KELOMPOK D1
Cara Kerja
Penilaianya:
Kurang dari 55 = kesanggupan kurang
55-64 = kesanggupan sedang
65-79 = kesanggupan cukup
80-89 = kesanggupan baik
Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik
Cara cepat:
Dengan rumus
lama naik turun dalam detik x100
Indeks kesanggupan badan=
5.5x harga denyut nadi selama 30” pertama
Petunjuk-petunjuk:
1. Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan.
2. Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30” pertama.
3. Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.
Penilaiannya:
Kurang dari 50 = Kurang
50-80 = Sedang
Lebih dari 80 = Baik
II. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis Pada Sikap Berbaring, Duduk, Dan Berdiri.
Berbaring terlentang
1. Mintalah orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas orang
percobaan.
3. Carilah dengan palpasi denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan orang
percobaan.
4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran
tekanan darah OP tersebut.
5. Ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan
catatlah hasilnya.
Duduk
6. Tanpa melepaskan manset, OP di suruh duduk. Setelah di tunggu 3 menit, ukurlah lagi
tekanan a. brachialis nya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali
untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
Berdiri
7. Tanpa melepaskan manset, OP di suruh berdiri. Setelah di tunggu 3 menit, ukurlah lagi
tekanan a. brachialis nya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali
untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang berada di atas.
b. Cara cepat
Lama naik turun dalam detik x 100
=
5,5 x harga denyut nadi selama 30” pertama
Kesimpulan
1. Kesanggupan badan seseorang dapat dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan(IKB). Semakin besar
nilai IKB, semakin baik kesanggupan badan seseorang.
2. Semakin sering jantung dilatih, maka jantung akan beradaptasi untuk bekerja lebih cepat.
Percobaan II. Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan
berdiri.
OP = Meisya Claudia S
Korotkoff P1 P2 P3 R P1 P2 P3 R P1 P2 P3 R
Korotkoff 100 100 100 100 110 110 110 110 110 110 110 110
I
Korotkoff 90 - - - - - - - - - - -
II
Korotkoff 80 - - - - - - - - - - -
III
Korotkoff 70 - - - - - - - - - - -
IV
Korotkoff 60 60 60 60 70 70 70 70 70 70 70 70
V
Pembahasan
Pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan sistolik dan diastolik arteri, yang dapat
digunakan sebagai patokan untuk menilai tekanan arteri rerata. Nilai ambang terkini untuk
tekanan darah normal yang ditentukan oleh National Institutes of Health (NIH) adalah kurang
dari 120/80mmHg.1
Dalam mengukur tekanan darah, dapat didengar bunyi Korotkoff. Perbedaan bunyi ini
diberi nama orang yang mendefinisikannya pada 1905. Korotkoff mendefinisikan berbagai bunyi
menjadi lima fase, mencerminkan tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam pengukuran tekanan
darah. Fase tekanan darah dan bunyi Korotkoff antara lain:2
1. Fase I : Bunyi tepukan yang lemah yang intensitasnya semakin
meningkat.
2. Fase II : Bunyi lembut,berdesir,bising.
3. Fase III : Bunyi crispy bernada kuat,tetapi tidak sekuat fase I.
4. Fase IV : Suara teredam,mulai melemah dan samar-samar.
5. Fase V : Tenang,tidak ada suara.
Pada metode lama, fase I dianggap tekanan sistolik dan fase IV dianggap sebagai tekanan
diastolik. Pada metode baru, fase I dianggap tekanan sistolik sementara diastoliknya adalah fase
V.2
Pada percobaan ini, didapatkan tekanan darah tertinggi adalah saat sikap berdiri, duduk,
dan yang terendah adalah saat posisi berbaring terlentang. Hal ini dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah
peredaran darah horizontal dan tidak terlalu melawan gravitasi. Pada saat berdiri kerja jantung
dalam memompa darah menjadi lebih besar karena melawan gaya gravitasi.2
Peningkatan tekanan darah terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi, jantung harus
memompa lebih keras untuk melawan gaya gravitasi. Berbeda pada saat berbaring letak
ekstremitas atas dan bawah sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah standar. Tapi
bila dalam keadaan berdiri, bagian ekstremitas atas dan kepala lebih tinggi dari jantung sehingga
untuk memenuhi kebutuhan pada tempat yang dituju, maka diperlukan tekanan pompa yang
besar sehingga curah jantung meningkatkan tekanan darah.3
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pada saat duduk sistem Vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun
dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-
otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan
seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa
menjadi meningkat sehingga tekanan darah lebih tinggi diukur pada saat duduk dibandingkan
saat berbaring. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen.5
Pada saat duduk, jantung harus memompa dengan lebih kuat karena jantung harus
memompa darah melewati pundak dan turun ke yang telentang. Pada saat berdiri posisi jantung
lebih tinggi daripada saat duduk maupun berbaring telentang sehingga aliran darah lebih lancar
lagi dan harus memompa darah lebih kuat ke atas karena adanya pengaruh gravitasi.3
Kesimpulan
1. Tekanan darah tertinggi adalah saat sikap berdiri, duduk, dan yang terendah adalah saat
posisi berbaring terlentang.
2. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
OP Hasil Percobaan
Normal 120/70
Pembahasan
Tekanan darah setelah berlari ditempat jauh lebih tinggi dibandingkan saat normal.
Terjadinya peningkatan tekanan darah ketika aktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan
tekanan darah pada saat istirahat karena diakibatkan karena pada saat beraktifitas sel tubuh
memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja semakin cepat
pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah didalam pembuluh darah akan
semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar. 1,3
Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol
yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktupun bertambah
sehingga volume darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannya pun meningkat. Dapat
dikatakan bahwa volume darah yang masuk dari arteri ke jantung meningkat. Pada organ-organ
tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Persentase
darah yang dialirkan ke organ-organ tersebut untuk memunjang peningkatan aktifitas metabolik
keduanya dan kerja jantung juga akan semakin cepat dalam memompa darah.1,4
Pada saat frekuensi denyut jantung cepat, tekanan arteri turun secara tajam selama fase
ejeksi sistolik ventrikel karena katup atrioventrikular tertarik kebawah meningkatkan kapasitas
atrium. Kerja ini menyedot darah ke atrium dari vena besar. Sedotan darah ke atriumselama
sistolik turut membantu secara nyata pada arus balik vena. Hal inilah menjelaskan mengapa
beberapa subjek mengalami penurunan pada tekanan sistol setelah berlari.1, 2
Kesimpulan
1. Tekanan darah dipengaruhi beberapa banyak faktor, yaitu didalam percobaan tekanan darah
dipengaruhi gravitasi baik saat berbaring,duduk,maupun berdiri lalu berkontraksi otot/kerja
fisik yang lebih besar dari normal.
2. Tubuh melakukan kerja fisik yang lebih besar dari normal mengakibatkan kebutuhan
jaringan akan O2 meningkat dan terjadi stimulasi simpatis pada jantung sehingga jantung
meningkatkan curah jantungnya dan denyut nadi pun akan ikut meningkat.
3. Tekanan darah,yaitu sistol dan diastol pada orang normal mencerminkan aktivitas jantung
saat itu.Denyut nadi seseorang dapat diketahui dengan cara auskultasi (sistol dan diastole)
dan palpasi (sistol).
Pembahasan
Tekanan darah arteri dapat diukur dengan 2 cara, yaitu cara palpasi dan cara auskultasi.
Manset dipasang di atas fossa cubiti. Dengan cara palpasi (perabaan), orang percobaan dapat
diukur tekanan darahnya dengan meraba arteri radialis. Pengukuran tekanan darah dengan cara
palpasi tersebut hanya dapat mengetahui tekanan darah sistolik. Metode pengukuran tekanan
dengan cara palpasi denyut arteri dilakukan saat tekanan manset dilepaskan. Tekanan sistolik
dibaca pada sfigmomanometer saat denyutan pertama dirasakan. Pada saat memasangkan alat
manset usahakan tidak terlalu kencang atau terlalu longgar. Apabila terlalu kencang, maka hasil
pengukuran tekanan darah akan berkurang dari yang seharusnya. Sebaliknya, apabila manset
terlalu longgar, maka hasil pengukuran tekanan darah akan bertambah dari yang seharusnya,
sehingga menjadi tidak akurat.1,2,4
Dengan cara auskultasi, dapat dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar aliran darah pada arteri brachialis. Pengukuran
dengan auskultasi dapat dilakukan berdasarkan fase korotkof. Bunyi korotkof adalah bunyi yang
terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset
pada arteri tersebut. Mula-mula arteri brachialis diraba untuk menentukan tempat meletakkan
stetoskop. Kemudian manset dipompa sehingga tekanannya melebihi tekanan diastolik. Tekanan
manset diturunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku.
Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika
darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang
terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda.1,2
Fase 1 dimulai dengan timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan
makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula
nada letupan. Permulaan fase ini yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan
sistolik.
Fase 2 ketika bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg.
Saat fase 3, bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan keras selama
penurunan tekanan 5=7 mmHg berikutnya. Pada fase 4, bunyi meredam selama penurunan 5-6
mmHg berikutnya. Lalu fase 5 yaitu saat bunyi menghilang.1,2,5
Kesimpulan
1. Tekanan darah dapat berubah karena pengaruh sikap tubuh maupun kerja fisik.
2. Tekanan darah dapat diukur dengan cara auskultasi maupun dengan palpasi. Cara yang lebih
akurat adalah dengan auskultasi.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC, 2011.
2. Guyton A.C. 1986. Text book of medical physiology. W.B. Saunders Co. New York. h.
889-890.
3. Irawati L. Viskositas darah dan aspek medisnya. 2010; 34(2): 104-5.
4. Rakhmawati. Fisiologi tekanan darah. 2013. (Diakses pada tanggal 16 Juni 2016).
(http://eprints.undip.ac.id/44168/3/Sari_R_G2A009015_Bab2.pdf).
5. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Departemen
Farmasi FMIPA UI : Depok, 2008.