Anda di halaman 1dari 22

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MODUL KARDIOVASKULER
KPrF-01A
PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI MANUSIA
PADA BERBAGAI KONDISI

TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri menusia.

Tujuan Perilaku Khusus


1. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah a. brakhialis pada sikap
berbaring, duduk dan berdiri.
2. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah
pada ketiga sikap tersebut di atas.
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah a. brakhialis sebelum dan
sesudah kerja otot.
4. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan
sesudah kerja otot.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Sfigmomanometer air raksa.
2. Stetoskop
3. Metronom

TATA KERJA
I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRAKHIALIS PADA SIKAP BERBARING,
DUDUK DAN BERDIRI
BERBARING TERLENTANG
1. Orang percobaan (OP) disuruh berbaring terlentang dengan tenang selama 10
menit.
2. Selama menunggu, pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas OP.
3. Carilah dengan palpasi, denyut a. brakhialis pada fosa kubiti dan denyut a. radialis
pada pergelangan tangan OP.
4. Setelah OP berbaring 10 menit, siapkan stetoskop di telinga saudara, pompa
manset sambil meraba a. radialis sampai tekanan di dalamnya melampaui tekanan
sistolik  30 mmHg.
5. Lakukan pengukuran tekanan darah a. brakhialis cara auskultasi dan tetapkan
tekanan darah OP menurut cara baru.
6. Ulangi pengukuran butir 5 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan
catat hasilnya.

1
KPrF-01A
DUDUK
1. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk.
Tunggu 3 menit dan ukurlah kembali tekanan darah a. brakhialisnya dengan cara
yang sama.
Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catat
hasilnya.

P-TD.1. Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri.

BERDIRI
1. Tanpa melepas manset, OP disuruh berdiri. Setelah menunggu 3 menit, ukur
kembali tekanan darah a. brakhialis dengan cara yang sama.
Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catat
hasilnya.

P-TD.2. Mengapa pengukuran tekanan darah baru dilakukan 3 menit setelah


berdiri?

2. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ke 3 sikap yang berbeda


tersebut.

II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT


1. Ukurlah tekanan darah a.brakhialis OP dengan penilaian menurut metode baru
pada sikap duduk (OP tidak perlu sama dengan OP pada butir I).
2. Tanpa melepas manset, suruh OP berlari di tempat dengan frekuensi  120
loncatan/menit selama 2 menit (mengikuti detakan metronom). Segera setelah
selesai, OP disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.
3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali
seperti semula.
Catat hasil pengukuran tersebut.

P-TD.3. Bagaimana tekanan darah seseorang segera setelah melakukan kerja


otot?

2
KPrF-01A
JAWABAN PERTANYAAN

P-TD.1. a. kerja jantung


b. tahanan tepi
c. volume darah
d. kekenyalan dinding pembuluh darah
e. kekentalan darah
P-TD.2. Tubuh memerlukan waktu untuk mengadakan berbagai refleks kompensasi. Baca
Ganong, ed. 20, 2001, Bab 33, halaman 607-608: Compensations for gravitational
effects.
P-TD.3. Setelah melakukan kerja otot, tekanan darah naik. Baca Ganong, ed.20, 2001, Bab 33,
halaman 609-611: Systemic circulatory changes during exercise.

3
KPrF-01B
TES PENINGKATAN TEKAN AN DAR AH DENG AN
P E N D I N G I N A N ( COLD-PRESSOR TEST)

TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
1. Melakukan tes peningkatan tekanan darah dengan pendinginan (Cold-pressor Test).
2. Menilai hasil Cold-pressor Test seseorang.

Tujuan Perilaku Khusus


1.1. Memberikan rangsang pendinginan pada tangan selama satu menit.
1.2. Mengukur tekanan darah a.brakhialis selama perangsangan sub 1.1.
1.3. Menetapkan waktu pemulihan tekanan darah a. brakhialis.

2.1. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Sfigmomanometer dan stetoskop
2. Stopwatch
3. Wadah berisi air + es
4. Termometer kimia

TATA KERJA
1. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang selama 10
menit.

P-CPT.1. Mengapa OP harus berbaring selama 10 menit?

2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas


OP.
3. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap menit sampai
terdapat hasil yang sama (tekanan basal) 3 kali berturut-turut (selisih hasil 3 kali
pengukuran  5 mmHg.

P-CPT.3. Apakah kontraindikasi untuk melakukan Cold-pressor test?

4. Tanpa membuka manset suruhlah OP memasukkan tangan kirinya ke dalam wadah


berisi air es (4C) sampai pergelangan tangan.
5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya.

P-CPT.5. Bagaimana caranya supaya saudara dapat mengukur tekanan darah


orang percobaan dengan cepat?

4
KPrF-01B
P-CPT.6. Apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah orang percobaan
selama pendinginan, terangkan mekanismenya.

6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan.


Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik  20 mmHg dan tekanan diastolik  15
mmHg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan hiperreaktor.
Bila kenaikan tekanan darah OP masih di bawah angka-angka tersebut di atas,
maka OP termasuk golongan hiporeaktor. (Hines & Brown Test. Proc. Staff Meet.
Mayo Clinic 7 : 322, 1952).

P-CPT.7. Apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan


hiperreaktor atau hiporeaktor?

7. Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan


sistolik dan diastoliknya tiap menit sampai kembali ke tekanan darah basal.
Bila diperoleh hasil pengukuran tekanan sistolik  20 mmHg dan tekanan diastolik 
15 mm Hg, ulangi lagi pengukuran untuk memastikan hasil pemeriksaan.
8. Bila anda mengalami kesulitan untuk mengukur tekanan darah OP pada detik ke 30
dan 60 pendinginan, pengukuran dapat dilakukan dengan cara berikut:
Ukur tekanan darah sistolik OP saja pada detik ke 30 dan 60 pendinginan. Suruhlah
OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya tiap menit sampai kembali ke tekanan darah basal. Setelah tekanan
darah OP kembali ke tekanan darah basal, suruhlah OP kembali memasukkan
tangan kirinya ke dalam air es lagi, dan kali ini ukurlah tekanan darah diastolik OP
saja pada detik ke 30 dan 60 pendinginan.

5
KPrF-01B
JAWABAN PERTANYAAN

P-CPT.1. Untuk mencapai keadaan yang mendekati keadaan basal.


P-CPT.2. Apa yang dimaksud dengan keadaan basal?
P-CPT.2. Keadaan basal ialah keadaan pada orang terjaga yang sel-sel tubuhnya dalam
tingkat metabolisme minimal.
P-CPT.3. Kontraindikasi untuk melakukan cold-pressor test ialah hipertensi.
P-CPT.4. Kapan seseorang dikatakan menderita hipertensi?
P-CPT.4. Bila seseorang yang telah berusia 18 tahun atau lebih mempunyai tekanan darah
sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (The Seventh report of
the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC VII)).

Classification of Blood Pressure for Adults


Blood Pressure (mmHg)
Category Systolic Diastolic

Normal <120 and <80


Pre-hypertension 120-139 or 80-89
Stage 1* HT 140 – 159 or 90 – 99
Stage 2* HT > 160 or > 100

P-CPT.5. Tentukan tekanan darah sistolik orang percobaan dengan cara palpasi. Pompalah
manset sehingga tekanannya  30 mmHg di atas tekanan sistolik tersebut. Latihlah
diri saudara sehingga dapat mengukur tekanan darah orang percobaan sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk percobaan ini.
P-CPT.6. Tekanan darah akan naik.
Mekanisme terjadinya kenaikan tekanan darah:
The most probable explanation of the cause of the rise in blood pressure in the cold
pressor test is that the response is a widespread vasopressor reaction initiated
through a neurogenic reflex arc. There is no significant change in cardiac rate or in
cardiac output during the test.
Kutipan dari:
Hines, E.A. Jr., Brown, G.E.: Standard Stimulus for Measuring Vasomotor Reactions:
Its Application in Study of Hypertension. Proc. Staff Meet Mayo Clinic 7:332, 1952.
P-CPT.7. Kenyataan statistik menunjukkan bahwa golongan hiperreaktor lebih besar
kemungkinannya untuk menjadi penderita hipertensi di kemudian hari dari pada
golongan hiporeaktor. (Hiroshima J.Med Sci 1994 , 43 (3): 93-103)

6
KPrF-01C
TES KESANGGUP AN KARD IOV ASKULER: THE HARVARD
STEP TEST

TUJUAN
1. Melaksanakan tes kesanggupan kardiovaskuler cara Harvard.
2. Menilai kesanggupan kardiovaskular seseorang.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Bangku setinggi 18 inchi
2. Metronom (frekuensi 60x/menit)
3. Stopwatch

TATA KERJA
1. Lakukan tes kesangguapn kardiovaskuler ini minimal pada 3 OP.
2. Suruh OP berdiri menghadap bangku yang sesuai sambil mendengarkan detakan
metronom dengan frekuensi 60 kali per menit.
3. Suruh OP menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada waktu detakan
metronom.
4. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua), kaki lainnya dinaikkan
ke bangku sehingga OP berdiri tegak di atas bangku.
5. Pada detakan ke-3, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
6. Pada detakan ke-4, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula sehingga OP
berdiri tegak lagi di depan bangku.
7. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih
dari 5 menit.
Catat berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah
stopwatch.
7. Segera setelah itu, OP disuruh duduk, dan langsung hitung & catat frekuensi denyut
nadinya selama 30 detik pada menit ke-1, ke-2 dan ke-3 setelah naik-turun bangku,
sebagai berikut:

Setelah naik-turun bangku ∑ denyut nadi


1’ – 1’30”
2’ – 2’30”
3’ – 3’30”
Total denyut nadi

7
KPrF-01C
8. Hitung indeks kesanggupan kardiovaskular OP serta berikan penilaiannya dengan
memasukkan data hasil jumlah denyut nadi di
http://www.brianmac.demon.co.uk/havard.htm. Setelah itu tentukan klasifikasi hasil
pemeriksaan berdasarkan tabel pada website di atas.
9. Perkirakan VO2max OP dengan menggunakan Gambar-HST1. di bawah ini.

Gambar HST-1. Nomogram untuk menentukan VO2max dari denyut nadi


maksimum setelah percobaan dan berat badan.

Petunjuk cara menggunakan daftar:


I. Tariklah garis dari ∑ denyut nadi OP segera setelah percobaan selesai menuju
berat badan OP, dan VO2max OP terdapat di persilangan.
II. Pastikan anda menggunakan skala yang sesuai dengan jenis kelamin OP.

8
KPrF-01D
TES KES ANGGUP AN KARDIOV ASKU LER: THE YMCA
THREE-MINUTE STEP TEST

TUJUAN
a. Melaksanakan tes kesanggupan kardiovaskuler (YMCA Three-Minute Step Test).
b. Menilai kesanggupan kardiovaskular seseorang.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Bangku setinggi 12 inchi
2. Metronom (frekuensi 96x/menit)
3. Stopwatch

TATA KERJA
1. Lakukan tes kesangguapn kardiovaskuler ini minimal pada 3 OP.

P-YMCA.1. Apa yang harus dilakukan oleh OP sebelum tes ini untuk
mempersiapkan diri?

2. Suruh OP berdiri menghadap bangku yang sesuai sambil mendengarkan detakan


metronom dengan frekuensi 96x/menit.
3. Suruh OP menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada waktu detakan
metronom.
4. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua), kaki lainnya dinaikkan
ke bangku sehingga OP berdiri tegak di atas bangku.
5. Pada detakan ke-3, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
6. Pada detakan ke-4, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula sehingga OP
berdiri tegak lagi di depan bangku.
7. Siklus tersebut diulang terus menerus selama 3 menit.
8. Segera setelah itu, OP disuruh duduk, dan dalam waktu kurang dari 5 detik
langsung hitung & catat frekuensi denyut nadinya selama 1 menit, dan catat
hasilnya.
9. Tentukan indeks kesanggupan kardiovaskular OP dengan memasukkan frekuensi
denyut nadi OP selama 1 menit setelah tes ke tabel YMCA-1. dan tabel YMCA-2. di
bawah.

P-YMCA.2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil tes?

9
Tabel YMCA-1. Frekuensi denyut nadi OP selama 1 menit setelah tes (kali/menit) untuk wanita

Usia (tahun) 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65


Excellent 72-83 72-86 74-87 76-93 74-92 73-86
Good 88-97 91-97 93-101 96-102 97-103 93-100
Above Average 100-106 103-110 104-109 106-113 106-111 104-114
Average 110-116 112-118 111-117 117-120 113-117 117-121
Below Average 118-124 121-127 120-127 121-126 119-127 123-127
Poor 128-137 129-135 130-138 127-133 129-136 129-134
Very Poor 141-155 141-154 143-152 138-152 142-151 135-151

Tabel YMCA-2. Frekuensi denyut nadi OP selama 1 menit setelah tes (kali/menit) untuk wanita

Usia (tahun) 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65


Excellent 70-78 73-79 72-81 78-84 72-82 72-86
Good 82-88 83-88 86-94 89-96 89-97 89-95
Above Average 91-97 91-97 98-102 99-103 98-101 97-102
Average 101-104 101-106 105-111 109-115 105-111 104-113
Below Average 107-114 109-116 113-118 118-121 113-118 114-119
Poor 118-126 119-126 120-128 124-130 122-128 122-128
Very Poor 131-164 130-164 132-168 135-158 131-150 133-152

Catatan: Jika frekuensi denyut nadi OP tidak tertulis pada table di atas, bulatkan ke kategori di atasnya.

10
KPrF-01D
JAWABAN PERTANYAAN

P-YMCA.1. OP harus sudah dilatih agar terbiasa dengan protokol tes, beristirahat dengan
cukup, tidak melakukan olah raga apapun sebelum tes.
P-YMCA.2. Hasil tes dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain selain kesanggupan
kardiovaskular, seperti emosi, kelelahan, olah raga sebelum tes, istirahat,
frekuensi denyut nadi maksimal yang berbeda dari rata-rata populasi, dan
kesalahan penghitungan.

11
KPrF-02
DAS AR FISIOLOGI ELEK TROKARDIOGRAFI DAN
BUNYI J ANTUNG

TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
1. Memahami dasar fisiologi elektrokardiografi
2. Melakukan perekaman EKG pada orang normal
3. Mampu menganalisis kurva EKG normal
4. Memahami dasar fisiologi bunyi jantung
5. Melakukan pemeriksaan bunyi jantung

Tujuan Perilaku Khusus


1.1. Menyiapkan OP untuk pemeriksaan EKG
1.2. Memasang elektroda pada OP untuk pencatatan 12 sadapan rutin EKG.
1.3. Menjelaskan kepekaan dan kecepatan catat alat pada perekaman EKG.
1.4. Memperoleh rekaman EKG yang memenuhi persyaratan.

2.1. Menuliskan hasil yang diperoleh pada formulir analisa EKG.


2.2. Mampu menganalisis hasil kurva EKG yang diperoleh

3.1. Menetapkan lokasi untuk auskultasi bunyi jantung


3.2. Mengidentifikasi bunyi jantung I dan II

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Elektrokardiograf dengan perlengkapannya (lhat gambar 1)
- elektroda lempeng untuk pergelangan kaki dan tangan
- elektroda isap (suction electrode)
- karet-karet pengikat
- kabel penghubung pasien dan kabel penghubung tanah (grounding)
- gel yang mengandung elektrolit
- kapas dan alkohol
- tempat tidur
- spidol
2. Stetoskop rangkap

TATA KERJA
I. PERSIAPAN ORANG PERCOBAAN
1. Suruh OP bertelanjang dada, kemudian berbaring dengan tenang di tempat tidur.
2. Bersihkan kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas dan
alkohol.

P-EKG.1. Mengapa kulit harus dibersihkan dengan alkohol?

12
KPrF-02

Gambar EKG-1. ELEKTROKARDIOGRAF

Keterangan:
1 = kabel penghubung tanah (grounding)
2,3 = kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng
4 = kabel penghubung pasien dengan elektroda isap
5 = elektroda isap
6 = elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki

3. Bubuhkan gel elektrolit pada ke-6 elektroda isap dan ke-4 elektroda pergelangan
atau pada kulit dada dan ke-2 pergelangan tangan dan kaki yang datar.

P-EKG.2. Mengapa elektroda harus dibubuhi gel elektrolit?

4. Pasang elektroda lempeng dan isap tersebut pada permukaan kulit yang telah
dibersihkan dan dibubuhi gel elektrolit tadi. (lihat lokasi pemasangan elektroda isap
pada gambar 2).
5. Hubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng sebagai berikut:
a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan
lengan kanan
b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan
kiri
c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kiri

13
KPrF-02
d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki
kanan
e. Kabel C (chest) untuk sementara dibiarkan dulu

GAMBAR EKG-2. Tempat elektroda hisap pada sadapan prekordial, tempat


auskultasi bunyi jantung dan gambar EKG V1 - V6
(Sumber: WF Ganong, Rev. of Medical Physiology hal 533, edisi 20, 2001)

Keterangan:
V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3 : Pertengahan garis lurus yang menghubungkan V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V kiri di garis medioklavikuler
V5 : Titik potong garis aksila anterior kiri dengan garis mendatar dari V4
V6 : Titik potong garis aksila kiri tengah dengan garis mendatar dari V4 dan V5

14
KPrF-02
X : Ruang interkostal II garis sternal kanan
Y : Ruang interkostal II garis sternal kiri
X, Y, V2 dan V4 : titik-titik tempat mendengar bunyi jantung I dan II

6. Hubungkan kabel C dengan elektroda isap pada tempat-tempat yang sesuai pada
orang percobaan.

II. PENCATATAN EKG


1. Sebelum melakukan pencatatan EKG, tetapkan kecepatan catat alat dan lakukan
peneraan kepekaan alat.

P-EKG.4. Untuk pemeriksaan EKG rutin berapakah kecepatan catat dan kepekaan
alat yang digunakan?

2. Dengan menekan tombol yang sesuai, catat secara berturut-turut:


a. Sadapan standard Einthoven: I, II dan III
b. Sadapan augmented extremity leads: aVR, aVL dan aVF.
c. Sadapan precordial: V1 sampai dengan V6.
Catat sekurang-kurangnya 4 siklus jantung untuk tiap sadapan.

3. Setelah selesai pencatatan sadapan prekordial, alat EKG ditera kembali.

P-EKG.5. Mengapa alat harus ditera kembali?

4. Tuliskan identitas OP (nama, usia) dan tanggal pencatatan EKG pada kertas hasil
EKG
5. Lepaskan elektroda isap dan lempeng dari tubuh pasien.
6. Bersihkan lokasi pemasangan elektroda dengan kapas alkohol.
7. Rapikan kembali alat EKG yang telah digunakan.

III. ANALISIS EKG


Untuk dapat menganalisis EKG secara sistematis, perhatikan berturut-turut pelbagai hal
berikut ini:
1. Apakah EKG yang diperoleh memenuhi persyaratan teknis?

P-EKG.6. Persyaratan teknis apakah yang harus dipenuhi?

2. Tetapkan frekuensi gelombang P dan kompleks QRS.

P-EKG.7. Bagaimana menghitung frekuensi tersebut?

3. Tetapkan jenis irama denyut jantung (irama sinus atau bukan).

P-EKG.8. Sebutkan kriteria irama sinus.

4. Perhatikan gelombang P (voltase, lama gelombang).

15
KPrF-02
P-EKG.9. Bagaimana menghitung voltase dan lama gelombang P, dan berapa
harga normalnya?

5. Perhatikan interval PR.

P-EKG.10. Bagaimana mengukur interval PR dan berapa nilai normalnya?

6. Tetapkan interval kompleks QRS.

P-EKG.11. Bagaimana mengukur interval kompleks QRS dan berapa nilai


normalnya?

7. Tetapkan sumbu listrik rata-rata kompleks QRS.

P-EKG.12. Bagaimana mengkonstruksikan sumbu listrik rata-rata kompleks QRS


dan berapa harga normalnya?

8. Apakah kompleks QRS pada sadapan prekordial normal?

P-EKG.13. Apa kriteria kompleks QRS pada sadapan prekordial yang normal?

9. Perhatikan segmen ST (iso-elektris, elevated, depressed).

P-EKG.14. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa segmen ST iso-elektris?

10. Perhatikan polaritas gelombang T.

P-EKG.15. Bagaimana polaritas gelombang T yang normal?

11. Tetapkan sumbu listrik gelombang T.

P-EKG.16. Bagaimana menetapkan sumbu listrik gelombang T, dan bilamanakah


sumbu listrik gelombang T dianggap normal?

12. Bila unsur-unsur EKG yang telah dianalisis normal, maka EKG orang percobaan itu
dianggap normal.

IV. AUSKULTASI BUNYI JANTUNG


1. OP berbaring terlentang di tempat tidur pemeriksaan dengan dada telanjang.
2. Tetapkan tempat-tempat untuk auskultasi bunyi jantung (lihat gambar 2) pada dada
OP dengan memberi tanda menggunakan spidol.
3. Bersama-sama pembimbing, saudara dengarkan bunyi jantung di tempat yang telah
saudara tetapkan.

P-EKG.17. Sebutkan secara singkat faktor-faktor penyebab terjadinya bunyi jantung


I dan II.

P-EKG.18. Pada waktu saudara mendengar bunyi jantung I dan II di berbagai


tempat, perbedaan apa yang saudara dengar?

16
KPrF-02
P-EKG.19. Apa yang dimaksud dengan bunyi Aorta?

P-EKG.20. Apa yang dimaksud dengan bunyi Pulmonal?

P-EKG.21. Jelaskan mengapa bunyi Aorta terdengar di sebelah kanan (X) dan
bunyi Pulmonal di sebelah kiri (Y), sedangkan secara anatomi katup
Aorta terletak di sebelah kiri dan katup Pulmonal terletak di sebelah
kanan.

17
KPrF-02
JAWABAN PERTANYAAN

P-EKG.1. Untuk menghilangkan lapisan lemak yang dapat menghambat hantaran arus.
P-EKG.2. Untuk memudahkan hantaran arus listrik antara kulit dengan elektroda.
P-EKG.3. Hal apa yang harus diperhatikan pada saat membubuhkan gel langsung
pada kulit dada?
P-EKG.3. Pembubuhan gel pada kulit dada tempat perlekatan elektroda hisap jangan sampai
sambung-menyambung antar elektroda prekordial.
P-EKG.4. Kecepatan catat: 1 mm = 0,04 detik (25 mm/detik).
Kepekaan alat: 1 mV = 10 mm.
P-EKG.5. Untuk mengetahui bahwa kepekaan alat selama digunakan tidak berubah.
P-EKG.6. Syarat teknis yang harus dipenuhi ialah:
a. Stabilitas alat; bila alat stabil, garis dasar yang bersifat isoelektris tercatat lurus
mendatar.
b. Pencatatan bebas dari interferensi, sehingga EKG tercatat bersih tanpa ada
getaran-getaran. Bila ada getaran-getaran, perhatikan grounding alat.
c. Kestabilan kepekaan alat; kepekaan alat pada permulaan dan pada akhir
pencatatan harus sama
P-EKG.7. Cara I:
Bila diketahui kecepatan catat yang biasanya 1 mm = 0,04 detik, maka dari interval
P-P atau R-R dapat dihitung frekuensi gelombang P dan kompleks QRS.

Contoh:
Interval P-P = 15 mm, jadi 15 x 0,04 detik = 0,6 detik.
Frekuensi gelombang P = 60: 0,6 = 100 per menit
Cara II:
Untuk cara ini diperlukan EKG pada sadapan tertentu yang panjang.
Dihitung interval P-P atau interval R-R selama 3 detik (= 75 mm).
2
Bila misalnya selama 3 detik ini terdapat 4 /3 siklus jantung, maka frekuensi jantung
2
ialah 4 /3 x 20 = 95 per menit.
(Lihat contoh pada gambar 3)

18
KPrF-02

HEART RATE = 42/3 X 20 = 93 beats / minute

HEART RATE = 3 X 20 = 60 beats / minute

Gambar 3

The heart rate in beats per minute can be computed by counting the number of cycles in 3
seconds and multoplying the value by 20 (320=60 seconds). At standard paper speed, 3
seconds is represented by 15 large squares. In the first example, there are 4 ⅔ cycles in 3
seconds so the heart rate is about 93 per minute. In the second example, there are slightly more
than 3 cycles in 3 seconds so the heart rate is a little over 60 per minute
P-EKG.8. Bila jantung berdenyut dengan irama sinus, maka pada EKG terlihat bahwa tiap
siklus denyut jantung didahului oleh gelombang P yang kemudian diikuti oleh
kompleks QRS dengan interval PR tertentu, diakhiri oleh gelombang T.
P-EKG.9. Voltase gelombang P diukur dari garis iso-elektris sampai puncak gelombang P
dan dalam keadaan normal tidak melebihi 0,25 mV.
Lama gelombang P diukur dari permulaan sampai akhir gelombang P dan dalam
keadaan normal tidak melebihi 0,11 detik. Pengukuran ini dilakukan pada sadapan
II.
P-EKG.10. Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS
dan juga dilakukan pada sadapan II. Dalam keadaan normal, besarnya berkisar
antara 0,12 sampai 0,20 detik .
P-EKG.11. Interval kompleks QRS diukur dari permulaan sampai akhir kompleks QRS dan
dilakukan pada sadapan yang mempunyai interval terpanjang, biasanya pada V 1
atau V3. Dalam keadaan normal, interval QRS tidak melebihi 0,12 detik .
P-EKG.12. Untuk mengkonstruksikan sumbu listrik rata-rata kompleks QRS kita tetapkan dulu
jumlah aljabar voltase gelombang Q, R dan S (yang ada) pada sadapan I dan III.
Dengan menggunakan segitiga Einthoven, kita dapat mengkonstruksikan sumbu
listrik rata-rata kompleks QRS dengan cara seperti yang dapat dilihat pada gambar
4.
Harga normal sumbu listrik rata-rata kompleks QRS ialah antara 0 sampai 90.
Bila lebih besar dari 90, disebut deviasi kekanan (right axis deviation). Bila lebih
kecil dari 0 (= negatif) disebut deviasi ke kiri (left axis deviation).

19
KPrF-02

Gambar 4

The mean electrical axis is computer from two of the three standard limb leads (e.g., leads I and
III). The sum of the downward deflections is subtracted from the sum of the upward deflections.
For example, the vertical height of the R wave above the baseline is measured in millileters
(+9mm in lead I). The total amplitude of the downward deflections (-3 mm in lead I) is added
algebraically to the height of the R wave (+9) and leaves a net value of +6. At a point 6 units
toward the plus sign on the lead I line of the triangle, a perpendicular is erected. The net
amplitude of upward and downward deflections in lead III is +9 (+10-1). A perpendicular erected
9 units toward the plus sign on lead III is extended to intersect the perpendicular from lead I. An
arrow drawn from the center of the triangle to the intersection of these two perpendicular lines is
the mean electrical axis.
P-EKG.13. Kriteria kompleks QRS pada sadapan prekordial yang normal adalah:
Pada sadapan V1 terdapat R kecil dan S besar, pada V6 terlihat R besar dan S
kecil, dan pada V2 sampai V5 terlihat bentuk peralihan antara V1 dan V6 (lihat
gambar 2).
P-EKG.14. Untuk mengetahui apakah segmen ST betul-betul iso-elektris, kita perhatikan letak
garis yang menghubungkan gelombang T (dari siklus jantung yang terdahulu)
dengan gelombang P dari siklus jantung yang sedang kita teliti.
Bila segmen ST terletak pada garis horisontal yang sama dengan garis tersebut,
maka segmen ST itu: iso-elektris.
Dalam keadaan normal, segmen ST harus iso-elektris, bila tidak iso-elektris, tetapi
elevated atau depressed, maka hal ini menunjukkan keadaan yang patologis.
P-EKG.15. Gelombang T normal pada umumnya mempunyai polaritas yang positif, kecuali
pada sadapan V1 dan aVR, yang sering memperlihatkan gelombang T yang
negatif.
P-EKG.16. Penetapan sumbu listrik gelombang T sama seperti penetapan sumbu listrik rata-
rata gelombang QRS, akan tetapi yang diukur di sini hanya amplitudo gelombang
T.
Sumbu listrik gelombang T dianggap normal, bila sudut antara sumbu listrik
gelombang T dan sumbu listrik rata-rata kompleks QRS tidak melebihi 70.
P-EKG.17. Faktor yang menimbulkan bunyi jantung I:
1. penutupan katup AV

20
KPrF-02
2. kontraksi otot ventrikel
3. getaran dinding pembuluh Aorta dan a.pulmonalis
Faktor yang menimbulkan bunyi jantung II:
penutupan katup semilunaris Aorta dan pulmonalis.
P-EKG.18. Perbedaan dalam intensitas bunyi jantung I dan II:
Pada titik X dan Y: intensitas bunyi jantung II biasanya lebih besar.
Pada titik V2 dan V4 intensitas bunyi jantung I biasanya lebih besar.
P-EKG.19. Bunyi jantung II yang didengar pada titik X.
P-EKG.20. Bunyi jantung II yang didengar pada titik Y.
P-EKG.21. Karena terjadi penyilangan antara Aorta dengan a.pulmonalis, maka bunyi katup
Aorta lebih dihantarkan ke arah kanan dan bunyi katup pulmonal lebih dihantarkan
ke arah kiri.

21

Anda mungkin juga menyukai