullah dibatasi dan diatur
objek dan waktunya, karena itu istilah berqurban dengan uang itu
tidak cukup sandaran kepada syariatnya. Kalaupun mereka lakukan

19
Kartini, Praktek Kurban di Desa Kundur Dalam Perspektif Hukum Islam, Studi Kasus
DiDesa Kundur, Kec.Kundur Barat Kab. Karimun Kepulauan Riau, Perbandingan Mazhab Fiqh,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, 2015.
12

hal itu, maka tetap memiliki nilai kebaikan yang masuk kategori
sedekah biasa. 20
5. Skripsi yang disusun oleh Khalwah Faridah dengan judul
“Pelaksanaan Ibadah Kurban Masa Pandemi Covid-19 Di Lazis
Muhammadiyah Lamongan: Analisis Komparatif Fatwa MUI
Nomor 36 Tahun 2020 dan Keputusan Majelis Tarjih Wa Tajdid
pada PP Muhammadiyah Nomor 06/EDR/I.0/E/2020”, skripsi ini
membahas mengenai fatwa dan istinbat yang digunakan oleh
Majelis Ulama Indonesia yang dikomparatifkan dengan fatwa
Majelis Tarjih Wa Tajdid PP Muhammadiyah. 21

Pada tiap penelitian tersebut memiliki tujuan dan pendekatan


yang berbeda-beda namun masih berada dalam ruang lingkup yang
sama, yaitu mengenai kurban, mulai dari hukum kurban, pelaksanaan
dan pendistribusian hewan kurban.

Perbedaan antara kelima penelitian tersebut dengan proposal


skripsi ini adalah penulis melalui metode pendekatan strategi deskripsi
analisis yaitu lebih kepada praktik transaksi jual beli hewan qurban
online dan praktik qurban online menurut hukum Islam, dalam hal ini
studi kasus di badan amil zakat nasional.

F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,

20
Fauzan, Hukum Kurban Menggunakan Uang, Perbandingan Mazhab Fiqh, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, 2014.
21
Khalwah Faridah, Pelaksanaan Ibadah Kurban Masa Pandemi Covid-19 Di Lazis
Muhammadiyah Lamongan: Analisis Komparatif Fatwa MUI Nomor 36 Tahun 2020 dan Keputusan
Majelis Tarjih Wa Tajdid pada PP Muhammadiyah Nomor 06/EDR/I.0/E/2020, Perbandingan Mazhab,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Syariah dan Hukum, 2020.
13

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak


adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. 22

Maka untuk memperoleh hasil yang baik dari proposal ini sehingga
berhasil mencapai sasaran yang sesuai dengan judul, berikut metode penelitian
yang penulis gunakan:

1. Pendekatan Penelitian
Dalam sebuah penelitian dibedakan dua jenis data, yaitu pertama
data yang diperoleh langsung dari masyarakat (primary data atau basic
data), kedua data yang diperoleh dari bahan kepustakaan (secondary
data).23 Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis data
yang kedua, yaitu data kepustakaan yang mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, journal-journal dari internet yang menjadi sumber
rujukan penulis.

2. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu
memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
suatu gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia, dengan
mengkaji data-data dan literatur yang berkaitan dengan judul.
Strategi pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah strategi
deskripsi analisis, yakni bertujuan untuk menggambarkan keadaan
sementara dengan memaparkan hasil-hasil penelitian yang bersumber
dari data, yaitu buku-buu fiqh, dan buku-buku lain yang mendukung
pembahasan ini.

22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986) Cet.III, hal.42.
23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986) Cet.III, hal.42.
14

3. Sumber Data Penelitian


Dalam melakukan penelitian, penulis akan membagi sumber
data ke dalam dua bagian, yakni :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan yang mempunyai
kekuatan mengikat berupa peraturan perundang-undangan,
selain itu yang termasuk ke dalam hukum primer yaitu catatan-
catatan resmi atau risalah dalam pembuat perundang-undangan
dan putusan-putusan hakim.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.
Misalnya dapat berupa hasil karya dari kalangan hukum seperti
buku yang berkaitan dengan hukum berqurban online melalui
penelusuran internet, buku, laporan penelitian, jurnal dan
sebagainya.
c. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan.24 Di dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
secara studi kepustakaan (Library Research), dari data yang
terkumpul, penulis menggali keterangan tentang kriteria boleh
dan tidaknya hukum qurban online, proses selanjutnya penulis
berusaha mengklasifikasikan data-data tersebut, dan penulis
dapat menggambarkan tentang pembahasan.
d. Metode Analisis Data

24
Moh Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 211.
15

Teknik analisis data meliputi upaya melihat, membaca,


menganalisa, menafsirkan, dan membandingkan bahan-bahan
dokumen yang meliputi:
(1) Otobiografi; (2) Surat-surat pribadi, buku atau catatan harian
(Jurnal); (3) Surat kabar.25 Inilah yang disebut dengan
analisis data kualitatif.

Ada 2 teknik yang penulis gunakan dalam menganalisis data,


yaitu:

1) Metode deduktif
Metode deduktif adalah teknik analisis data yang dimulai
dari teori yang bersifat umum, selanjutnya dikemukakan
kenyataan yang bersifat khusus. 26
Dalam menerapkan metode deduktif tersebut penulis memulai
dari teori hukum berqurban yang bersifat umum, kemudian
penulis kemukakan secara khusus.
2) Metode deskriptif
Prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian
yang dapat berupa orang, lembaga, masyarakat lainnya
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
e. Sistematika
Untuk mengingatkan kualitas, baik menyangkut
substansi dan maupun teknis penulisan, penulis menggunakan
Buku Pedoman Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017 sebagai bahan acuannya.

25
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h.103.
26
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h.103.
16

G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih tepat dan terarah penulis
menjadikan sistematika penulisan dalam lima bab, yang mana dalam kelima
bab tersebut terdiri dari sub-sub bab yang terkait. Sistematika penulisan sebagai
berikut :

BAB I, adalah Pendahuluan. Dalam bab ini yang memuat tentang latar
belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode
penelitian, metode analisis dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori. Dalam bab ini berisi mengenai qurban dan jual
beli dalam fiqih, yang mencangkup pengertian qurban, dasar hukum
berqurban, sejarah qurban, waktu berqurban, jenis dan syarat hewan
qurban, cara mengatur daging qurban, serta keutamaan berqurban, dan
pengertian jual beli, dasar hukum jual beli serta rukun dan syarat sah
jual beli.

BAB III, dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran
umum Baznas yaitu profil lembaga yaitu Badan Amil Zakat Nasional
yang mencakup sejarah Baznas, legal formal Baznas, visi dan misi
Baznas, tujuan Baznas, program dan pendistribusian Baznas, kurban
online Baznas, ekonomi dan mekanisme pengelolaan kurban online
Baznas.

BAB IV, membahas tentang praktik qurban online Baznas, yang


mencakup transaksi jual beli hewan qurban online, penyembelihan
daging qurban online, pendistribusian daging qurban online, dan
analisis praktik qurban online Baznas dalam perspektif hukum Islam.
17

BAB V, adalah penutup. Dalam bab ini merupakan penutupan kajian


ini, dalam bab ini penulis akan menyimpulkan berkaitan dengan
pembahasan yang penulis lakukan sekaligus menjawab rumusan
masalah yang penulis gunakan dalam bab. Uraian terakhir adalah saran
yang dapat dilakukan untuk kegiatan lebih lanjut berkaitan dengan apa
yang telah penulis kaji.
BAB II
LANDASAN TEORI PRAKTIK QURBAN ONLINE
A. Qurban di dalam Fiqh
1. Pengertian Qurban
Qurban adalah suatu amalan yang disyariatkan Islam pada tahun
kedua Hijriah berdasarkan dalil Al-Qur’an, hadits, dan ijma. 1
Udhiyyah pada asalnya bermakna “waktu dhuha”, yaitu waktu antara
jam 07.00 hingga menjelang istiwa, kira-kira jam 12.00, kemudian
dijadikan nama sebagai nama bagi sembelihan qurban yang
pelaksanaannya dilakukan dan dianjurkan pada waktu dhuha, yang
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. 2
Qurban dalam istilah syara artinya mendekatkan diri kepada
Allah dengan jalan menyembelih binatang dengan niat tertentu untuk
memberikan kenikmatan atas harta bendanya kepada orang yang berhak
menerima qurban tersebut dengan tujuan mencari keridhoan Allah
semata dan dalam waktu yang tertentu pula. 3
Udhiyyah ialah binatang yang disembelih baik unta, sapi, kerbau, atau
kambing karena menghampirkan diri kepada Allah pada waktu yang
akan diterangkan kemudian. 4
Kata Qurban berasal dari bahasa Arab “Qaruba-Yaqrubu-
Qurban-Qurbanan”, ‫ قربانا‬-‫ قربا‬-‫ يقرب‬-‫ قرب‬Artinya dekat, mendekatinya,
menghampiri. 5 Namun menurut istilah fiqih artinya : menyembelih

1
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet. 1, h.292.
2
T. A. Latief Rosydiy, Qurban dan Aqiqah Menurut Sunah Rasulullah Saw (Medan; Firman
Rimbow, 1996) Cet.3, h. 15.
3
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’I, (Bandung, Pustaka Setia, 2005), h.
682.
4
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset,
2013), Jilid 2, h.1051.
5
Nawawi Rambe, Fiqih Islam, (Jakarta: Duta Pahala, 1994) Cet I, h.557.

18
19

hewan ternak pada hari raya haji (qurban) dan hari raya tasyrik untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.6
Dalam bahasa arab, hadyu artinya sesuatu yang dihadiahkan
(dikirim dan dipindahkan). Dalam istilah syariat, hadyu, adalah hewan
ternak, (unta,sapi, dan kambing).7 Hewan qurban berasal dari kata al-
udhiyah dan adh-dhahiyah, kata sebutan bagi setiap yang disembelih
berupa onta, sapi dan kambing pada hari qurban, an hari-hari tasyriq,
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 8
Berqurban (udhiyah) adalah salah satu bentuk pendekatan diri
kepada Allah dengan mengorbankan sebagian sebagian kecil hartanya,
untuk dibelikan binatang ternak. Menyembelih binatang tersebut
dengan persyaratan yang ditentukan. Sedangkan berqurban (tadhiyah)
mempunyai arti yang lebih luas yaitu berqurban dengan harta, jiwa,
pikiran dan apa saja untuk tegaknya Islam.
Secara etimologis, qurban berarti sebutan bagi hewan yang
diqurbankan atau sebutan bagi hewan yang disembelih pada hari raya
Idul Adha. Adapun definisinya secara fiqih adalah perbuatan
menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada
Allah SWT, dan dilakukan pada waktu tertentu atau bisa juga
didefinisikan dengan hewan-hewan yang disembelih pada hari raya Idul
Adha dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Qurban
merupakan pendekatan diri kepada Allah SWT.9 Menurut Syara’,
Qurban adalah beribadah untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

6
Abu Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
Cet III, h.353.
7
Wahbah Az-Zuhaili , Fiqih Islam Wa Adilatuhu, (Jakarta: Gema Insani 2011), Jilid III, h. 612
8
Al-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009) Cet.I, h.370.
9
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid 4, Cet I,
h. 254.
20

Kurban berarti dekat atau mendekat atau disebut Udhiyyah atau


Dhahiyyah yang secara harfiah berarti hewan sembelihan.

2. Dasar Hukum Berqurban


Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum
berqurban, apakah wajib atau sunnah, menurut Jumhur hukum qurban
sunnah muakkadah, sebagaimana firman Allah SWT :

َ َ‫ ف‬. ‫ط ْينَاكَ ْال َك ْوثَ َر‬


‫ص ِل ِل َربِكَ َوا ْن َح ْر‬ َ ‫إِنَّا أ َ ْع‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberi kepadanya
nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan
berqurbanlah.” (QS. al-Kautsar/108:1-2)

Wajib hukumnya menurut mazhab Abu Hanifah, istilah wajib


disini menurut Abu Hanifah kedudukannya sedikit lebih rendah dari
Fardhu, dan lebih tinggi dari sunnah. Karena hukumnya wajib, maka
berdosalah orang yang meninggalkannya jika ia tergolong orang kaya. 10

Abu Hurairah r.a berkata, bahwasanya Rasulullah Saw, bersabda 11 :

ِ‫ضح‬َ ُ‫س َعة ٌ َو لَ ْم ي‬ َ ُ‫ َم ْن َكانَ لَه‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َل َّلَّلا‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫لَّلا‬ َ
َ ُ ‫ص َّح َحه ُ ا َ ْل َحا ِك ُم لَ ِك ْن َر َّج َح ا َ ْأل َ ِء َّمة‬
ُ‫غي ُْره‬ َ ‫ َو‬،‫ َو ْب ُن َما َجه‬،ُ ‫(ر َواهُ أَحْ َمد‬
َ ‫ص َّالنَا‬ َ ‫فَ َال َي ْق َر َب َّن ُم‬
)‫َو ْقفَه‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah R.a bahwa Rasulullah SAW


bersabda: “Siapa yang memiliki kelapangan tetapi ia tidak berqurban,

10
Yusuf al-Qardawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 1995), Jilid 1, Cet 1,
h.492.
11
Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Penerjemah
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi. Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Malang: Darul Ihya Al-Kutub al-‘Al
Arabiyyah, 2014), h.1044.
21

maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shlat kami.” (Riwayat


Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mauquf
menurut para imam hadits selainnya).

Mayoritas ulama menghukumi sunnah, bukan wajib, berdasarkan ayat :


‫ص ِل ِل َربِكَ َوا ْن َح ْر‬
َ َ‫ف‬

Hukum menyembelih qurban menurut mayoritas Ulama selain


Imam Abu Hanifah, adalah sunnah muakkad bagi umat Islam, atau
sunnah yang sangat diharap dan dikukuhkan oleh yang sanggup. Ibadah
qurban adalah termasuk syiar agama yang ditetapkan dalilnya.
Abu Hanifah dan para sahabatnya menyatakan bahwa “berqurban
hukumnya adalah wajib satu kali setiap tahun bagi seluruh orang yang
menetap dinegeri”. Argumentasi yang dikemukakan mazhab Hanafi
mewajibkan qurban adalah berdasarkan sabda Rasulullah SAW12 :
‫ح‬ َ ُ‫سعَةٌ َو لَ ْم ي‬
ِ ‫ض‬ َ ُ‫ َم ْن َكانَ لَه‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ص َل َّلَّلا‬ ِ َّ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َرسُو َل‬
َ ‫لَّلا‬ َ
َ ‫ص َّالنَا‬
)‫(ر َواهُ َ ِإبْنُ َما َجه‬ َ ‫فَ َال يَ ْق َربَ َّن ُم‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda: siapa yang daam kondisi mampu lalu tidak berqurban,
maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah)

Berqurban adalah sunnah muakadah, makruh meninggalkannya


padahal mampu melakukannya. Ini berdasarkan hadits dari sahabat
Rasulullah yakni Anas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
bahwa Rasulullah SAW berqurban dengan dua ekor biri-biri berwarna

12
Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Penerjemah
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi. Sunan Ibnu Majah, Juz 2, (Malang: Darul Ihya Al-Kutub al-‘Al
Arabiyyah, 2014), h.1004.
22

hitam bercampur putih dan bertanduk. Beliau menyembelih kedua biri-


biri tersebut dengan tangan beliau sendiri dan beliau menyebut nama
Allah serta bertakbir.
Para imam mazhab, sepakat bahwa udhiyyah (penyembelihan
hewan qurban) disyari’atkan dalam Islam, namun mereka berbeda
pendapat apakah qurban itu hukumnya sunnah, atau wajib?
Menurut pendapat Maliki, Syafi’i, Hambali, qurban hukumnya
adalah sunnah mu’akkadah, Hanafi berpendapat hukumnya adalah
wajib atas penduduk kota-kota besar, yaitu orang-orang yang sudah
mempunyai harta satu nisab. 13
Para Ulama telah menyepakati pensyariatan qurban, dan mereka
hanya berbeda pendapat mengenai hukum berqurban bagi orang yang
mampu. Dalam hal ini, pendapat ulama terbagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut14 :
Pertama, hukumnya wajib, dengan konsekuensi orang yang
tidak melaksanakannya berarti telah berdosa. Pendapat ini dikemukakan
oleh Al-Auza’I, Al-Laits, dan Madzhab Abu Hanifah, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, Cenderung memilih pendapat ini.
Kedua, hukumnya sunnah muakkad. Pendapat ini dikemukakan
oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Al-Khatab, dan Bilal Bin
Rabbah, dan Abu Mas’ud Al-Anshari. Pendapat terakhir ini
dikemukakan oleh Suwaid bin Ghaflah, Sa’id bin Musayyab, Alqamah,
Al-Aswad, Atha, dan Asy-Sya’bi. Selain ini, pendapat ini juga dipilih
oleh mazhab Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, sekaligus menjadi pendapat
yang masyhur dikalangan Mazhab Maliki.

13
Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fikih Empat Mazhab, (Bandung:
Hasyimi 2014), h. 186.
14
Wahid Abdus Salam Bali, 474 Ibadah Salah Kaprah, (Jakarta: Amzah 2006), Cet. 1, h.460.
23

3. Sejarah Qurban
a. Qurban di masa Nabi Adam as

Syariat berqurban yang merupakan salah satu dari syiar agama


Allah mempunyai sejarah yang panjang sejak nabi Adam AS, sebab itu
syariat berqurban digolongkan sebagai salah satu ibadah klasik sejarah
yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya didalam kitab suci Al-
Qur’an.15

Qurban atau penyembelihan binatang pertama kali dilakukan


oleh dua anak Adam yaitu Habil dan Qabil. Mereka diperintahkan oleh
ayah mereka yaitu Adam AS untuk berqurban. Dalam Al-Qur’an Surat
al-Maidah ayat 27 dijelaskan mengenai hal tersebut, yaitu :

‫ق إِذْ قَ َّربَا قُ ْربَا ًنا فَتُقُبِ َل ِم ْن أ َ َح ِد ِه َما َولَ ْم يُتَقَ َّب ْل ِمنَ ْاْلخ َِر‬
ِ ‫ي آدَ َم بِ ْال َح‬ ْ ‫علَ ْي ِه ْم نَبَأ َ ا ْب َن‬
َ ‫َواتْ ُل‬
َ‫لَّلاُ ِمنَ ْال ُمتَّقِين‬
َّ ‫قَا َل َأل َ ْقتُلَنَّكَ ۖ قَا َل إِنَّ َما يَتَقَ َّب ُل‬

Artinya : “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera


Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia
berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa".

Ayat ini berpesan kepada Nabi Muhammad saw kepada orang-


orang Yahudi dan siapa pun tentang kisah yang terjadi terhadap kedua
putra Adam, yaitu Habil dan Qabil. Keduanya mempersembahkan

15
T.A. Latief Rosyidiy, Qurban dan Aqiqah Menurut Sunnah Rasullah SAW, (Medan: Firma
Rimbow, 1996), h.1.
24

qurban guna mendekatkan diri kepada Allah, maka diterima oleh Allah
qurban dari salah seorang dari mereka berdua, yakni dari Habil dan
tidak diterimanya kurban Qabil. Melihat kenyatan itu Qabil iri hati dan
dengki maka ia berkata, “Aku pasti membunuhmu!”. Ancaman ini
ditanggapi oleh Habil dengan ucapan yang diharapkan dapat
melunakkan hati saudaranya serta mengikis kedengkiannya. Ia
menjawab, “Sesungguhnya Allah hanya menerima dengan penerimaan
yang agung dan sempurna kurban dari para muttaqin, yakni orang-orang
yang telah mencapai kesempurnaan dalam ketaqwaan. 16

Kemudian kedua anak Nabi Adam itu diminta untuk


mendekatkan diri kepada Allah dengan mempersembahkan qurban,
maka Habil yang seorang peternak kambing berqurban dengan kambing
qibas sedangkan Qabil yang seorang tukang bercocok tanam berqurban
dengan mempersembahkan gandum yang berasal dari hasil
pertaniannya. Pada saat itu Habil mendapat bagian yang melimpah dan
sepak terjangnya mendapat taufik sesuai dengan aturan yang ada. Maka
diterima qurbannya Habil dan tidak diterima qurbannya Qabil, karena
Qabil menentang keputusan ayahnya dan tidak mempunyai niat ikhlas
dalam mempersembahkan qurban.17 Allah berfirman dalam surat Al-
Baqarah (2) ayat 27:

َ‫صلَ َويُ ْف ِسد ُون‬ َ ‫ٱّلل ِمن بَ ْع ِد ِمي َٰث َ ِق ِهۦ َويَ ْق‬
َّ ‫طعُونَ َما أ َ َم َر‬
َ ‫ٱّللُ بِِۦه أَن يُو‬ َ َ‫ٱلَّذِينَ يَنقُضُون‬
ِ َّ َ ‫ع ْهد‬
َ‫ض ۖ أ ُ ۟و َٰلَئِكَ هُ ُم ْٱل َٰ َخس ُِرون‬
ِ ‫فِى ْٱأل َ ْر‬

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah


sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan

16
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Cet. IV, (Tangerang: Lentera Hati, 2005),
h. 72.
17
Ali Muhammad al-Bajawi, dkk. Qashash Al-Qur’an, Penerjemah Abdul Hamid, Untaian
Kisah Dalam Al-Qur’an, Cet. Ke 1, (Jakarta: Dar al-Haq, 2007), h.15.
25

Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat


kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”

b. Qurban dimasa Nabi Ibrahim As


Qurban yang dipersembahkan Nabi Ibrahim sebelum
penyembelihan anaknya Nabi Ismail, ia juga pernah berqurban dengan
bersedekah menggunakan roti dan Allah memerintahkan kepadanya
supaya menyembelih lembu betina, kibas dan lain-lainnya.
Adapun ibadah qurban yang disunnahkan dalam Islam itu
berawal dari peristiwa qurban Nabi Ibrahim bersama anaknya yaitu
Nabi Ismail. Perintah Allah Swt kepada Nabi Ibrahim yang mendapat
perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi
Ismail. Nabi Ibrahim berkeyakinan mimpi yang dialami adalah mimpi
yang benar 18, Allah Swt berfirman pada surat Ashafat ayat 102:
‫ى ِإنِى أ َ َر َٰى فِى ْٱل َمن َِام أَنِى أَذْ َبحُكَ فَٱنظُ ْر َماذَا ت ََر َٰى‬
َّ َ‫ى قَالَ َٰ َيبُن‬ َّ ‫فَلَ َّما َبلَ َغ َم َعهُ ٱل‬
َ ‫س ْع‬
َ‫ص ِب ِرين‬َّ َٰ ‫ٱّللُ ِمنَ ٱل‬
َّ ‫ست َِجد ُ ِنى ِإن شَا َء‬ َ ۖ ‫ۖ قَالَ َٰ َيأ َ َبتِ ٱ ْف َع ْل َما تُؤْ َم ُر‬

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)


berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ketika tiba saatnya anak tersebut lahir dan tumbuh berkembang,


maka tatkala sang anak yaitu Nabi Ismail telah mencapai usia yang
menjadikannya mampu berusaha bersama Nabi Ibrahim, maka Nabi

18
Hasan Mu’arif Ambary, dkk. Ensiklopedia Islam, cet.IV, VOL. II, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve Jilid 5, 1997), h.82.
26

Ibrahim berkata sambil memanggil anaknya dengan panggilan mera:


“Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu dan engkau tentu tahu bahwa mimpi para nabi adalah
wahyu Ilahi.” Jika demikian itu halnya, maka pikirkanlah apa
pendapatmu tetan mimpi yag merupakan perintah Allah itu!”, sang anak
menjawab dengan penuh hormat: “Hai bapakku, laksanakanlah apa saja
yang sedang dan akan diperitahkan kepadamu termasuk perintah
menyembelihku, jika akan mendapatiku insya Allah termasuk
kelompok para penyabar.”19
Nabi Ibrahim as menyampaikan mimpi itu kepada anaknya. Ini
agaknya karena beliau memahami bahwa perintah tersebut tidak
dinyatakan sebagai harus memaksakannya kepada sang anak. Yang
perlu adalah bahwa ia berkehendak melakukannya. Bila ternyata sang
anak membangkang maka itu adalah urusan ia dengan Allah. Ia Ketika
itu akan dinilai durhaka, tidak ubahnya dengan anak Nabi Nuh as yang
membangkang nasihat orang tuanya. 20
Dengan kerelaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya
sebagai qurban atas perintah Allah Swt lalu diabadikan menjadi sunnah
sampai kezaman Nabi Muhammad Saw dan bahkan sampai akhir
zaman.

c. Qurban dimasa Nabi Muhammad SAW


Ibadah qurban disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Saat itu
Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat Idul Adha dan membaca

19
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Cet. IV, (Tangerang: Lentera Hati, 2005),
h. 62-63.
20
Ibid.
27

khutbah Idul Adha. Setelah itu beliau berqurban dengan dua ekor
kambing yang bertanduk dan berbulu putih sedikit ada loreng hitam. 21
Tradisi qurban sebenarnya telah menjadi kebiasaan umat-umat
terdahulu, hanya saja prosesi dan ketentuannya tidak sama persis
dengan qurban yang ada dalam syariat Nabi kita. Allah berfirman surat
Al-Hajj ayat 67:
ۖ َ‫س ًكا هُ ْم نَا ِسكُوهُ ۖ فَ َال يُ َٰنَ ِزعُنَّكَ فِى ْٱأل َ ْم ِر ۖ َوٱدْعُ ِإلَ َٰى َر ِبك‬ َ ‫ِلكُ ِل أ ُ َّم ٍة َج َع ْلنَا َمن‬
‫ِإنَّكَ َل َع َل َٰى هُدًى ُّم ْست َ ِق ٍيم‬

Artinya : “Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at


tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka
membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada
(agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada
jalan yang lurus.”

Dalam banyak literatur diterangkan bahwa qurban umat-umat


terdahulu tidak dibagikan kepada fakir miskin sebagaimana yang ada
dalam syariat Nabi kita Muhammad Saw akan tetapi langsung
dipersembahkan pada Allah Swt dengan disambar api yang datang dari
langit.22

4. Waktu Berqurban
Seperti halnya ibadah lain, Islam menentukan batasan waktu
dalam berqurban. Pembatasan waktu tersebut bertujuan agar umat Islam
mau menghargai waktu dan memiliki disiplin tinggi. Tidak boleh
menyembelih hewan qurban setelah matahari terbit pada hari raya

21
M Husain Nasir, Fikih Dzabihah Kurban, Aqiqah, Khitan, Cet ke-1, (Jatim: Pustaka Sidogiri,
2005), h.10.
22
Muhammad Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang, CV Thoha Putra, 2007), h.445.
28

qurban, penyembelihan hendaknya dilakukan setelah shalat Idul Adha


dan tiga hari sesudahnya (hari-hari Tasyrik).23
Disyariatkan pada hewan qurban untuk tidak disembelih kecuali
setelah matahari terbit pada hari raya Idul Adha, dan setelah melewati
waktu dengan durasi yang cukup mengerjakan shalat hari raya, sesudah
itu boleh menyembelihnya di hari mana saja yang termasuk hari-hari
Tasyrik, baik malam ataupun siang. Setelah tiga tersebut tidak ada lagi
penyembelihannya.
Bagi umat Islam, waktu qurban dilakukan pada 10 Dzulhijjah
(hari nahar) dilaksanakan setelah sholat Idul Adha, dan 11, 12 dan 13
Dzulhijjah (hari tasyrik) bertepatan pada hari raya Idul Adha. Kalau
memungkinkan orang yang menyembelih hewan qurban ialah orang
yang berqurban itu sendiri.
Sebuah hadits menyatakan24 :
‫ت ْال َع ْش ُر َوأ َ َرادَ أ َ َحد ُ كُ ْم أ َ ْن‬ َ ‫ع ْن أ ُ ِم‬
َّ ‫سلَ َمةَ أ َ َّن النَّ ِب‬
ِ َ‫ ِإذَا دَ َخل‬:َ‫ى صلى هللا عليه وسلم قَال‬ َ
)‫ش ْيئًا (رواه مسلم‬ ُّ ‫ى فَالَ يَ ُم‬
َ ‫س ِم ْن شَ ْع ِر ِه َوبَش َِر ِه‬ َ ‫ض ِح‬
َ ُ‫ي‬

Artinya: “Dari Ummu Salamah r.a bahwasanya Nabi SAW,


telah bersabda, bila telah masuk tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan salah
seorang diantara kamu hendak berqurban, maka tidaklah boleh
menyentuhnya rambut dan kulit hewan qurbannya sedikitpun”. (HR.
Muslim).

Kalangan fuqaha terjadi beberapa perselisihan pendapat dalam


hal persial, yaitu tentang awal dan akhir berqurban, serta dalam hal

23
Abdul Mutaalal Jabari, Al-adhiyyah: ahkamuhawa Falsafatu haal-Tarbiyah, diterjemah oleh
Ainul Haris, Cara Berqurban, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.59.
24
Abu Abdurrahman Ahmad bin Syuaib an-Nasa’I, Sunan an-Nasa’I, (Maktaba al-Matbuat al-
Islamiyah, 1986), cet 2, Juz 7, h.212.
29

makhruhnya menyembelih hewan qurban pada malam Idul Adha. Para


fuqaha juga menyepakati tidak bolehnya melakukan penyembelihan
sebelum shalat Id atau pada malam hari raya Idul Adha. 25
Menurut pendapat Syafi’i, waktu penyembelihan hewan qurban
adalah sejak terbit matahari pada hari nahar (Idul Adha) dan telah
berlalu kadar waktu shalat hari raya dan dua khutbahnya, apabila
penyembelihan dilakukan sebelum shalat Idul Adha dan khutbah, maka
hukumnya tidak sah. Sedangkan menurut pendapat Hanafi, waktu
berqurban baru masuk dengan terbitnya fajar hari raya dan terus
berlangsung hingga sesaat sebelum terbenamnya matahari pada hari
ketiga (tanggal 12 Dzulhijjah. Menurutnya makruh hukumnya
menyembelih hewan qurban di malam hari, karena terbukanya
kekeliruan terjadinya kekeliruan penyembelihan yang dilakukan
ditengah malam. Dalam mazhab Maliki waktu berqurban dimulai
setelah shalat dan khutbah Id. Jika ia menyembelih sebelum itu, maka
tidak sah. Tidak sah disini menyembelih hewan qurban sebelum shalat
dan sebelum imam menyembelih. 26
Dalam mazhab Hambali waktu penyembelihan hewan qurban
dimulai dari hari raya, yaitu dengan berlalunya waktu seukuran
pelaksanaan yang paling minimal dari shalat dan dau khutbah Idul
Adha. Akan tetapi, mereka semua sepakat menyatakan bahwa waktu
yang paling utama untuk berqurban adalah pada hari pertama sebelum
matahari tergelincir, karena inilah sunnah Rasulullah saw. 27

25
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), cet. 1, Jilid 4,
h.266
26
Ibid
27
Ibid
30

Jadi jumhur ulama sepakat tentang waktu qurban yakni dilakukan pada
10 Dzulhijah (hari nahar) dilaksanakan setelah shalat idul adha, dan
11,12,13 Dzulhijjah.

5. Jenis dan Syarat Hewan Qurban


Tidak semua hewan bisa dijadikan qurban. Binatang-binatang
yang biasa dijadikan qurban adalah bintang ternak, seperti unta, sapi,
domba, dan kambing. 28 Para ulama sependapat bahwa ibadah qurban
tidak sah kecuali menggunakan binatang an’am, yaitu : unta, sapi,
kerbau, kambing atau domba dan semua hewan yang termasuk jenisnya.
Dengan demikian tidak sah berkurban dengan menggunakan binatang
selain an’am, 29 berdasarkan firman Allah SWT:
‫ع َٰلى َما َرزَ قَ ُه ْم ِم ْن بَ ِه ْي َم ِة ْاْلَ ْنعَ ِام‬ َ ‫َو ِلكُ ِل ا ُ َّم ٍة َجعَ ْلنَا َم ْن‬
ِ ‫س ًكا ِليَذْكُ ُروا اس َْم ه‬
َ ‫لَّلا‬

Artinya: “Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan


penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki
yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak”. (QS.
al-Hajj:34)

Syarat sahnya qurban, disyariatkan memenuhi kriteria sebagai berikut :


a. Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahimah al-An’am
(hewan ternak tertentu). Kambing, harus berumur lebih dari 1
tahun dan memasuki tahun kedua, atau giginya mulai lepas. Sapi
dan domba, harus berumur lebih dari 2 tahun dan memasuki
tahun ketiga. Unta, harus berumur lebih dari 5 tahun dan
memasuki tahun keenam. Syarat hewan qurban yang sah untuk

28
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka Azam, 2007)
Cet II, h.615.
29
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar el-fikr, 1989), Cet III, h.9.
31

ibadah qurban haruslah yaitu onta, sapi, kambing atau domba


dan tidak boleh selain itu. Bahkan sekelompok ulama
menukilkan adanya ijma’ (kesepakatan) bahwasanya qurban
tidak sah kecuali dengan hewan-hewan tersebut.
b. Usia hewan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan oleh syariat (syara’), yakni jadz’ah untuk domba dan
musinnah untuk yang lainnya (unta, sapi, kambing),
beerdasarkan hadits yang iriwayatkan dari Jabir bin Abdullah,
Nabi bersabda30:
َ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه و سلم ْل‬:َ‫ع ْن جاَبِ ِر رضي هللا عنه قَال‬ َ
)‫علَ ْيكُ ْم فَتَذْبَ ُحوا َجذَعَةً مِنَ ا َ ْلضَّأ ْ ِن (رواه مسلم‬
َ ‫تَذْبَ ُحو إِ َْل ُم ِسنَّةً إِ َْل أ َ ْن يَ ْعسُ َر‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia


berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ‘Janganlah
kalian menyembelih kecuali musinnah. Kecuali jika terlalu sulit bagi
kalian, maka sembelihlah jadza’ah dari domba’.” (HR Muslim)

Para ulama sepakat mengenai bolehnya berqurban dengan unta,


sapi, dan domba, yang sudah mencapai tingkat tsani namun mereka
berbeda pendapat dalam hal domba yang baru mencapai tingkat
tingkatan jidz’, menurut mazhab Hanafi dan Hanbali, dibolehkan
berqurban dengan jidz’ yang tubuhnya besar atau gemuk dan umurnya
sudah mencapai enam bulan masuk tujuh bulan. Pendapat ini dipegang
juga oleh sebagian mazhab Maliki.

30
An-Nasaiburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Ensiklopedi Hadits Shahih Muslim 2,
(Jakarta: almahira, 2012), Jilid 4, Cet I, h. 264.
32

Perbedaan antara domba jidz’ dan kambing jidz’ adalah bahwa


domba jidz’ sudah memiliki masa birahi dan sudah bisa menghasilkan
keturunan (jika kawin dengan domba betina), namun kambing jidz’
belum memiliki hal demikian. Seekor anak domba sudah bisa dikatakan
mencapai tingkatan jidz’ dengan sudah tumbuhnya bulu dibagian
punggung. Sedangkan menurut pendapat yang dipandang kuat dalam
mazhab Syafi’i dan Maliki, seekor domba jidz’ baru boleh dijadikan
qurban jika usianya sudah genap setahun dan masuk tahun kedua.
Adapun usia hewan ternak lainnya yang dibolehkan untuk dijadikan
qurban menurut pandangan para ulama adalah sebagai berikut. 31

Menurut mazhab Hanafi, untuk kambing adalah yang telah


sempurna berusia satu tahun dan masuk ke tahun kedua, untuk sapi atau
kerbau adalah yang telah sempurna berusia dua tahun dan masuk tahun
ketiga sementara untuk unta adalah yang telah sempurna berusia lima
tahun dan masuk tahun keenam.

Menurut mazhab Maliki, untuk kambing adalah yang telah


sempurna berusia satu tahun menurut perhitungan tahun arab
(qamariyah) dan jelas-jelas masuk ke tahun kedua, seperti berusia satu
tahun satu bulan. Hal ini berbeda dengan domba yang sudah boleh
diqurbanlan sekedar masuk tahun kedua. Adapun untuk sapi atau kerbau
adalah yang telah berusia sempurna tiga tahun dan sekedar masuk tahun
keempat, sementara untuk unta adalah yang telah sempurna berusia lima
tahun dan masuk tahun keenam. 32 Mazhab Syafi’i, syarat untuk unta

31
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), cet I, Jilid 4,
h. 275.
32
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), cet I, Jilid 4,
h. 276.
33

adalah berusia enam tahun, sapid an kambing berusia tiga tahun, adapun
domba berusia dua tahun. Dan dalam mazhab Hambali, syarat untuk
kambing adalah berusia sempirna satu tahun, untuk sapi berusia
sempurna dua tahun, adapun unta berusia sempurna lima tahun. 33
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa para ulama mazhab
yang empat sepakat menetapkan usia untuk unta adalah lima tahun.
Adapun untuk sapi, mereka berselisih pendapat kedalam dua pendapat,
menurut mazhab Hanafi, Hambali, dan Syafi’i syaratnya adalah berusia
dua tahun, sementara menurut mazhab Maliki tiga tahun. Mereka juga
berselisih pendapat tentang umur untuk kambing dimana menurut
mazhab selain Syafi’i syaratnya adalah sudah berusia setahun penuh,
sementara menurut mazhab Syafi’i sudah berusia 2 tahun penuh.
Yang dimaksud musinnah adalah hewan yang telah mencapai
usia tsaniyah atau lebih tua daripada itu. Jika usianya kurang dari
tsaniyah maka disebut jadz’ah. Kambing tsaniyah adalah kambing yang
berumur 1 tahun dan masuk tahun ke 2 tahun masuk tahun ke3. Unta
tsaniyah adalah unta yang berumur 5 tahun masuk tahun ke 6.34
Usia tsaniyah untuk unta adalah unta yang telah genap berusia
enam tahun masuk 7 tahun. Adapun untuk sapi adalah yang telah genap
berusia 2 tahun. Sementara untuk kambing jika telah genap berusia 1
tahun. Sementara itu usia jadz’ah untuk domba adalah domba yang
sudah genap berusia 1/2 tahun (6 bulan). Dengan demikian tidak sah
hukumnya berqurban dengan hewan ternak yang belum memasuki usia
tasniyah untuk unta, sapi, dan kambing atau ukuran jadz’ah untuk
domba (kibasy)

33
Ibid.
34
Imam Syafi’I, Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), Jilid 1-2, h.737
34

c. Bebas dari aib/cacat


Hewan qurban tersebut disyaratkan bebas dari cacat yang bisa
menghalangi keabsahannya. Adapun cacat yang dimaksudkan memiliki
beberapa persoalan antara lain : Salah satu matanya buta, baik
disebabkan karena tidak memiliki bola mata, bola mata menonjol keluar
seperti kancing baju atau karena bagian mata yang hitam berubah
warnanya menjadi putih yang sangat jelas menunjukkan kebutaan. 35
Tirmidzi mengatakan, bahwa hadis ini hasan shahih. Maksud tidak
berisi adalah tidak beerlemak, ada pula yang mengatakan tulangnya
tidak berisi adalah tidak berlemak, ada pula yang mengatakan tulangnya
tidak berisi sumsum, dalam keadaan pincang, yakni pincang yang bisa
menghalangi hewan tersebut untuk berjalan sekiranya binatang tersebut
didahului oleh binatang lain sehingga dapat tertinggal dari
kelompoknya, kalau pinvangnya hanya sedikit yang sekiranya tidak
tertinggal saat berjalan bersama kelompoknya, maka tidak apa-apa.36
Ketika dibaringkan untuk disembelih binatang kakinya sehat,
lalu meronta-ronta hingga kakinya patah atau pincang pada saat
disembelih, maka tidak cukup menurut pendapat yang ashah, karena
binatang tersebut pincang ketika disembelih, jadi serupa dengan
kambing yang kakinya patah lalu segera disembelih untuk qurban, maka
tidak cukup. Hewan yang sakit, yakni sakit yang gejalanya jelas terlihat
pada hewan, yang menyebabkan kurus atau dagingnya rusak. Demikian
juga penyakit kudis yang parah sehingga bisa merusak kelezatan daging
atau mempengaruhi kesehatannya. Begitu pula luka yang dalam
sehingga mempengaruhi kesehatan tubuhnya. Diantara sakit tersebut
sakit huyam yaitu selalu haus terus menerus yang tidak pernah merasa

35
Al-Imam Taqiuddin Abu Bakar al-Husaini, Terjemah Kifayatul Akhyar (Surabaya: PT. Bina
Ilmu 1997) Jilid III, h.242.
36
Ibid.
35

segar dengan air. Ahli bahasa mengatakan: huyam adalah penyakit yang
menimpa binatang yang membuatnya selalu bingung sehingga tidak
mau merumput. Dalam keadaan kurus, sehingga tulangnya tidak
bersumsum. 37

Keempat hal tersebut di atas didasarkan pada sabda Nabi ketika


beliau ditanya mengenai hewan yang tidak boleh dijadikan sebagai
hewan qurban, maka beliau berisyarat dengan tangannya dan
bersabda:38

َ ‫ب أ َ َّن َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم سُئِ َل َماذَا يُـَّقَى ِمنَ الض‬
‫َّحا‬ ٍ ‫از‬ َ ‫ع ْن ْالبَ َرا ِء ب ِْن‬
ِ ‫ع‬ َ
‫ص ُر ِم ْن يَدِى َرسُو ُل هللا صلى‬ َ ‫يَا؟ قَا َل أ َ ْربَ َعا َو كاَنَ ْالبَ َرا ُء يُ ِشي ُْر بِيَ ِد ِه َو َيقُو ُل يَدِى أ َ ْق‬
ُ‫ضة ْالبَين‬
َ ‫ورا ُء ْالبَ ِي ُن عَ َو ُرهَا َو ْال َم ِري‬
َ َ‫ظ ْلعُ َها َو ْالع‬
َ ‫هللا عليه و سلم ْالعَ ْر َجا ُء ْالبَيِ ُن‬
)‫ض َها َو ْالعَجْ فَا ُء الَّ ِتى ْلَ ت َ ْن ِقى (رواه الملك‬
ُ ‫َم َر‬

Artinya: “Dari Al-Bara’ bin ‘Azib berkata, “Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, ‘Apa yang harus dijauhi untuk
hewan qurban? ‘Beliau memberikan isyarat dengan tangannya lantas
bersabda: “Ada empat.” Barra’ lalu memberikan isyarat juga dengan
tangannya dan berkata: “Tanganku lebih pendek daripada tangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: (empat perkara tersebut
adalah) hewan yang jelas-jelas pincang kakinya, hewan yang jelas buta
sebelah, hewan yang sakit dan hewan yang kurus tak bersumsum.”
(H.R.Malik)

37
Al-Imam Taqiuddin Abu Bakar al-Husaini, Terjemah Kifayatul Akhyar (Surabaya: PT. Bina
Ilmu 1997) Jilid III, h.242.
38
Malik bin Annas al-Madani, Muato Abdul Malik, (Bairut Libanon: Dar al-Ihya at-Turast al-
Araby, 1983), Juz II, h.482.
36

Keempat sifat di atas membuat tidak sahnya berqurban dengan suatu


hewan, berdasarkan kesepakatan ulama.
Sifat-sifat hewan yang akan diqurbankan ada tiga macam sifat-
sifat yang dianjurkan. Sifat-sifat yang menghalangi sahnya qurban, dan
sifat-sifat yang makruh keberadaannya pada hewan qurban. Berkenaan
dengan sifat-sifat yang dianjurkan terdapat pada domba/kambing
qurban menurut kesepakatan ulama adalah hendaklah berupa domba
jantan yang gemuk, bertanduk, berbulu putih, pejantan ataupun yang
dikebiri, sebab yang pejantan dipandang lebih utama oleh jumhur
ulama, sementara mazhab Hanafi memandang yang dikebirilah yang
lebih utama. Qurban tidak sah jika hewan qurbannya memiliki empat
cacat di atas, demikian pula dengan cacat-cacat yang lain yang mirip
dengan keempat cacat di atas dan tentunya cacat lain yang lebih parah
dari itu.
Berqurban dengan hewan yang memiliki cacat berikut ini juga tidak sah:
a. Kedua belah matanya buta
b. Hewan yang pencernaan tidak sehat sehingga kotorannya encer.
Hewan ini boleh digunakan untuk berqurban jika penyakitnya
telah sembuh.
c. Hewan yang sulit melahirkan. Hewan ini diperkenankan untuk
dijadikan hewan qurban setelah proses melahirkan selesai.
d. Hewan yang tertimpa sesuatu yang bisa menyebabkan kematian
seperti tercekik atau jatuh dari atas. Hewan ini bisa digunakan
sebagai hewan qurban setelah selamat dari bahaya kematian
yang mengancamnya.
e. Hewan yang lumpuh karena cacat.
f. Hewan yang salah satu kaki depan atau kaki belakangnya
terputus.
37

Jika 6 tipe cacat ini ditambahkan dengan 4 cacat yang telah


disebutkan, maka total hewan yang tidak boleh digunakan untuk
berqurban ada 10 jenis hewan. Sifat-sifat yang makruh keadaannya pada
hewan qurban, penjelasam para ulama masing-masing mazhab terhadap
masalah ini adalah sebagai berikut.39

Menurut mazhab Hanafi, makruh hukumnya berqurban dengan


hewan yang terbelah daun telinganya, yang dibelah daun telinganya
sebagai tanda/cap, yang dipotong sedikit bagian atas daun telinganya.
Makruh juga hukumnya berqurban dengan hewan yang bulunya sudah
diambil terlebih dahulu (dimanfaatkan untu keperluan tertentu) sebelum
disembelih dan hewan yang matanya juling. Menurut mazhab Maliki,
hewan yang makruh diqurbankan adalah yang mengandung sifat-sifat
yang berkenaan dengan telinga, seperti terlahir tanpa daun telinga,
terpotong sedikit bagian dari telinganya, yang mengandung cacat
berkaitan dengan tanduk, seperti yang tanduknya tidak sempurna sejak
lahir, atau yang patah tanduknya. Makruh juga berqurban dengan hewan
yang rontok beberapa giginya disebabkan usia yang sudah lanjut atau
sebab-sebab lainnya.
Menurut mazhab Syafi’i makruh hukumnya berqurban dengan
hewan yang terbelah atau dilubangi daun telinganya, berdasarkan
pendapat yang lebih kuat dalam mazhab ini, makruh juga berqurban
dengan hewan yang tidak bertanduk sejak lahir, yang terkelupas kulit
tanduknya, dan yang patah/pecah tanduknya. Hal itu dikarenakan
kondisi yang demikian membuat hewan qurban itu terlihat jelek.
Menurut mazhab Hambali, makruh hukumnya berqurban dengan hewan

39
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), cet I, Jilid 4, h.
282.
38

yang terbelah atau berlubang telinganya, ataupun yang terpotong sedikit


bagian telinganya. Hanya saja status makruhnya adalah makruh tanziih,
bukan tahrim, sehingga jika seorang tetap menyembelih hewan seperti,
maka qurbannya tetap dipandang sah. Tidak ada perbedaan pendapat
mengenai kemakruhan berqurban, hal ini dikarenakan jika agama
mensyaratkan bahwa hewan yang akan diqurbankan itu harus benar-
benar terbebas dari cacat apapun, maka tentu saja tuntutan demikian
sangat berat. Sebab, hampir-hampir tidak ada hewan yang betul-betul
sempurna kondisinya. 40
Hewan-hewan tersebut haruslah jinak atau peliharaan hewan liar
seperti kambing hutan atau banteng yang hidup didalam hutan, tidak
boleh dijadikan qurban. 41 Selanjutnya, tentang hewan yang paling
utama untuk diqurbankan, para ulama berbeda pendapat kedalam dua
hal, menurut mazhab Maliki secara berurutan hewan yang paling utama
untuk diqurbankan dari jenis domba dan kambing adalah domba
pejantan, domba jantan yang dikebiri, domba betina, lalu kambing.
Urutan selanjutnya setelah kambing adalah sapi lalu unta. Hal ini
melihat pada rasa dagingnya yang lebih lezat. Disamping itu, Rasulullah
SAW juga berqurban dengan dua ekor domba jantan, sementara beliau
tidak mungkin berqurban kecuali dengan hewan yang terbaik. Demikian
juga sekiranya Allah SWT mengetahui ada hewan lain yang lebih baik
dari domba, niscaya Allah SWT akan mengganti Nabi Ismail dengannya
(yaitu ketika Nabi Ibrahm menyembelihnya). Jadi, menurut mazhab
Maliki, hewan yang jantan lebih yang utama secara mutlak
dibandingkan dengan betina, sebagaimana hewan yang berwarna outih
lebih utama dari yang berwarna hitam. Mazhab Syafi’i dan Hambali

40
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), cet I, Jilid 4, h.
283.
41
A. Fuad Said, Qurban dan Aqiqah Menurut Ajaran Islam, (Jakarta: Pustaka Zaman, 1994), h.9.
39

juga sependapat dengan Maliki. Adapun mazhab Syafi’i dan Hambali


jusrtu berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, hewan untuk qurban
yang paling utana adalah unta, baik yang jantan atau betina (karena unta
adalah yang paling banyak dagingnya) lalu sapi (sebab daging unta
biasanya lebih banyak dari sapi), lalu domba, lalu yang terakhir
kambing (sebab daging domba lebih enak dari daging kambing). Hal itu
melihat dari sisi hewan yang paling banyak dagingnya, sehingga lebih
bermanfaat bagi fakir miskin. Menurut pendapat yang dipandang lebih
kuat dalam mazhab Syafi’i, hewan jantan lebih utama disbanding yang
betina sebab dagingnya lebih enak. Sementara iu menurut mazhab
Hambali, domba jantan yang dikebiri lebih utama dibanding domba
betina dikarenakan dagingnya lebih banyak dan lebih enak. Lebih lanjut
menurut kedua mazhab ini, hewan pejantan lebih utama untuk
diqurbankan dibanding hewan jantan yang dikebiri. Demikian juga,
hewan yang gemuk lebih utama dibanding yang tidak utama. Sedangkan
menurut mazhab Hanafi, hewan qurban yang paling utama adalah yang
paling banyak dagingnya.
Prinsipnya adalah bahwa apabila ada dua jenis hewan qurban
yang sama dalam jumlah dagingnya dan harganya, maka yang lebih
utama adalah yang dipersembahkan yang lebih lezat dagingnya. Adapun
jika berbeda, maka jelas yang lebih utama dipersembahkan adalah yang
lebih baik.

6. Keutamaan Berqurban
Adapun keutamaan berqurban adalah sebagai berikut:
Untuk mengenang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada
Nabi Ibrahim A.S dengan digagalkannya perintah penyembelihan
putera beliau Ismail A.S dan ditebus dengan seekor kambing dari surga.
40

Untuk membagi-bagikan rizki yang diberikan oleh Allah SWT,


pada umat manusia pada saat hari raya Idul Adha, yang memang
menjadi hari bahagia bagi umat Islam, agar yang miskin juga merasakan
kegembiraan seperti yang lain. Agar menyamai terhadap apa yang
dilakukan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji pada hari
itu dengan menyembelih hewan qurban dan membagikan dagingnya
pada fakir miskin. 42
Berqurban merupakan syi’ar-syi’ar Allah, sebagaimana dalam
firman Allah surat al-Hajj ayat 26:
‫ف فَ ِاذَا‬ َّ ‫ص َو ۤا‬
َ ‫علَ ْي َها‬ ِ ‫شعَ ۤا ِٕى ِر ه‬
ِ ‫لَّلا لَكُ ْم فِ ْي َها َخي ٌْر فَاذْكُ ُروا اس َْم ه‬
َ ‫لَّلا‬ َ ‫َجعَ ْل َٰن َها لَكُ ْم ِم ْن‬ َ‫َو ْالبُدْن‬
‫س َّخ ْر َٰن َها لَكُ ْم لَعَلَّكُ ْم‬َ َ‫ط ِع ُموا ْالقَانِ َع َو ْال ُم ْعت ََّر َك َٰذلِك‬
ْ َ ‫ُجنُ ْوبُ َها فَكُلُ ْوا ِم ْن َها َوا‬ ْ َ‫َو َجب‬
‫ت‬
َ‫ت َ ْشكُ ُر ْون‬

Artinya: “Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari


syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka
sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam
keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah
rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang
yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-
minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-
unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur”. (QS. al-Hajj/22:36)
Berqurban merupakan bagia dari sunnah Rasulullah, karena
beliau telah menganjurkan, dan melaksanakannya. Setiap muslim yang
berqurban seyogjanya mencontoh beliau dalam pelaksanaan ibadah
yang mulia ini. Berqurban termasuk ibadah yang paling utama. Allah
berfirman:

42
Husain Nashir, Fiqih Dzabihah Kurban, Aqiqah, Khitan, (Pustaka Sidogiri, 1426 H), h. 34-35.
41

َ‫ب ْالعَالَ ِمينَ َْل ش َِريكَ لَهُ َوبِ َٰذَلِك‬ َ َ‫ص َالتِي َونُسُ ِكي َو َمحْ ي‬
ِ َّ ِ ‫اي َو َم َما ِتي‬
ِ ‫ّلل َر‬ َ ‫قُ ْل ِإ َّن‬
َ‫أ ُ ِم ْرتُ َوأَنَا أ َ َّو ُل ْال ُم ْس ِل ِمين‬

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,


hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada
sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan
Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).” (QS. al-An’am/6:162-163)

Keutamaan bagi orang yang melaksanakan qurban tentu saja


tidaklah sedikit, kalaupun kita dapat menyebutkannya, hanya pada batas
kemampuan cara pandang saja, seperti contoh dibawah ini:
Darahnya yang telah menetes jatuh kebumi itu menjadi
ampunan bagi orang yang berqurban terhadap dosanya yang telah lalu.
Hadis menyatakan43 :
َ‫هللا صلى هللا عليه و سلم قَال‬ ِ ‫س ْو َل‬ ُ ‫س ِع ْي ِد ال ُخد ِْري ِ رضي هللا عنه أ َ َّن َر‬ ْ ‫ع ْن أ َ ِب‬
َ ‫ى‬ َ
ْ َ‫ى اِلَى أَض ِْح َي ِت ِك فَا ْس ِه ِد ْي َها فَاِنَّهُ ِبا َ َّو ِل ق‬
‫ط َر ٍة ِم ْن دَ ِم َها‬ ْ ‫ قُ ْو ِم‬: ‫اط َم ِة رضي هللا عنها‬ِ َ‫ِلف‬
َ َ‫سل‬
)‫ف ِم ْن ذَ ْن ِب ِك (رواه البيهقى‬ َ ‫َي ْغ ِف ُر لَ ِك َما‬

Artinya : “Dari Abu Said Al-Khudri r.a, bahwasanya Rasulullah


SAW pernah berkata kepada Fatimah r.a ‘Bangunlah Saksikanlah
qorbanmu itu, sesungguhnya tetesan pertama dari darahnya yang
menetes itu merupakan ampunan bagimu atas dosamu yang telah lalu.”
(HR. al-Baihaqi)

43
Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin, Fikih Mazhab Syafi’I Buku I Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), Cet II, h.969.
42

Darahnya itu memberikan timbangan kebajikan di hari kiamat


setelah perebuatan dihisab. Hadis dari Nabi menyatakan :

َ ‫ض ُّحو‬
‫ط ِيب ُْوا‬ َ : ‫ي صلى هللا عليه و سلم قَا َل‬ َ ‫سةُ رضي هللا عنها‬
َ ‫ع ِن النَّ ِب‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫عا ِئ‬ َ
ُ ‫سكُ ْم فَإِنَّهُ َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ْست َ ْقبِ ُل بِذَ بِ ْي َحتِ ِه ْال ِق ْبلَةَ اِْلَّ َكنَ دَ ُم َها َو فَ ْرث ُ َها َو‬
‫صوفُ َها‬ َ ُ‫ا َ ْنف‬
)‫وم ْال ِقيَا َم ِة (رواه البيهقى‬ َ َ‫سنَاتٌ فِى ِمزَ انِ ِه ي‬ َ ‫َح‬

Artinya: “Dari Aisyah r.a dari Nabi SAW, bersabda: Berqurbanlah


kamu dengan hati yang rela, sesungguhnya tiap-tiap muslim yang
menghadapkan sembelihannya kearah kiblat, maka darahnya,
kotorannya, dan bulunya itu adalah kebajikan bukti bagi timbangan
pada hari kiamat.” (HR. al-Baihaqi).

7. Bagian Daging Qurban


Perintah memakan, menyedekankan, dan menyimpan daging
qurban disini menurut jumhur ulama adalah sunah bukan wajib,
sehingga disunnahkan bagi orang yang berqurban untuk makan daging
hewaan qurbannya dan memberikan sebagaiannya kepada fakir miskin.
Namun seandainya ia menyedekahkan semua kepada fakir miskin,
maka hal itu diperblehkan.44
Dianjurkan untuk orang berqurban untuk memakan sebagian
daging qurbannya, menghadiahkan sebagiannya kepada kerabatnya,
dan menyedekahkan sebagian lagi kepada orang-orang miskin. Para
Ulama mengatakan, “Yang paling utama adalah bahwa orang yang

44
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka Azam, 2007)
Cet II, h.636.
43

berqurban makan sepertiga, menyedekahkan sepertiga, dan menyimpan


sepertiga.”45
Menurut pendapat yang terpopuler mazhab Maliki, tidak ada
aturannya bahwa pembagiannya harus dalam kerangka sepertiga untuk
masing-masing bagian. Akan tetapi menurut mazhab Hanafi dan
Hambali, dianjurkan untuk membaginya sama besar, yaitu sama-sama
sepertiga bagian. Artinya, hendaklah yang bersangkutan memakan
sepertiga dari qurbannya menghadiahkan sepertiga bagian kepada karib
kerabat dan teman-temannya, sekalipun mereka adalah orang-orang
kaya, serta menyedekahkan sepertiga lainnya kepada orang-orang
miskin. 46
Hasil penyembelihan qurban dibagi 1/3 untuk shahibul qurban,
1/3 untuk sedekah pada fakir miskin dan 1/3 sebagai hadiah. Dalil QS.
Al-Hajj/22:28 :
‫ع َٰلى َما َرزَ قَ ُه ْم ِم ْن بَ ِه ْي َم ِة‬ ٍ َٰ‫ي اَي ٍَّام َّم ْعلُ ْوم‬
َ ‫ت‬ ْ ِ‫لَّلاِ ف‬ ‫ِليَ ْش َهد ُْوا َمنَافِ َع لَ ُه ْم َويَذْكُ ُروا اس َْم ه‬
‫س ْالفَ ِقي َْر‬ َ ‫ط ِع ُموا ْالبَ ۤا ِٕى‬
ْ َ ‫ْاْلَ ْنعَ ِام فَكُلُ ْوا ِم ْن َها َوا‬

Artinya : “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk


mereka dan agar mere-ka menyebut nama Allah pada beberapa hari
yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka
berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian
lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”

Dalilnya dari Ali bin Abi Thalib R.a :

45
Al-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 5, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), Cet. I, h.376.
46
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. I, Jilid 4,
h.290.
44

‫ َو أ َ ْن يَ ْقس َِم بُدْنَهُ كُلَّ َها لُ ُح ْو َم َها‬،‫علَى بُدْنِ ِه‬


َ ‫وم‬ َ ُ‫ى صلى هللا عليه وسلم أ َ َم َرهُ أ َ ْن يَق‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
)‫شيْىأ ً (رواه البخارى‬ َ ‫ارت َ َها‬
َ َ‫ى فِى ِجز‬ َ ‫ َو ْلَ يُ ْع ِط‬،‫َو ُجلُ ْودَهَا َو ِجالَلَ َها‬

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan


dia untuk mengurusi unta-unta hadyu. Beliau memerintah untuk
membagi semua daging qurbannya, kulit, dan jilalnya (kulit yang
ditaruh pada punggung unta untuk melindungi dari dingin) untuk
orang-orang miskin. Dan beliau tidak diperbolehkan memberikan
bagian apapun dari qurban itu kepada tukang jagal (sebagai upah).”
(HR. al-Bukhari)

Intinya perintah memakan, menyedekahkan, dan menyimpan


daging qurban disini menurut jumhur ulama adalah sunah bukan wajib,
sehingga disunnahkan untuk memakan daging hewan qurbannya dan
memberikan sebagiannya kepada fakir miskin.

B. Jual Beli di dalam Fiqh


1. Pengertian Jual Beli
Fiqh menurut etimologi berarti pemahaman. Dalam arti lebih
luas, fiqh merupakan hukum Islam yang berkaitan dengan
perbuatan/tindakan manusia yang didapatkan dari dalil-dalil yang
spesifik melalui proses ijtihad (campur tangan manusia).
Selanjutnya, kata mua’amalat berasal dari bahasa arab
mua’amalat yang merupakan derifasi (bentukan) dari kata ‘alama-
yuamilu-muamalatan yang menurut bahasa (etimologi) memiliki arti
saling bertindak, berbuat, pekerjaan, pergaulan sosial, bisnis, dan
transaksi. 47

47
AH Azharuddin Latif, Fiqih Muamalat, cet.1 (Jakarta UIN Jakarta Press, 2005), h.3.
45

Fiqh muamalat adalah aturan-aturan hukum Islam yang


berkiatan dengan tindakan hukum manusia dalam peersoalan-persoalan
keduniaan, seperti jual beli, gadai, perdagangan, sewa, syarikat,
mudharabah, nikah, hibah, waris, wasiat, perang, perdamaian dan segala
hal yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya. 48
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti
menjual, mengganti, atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lafadz al-bai’ dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yakni kata asy-syira’ (beli). Dengan demikian, kata al-bai’
berarti jual sekaligus juga berarti beli. 49
Dapat diambil garis besarnya bahwa jual beli adalah terjadinya
pertukaran suatu barang dengan barang lainnya diantara dua pihak, yang
nilainya sukarela sesuai dengan perjanjian diantara kedua pihak
tersebut, dibenarkan menurut syara’ dan disepakati bersama. Atau
pemindahan hak dan kepemilikan dari satu pihak kepada pihak lain
yang bisa dilakukan dengan cara pertukaran barang (barter) maupun
pemindahan dengan alat ganti yang di sesuaikan.

2. Dasar Hukum Jual Beli


Barangsiapa yang terjun langsung ke dunia usaha dan bergelut
dengan berbagai macam muamalat, maka berkewajiban untuk
mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau
tidak. Ini dimaksudkan agar muamalat berjalan sah, segala sikap dan
tindakannya jah dari kerusakan yang tidak dibenarkan. 50
Dalam perihal jual beli, Islam mendorong agar manusia
melakukan jual beli sebagai salah satu cara manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Dengan melakukan jual beli maka manusia akan tercipta

48
AH Azharuddin Latif, Fiqih Muamalat, cet.1, (Jakarta UIN Jakarta Press, 2005), h.3.
49
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat, cet.2, (Jakarta Gaya Media Pratama, 2007),h.111.
50
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, cet.2, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2010), h.46.
46

rasa tolong menolong, rasa kebersamaan, dan juga rasa membutuhkan


satu sama lain.
Dalam melakukan jual beli pun Islam telah menggambarkan tata
cara yang baik dan benar agar tidak ada keraguan diantara manusia-
manusia yang melakukan transaksi jual beli. Dasar hukum perihal jual
beli terdapat dalam berbagai ayat di dalam Al-Qur’an, diantaranya:
‫ٱلر َب َٰو ۟ا‬
ِ ‫ٱّللُ ْٱلبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
َّ ‫َوأ َ َح َّل‬

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan


mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah/2:275).

َ ً ‫وا َْل ت َأْكُلُو ۟ا أ َ ْم َٰ َولَكُم بَ ْينَكُم بِ ْٱل َٰبَ ِط ِل إِ َّْل أَن تَكُونَ تِ َٰ َج َرة‬
ٍ ‫عن ت ََرا‬
‫ض‬ ۟ ُ‫َٰيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫ٱّلل َكانَ بِكُ ْم َر ِحي ًما‬ َ َّ ‫سكُ ْم إِ َّن‬ َ ُ‫ِمنكُ ْم َو َْل ت َ ْقتُلُو ۟ا أَنف‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. an-Nisa/4:29).

3. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli


Seseorang yang melakukan transaksi jual beli harus
memperhatikan rukun dan syarat jual beli yang sah berdasarkan
batasan-batasan syari’at agar tidak terjerumus kedalam tindakan yang
haram. Adapun rukun jual beli ada tiga, yaitu:
a. Pelaku transaksi (orang yang berakad), yaitu penjual dan pembeli
b. Ma’kud alaih (objek transaksi), yaitu harga dan barang
47

c. Shigat (ijab qabul), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua


belah pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan
transaksi, baik tindakan itu berbentuk kata-kata maupun
perbuatan. 51

Sedangkan mayoritas ulama, menetapkan bahwa syarat jual


beli sesuai dengan ruku jual belinya, yakni: 52
a. Syarat orang yang berakad:
1) Berakal dan mumayyiz: tidak sah jual beli yang dilakukan
oleh orang gila, anak kecil, dan orang bodoh.
2) Berjumlah dua orang atau lebih.
b. Syarat ma’kud ‘alaih (harga atas nilai tukar pengganti barang
dan barang yang dibeli):
1) Barang yang dijual diketahui dengan jelas.
2) Barang yang dijual merupakan benda yang bernilai atau
bermanfaat.
3) Barang yang dijual merupakan hak milik penjual.
4) Barang yang dijual dapat diserahterimakan.
c. Syarat Sighat (lafadz ijab dan qabul):
1) Kecapakan; kedua belah pihak haruslah orang yang cakap
dalam melakukan transaksi.
2) Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul.
3) Dilakukan dalam satu tempat.
Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatu
yang menjadi suatu kebutuhan sehari-hari tidak syariatkan ijab dan

51
Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fiqh Muamalat, cet.1, (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011), h.67.
52
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalat dan Aplikasinya Pada LKS, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.69.
48

qabul, ini adalah pendapat jumhur. Mneurut fatwa Ulama Syafi’iyyah,


jual beli barang yang kecil pun harus ijab dan qabul tetapi menurut
Imam An-Nawawi Muta’akhirin Syafi’iyyah berpendapat bahwa boleh
jual beli barang-barang yang kecil dengan tidak ijab dan qabul seperti
membeli sebungkus rokok.53

53
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),h.71.
BAB III
PERAN BAZNAS DALAM QURBAN ONLINE
A. Profil BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan
resmi Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang
dibentuk oleh pemerintah, yang terdiri dari unsur masyarakat dan
pemerintah, dengan tugas menghimpun, mendistribusikan, dan
pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. 1 Baznas terdiri
atas sebelas anggota, terdiri dari delapan orang dari unssur masyarakat
dan tiga orang dari unsur pemerintah. Anggota baznas diangkat dan
diberhentikan oleh presiden atau usul menteri. Unsur masyarakat terdiri
atas unsur ulama. Tenaga professional, dan tokoh masyarakat Islam.
Anggota baznas dari unsur masyarakat diangkat oleh presiden atas usul
menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia yang berkaitan dengan pengelolaan zakat. Masa kerja anggota
baznas dijabat selama lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu
kali masa jabatan. Dalam melaksanakan tugasnya, baznas dibantu oleh

1
Andri Soematri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Kencana Prenaa Media Group,
2009), h.415.

49
50

secretariat.2

Gambar 3.1 Tampilan baru website baznas


(Sumber : www.baznas.go.id)

1. Sejarah Berdirinya Baznas


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan
resmi satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan
Keputusan Presiden RI No.8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan
fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)
pada tingkat nasional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tetang
Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai
lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Dalam Undang-Undang tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai
lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan
demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk

2
Dirjen Bimas Islam dan Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat,
(Jakarta:Kementrian Agama RI, 2012), h.27
51

mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,


kemanfaatan,keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.
Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya, termasuk menerima
layanan qurban online. Pendistribusian dan pendayagunaan infak,
sedekah, dana sosial keagamaan lainnya termasuk qurban online Baznas
dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan
peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan
pencatatan dalam pembukuan tersendiri.
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan
BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga
dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Legal Formal BAZNAS

a. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non-struktural yang


mandiri bertanggung jawab kepada Presiden.
b. BAZNAS dibentuk dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI
No. 8 Tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001.
c. Keputusan Menteri Agama Nomor 118 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi
d. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Nomor DJ.II/568 Tahun 2014
e. BAZNAS berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat
secara nasional.
52

f. BAZNAS melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,


pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

3. Visi dan Misi BAZNAS


Visi
Menjadi lembaga utama menyejahterakan umat
Misi
a. Membangun BAZNAS yang kuat, terpercaya, dan modern
sebagai lembaga pemerintah non-struktural yang berwenang
dalam pengelolaan zakat;
b. Memaksimalkan literasi zakat nasional dan peningkatan
pengumpulan ZIS-DSKL secara masif dan terukur;
c. Memaksimalkan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS-
DSKL untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan
kesejahteraan ummat, dan mengurangi kesenjangan sosial;
d. Memperkuat kompetensi, profesionalisme, integritas, dan
kesejahteraan amil zakat nasional secara berkelanjutan;
e. Modernisasi dan digitalisasi pengelolaan zakat nasional dengan
sistem manajemen berbasis data yang kokoh dan terukur;
f. Memperkuat sistem perencanaan, pengendalian, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan koordinasi pengelolaan zakat secara
nasional;
g. Membangun kemitraan antara muzakki dan mustahik dengan
semangat tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan;
h. Meningkatkan sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku
kepentingan terkait untuk pembangunan zakat nasional; dan
i. Berperan aktif dan menjadi referensi bagi gerakan zakat dunia.
53

4. Tujuan BAZNAS

a. Terwujudnya BAZNAS sebagai lembaga pengelola zakat yang


kuat, terpercaya dan modern
b. Terwujudnya pengumpulan zakat nasional yang optimal
c. Terwujudnya penyaluran ZIS-DSKL yang efektif dalam
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan ummat,
dan pengurangan kesenjangan sosial
d. Terwujudnya profesi amil zakat nasional yang kompeten,
berintegritas, dan sejahtera
e. Terwujudnya sistem manajemen dan basis data pengelolaan
zakat nasional yang mengadopsi teknologi mutakhir
f. Terwujudnya perencanaan, pengendalian, pelaporan, dan
pertanggungjawaban pengelolaan zakat dengan kelola yang
baik dan terstandar.
g. Terwujudnya hubungan saling tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan antara muzakki dan mustahik
h. Terwujudnya sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku
kepentingan terkait dalam pembangunan zakat nasional
i. Terwujudnya Indonesia sebagai center of excellence
pengelolaan zakat dunia.

5. Program dan Pendistribusian BAZNAS


a. Sosial Kemanusiaan
BAZNAS secara aktif hadir memberikan layanan kemanusiaan
kepada mereka yang membutuhkan, termasuk di lokasi bencana.
Bantuan layanan kemanusiaan BAZNAS diterapkan dengan model
54

penanganan tepat sasaran, tepat waktu (cepat), dan tepat penanganan.


Peranan BAZNAS dihadirkan melalui BAZNAS Tanggap Bencana
(BTB) yang bertugas meminimalkan dampak bencana yang
mengakibatkan kemiskinan dan menekan risiko keterparahan
kemiskinan akibat bencana.
BAZNAS Tanggap Bencana bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang Penguranagan Risiko Bencana
(PRB) melalui edukasi, menangani korban bencana melalui tahapan
rescue, relief, recovery, recontruction, serta menumbuhkan jiwa
kerelawanan di masyarakat, menguatkan kapasitas dan membangun
jaringan relawan. Berbagai aksi BAZNAS Tanggap Bnecana di
lokasi terdampak bencana meliputi evakuasi, renovasi, dapur umum,
dapur air, dan berbagai aksi lainnya.

b. Pendidikan
BAZNAS memberikan akses beasiswa dan Pendidikan
gratis kepada anak-anak dhuafa, dengan harapan kelak di masa
depan, para anak mampu menggapai cita-citanya melalui
Pendidikan hingga bisa memperbaiki perekonomian keluarga. Demi
memberikan akses Pendidikan yang layak kepada anak dhuafa,
BAZNAS menginisiasi Sekolah Cendekia BAZNAS dan Lembaga
Beasiswa BAZNAS.
Sekolah Cendekia BAZNAS hadir untuk membantu anak
mendapatkan hak pendidikannya lewat Pendidikan adab islami,
akademik, kewiraushaan serta kepemimpinan dan organisasi.
Sekolah Cendekia BAZNAS memberikan beasiswa Pendidikan
non-formal berupa sekolah tahfudz selama dua tahun, dan
Pendidikan jenjang SMP-SMA untuk para anak dhuafa setiap
tahunnya, tak terkecuali bagi mereka yang telah menjadi yatim.
55

Lembaga Beasiswa BAZNAS merupakan program yang


menyediakan dana pendidikan demi terjaminnya keberlangsungan
program pendidikan bagi golongan mahasiswa kurang mampu
sebagai pertanggung jawaban antargenerasi. Dalam tugasnya
Lembaga Beasiswa Baznas menyelenggarakan fungsi perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan. Lembaga Beasiswa
BAZNAS telah memberikan akses pendidikan kepada lebih dari 17
ribu penerima manfaat dan menjalin kerja sama dengan 519
kampus/mitra.

c. Kesehatan

BAZNAS hadir memberikan pelayanan kesehatan gratis


bagi dhuafa, termasuk di lokasi bencana, melalui Rumah Sehat
BAZNAS. Donasi yang disalurkan melalui BAZNAS dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dhuafa untuk mendapatkan
akses kesehatan yang baik. BAZNAS juga terus mengembangkan
Rumah Sehat BAZNAS agar bisa melayani kesehatan dhuafa di
penjuru daerah.

Rumah Sehat BAZNAS merupakan suatu program


pelayanan kesehatan secara terpadu kepada seluruh mustahik
termasuk pelayanan kesehatan di daerah bencana yang meliputi
aspek kuratif, preventif, rehabilitatif, promotif, dan advokatif serta
mengikuti peraturan dan perundangan-undangan kesehatan di
Republik Indonesia. Di masa pandemi Covid-19 , Rumah Sehat
BAZNAS berperan aktif sebagai garda terdepan dalam
menanggulangi pandemi, seperti aktif memberikan pelayanan
kesehatan gratis, pemberian paket vitamin, layanan swab, serta
vaksinasi Covid-19.
56

d. Dakwah dan Advokasi


BAZNAS terus melakukan pembinaan dan pendampingan
kepada mualaf sesuai tuntutan syariat Islam agar menjadi muslim
dan mislimah kaffah. Program pendampingan mualaf terus
digulirkan BAZNAS, melalui Mualaf Center BAZNAS. Sisi
penguatan akidah mualaf menjadi salah satu perhatian BAZNAS.
Maka kegiatan keagamaan rutin digelar, seperti kajian mingguan
atau bulanan, seminar kebangsaan, dan kegiatan lainnya.
Dalam membantu mualaf, BAZNAS meberikan advokasi,
advokasi pendidikan, syahadat, mualaf kit, kebutuhan dasar,
pendampingan khitan, paket logistic keluarga, advokasi tempat
tinggal, hijrah ID, bantuan kaaflah dai, shelter mualaf, dan
pemulasaran jenazah serta perlengkapan lainnya jika dibutuhkan.

e. Ekonomi
BAZNAS memiliki program pemberdayaan ekonomi demi
meningkatkan kualitas kehidupan dhuafa (mustahik) melalui bantuan,
pembinaan, dan pelatihan berkelanjutan berdasarkan nilai-nilai
pemberdayaan zakat dan menjadi salah satu elemen dasar untuk
memenuhi visi BAZNAS sebagai lembaga utama menyejahterakan
umat.
Program Baznas dalam bidang pemberdayaan ekonomi
masyarakat, program ini memiliki tujuan yaitu untuk menumbuhkan
kemandirian mustahik, lebih jauh agar mereka bisa menjadi muzakki.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan program yang
amat penting dalam upaya memberikan jaminan kehidupan masa depan
kaum dhuafa.
Guna mengoptimalkan pemberdayaan ekonomi mustahik
binaan, BAZNAS menggulirkan beberapa lembaga program :
57

1) Zakat Community Development


Zakat Community Development (ZCD) adalah
program pemberdayaan BAZNAS melalui komunitas
dan desa dengan mengintegrasikan aspek dakwah,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan
secara komprehensif yang sumber pendanaannya dari
zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagaman lainnya.
Zakat Community Development sudah dirasakan
manfaatnya oleh mustahik di 113 desa, 97 kecamatan, 75
kabupaten/kota di 24 provinsi seluruh Indonesia.
2) BAZNAS Microfinance
BAZNAS Microfinance merupakan lembaga
program yang melakukan pendayagunaan zakat untuk
usaha produktif kepada masyarakat yang tergolong
lemah (mustahik) dan memiliki komitmen berwirausaha
bentuk permodalan. Baznas Microfinance telah terserah
di 14 provinsi, dan telah bermitra dengan lebih dari 500
ribu mustahik.
3) Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM)
Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik
(LPEM) merupakan salah satu lembaga yang dibentuk
BAZNAS yang memiliki tugas dan fungsi untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dhuafa (mustahik)
melalui pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan dan
kehutanan yang berkelanjutan berdasarkan nilai-nilai
permberdayaan zakat dan menjadi salah satu elemen
dasar untuk memenuhi visi BAZNAS.
Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik memiliki
tiga program unggulan, yakni Mustahik Pengusaha,
58

Zmart, dan Lumbung Pangan. Lembaga ini telah tersebar


di 15 provinsi, 60 kabupaten/kota, dan telah
memberdayakan 3.975 KK mustahik.
4) Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM)
Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik
(LPPM) memiliki program Balai Ternak BAZNAS,
yang merupakan program pendayagunaan zakat di
bidang ekonomi yang bergerak dalam subsektor
peternakan yang bertujuan untuk memberikan
penguatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin. Balai Ternak BAZNAS telah tersebar di 18
titik, menaungi 31 kelompok di 18 kabupaten/kota di 11
provinsi di Indonesia.

Gambar 3.2 Program Baznas


(Sumber : www.baznas.go.id)
59

B. Kurban Online Baznas


E-Commerce di dunia dimulai dari kemunculan internet yang
kemudian terus berkembang sehingga timbullah e-commerce. E-
Commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat
pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan
periklanan di suatu halaman web (website). Perkembangan e-commerce
di Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya
Dyviacom Intrabumi atau D-Net (www.dnet.net.id) sebagai perintis
transaksi online. Wahana transaksi berupa mall online yang disebut D-
Mall (diakses lewat D-Net) ini telah menampung sekitar 33 toko
online/merchant.3
Transaksi perdagangan elektronik (electronic commerce/e-
commerce) adalah pembelian dan penjualan, pemasaran dan pelayanan
serta pengiriman dan pembayaran produk, jasa dan informasi di internet
dan jaringan lainnya, antara perusahaan berjaringan dengan pelanggan,
pemasok dan mitra bisnisnya.4
Menurut David Baum, “E-Commerce merupakan satu set
teknologi dinamis, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan
perusahaan, konsumen serta komunitas tertentu melalui transaksi
elektronik berupa perdagangan jasa maupun informasi yang dilakukan
secara eletronik.”5
Sedangkan menurut Amir Hatman, E-Commerce ialah suatu
jenis teknologi dan mekanisme bisnis secara eletronik yang

3
Malau, Herman, Manajemen Pemasaran Teori dan Aplikasi Pemasaran Era Tradisional
sampai Era Moderenisasi Global, (Bandung: Alfabeta, 2017), h.297.
4
Bambang H, “Internet and E-Commerce”, artikel diakses pada 21 Februari 2022 dari
http://bambanghermawan.ilearning.me/2019/07/01/89/
5
Onno W.Purbo dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-Commerce, (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2000), h.13.
60

memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan


menggunakan internet sebagai media pertukaran barang dan jasa. 6
Pendapat lain mengatakan E-Commerce adalah kegiatan-
kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur
(manufactures), service providers dan pedagang perantara
(intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan computer
(computer networks) yaitu internet.7
Terdapat berbagai definisi untuk mengungkapkan istilah E-
Commerce, akan tetapi pada umumnya E-Commerce merujuk pada
semua transaksi komersial yang menyangkut organisasi atau individu
yang didasarkan pada pemrosesan data yang didigitalisasikan termasuk
teks, suara dan gambar.8 Mekanisme e-commerce dalam transaksinya
juga mempunyai hal-hal yang harus dilakukan dan dipenuhi, kegiatan
atau hal-hal yang harus dilakukan ketika melakukan transaksi e-
commerce antara lain :

1. Penawaran Akad Transaksi


Penawaran dalam transaksi e-commerce biasanya dilakukan
oleh penjual dengan memasang iklan atau penawaran melalui
internet (website atau media sosial), penawaran yang dilakukan
sudah menampilkan jenis barang, harga, dan spesifikasi lainnya
yang menjalankan tentang barang yang ditawarkan tersebut. Jadi
akad penawaran akan terjadi ketika seseorang menggunakan
internet atau media sosial lain untuk melihat iklan dan pemesan

6
Adi Nugroho, E-Commerce Memahami Perdagangan di Dunia Maya, cet.1 (Bandung:
Informatika,2006), h.9.
7
Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di
Indonesia, cet.1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.5.
8
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, cet.1 (Yogyakarta:
Magista Insania Press,2004),h.29.
61

barang yang ia inginkan baik via email atau chatting dalam kontak
yang telah disediakan oleh pihak penjual.

2. Objek Akad
Setiap transaksi jual beli sudah pasti harus ada barang/hal
yang diperjual belikan baik itu berupa barang ataupun jasa, begitu
juga dengan objek yang ada pada transaksi e-commerce.
Barang/jasa (objek akad) dalam transaksi e-commerce
diperbolehkan atau tidaknya tergantung pada aturan-aturan yang
diterapkan oleh Negara dimana transaksi itu dilakukan, sedangkan
di Indonesia sendiri mengharuskan penjual menawarkan objek
(barang/jasa) yang dibolehkan dalam Undang-Undang (tidak
merusak, cacat, atau ada cacat yang tersembunyi), agar layak untuk
diperjual belikan.

3. Pembayaran
Pembayaran dalam transaksi e-commerce biasanya tidak ada
penangguhan pembayaran ketika setelah terjadi akad, karena dapat
menyebabkan transaksi menjadi batal/rusak, kecuali telah terjadi
kesepakatan bahwa pembayaran dapat dilakukan dalam beberapa
waktu (berangsur). Proses pembayaran dalam e-commerce dapat
dilakukan secara langsung dan tidak secara tidak langsung.
Pembayaran secara langsung disini dapat dilakukan langsung oleh
kedua belah pihak tanpa adanya perantara, sedangkan pembayaran
yang tidak secara langsung dapat dilakukan melalui Automatic
Teller Machine (ATM) dengan melibatkan institusi keuangan
(finansial) dan pemegang akun yang akan melakukan pengiriman
uangnya dari akun masing-masing. Kemudian bentuk pembayaran
secara tidak langsung yang lain adalah dengan adanya perantara
62

pihak ketiga, seperti pembayaran dengan debet, kartu kredit dan cek
masuk.

4. Pengiriman
Pengiriman merupakan kegiatan dalam mekanisme e-
commerce yang dilakukan setelah pembeli membayar atas barang
yang dibelinya dari penjual. Pengiriman barang menjadi hal yang
hampir terjadi dalam segala hal proses penyerahan barangnya,
karena dalam transaksi e-commerce penjual dan pembeli tiidak
tinggal berdekatan. Waktu yang digunakan untuk pengiriman
tergantung seberapa jauh jarak, lama tempuh dan kebijakan dari
pihak ketiga sebagai pengirim (penjual).

5. Penerimaan
Serah terima (penerimaan barang) dalam transaksi e-
commerce tidak memerlukan tempat khusus untuk penyerahan
barangnya, karena posisi penjual dan pembeli yang tidak berdekatan
jaraknya menjadi barang yang tidak langsung diterima oleh pembeli
ketika diberikan oleh penjual (dikirim terlebih dahulu). Dapat
dikatakan apabila tempat tersebut do sepakati oleh kedua belah
pihak dan cukup mewakili, maka dapat dijadikan dasar sebagai
tempat serah terimaa barang.
Ketentuan dan dasar hukum e-commerce dalam Islam, setiap
kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga maupun perorangan
pasti mempunyai landasan hukum dalam operasionalnya, baik dari
segi hukum Islam maupun hukum positifnya. Transaksi e-
commerce yang termasuk dalam ekonomi juga menggunakan
kaidah fiqih muamalah. Kaidah digunakan dalam mengidentifikasi
transaksi ekonomi, karena kegiatan ekonomi juga merupakan salah
63

satu aspek muamalah dari sistem ekonomi islam. Adapun kaidah


fiqih muamalahnya : “hukum asal dalam urusan muamalah adalah
boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Kaidah tersebut
menjelaskan bahwa segala sesuatu dalam muamalah boleh
dilakukan, karena memang pada dasarnya/hukum awalnya
diperbolehkan sampai ada nash shahih yang melarangnya atau ada
yang bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. Kiadah
muamalah ini berdasarkan firman Allah Swt yang terkandung dalam
QS. Yunus/10:59 :
َّ ‫ق فَ َجعَ ْلتُم ِم ْنه ُ َح َرا ًما َو َح َٰلَ ًال قُ ْل َء‬
‫لَّلاُ أَذِنَ لَكُ ْم‬ َّ ‫قُ ْل أ َ َر َء ْيتُم َّما أَنزَ َل‬
ٍ ‫ٱّللُ لَكُم ِمن ِر ْز‬
َ‫ٱّلل ت َ ْفت َُرون‬
ِ َّ ‫علَى‬ َ ‫أ َ ْم‬

Artinya: Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang


rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah:
"Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau
kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?”

Kaidah fiqh muamalah ini menjelaskan bahwa semua hal


yang berhubungan dengan muamalah, dan tidak ada ketentuan
(larangan atau anjuran) yang berdasarkan dalil syariat Islam (Al-
Qur’an dan Hadis) maka hal tersebut diperbolehkan dalam Islam.

BAZNAS sebagai koordinator pengelolaan ZIS nasional


memiliki strategi khusus dalam pelaksanaan aktivitas kurban di
tengah pandemi melalui program kurban online. Strategi kurban
online yang dikembangkan BAZNAS memiliki implikasi manfaat
yang berdampak multiplier effect pada beberapa aspek; aspek
ekonomi yang menggerakan perekonomian desa, aspek sosial yang
64

ditunjukan dengan gotong royong, aspek dakwah kepada para


masyarakat desa yang menerima dan terlibat dalam pengelolaan
daging kurban dan juga aspek kesehatan yang menjadi hal penting
di saat pandemic Covid-19.

Kurban online merupakan salah satu layanan dan program


yang disediakan oleh beberapa lembaga keuangan dan nirlaba
seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berorientasi
untuk kemudahan-kemudahan bagi masyarakat yang ingin
melaksanakan praktik ibadah kurbannya. Jasa prakik kurban online
yang dilakukan oleh Baznas yang saat ini dikenal dengan program
“Kurban Online Baznas (KOB), di KOB sendiri donatur /pekurban
yang ingin melaksanakan ibadah kurbannya cukup dengan
memesan dan memilih hewan kurbannya melalui internet atau dapat
langsung memesan di konter-konter yang telah disediakan oleh
Baznas yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia.

C. Ekonomi dan Mekanisme Pengelolaan Kurban Online Baznas


Kurban bukan merupakan ritual ibadah semata melainkan
sebuah kegiatan ekonomi yang dampaknya sangat besar. IDEAS
memproyeksikan bahwa potensi kurban di Indonesia pada tahun 2021
mencapai 18,23 Triliun rupiah dengan estimasi terdapat 2,19 Juta orang
berkurban dan jumlah daging kurban yang terkumpul bisa mencapai
104,9 Ton.
Aktivitas kurban pada beberapa tahun terakhir mengalami
beberapa perubahan, berdasarkan data kurban BAZNAS sejak tahun
2018 cara pembayaran kurban secara online mulai diminati, sampai
pada tahun 2020 lalu, sebanyak 62 persen pengumpulan kurban berasal
dari kanal pembayaran digital atau melalui layanan kurban online.
65

Kurban online ini memberikan dampak multiplier effect pada beberapa


aspek, diantaranya adalah;
1. Aspek Ekonomi :
a. Peningkatan pendapatan peternak
b. Mendorong bergeraknya tata niaga ternak di desa sehingga
mendorong perekonomian pedesaan.
c. Kegiatan Kurban Online BAZNAS dengan memberikan Cash
For Work dapat meningkatkan pendapatan panitia
d. Pemerataan pembagian daging kurban.
2. Aspek Sosial :
a. Meminimalisir Kerumunan dan penyebaran Covid-19
b. Meningkatnya sikap gotong-royong antar masyarakat
3. Aspek Dakwah :
a. Memudahkan para Mudhoi untuk menunaikan kurban
b. Masyarakat sekitar lokasi penyaluran meningkat pengetahuan
tentang tata laksana pemotongan, pengulitan, pencacahan, dan
pendistribusian hewan kurban yang sesuai dengan syariat Islam,
kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan serta
memenuhi standar protokol kesehatan di masa pandemi Covid-
19

BAZNAS mulai melakukan inisiasi penghimpunan dan


penyaluran hewan kurban pada tahun 2016. Pada awalnya program
kurban ini hanya dilakukan untuk mudhoi internal BAZNAS, dengan
tema kurban yang diangkat adalah “Kurban Digital”. Kemudian
penghimpunan berlanjut dengan membuka Konter Kurban dan memulai
melakukan penghimpunan melalui E-Commerce.
66

Semakin berkembangnya zaman dan industri digital, Kurban


Online BAZNAS terus berkembang sampai akhirnya “Kurban Online”
yang paling diminati oleh para mudhoi.

Kurban Online BAZNAS adalah aktivitas kurban yang


memindahkan perputaran ekonomi serta memberikan manfaat dari
masyarakat kota kepada masyarakat desa. Aktivitas yang dilakukan
meliputi proses pembelian, penggemukan, penyembelihan, dan
pendistribusian daging kurban di desa serta dapat menjadi sumber
devisa bagi masyarakat khususnya di pedesaan melalui pemberdayaan
peternak desa. Perputaran roda ekonomi di pedesaan akan mampu
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik.

Kurban online merupakan praktik ibadah kurban yang


mekanisme pelaksanaannya mulai dari proses pembelian (memesan,
memilih, dan membayar) hewan kurban, hingga proses penyaluran
(pendistribusian) hewan kurbannya dilakukan secara online oleh orang
yang berkurban dengan lembaga yang menyelenggarakan program
tersebut. Wujud hewan kurbannya ada walaupun praktiknya dilakukan
secara online, tetapi dalam pelaksanaan pengadaan, penyembelihan
serta pembagian hewan kurban dilakukan dengan benar dan nyata oleh
lembaga yang menyediakan program kurban online ini.

Mekanisme kurban online baznas (KOB) antara lain :


1. Pekurban, memesan hewan kurban melalui media sosial, website
Baznas atau datang langsung ke konter KOB yang tersedia.,
kemudian;
2. Memilih hewan kurban, misalnya sapi atau kambing dan memilih
berat hewan yang diinginkan pekurban, setelah pekurban sudah
memilih hewan kurbannya barulah dilakukan transaksi pembayaran.
67

3. Pembayaran dapat dilakukan secara tidak langsung dan secara


langsung, transaksi pembayaran secara tidak langsung dapat melalui
Automatic Teller Machine (ATM), debet, kartu kredit, dan cek
masuk. Sedangkan pembayaran secara tidak langsung disini dapat
dilakukan langsung oleh kedua belah pihak tanpa perantara (konter
KOB).
4. Pengecekan kualitas dan kuantitas hewan kurban yang akan
didistribusikan.
5. Pendistribusian hewan kurban yang dilakukan oleh Baznas dibagi
menjadi dua daerah tujuan dalam penyebaran daging kurbannya,
yaitu prioritas dan daerah biasa.
6. Pembuktian, dilakukan oleh KOB untuk memberikan bukti kepada
masyarakat yang sudah berkurban melalui program ini, adapun
bukti yang diperoleh pekurban tersebut antara lain: surat ucapan
terimakasih dari penerima kurban, foto hewan kurban dan
pelaksanaannya.

Gambar 3.3 Layanan Kurban Online Baznas

(Sumber : www.baznas.go.id)
BAB IV
PRAKTIK QURBAN ONLINE BAZNAS

A. Transaksi Praktik Qurban Online Baznas


Dalam aktivitas jual beli atau berniaga syariat Islam telah mengaturnya
sesuai dengan firman Allah swt dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 275 :
‫ّلل ٱ ْلبَي َْع َو َح َّر َم ٱ ِلربَ َٰو ۟ا‬
ُ َّ ‫َوأ َ َحلَّ ٱ‬
Artinya : “dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”. (QS. al-Baqarah/2: 275)

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), jual beli


adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan. Pada pasal 1320 untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat sarat:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.


2. Kecapakan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.

Akan tetapi dalam KUHPer tidak ada aturan mengenai jual beli Online,
karena dalam pasal 1481 menjelaskan, dalam transaksi jual beli “Barangnya
harus diserahkan dalam keadaan dimana barang itu berada pada waktu
penjualan. Sejak waktu itu segala hasil menjadi kepunyaan si pembeli”.

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik, hukum jual beli telah diatur dalam:

1. Pasal 19 yang berbunyi “Para pihak yang melakukan transaksi


elektronik harus menggunakan elektronik yang disepakati”.
68
69

2. Pasal 28 ayat 1 “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak


menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik”.
Maka perbuatan ini dikenakan sanksi.
3. Pasal 45 ayat 2 “Setiap orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Berikut skema teknis praktik qurban online Baznas beserta analisisnya:
(3)
(1) Kurban Peternak
Pekurban Online (Mitra
Baznas Qurban)
(2)
(4)

Masyarakat

Gambar 4.1 Skema Qurban Online Baznas


Keterangan:
1. Pekurban menyerahkan uang ke Kurban Online Baznas untuk
melakukan ibadah kurbannya, di sini pekurban mewakilkan
pembelian dan pembayaran hewan kepada KOB dengan akad
wakalah.
2. Kurban Online Baznas sebagai wakil dari pekurban membeli
hewan kurban dengan akad salam ke peternak (mitra kurban)
dengan spesifikasi dan kriteria yang telah ditenukan sebelumnya
dengan pekurban pada saat pekurban memesan dan memilih
atau menentukan hewan kurbannya.
70

3. Peternak (mitra kurban) menyerahkan hewan kurban ke KOB


pada saat waktu yang telah ditentukan (disepakati bersama) oleh
peternak dan KOB.
4. KOB mewakili pekurban yaitu menyalurkan (mendistribusikan)
hewan kurbannya kepada masyarakat, dan di sini menggunakan
akad wakalah kembali karena masih mewakili pekurban dalam
pelaksanaan ibadah kurbannya.

Berdasarkan mekanisme jual beli hewan qurban online


Baznas dilihat dari pelaksanaan akadnya memuat akad jual beli
salam dan wakalah. Kesesuaian akad salam dan wakalah pada
qurban online Baznas baik dari segi objek, tata cara atau
mekanisme, dan akadnya dalam fikih Islam dapat dilihat dari syarat-
syarat kedua akad yang juga terdapat dalam pelaksanaan praktik
qurban online.

1. Implementasi akad Salam dalam praktik qurban online Baznas


Akad as-Salam merupakan istilah dalam literasi Arab
yang secara etimologi mengandung makna memberikan, dan
meninggalkan dan mendahulukan. Artinya, mempercepat
(penyerahan) modal atau mendahulukannya secara sederhana.
Secara istilah as-Salam disebut menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda, atau menjual barang yang ciri-cirinya
jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan
barangnya diserahkan di kemudian hari setelah adanya
pemesanan. 1
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan bahwa
as-salam sebagai akad yang disepakati dengan cara tertentu dan

1
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h.132.
71

membayar terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan di


kemudian hari. Imam Malik mendefinisikan as-salam dengan
jual beli yang modalnya dibayar dahulu, sedangkan barangnya
diserahkan sesuai waktu yang disepakati. 2
Untuk meyakini telah terjadinya akad as-salam dalam
transaksi e-commerce, sejumlah ulama fikih yang terangkum
pendapatnya dalam jumhur ulama menegaskan, bahwa suatu
transaksi yang akadnya menyerupai akad as-salam apabila
transaksi tersebut memenuhi rukun as-salam berupa pembeli
(muslam), penjual (muslam ilaih), atau disebut juga pihak-pihak
yang melakukan transaksi, modal atau uang (ra’sul maal as-
salam), barang atau obyek transaksi (muslam fih) dan ucapan
ijab qabul (sighat).3
Dalam akad salam, Baznas bertindak sebagai penjual
(tangan kedua) dimana penjual pertama adalah mitra Baznas
yaitu peternak hewan. Namun tidak terdapat akad salam antara
mitra Baznas dengan Baznas. Akad salam terdapat ketika terjadi
transaksi antara Baznas dengan pekurban, dimana pekurban
melakukan pembayaran terlebih dahulu kepada Baznas atas
hewan kurban yang ingin dibeli, kemudian Baznas memesankan
hewan yang diinginkan oleh pekurban tersebut kepada Mitra
Baznas sesuai dengan kriteria pesanan si pekurban.
Implementasi akad salam yang telah disesuaikan dengan
mekanisme praktik qurban online Baznas adalah sebagai
berikut:
1. Muslam (Pembeli)

2
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h.104.
3
Ibid., h. 133.
72

Pembeli, dalam akad salam harus cakap hukum dan tidak


ingkar janji atas transaksi yang telah disepakati.
2. Muslam ilaih (Penjual)
Penjual merupakan pihak yang menyediakan barang, dalam
hal ini hewan kurban. Penjual disyaratkan harus cakap
hukum dan tidak boleh ingkar janji.
3. Muslam fihi (Hasil produksi/barang yang diserahkan)
Hasil produksi merupakan objek barang yang akan
diserahkan oleh penjual sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan dalam akad. Hasil produksi tidak termasuk dalam
kategori barang yang dilarang (barang najis, haram,
samar/tidak jelas/syubhat) atau barang yang dapat
menimbulkan kemudaratan.
4. Ra’sul maal as-salam (Harga)
Harga disepakati pada saat awal akad antara pembeli dan
penjual, dan pembayarannya dilakukan pada saat awal
kontrak. Harga barang harus ditulis jelas dalam kontrak,
serta tidak boleh berubah selama masa akad.
5. Shigat (Ijab qabul)

Ketentuan dan syarat yang harus dilakukan dalam akad


salam meliputi ketentuan pembayaran, dan ketentuan
tentang barang.
Syarat-syarat dalam ketentuan tentang pembayaran tersebut
antara lain adalah:
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang , barang atau manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak
disepakati.
73

3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan


hutang.
Ketentuan atau syarat-syarat mengenai barang dalam akad
salam, antara lain :
1. Barang yang dijual harus jelas ciri-cirinya dan dapat
diakui sebagai barang.
2. Barang yang dijual harus dapat dijelaskan
spesifikasinya.
3. Penyerahan barangnya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang
sejenis sesuai dengan kesepakatan.

Berdasarkan syarat dan ketentuan yang ada pada akad


salam diatas, KOB sendiri sudah memenuhi beberapa syarat
yang harus dipenuhi tersebut. Adapun ketentuan dan syarat
yang telah dipenuhi oleh KOB untuk kesesuaian akadnya
dengan akad salam, antara lain:
1. Ketentuan dan syarat dalam pembayarannya pada
praktik qurban online dan kesesuaiannya dengan syarat-
syarat yang telah disebutkan di atas dalam akad salam,
antara lain: Pertama, alat bayar dalam pelaksanaan praktik
qurban online ini sudah harus diketahui jumlahnya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat ketika di awal pemesanan
pun telah ditetapkan berapa harga yang harus dibayar dan
alat bayarnya (dalam hal ini uang) juga harus diketahui
74

jumlahnya. Kedua, pembayaran harus dilakukan pada saat


kontrak disepakati, karena dalam praktik qurban online telah
ada prosedur tentang pembayaran ketika pekurban ingin
membeli hewan kurbannya dengan kesepakatan kedua belah
pihak yang telah disepakati. Kemudian yang terakhir,
pembayaran dalam praktik qurban online ini bukanlah dalam
bentuk untuk membebaskan hutangnya ataupun hutang
orang lain, karena praktiknya murni untuk jual beli hewan
kurban bukan untuk membayar hutang.
2. Ketentuan dan syarat mengenai barang dalam qurban
online dan kesesuaiannya dengan syarat-syarat pada akad
salam, antara lain: Pertama, barang (hewan kurban) yang
ditawarkan dan dijual oleh KOB ciri-cirinya jelas
disebutkan dalam iklan yang dibuat oleh KOB dan ada
penjelasan lebih secara langsung dalam website Baznas
sendiri tentang ciri-ciri jenis hewan kurbannya. Kedua,
spesifikasi dari hewan kurban sudah jelas, karena KOB
sendiri sudah mengklasifikasikan jenis hewab kurban yang
ditawarkannya. Ketiga Penyerahan barang (hewan kurban)
nya dilakukan kemudian karena praktik jual beli qurban
online ini dilakukan dengan pemesanan terlebih dahulu.
Walaupun dalam praktiknya hewan kurban yang telah dibeli
oleh pekurban tidak diserahkan kepada pekurban, melainkan
akan diberikan atau disalurkan oleh KOB kepada
masyarakat di daerah lain yang lebih membutuhkan.
Keempat, waktu dan tempat penyerahan hewan kurban telah
disepakati oleh kedua belah pihak, hanya saja penyerahan
tidak diterima langsung oleh pekurban melainkan akan
disalurkan kepada masyarakat lain sebagaimana pekurban
75

telah mengamanatkan pelaksanaannya kepada KOB.


Kemudian yang terakhir adalah tidak boleh menukar hewan
kurban kecuali dengan hewaan kurban sejenis atau pekurban
menambah jumlah uang apabila menginginkan jenis hewan
kurban yang lebih dari jenis yang dipesannya pertama kali,
karena jenis-jenis dan spesifikasi hewan kurban sudah
ditentukan oleh KOB.

2. Implementasi akad Wakalah dalam praktik Qurban Online


Baznas
Wakalah berasal dari wazan wakal-yakilu-waklan yang
berarti penyerahan (al-Tafwidh) dan pemeliharan (al-Hifdh).4
Menurut kalangan Syafi’iyah arti wakalah adalah ungkapan atau
penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil)
supaya melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa
digantikan (an-naqbalu an-niyabah) dan dapat di lakukan oleh
pemberi kuasa masih hidup. 5
Berbeda dengan akad salam yang orientasinya
merupakan akad jual beli untuk mencari profit. Akad wakalah
merupakan akad yang bersifat tabarru’, yang orientasinya tidak
mencari profit, melainkan tolong menolong dengan
mengharapkan balasan dari Allah SWT. Transaksi wakalah akan
sah apabila memenuhi rukun dan syaratnya.
Implementasinya dalam praktik qurban online Baznas
adalah sebagai berikut:

4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2008) hlm. 120-121.
5
Helmi Karim, Fiqih Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.20.
76

a. Orang yang mewakilkan (Muwakkil), syarat bagi


orang yang mewakilkan adalah dia berstatus sebagai
pemilik urusan/benda dan menguasainya serta dapat
bertindak terhadap harta benda tersebut dengan
dirinya sendiri. Jika muwakkil itu bukan pemiliknya
atau bukan orang yang ahli maka batal.
b. Orang yang mewakili (Wakil), syarat bagi orang
yang mewakili adalah orang yang berakal. Jika ia
idiot, gila, belum dewasa maka batal. Orang yang
sudah berstatus sebagai wakil tidak boleh berwakil
kepada orang lain kecuali atas seizin dari muwakkil
pertama atau karena terpaksa seperti pekerjaan yang
diwakilkan terlalu banyak sehingga ia tidak dapat
mengerjakannya sendiri maka boleh berwakil
kepada orang lain. 6
c. Sesuatu yang diwakilkan (Muwakkal fih), syaratnya:
1) Menerima penggantian, maksudnya boleh
diwakilkan pada orang lain untuk
mengerjakannya, maka tidaklah sah
mewakilkan untuk mengerjakannya shalat,
puasa, dan membaca ayat al-Qur’an, karena
hal ini tidak dapat diwakilkan.
2) Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil
sewaktu akad wakalah. Oleh karena itu, tidak
sah berwakil menjual sesuatu yang
dimilikinya.

6
Abdul Rahman, Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). H. 189.
77

3) Diketahui dengan jelas, maka batal


mewakilkan sesuatu yang masih samar,
seperti seorang berkata, “aku jadikan engkau
sebagai wakilku untuk mengawinkan salah
seorang anakku”.
d. Shigat, yaitu lafaz mewakilkan, shigat diucapkan
dari berwakil sebagai simbol keridhaannya untuk
mewakilkan, dan wakil menerimanya. 7

Dalam akad wakalah berdasarkan Dewan Syariah Nasional


Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) harus ada pihak yang disebut
mewakili (wakil), dan hal-hal yang diwakilkan. Adapun syarat-
syarat muwakkil antara lain:

1. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang


diwakilkan
2. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu,
yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya.
Kemudian syarat-syarat dari wakil sendiri adalah :
a. Cakap hukum
b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya
c. Wakil adalah orang yang diberi amanat

Syarat-syarat yang terakhir dari wakalah yang harus dipenuhi


adalah:

a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili


b. Tidak bertentangan dengan syariah Islam
c. Dapat diwakilkan menurut syariah Islam.

7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2010) h. 234.
78

Berdasarkan syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, kurban


online Baznas juga telah memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan
akad wakalah, yaitu:

1. Ketentuan atau syarat dari pekurban (muwakkil) yang ada di


kurban online Baznas dan kesesuainnya dengan syarat-syarat
yang ada pada akad wakalah, yang pertama, muwakkil di KOB
merupakan pemilik sah ketika sudah membeli dari peternak
(mitra kurban) tetapi melalui KOB sebagai pihak yang
mewakilinya (wakil). Kedua, muwakkil sudah pasti mumayyiz
dan mukalaf, karena masyarakat yang ingin berkurban harus
mengisi form kurban dengan keterangan diri yang sejelas-
jelasnya.
2. Ketentuan atau syarat-syarat dari wakil (KOB) dan kesesuainnya
dengan akad wakalah ialah yang pertama, KOB dikenal sebagai
layanan dan program yang berada di lembaga yang cakap
hukum, dalam artian lembaga ini legal atau sah di mata hukum.
Kedua, KOB merupakan layanan program yang berada di
lembaga yang kompeten dalam mengerjakan tugas yang
diberikan kepadanya. Ketiga, KOB juga merupakan wakil yang
benar-benar melaksanakan amanat yang diberikan oleh
muwakkil (pekurban).
3. Ketentuan atau syarat-syarat dari barang maupun hal-hal yang
diwakilkan oleh muwakkil dan kesesuainnya dengan syarat-
syarat pada akad wakalah antara lain: Pertama, hal yang
diwakilkan diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,
karena dalam hal ini KOB merupakan lembaga yang
melaksanakan ibadah qurban mewakili pekurban. Kedua,
barang atau hal-hal yang diwakilkan (dalam hal ini qurban)
79

kepada KOB bukanlah barang atau hal-hal yang bertentangan


atau dilarang dalam syariat Islam. Kemudian syarat ketiga yang
telah terpenuhi oleh KOB dalam akad wakalah dilihat dari
ketentuan barang atau hal-hal yang diwakilkan menurut syariat
Islam, karena hal yang diwakilkan ini merupakan pelaksanaan
ibadah qurban yang telah sesuai dengan syariat, hanya saja
pelaksanaannya diwakilkan kepada orang lain (KOB).

B. Penyembelihan Binatang Qurban Online Baznas


Penyembelihan adalah syarat halalnya memakan hewan darat
yang boleh dimakan. Artinya, tidak halal memakan hewan apa pun yang
boleh dimakan tanpa dilakukan penyembelihan yang sesuai aturan
syariat. Hal itu didasarkan pada firman Allah swt,
ِ َّ ‫ير َو َما أ ُ ِهلَّ ِلغَي ِْر ٱ‬
ُ ‫ّلل بِ ِۦه َوٱ ْل ُم ْن َخنِقَةُ َوٱ ْل َم ْوقُوذَة‬ ِ ‫علَ ْيكُ ُم ٱ ْل َم ْيتَةُ َوٱلدَّ ُم َولَحْ ُم ٱ ْل ِخ‬
ِ ‫نز‬ ْ ‫ُح ِر َم‬
َ ‫ت‬
َّ ‫َوٱ ْل ُمت ََر ِديَةُ َوٱلنَّ ِطي َحةُ َو َما أ َ َك َل ٱل‬
‫سبُ ُع إِ َّْل َما ذَ َّك ْيت ُ ْم‬

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,


daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,
yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”. (QS. al-
Maidah/5: 3)

Penyembelihan (dzabh, dzakaat, tadzkiyah) secara etimologis


berarti memotong, membelah, atau membunuh suatu hewan. Sementara
secara terminologis, terdapat perbedaan pendapat dikalangan madzhab-
madzhab fiqih, sesuai dengan perbedaan mereka tentang bagian yang
wajib dipotong dalam penyembelihan tersebut.
80

Menurut madzhab Hanafi dan Maliki, penyembelihan adalah


tindakan memotong urat-urat kehidupan yang ada pada hewan itu, yaitu
empat buah urat: tenggorokan, (al-hulquum), kerongkongan (al-marli’),
dan dua urat besar yang terletak di bagian samping leher (al-wadjaan).
Lokasi penyembelihan itu sendiri adalah bagian di antara labbah (bagian
bawah leher) dengan lahyain (tempat tumbunya jenggot, yaitu tulang
rahang bawah).
Sementara itu yang disebut penyembelihan dalam pandangan
madzhab Syafi’i dan Hambali adalah tindakan menyembelih hewan
tertentu yang boleh dimakan dengan cara memotong tenggorokan dan
kerongkongannya. Adapun posisi dan lokasi pemotongan itu bisa di
bagian atas leher (al-halq) atau di bagian bawah leher (labbah), atau
dalam situasi yang tidak memungkinkan dilakukannya penyembelihan
dileher, maka dilakukan penikaman yang mematikan dibagian mana
saja dari tubuh hewan itu.8
Jika berbicara penyembelihan maka yang dibahas ialah perihal
orang yang akan menyembelih. Orang yang melakukan penyembelihan
dapat dibedakan menjadi tiga golongan: pertama yang haram
sembelihannya berdasarkan kesepakatan ulama, kedua yang boleh
sembelihannya berdasarkan kesepakatan ulama, dan ketiga yang
sembelihannya masih diperdebatkan. 9
Golongan yang seluruh ulama sepakat sembelihannya tidak
boleh dimakan dan hukumnya haram adalah sembelihan orang-orang
kafir selainAhlul Kitab, seperti sembelihan yang dilakukan orang
musyrik, penyembah berhala atau penyembah patung, orang ateis yang

8
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), cet I, Jilid 4,
h. 305.
9
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), cet I, Jilid 4,
h. 306
81

tidak memeluk agama apa pun, orang yang murtad dari Islam sekalipun
pindahnya adalah ke agama Ahlul Kitab, serta sembelihan seorang
zindik. Larangan tersebut didasarkan pada firman Allah SWT,
ِ َّ ‫ير َو َما أ ُ ِهلَّ ِلغَي ِْر ٱ‬
‫ّلل ِب ِۦه‬ ِ ‫علَ ْيكُ ُم ٱ ْل َم ْيتَةُ َوٱلدَّ ُم َولَحْ ُم ٱ ْل ِخ‬
ِ ‫نز‬ ْ ‫ُح ِر َم‬
َ ‫ت‬
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”.
(QS. al-Maidah/5:3)

Sementara itu, sembelihan yang disepakati oleh seluruh ulama


kehalalan memakannya adalah sembelihan seorang Muslim laki-laki
yang baligh dan berakal serta tidak meninggalkan shalat. Hal ini
didasarkan pada firman Allah swt,
‫ب‬
ِ ‫ص‬ َ ‫إِ َّْل َما ذَ َّك ْيت ُ ْم َو َما ذ ُ ِب َح‬
ُ ُّ‫علَى ٱلن‬
Artinya: “Kecuali yang sempat kamu sembelih”. (QS. al-
Maidah/5:3)

Redaksinya ditunjukkan kepada orang-orang Muslim. Adapun


sembelihan yang paling popular diperselisihkan para ulama tentang
kebolehan memakannya adalah sembelihan yang dilakukan seorang
Ahlul Kitab, Majusi, dan penganut Shabi’in, serta sembelihan yang
dilakukan perempuan, anak-anak, orang gila, orang mabuk, orang yang
mencuri hewan sembelihan itu, dan orang yang merampas hewan
tersebut.
Penyembelihan hewan kurban online Baznas pun dilakukan
sesuai waktu qurban yaitu dilakukan pada 10 Dzulhijjah (hari nahar)
dilaksanakan setelah sholat Idul Adha, dan 11, 12 dan 13 Dzulhijjah
(hari tasyrik) bertepatan pada hari raya Idul Adha.
82

Dari uraian di atas, dapat dirangkum syarat-syarat yang harus


dipenuhi seseorang yang akan menyembelih, yaitu sebagai berikut:
mumayyiz dan berakal, Muslim atau golongan Ahlul Kitab, secara sadar
melakukan penyembelihan tersebut sekalipun dalam keadaan terpaksa
melakukannya, laki-laki maupun perempuan, dalam kondisi suci
ataupun sedang haid atau junub, melihat atau buta, dan seorang yang
taat maupun fasik. Pada prinsipnya penyembelihan hewan qurban
online baznas telah memenuhi daripada syarat-syarat dan waktu
berqurban yang telah diuraikan diatas.

C. Pendistribusian Daging Qurban Online Baznas


Secara umum Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral
dalam pemeliharaan keadilan sosial dalam bidang ekonomi, sebagai
dasar pengambilan keputusan dalam bidang distribusi, sebagaimana
telah diketahui bahwasanya Nabi Muhammad saw terlahir dari keluarga
pedagang dan beristrikan seorang pedagang (Siti Khadijah) dan beliau
berdagang sampai negeri Syiria. Saat beliau belum menikah dengan
Khadijah, beliau merupakan salah satu bawahan Siti Khadijah yang
paling dikagumi oleh Siti Khadijah pada masa itu karena teknik
pemasaran beliau. Pada saat itu Nabi Muhammad saw telah
mengajarkan dasar-dasar nilai pendistribusian yang benar yaitu dengan
kejujuran dan ketenunan.
Adapun landasan-landasan dalam hal distribusi dalam Islam antara lain
sebagai berikut:
1. Tauhid yaitu konsep ketuhanan yang maha esa, yang tidak ada yang
wajib di sembah kecuali Allah dan tidak ada pula yang
menyekutukannya. Konsep ini menjadi dasar segala sesuatu karena
dari konsep inilah manusia menjalankan fungsinya sebagai hamba
83

yang melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi


larangannya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt :
َ‫ض لَ َيقُولُ َّن ٱ َّّللُ ۖ قُ ْل أَفَ َر َء ْيتُم َّما تَدْعُون‬ َ ‫س َٰ َم َٰ َوتِ َوٱ ْأل َ ْر‬
َّ ‫سأ َ ْلت َ ُهم َّم ْن َخلَقَ ٱل‬َ ‫َولَ ِئن‬
ُ ُ‫ض ٍر ه َْل ه َُّن َٰ َك ِش َٰفَت‬
‫ض ِر ِهۦ أ َ ْو أ َ َرادَ ِنى ِب َرحْ َم ٍة ه َْل‬ ُ ‫ى ٱ َّّللُ ِب‬ َ ‫ّلل ِإ ْن أ َ َرادَ ِن‬
ِ َّ ‫ُون ٱ‬
ِ ‫ِمن د‬
َ‫علَ ْي ِه َيت ََو َّك ُل ٱ ْل ُمت ََو ِكلُون‬ َٰ
َ ۖ ُ‫ى ٱ َّّلل‬َ ‫ه َُّن ُم ْم ِس َكتُ َرحْ َم ِت ِۦه ۖ قُ ْل َح ْس ِب‬

Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:


"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka
menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak
mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-
berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika
Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat
menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”
(QS. az-Zumar/39:38)

2. Adil, menurut Bahasa adalah “wadh’usyaiin ‘ala mahalih” yaitu


meletakkan sesuatu pada tempatnya, konsep keadilan haruslah
diterapkan dalam mekanisme pasar untuk menghindari kecurangan
yang dapat mengakibatkan kezhaliman bagi satu pihak. Firman
Allah dalam surat al-Muthafifin/83:1-3 :
‫ ( َوإِذَا َكالُوهُ ْم‬٢ ) َ‫اس يَ ْست َْوفُون‬ َ ‫ (الَّذِينَ إِذَا ا ْكت َالُوا‬١) َ‫ط ِففِين‬
ِ َّ‫علَى الن‬ َ ‫َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ‫أ َ ْو َوزَ نُوهُ ْم ي ُْخس ُِرون‬

Artinya: “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam


menakar dan menimbang), (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
84

apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain),


mereka mengurangi”. (QS. al-Muthafifin/83: 1-3)

3. Kejujuran dalam bertransaksi, syariat islam sangat konsen terhadap


anjuran dalam berpegang teguh terhadap nilai-nilai kejujuran dalam
bertransaksi. Firman Allah dalam surah al-Ahzab/33:70-71:

‫صلِحْ لَكُ ْم أ َ ْع َمالَكُ ْم َويَ ْغ ِف ْر‬ َ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫لَّلا َوقُولُوا قَ ْو ًْل‬
ْ ُ‫ ي‬. ‫سدِيدًا‬
َ َّ ‫لَكُ ْم ذُنُوبَكُ ْم َو َم ْن ي ُِط ِع‬
َ ‫لَّلا َو َرسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا‬
‫ع ِظي ًما‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-
Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar.” (QS. al-Ahzab/33: 70-71)

Baznas mulai melakukan inisiasi penghimpunan dan


pendistribusian hewan qurban mulai tahun 2016. Dalam kegiatan
pasca qurban terdapat dua kegiatan utama yang dilakukan qurban
online Baznas yaitu pendistribusian daging hewan qurban dan juga
pelaporan pelaksanaan qurban kepada mudhoi atau sohibul qurban.

Pada setiap tahunnya Baznas melaksanakan rapat koordinasi


qurban online Baznas se Indonesia untuk mensinergikan dan
mengoptimalkan program qurban online Baznas. Pada tahun 2021
target pendistribusian hewan qurban adalah di 34 Provinsi, 80
Kota/Kabupaten, 210 Kecamatan dan 330 Desa/Kelurahan, serta
menargetkan 4000 ekor hewan ternak setara kambing
terdistribusikan kepada masyarakat.
85

Adapun target penerima manfaat pada kegiatan Qurban


Online Baznas 2021 terbagi menjadi tiga golongan, yaitu yang
pertama adalah peternak, karena diharapkan melalui penjualan
ternak yang mereka lakukan sehingga mereka menerima
keuntungan yang layak daro program budidaya penggemukannya.
Kedua adalah yang memiliki kriteria kaum dhuafa, anak yatim piatu,
panti jompo, difabel, mualaf, dan kaum rentan lainnya. Ketiga
adalah peserta cash for work kepada masyarakat miskin yang
terdampak ekonominya akibat pandemic Covid-19.

Secara umum Qurban online Baznas menargetkan daerah


pendistribusian hewan qurban dibagi menjadi dua, yaitu daerah
prioritas dan daerah biasa. Adapun yang termasuk daerah prioritas
adalah daerah penampungan atau pengungsian yang disebabkan
bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan, banjir dan lain
sebagainya, serta kerusuhan dan tragedi sosial lainnya. Daerah-
daerah yang ada di luar pulau Jawa dengan pendapatan perkapita
penduduknya berada di bawah garis kemiskinan. Daerah yang
mayoritas muslim penduduknya muslim, tetapi karena ditakutkan
akibat desakan ekonomi membuat akidahnya mudah berpaling.

Sedangkan daerah yang termasuk dalam kategori daerah


biasa untuk pendistribusian hewan qurban adalah daerah di wilayah
pulau Jawa yang masyarakat sekitarnya mampu, tetapi jarang
mengeluarkan hewan qurbannya. Panti jompo yang mengurusi
orang tua yang sudah tidak memiliki keluarga. Panti asuhan yang
memelihara anak-anak yatim piatu dan putus sekolah dikarenakan
tidak mempunyai biaya. Masjid-masjid, pesantren, dan majelis
ta’lim yang berada di daerah terpencil, kemudian dalam keadaan
86

sulit untuk mendapatkan bantuan hewan dari pekurban karena


umumnya ekonomi masyarakatnya kurang mampu.

Pada proses pendistribusian daging hewan qurban kepada


para penerima manfaat, secara umum Baznas menggunakan dua
metode pendistribusian dengan menerapkan sistem protokol
kesehatan yang sangat ketat dengan tidak memicu kerumunan
masyarakat dalam proses pendistribusian hewan qurban yaitu
dengan metode pendistribusian door to door secara langsung ke
rumah para penerima manfaat dan juga melalui jasa pengiriman
kurir untuk mencapai wilayah yang sulit dijangkau.

Lebih lanjut, setelah kegiatan pendistribusian maka ada


kegiatan pelaporan kegiatan Kurban Online Baznas (KOB). Sistem
pelaporan yang digunakan untuk pelaksanaan Kurban Online
Baznas meliputi berbagai aktifitas pelaporan, antara lain:

a. Pelaporan foto atau dokumentasi dari seluruh mitra KOB.


b. Pelaporan foto atau dokumentasi dilakukan oleh seluruh
mitra pelaksana KOB dengan melalui grup aplikasi
WhatsApp. Meliputi foto-foto sebagai berikut:
1) Foto hewan kurban secara keseluruhan yang memuat
nama mudhohi pada papan nama di dalam foto
tersebut.
2) Foto hewan ternaknya ketika dilakukan proses
penyembelihan.
3) Foto penyerahan daging hasil penyembelihan kurban
kepada para penerima manfaat.
4) Pelaporan berkas pelaksanaan KOB di berbagai
daerah oleh seluruh Mitra Pelaksana KOB.
87

5) Rekapitulasi Pelaporan KOB 2020 dan dana oleh


BAZNAS.
c. Pelaporan seluruh kegiatan KOB kepada mudhohi yang
bekerjasama dengan BAZNAS melalui platform online
seperti surat elektronik.
d. Para pekurban akan mendapat sertifikat kurban online
baznas sebagai bentuk penghargaan dan kenangan karena
telah ikut berkurban diBaznas.

Pada prinsipnya pendistribusian daging qurban didalam badan


amil zakat nasional ini mengikuti landasan distribusi dalam Islam yakni
tauhid, adil dan kejujuran dalam bertransaksi.

D. Analisis Praktik Qurban Online Baznas


Dalam ajaran Islam, tujuan daripada berqurban adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt, dan pernyataan syukur manusia
kepada-Nya atas karunia-Nya. Dengan berqurban kita akan semakin
dekat dengan Allah SWT, yang merupakan inti hakikat dari semua jenis
ibadah, yaitu Attaqarrubu Ilallahi Ta’ala (mendekatkan diri kepada
Allah SWT).10 Pembangkit niatnya itu adalah ketaqwaan dan dilakukan
sesuai dengan perintah agama.
Sebagaimana firman Allah SWT, berbunyi:
َ‫ب ْٱل َٰ َعلَ ِمين‬ َ ‫قُ ْل ِإ َّن‬
َ َ‫ص َالتِى َونُسُ ِكى َو َمحْ ي‬
ِ َّ ِ ‫اى َو َم َماتِى‬
ِ ‫ّلل َر‬
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”. (Q.S.
al-An’am/6: 162)

10
T.A. Lathief Rusydiy, Qurban dan Aqiqah Menurut Sunnah Rasulullah saw, Cet. Ke-3,
(Medan: Firman Rimbow, 1996), h.12.
88

Dalam pemaparan point pertama, maka penulis berpendapat


bahwa qurban online Baznas, pada intinya adalah jual beli atau
transaksi praktik qurban online diperbolehkan selama tidak
mengandung unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba,
kezhaliman, penipuan, kecurangan dan yang sejenisnya serta memenuhi
rukun-rukun dan syarat-syarat didalam jual belinya. Berdasarkan
mekanisme jual beli hewan qurban online Baznas yang didalamnya
terdapat akad jual beli salam dan wakalah.
Pada praktik akad salam kurban online Baznas telah memenuhi
rukun as-salam yaitu, pembeli (muslam), penjual (muslam ilaih), atau
disebut juga pihak-pihak yang melakukan transaksi, modal atau uang
(ra’sul maal as-salam), barang atau obyek transaksi (muslam fih) dan
ucapan ijab qabul (sighat).
Pada praktik akad wakalah kurban online Baznas pun telah
memenuhi rukun daripada wakalah, yaitu orang yang mewakilkan
(muwakkil), orang yang mewakili (wakil), sesuatu yang diwakilkan
(muwakkal fih), dan shigat. Qurban online Baznas juga telah memenuhi
syarat-syarat dalam pelaksanaan akad wakalah, baik syarat dari orang
yang mewakilkan dalam hal ini pekurban, orang yang mewakili yaitu
Baznas, dan sesuatu yang diwakilkan yaitu hewan kurban.
Pada pembahasan point kedua, jika melihat pembahasannya
berupa tata cara penyembelihan, syarat-syarat orang yang melakukan
penyembelihan yaitu mumayyiz dan berakal, Muslim atau golongan
Ahlul Kitab, secara sadar melakukan penyembelihan tersebut sekalipun
dalam keadaan terpaksa melakukannya, laki-laki maupun perempuan,
dalam kondisi suci ataupun sedang haid atau junub, melihat atau buta,
dan seorang yang taat maupun fasik dan waktu berqurban yaitu
dilakukan pada 10 Dzulhijjah (hari nahar) dilaksanakan setelah sholat
Idul Adha, dan 11, 12 dan 13 Dzulhijjah (hari tasyrik) bertepatan pada
89

hari raya Idul Adha, maka pada prinsipnya penyembelihan hewan


kurban online Baznas telah memenuhi daripada pembahasan tersebut.
Pada pembahasan point ketiga mengenai pendistribusian daging
kurban online, pada prinsipnya sudah sesuai dengan landasan distribusi
dalam Islam, yaitu tauhid, adil dan kejujuran dalam melakukan
penyaluran. Memberikan kepada yang membutuhkan dan sesuai kriteria
dengan menanamkan nilai tauhid, keadilan serta kejujuran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Transaksi Praktik Qurban Online
Berdasarkan pembahasan mengenai praktik transaksi qurban online
Baznas maka kesimpulannya diperbolehkan selama tidak mengandung
unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan,
kecurangan dan yang sejenisnya serta memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syarat didalam jual belinya, dengan melihat akad yang digunakan yaitu akad
salam dan wakalah dirasa dalam praktik transaksi qurban online Baznas
sudah terpenuhi, sehingga akad jual belinya pun tergolong sah menurut
hukum Islam.

2. Penyembelihan Binatang Qurban Online Baznas


Jika melihat pembahasannya berupa tata cara penyembelihan,
syarat-syarat orang yang melakukan penyembelihan dan waktu berqurban,
maka pada prinsipnya penyembelihan hewan kurban online Baznas telah
memenuhi daripada tata cara dan syarat-syarat penyembelihan tersebut.

3. Pendistribusian Daging Qurban Online Baznas

Pada pendistribusian daging qurban online Baznas jika berdasarkan


pada landasan-landasan agama Islam, yaitu konsep Tauhid, adil dan
kejujuran maka dirasa sudah sesuai dengan agama Islam, dengan
berkoordinasi dengan Baznas se Indonesia, hingga penerima manfaat yang
terbagi menjadi tiga golongan mendapatkan haknya, yaitu peternak, para
kaum dhuafa, anak yatim piatu, panti jompo, difabel, mualaf, dan kaum
rentan dan peserta cash for work kepada masyarakat miskin yang
terdampak ekonominya akibat pandemic Covid-19.

90
91

B. Saran
Setelah penulis membaca, meneliti, menganalisis dan
menyimpulkan maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk Baznas sebagai penyedia layanan kurban online Baznas
diharapkan memberikan sosialisasi mengenai mekanisme praktik
kurban online Baznas menurut hukum Islam, baik secara online
maupun offline dengan konten yang menarik dan sesuai syariat
Islam.
2. Untuk Baznas sebagai penyedia layanan kurban online Baznas
diharapkan untuk menyediakan lebih banyak lagi hewan qurban
baik berupa unta, sapi ataupun kambing melihat perkembangan
kurban online yang setiap tahunnya terus meningkat peminatnya.
3. Untuk Baznas sebagai lembaga pemerintah non-struktural yang
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden tentu harus
memberikan pertanggungjawaban laporan keuangan yang dapat
diakses oleh semua orang.
4. Untuk pekurban sebagai pengguna layanan kurban online Baznas
diharapkan untuk memperhatikan dan mengetahui praktik kurban
online Baznas baik dari transaksi jual beli yang dilakukan,
penyembelihan hewan kurban hingga pendistribusian daging
kurban.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Jabari, Abdul Mutaalal, Al-adhiyyah: ahkamuhawa Falsafatu haal-Tarbiyah,
Penerjermah Ainul Haris, Cara Berqurban, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Rahman, Abdul, Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Al-Juzairi, Abdurrahman, Fikih Empat Mazhab, Jilid 2. Terjemah, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2015.
Ahmad, Abu Abdurrahman bin Syuaib an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’i, Cet.2, Juz.2
Maktaba al-Matbuat al-Islamiyah, 1986.
Muhammad, Abu Abdullah ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Juz 2,
Penerjemah Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi. Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Malang:
Darul Ihya Al-Kutub al-‘Al-Arabiyyah, 2014.
Idris, Abu Fatah dan Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004.
Kamal, Abu Malik bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Cet. 2, Jakarta: Pustaka
Azam, 2007.
Nugroho, Adi, E-Commerce Memahami Perdagangan di Dunia Maya, Cet.1 Bandung:
Informatika,2006.
Said, A. Fuad, Qurban dan Aqiqah Menurut Ajaran Islam, Jakarta: Pustaka Zaman,
1994.
Latif, AH Azharuddin, Fiqih Muamalat, Jakarta UIN Jakarta Press, 2005.
Al-Bajawi, Ali Muhammad, dkk. Qashash Al-Qur’an, Penerjemah Abdul Hamid,
Untaian Kisah Dalam Al-Qur’an , Jakarta: Dar al-Haq, 2007, Cet,1.
Al-Husaini, Al-Imam Taqiuddin Abu Bakar, Terjemah Kifayatul Akhyar, Jilid 3
Surabaya: PT. Bina Ilmu 1997.
Sabiq, Al-Sayyid, Fiqih Sunnah 5, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009.
Rosyidy, A.Latief, Qurban dan Aqiqah Menurut Sunnah Rasulullah SAW,
Medan:Firma Rimbow, 1996.
Soematri, Andri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana Prenaa Media
Group, 2009.

92
93

Prasetyo, Barkatullah dan Teguh, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan
Hukum di Indonesia, Cet.1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Djamil, Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, Cet.1,
Yogyakarta: Magista Insania Press,2004.
Ambary, Hasan Mu’arif, dkk. Ensiklopedia Islam, cet.IV, Jilid 5, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve Jilid 5, 1997.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Tahido, Huzaimah Tahido, Masail Fiqhiyah kajan Islam Kontemporer, Bandung:
Angkasa, 2005.
Abidin, Ibnu Mas’ud Zainal , Fikih Mazhab Syafi’I Buku I Ibadah, Cet. 2, Bandung:
Pustaka Setia, 2005.
Mas’ud, Ibnu dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’i, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Syafi’i, Imam, Ringkasan Kitab Al-Umm, Jilid 1-2, Jakarta: Pustaka Azzam, 2004.
Rais, Isnawati dan Hasanudin, Fiqh Muamalat dan Aplikasinya Pada LKS, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2004.
Al- Madani, Malik bin Annas, Muato Abdul Malik, Juz 2, Bairut Libanon: Dar al-Ihya
at-Turast al-Araby, 1983.
Muhammad, Maulana, Al-Quran Terjemah dan Tafsir, Juz XXIV, Jakarta: Darul
Qutubil Islamiyah, 2014.
Herman, Malau, Manajemen Pemasaran Teori dan Aplikasi Pemasaran Era
Tradisional sampai Era Moderenisasi Global, Bandung: Alfabeta, 2017.
Al, Masrul, Pandemi Covid-19, Persoalan dan Refleksi di Indonesia, Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2020.
Nasir, M Husain, Fikih Dzabihah Kurban, Aqiqah, Khitan, Cet ke-1, Jatim: Pustaka
Sidogiri, 2005.
Ad-Dimsyaqi, Muhammad bin Abdurrahman, Fikih Empat Mazhab, Bandung:
Hasyimi, 2014.
94

Nashiruddin, Muhammad, Shahih Sunan Ibnu Majah, Jilid 3, Jakarta: Pustaka


Azam, 2007.
Al-Banjari, Muhammad Arsyad, Sabilal Muhtadin, Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset,
2013.
Rizqi Romadhon, Muhammad, Jual Beli Online Menurut Madzhab Asy-Syafi’i,
Cipasung: Pustaka Cipasung, 2015.
Rifa’i, Muhammad, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: CV Thoha Putra, 2007.
Antonio, Muhammad Syafi, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2008.
Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Cet. IV, Tangerang: Lentera Hati,
2005.
An-Nasaiburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Ensiklopedi Hadits Shahih Muslim 2,
Cet.1, Jilid 4, Jakarta: almahira, 2012.
Nasir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalat, cet.2, Jakarta Gaya Media Pratama, 2007.
Rambe, Nawawi, Fiqih Islam, Jakarta: Duta Pahala, 1994.
Purbo, Onno W dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-Commerce, Jakarta: Elex Media
Komputindo,2000.
Utomo, Setiawan Budi, Fiqih Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986.
Sahrani, Sohari dan Ru’fah Abdullah, Fiqh Muamalat, cet.1, Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011.
El-Fikri, Syahruddin, Sejarah Ibadah, Jakarta: Republika, 2014.
Bali, Wahid Abdus Salam, 474 Ibadah Salah Kaprah, Jakarta: Amzah, 2006.
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 4, Terjemah, Jakarta:
Gema Insan, 2011.
Al-Qardawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 1995.
95

B. Jurnal, Skripsi dan Makalah

Syatar, Abdul. “Qurban Innovation Due to The Covid-19: Experiences from


Indonesia”. Jurnal – Euoropean Journal of Molecular & Clinical Medicine,
Vol. 1,1 (2020).

Wizinindyah, Ayutha. “Potret Penyembelihan Hewan Qurban Pada Era New Normal
di Kabupaten Kotawaringin Barat”. (Jurnal – E-Prosiding Seminar Nasional
Ilmu Peternakan Terapan, Vol.2,3, (2020).

Noor, Hasib. “Covid-19: Panduan As-Sunnah Ketika Pandemi”, Malaysia: Tertib


Publishing, (2020).

LPBKI MUI Pusat. Fiqh Wabah: Panduan Syariah, Fatwa Ulama, Regulasi Hukum,
dan Mitigasi Spiritual. Jakarta Selatan: Albayzin, 2020.

Hanoatubun, Silpa. “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia”, Journal of


Education Psychology and Counseling, Vol. 2, 1, (2020).

Fauzan. “Hukum Kurban Menggunakan Uang.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan


Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kartini. “Praktek Kurban di Desa Kundur Dalam Perspektif Hukum Islam, Studi Kasus
Di Desa Kundur, Kec.Kundur Barat Kab. Karimun Kepulauan Riau”, Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.

Faridah, Khalwah. “Pelaksanaan Ibadah Kurban Masa Pandemi Covid-19 Di Lazis


Muhammadiyah Lamongan: Analisis Komparatif Fatwa MUI Nomor 36
Tahun 2020 dan Keputusan Majelis Tarjih Wa Tajdid pada PP Muhammadiyah
Nomor 06/EDR/I.0/E/2020”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2020.
96

Kementrian Agama Republik Indonesia. Al-Quran Al-Karim dan Terjemah. Surabaya:


Halim, 2020.

Kementerian Agama Republik Indonesia, Dirjen Bimas Islam dan Pemberdayaan


Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat. Jakarta:Kementrian Agama RI, 2012.

Kementrian Pertanian. Surat Edaran Nomor0008/SE/PK.320/F/06/2020 Tentang


Pelaksanaan Kegiatan Kurban Dalam Situasi Wabah Bencana Nonalam
Covid-19, 2020.

Bambang H, “Internet and E-Commerce”, Artikel diakses pada 21 Februari 2022 dari
http://bambanghermawan.ilearning.me/2019/07/01/89/

WHO. “Coronavirus Disease”, Artikel diakses pada 19 Oktober 2020 dari


http://www.who.int.
97

LAMPIRAN

WAWANCARA

Nama : Taris

Pekerjaan : Kepala Bagian Arsip dan Pejabat Pengelola Informasi dan


Dokumentasi

Tempat : Online Via Google Meet

Waktu : Jumat, 20 Mei 2022

1. Apa dasar hukum Baznas menyelenggarakan kurban online?

Dasar hukum Baznas menyelenggarakan kurban online Baznas adalah Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
pada pasal 28 angka 1 yang berbunyi : “selain menerima zakat, Baznas atau
LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya”.
Maka kurban dikategorikan sebagai dana sosial keagamaan lainnya.

2. Bagaimana mekanisme transaksi jual beli hewan kurban online Baznas?

Baznas memberikan kemudahan kepada pekurban untuk membeli hewan


kurban melalui kanal pembayaran baik layanan perbankan, layanan langsung
maupun digital. Dalam konteks transaksi kurban online maka bisa
menggunakan layanan perbankan, yaitu pekurban dapat melalui Automatic
Teller Machine (ATM), debet, kartu kredit, mobile banking/ SMS Banking, dan
zakat payroll system. Pekurban juga dapat menggunakan layanan digital, yaitu
di Baznas platform, pekurban memilih jenis dana/program yaitu kurban online
Baznas, dan memasukan data diri, memilih metode pembayaran dan setelah
berhasil melakukan pembayaran, pekurban akan otomatis mendapatkan
notifikasi dan bukti pembayaran melalui email dan whatsapp.
98

3. Kapankah waktu penyembelihan hewan kurban Baznas?

Waktu penyembelihan hewan kurban Baznas yaitu setelah melakukan sholat


Idul Adha hingga 11, 12 dan 13 Dzulhijjah (hari tasyrik).

4. Dimanakah penyembelihan hewan kurban dilakukan?

Penyembelihan hewan kurban dilakukan dilokasi peternak dimana hewan ternak


itu dibeli, yaitu mitra pelaksana wajib membuat tempat pemotongan hewan,
selain dari itu penyembelihan juga dilakukan di rumah potong hewan ruminansia
pemerintah dan swasta.

5. Bagaimana tata cara penyembelihan hewan kurban online baznas?

Tata cara penyembelihan hewan kurban Baznas ketika dimasa pandemi


dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat agar pelaksanaan
kegiatan ini tidak berdampak buruk terhadap penyebaran virus Covid-19 di
wilayah pelaksanaan kurban dan dilakukan oleh ahlinya.

6. Bagaimana pendistribusian daging kurban Baznas?

Secara umum Baznas menggunakan dua metode pendistribusian dengan


menerapkan sistem protokol kesehatan yang sangat ketat dengan tidak memicu
kerumunan masyarakat dalam proses pendistribusian hewan qurban yaitu
dengan metode pendistribusian door to door secara langsung ke rumah para
penerima manfaat dan juga melalui jasa pengiriman kurir untuk mencapai
wilayah yang sulit dijangkau.

7. Dari siapakah hewan kurban dibeli ?


99

Hewan kurban dibeli dari mitra baznas, yaitu para peternak yang berada dalam
binaan Baznas.

8. Dari manakah biaya pendistribusian daging kurban Baznas?

Biaya pendistribusian daging qurban itu sudah termasuk daripada biaya


pembelian hewan qurban diawal, jadi pekurban tidak perlu mengeluarkan uang
lagi untuk biaya pendistribusian, penyembelihan maupun pengemasan daging
qurban.

9. Bekerja sama dengan siapa sajakah Baznas dalam menyelenggarakan hewan


kurban?

Baznas bekerja sama dengan beberapa mitra kurban, yaitu peternak hewan
qurban, pemotongan rumah hewan, dan mitra perbankan sebagai fasilitas
pembayaran.

10. Bagaimana pelaporan pertanggungjawaban Baznas kepada pekurban?

Sistem pelaporan yang digunakan untuk pelaksanaan Kurban Online Baznas


meliputi berbagai aktifitas pelaporan, antara lain:
e. Pelaporan foto atau dokumentasi dari seluruh mitra KOB.
f. Pelaporan foto atau dokumentasi dilakukan oleh seluruh mitra pelaksana
KOB dengan melalui grup aplikasi WhatsApp. Meliputi foto-foto sebagai
berikut:
6) Foto hewan kurban secara keseluruhan yang memuat nama mudhohi
pada papan nama di dalam foto tersebut.
7) Foto hewan ternaknya ketika dilakukan proses penyembelihan.
8) Foto penyerahan daging hasil penyembelihan kurban kepada para
penerima manfaat.
100

9) Pelaporan berkas pelaksanaan KOB di berbagai daerah oleh seluruh


Mitra Pelaksana KOB.
10) Rekapitulasi Pelaporan KOB 2020 dan dana oleh BAZNAS.
g. Pelaporan seluruh kegiatan KOB kepada mudhohi yang bekerjasama
dengan BAZNAS melalui platform online seperti surat elektronik.
h. Para pekurban akan mendapat sertifikat kurban online baznas sebagai
bentuk penghargaan dan kenangan karena telah ikut berkurban diBaznas.

Anda mungkin juga menyukai