Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Faal- Fisiologi

KELOMPOK : B 1

UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN 2012/2013

PENDAHULUAN

METODE

TUJUAN Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat : 1. Mengukur tekanan arteri brakhialis dengan cara auskultasi dengan penilaian menurut metode lama dan metode baru The american Heart Association (AHA) 2. Mengukur tekanan darah arteri brakhialis dengan cara palpasi 3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi 4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah arteri brakhialis pada sikap berbaring duduk dan berdiri 5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah pada ketiga sikap tersebut diatas. 6. Membandingkan hasil pengukuran darah arteri brakhialis sebelum dan sesudah kerja otot 7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot. ALAT YANG DIPERLUKAN 1. Sfigmomanometer 2. Stetoskop TATA KERJA I. Pengukuran Tekanan darah arteri brakhialis pada sikap berbaring duduk dan berdiri A. Berbaring telentang Suruhlah op berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit Selama menunggu, pasanglah manset sfignomamnometer pada lengan op P. Apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset ? Jawab: Yang harus diperhatikan adalah: - Letak arteri brakhialis - Tombol on pada sfignomanometer - Dan keadaan karet pompa

- Tidak ada penghalang antara manset misalnya pakaian Carilah dengan cara palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut a.brachialis pada pergelangan tangan kanan op. P. Mengapa kita harus meraba letak denyut arteri brachialis dan arteri radialis o.p.? Jawab: Kita harus meraba arteri radialis yang bertujuan memeriksa frekuensi nadi o.p, sedangkan untuk arteri brachialis agar menentukan sistolik palpatoir o.p dan kita dapat

perbedaan antara tekanan

sistolik dan diastolik yang dikenal sebagai tekanan nadi dengan cara auskultasi. Setelah op berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase korotkoff dalam pengukuran darah op tersebut. P. Tindakan apa yang sodara lakukan secara berturut-turut untuk mengukur tekanan darah ini? Jawab: Dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri brachialis. Saat auskultasi harus diperhatikan bahwa terdapat jarak lebih kurang 5 cm antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolik (yang diketahui dari palpasi). Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil

meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda. P. Sebutkan kelima fase korotkoff. Bagaimana menggunakan fase korotkoff dalam pengukuran tekanan darah dengan penilaian metode lama dan baru?

K1

: Suara jelas pertama yang terdengar saat darah mula-mula mengalir melalui pembuluh nadi (sistolik),berbunyi

auskultasi, sifatnya lemah, nadanya agak tinggi terdengar. K2 : Suara itu terdengar seperti terhambat dan mungkin menghilang, berubahnya ukuran pembuluh karena tekanan yang baru dilepaskan dapat mengakibatkan suara itu seperti terhambat, menghilangnya suara disebut auskulatory gap, bunyi seperti K1 disertai bising. K3 : Suara menjadi lebih jelas karena tekanan manset yang diperlonggar, pembuluh nadi tetap terbuka/mengembang selama terjadinya kuncup jantung(bunyi berubah menjadi keras, nada rendah, tanpa bising.merupakan bunyi yang paling kuat terdengar K4 K5 : Bunyi Melemah : Fase diastolic, Seluruh suara menghilang karena nadi tetap terbuka selama siklus jantung Ulangi pengukuran sub 4 sebanyak 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata dan catat hasilnya. P. Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran tekanan darah?apa sebabnya? Jawab : Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu usia, berat badan, emosi, hereditas, jenis kelamin, viskositas darah, kondisi pembuluh darah. Karna faktor-faktor tersebut bisa

menyebabkan tekanan darah meningkat (hipertensi) dan menurun (hipotensi)

B. Duduk Tanpa melepaskan manset op disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran selama 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata da catatlah hasilnya. P. Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri? Jawab: Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri, yaitu: o Kerja Jantung o Tahanan perifer o Kekenyalan dinding pembuluh darah o Kekentalan darah o Jumlah darah yang bersirkulasi C. Berdiri Tanpa melepaskan manset op disuruh berdiri setelah ditunggu 3menit ukurlah tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ualngi oengukuran sebanyak 3x unruk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. P. Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri ? Jawab: Agar aliran darah pada tubuh dapat distabilkan sebelum dilakukan pengukuran Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang berbeda diatas.

II.

Pengukuran Tekanan darah Sesudah Kerja Otot Ukurlah tekanan darah a,brachialis op dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (o.p tidak perlu yang sama). Tanpa melepaskan manset suruhlah op berlari ditempat dengan frekwensi kurang lebih 120 loncatan permenit selama 2 menit. Segera setelah selesai op disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut. P. Bagaimana tekanan darah seseorang setelah melakukan kerja otot ? Jawab : Tekanan darah akan meningkat karena pada saat kerja otot jantung memompa darah lebih cepat daripada normal Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Sebab olahraga menyebabkan: o Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolisme menggunakan lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. o Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif o Peningkatan asam lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari peningkatan produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP adalah jalur glikolitik. o Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan mengalahkan kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat, menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan. o Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena

meningkatnya pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif. o Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas metabolism atau kekurangan O2, terutama di otot jantung. o Pengeluaran prostaglandin

III.

Pengukuran Tekanan Darah Arteri Brachialis Dengan Cara Palpasi Ukurlah tekanan darah a.brachialis op pad asikap duduk dengan cara auskultasi (sub I). Ukurlah tekanan darah arteri brachialis op pada sikap yang sama dengan cara palpasi. P. Bagaimana saudara Melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi? Jawab: Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik. Pada saat melakukan palpasi, o.p diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot akan mengganggu keefektifan palpasi. Pada pengkajian terkait sistem sirkulasi, dapat dilakukan perhitungan jumlah denyut nadi o.p per menit. Untuk menghitung denyut nadi per menit menggunakan ketiga jari (telunjuk,tengah dan jari manis) untuk menemukan arteri radialis di tangan.

HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM FISIOLOGI KARDIOVASKULER Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah Arteri Pada Orang

DATA DASAR ORANG PERCOBAAN (OP) NAMA USIA JENIS KELAMIN : Prasaundra Triantoni P : 19 Tahun : Laki laki

NOTE: Pengukuran tekanan darah dilakukan pada posisi Berbaring telentang (A), Duduk (B), Berdiri (C), dan Sesudah Kerja Otot (D). Pada setiap posisi A, B, dan C tekanan darah diukur 3 kali, pada posisi D tekanan darah diukur setiap menit hingga kembali seperti semula (kira kira 5 10). Pengukuran JVP pada leher kanan. 1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah a. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri. Tekanan Darah (mmHg) Keadaan Berbaring Duduk Berdiri 1 120/80 120/70 110/60 2 110/80 120/60 110/70 3 110/70 110/70 120/70 Rata Rata (mmHg) 116/73 120/70 110/67

Perhitungan: A. Berbaring (A)

Tekana Darah (mmHg) Pertama (120/80) Kedua (110/80) Ketiga (110/70)

PP (Sistole Diastole) 120 80 = 40 110 80 = 30 110 70 = 40

MAP Diastol + (sistol diastol) 80 + 40 = 93

80 + 30 = 90

70

40 = 83

B. Duduk (B)

Tekana Darah (mmHg) Pertama (120/70) Kedua (120/60) Ketiga (110/70)

PP (Sistole Diastole) 120 70 = 50 120 60 = 60 110 70 = 40

MAP Diastol + (sistol diastol) 70 + 50 = 85

60 + 60 = 80

70 + 40 = 83

C. Berdiri (C)

Tekana Darah (mmHg) Pertama (110/60) Kedua (110/70) Ketiga (120/70)

PP (Sistole Diastole) 110 60 = 50 110 70 = 40 120 70 = 50

MAP Diastol + (sistol diastol) 60 + 50 = 75

70 + 40 = 83

70 + 50 = 85

Hasil Percobaan Berbaring Telentang (A) No PP 1 2 3 X 40 30 40 37 MAP 93 90 83 89 FN 100 92 92 95 PP 50 60 40 50 MAP 85 80 83 83 FN 60 59 56 58 PP 50 40 50 47 MAP 75 83 85 81 FN 88 80 84 84 Duduk (B) Berdiri (C)

Keterangan :

PP

: Pulse Pressure

PP

= Sistol Diastol

MAP : Mean Arterial Pressure FN : Frekuensi Nadi Radialis

MAP = Diastol + (sistol diastol)

Grafik Pengukuran Tekanan Darah a. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri.
600 500 400 Menit ke 5 300 200 100 0 50 PP 95 MAP 152 FN Menit ke 4 Menit ke 3 Menit ke 2

2. Hasil pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot Tekanan darah Parameter Menit ke 1 Menit ke 2 Menit ke 3 Menit ke 4 Menit ke 5 Menit ke 6 Menit ke 7 Menit ke 8 Kembali normal (110/70) Tekanan darah (mmHg) 130/80 130/70 120/80 120/60 110/ 90 110/80

Perhitungan: Parameter Tekanan darah (mmHg) Menit ke 1 (130/80) Menit ke 2 (130/70) Menit ke 3 (120/80) Menit ke 4 (120/60) Menit ke 5 (110/ 90) Menit ke 6 (110/80) Menit ke 7 Kembali normal (110/70) Menit ke 8 Kembali normal (110/70) PP (Sistole Diastole) 130 80 = 50 130 70 = 60 120 80 = 40 120 60 = 60 110 90 = 20 110 80 = 30 MAP Diastol + (sistol diastol) 80 + 50 = 95 70 + 60 = 90 80 + 40 = 83 60 + 60 = 80 90 + 20 = 96 80 + 30 = 90

110 70 = 40

70 + 40 = 83

Hasil Percobaan Parameter Menit ke 1 Menit ke 2 Menit ke 3 Menit ke 4 Menit ke 5 Menit ke 6 Menit ke 7 Menit ke 8 40 83 85 PP 50 60 40 60 20 30 MAP 95 90 83 80 96 90 FN 152 146 140 124 112 100

Note

: Menit ke 7 dan menit ke 8 sudah kembali normal

Grafik Hasil pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot


350 300 250 200 150 100 50 0 Menit ke Menit ke Menit ke Menit ke Menit ke Menit ke Menit ke Menit ke 1 2 3 4 5 6 7 8 FN MAP PP

DISKUSI 1. Faktor factor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah dan aliran balik vena Fakto yang mempengaruhi perubahan tekanan darah Kekuatan memompa jantung. Banyaknya darah yg beredar. Viskositas darah. Elastisitas dinding pembuluh darah. Tahanan tepi. Posisi : lebih cepat jika berdiri dibanding tiduran Umur : anak lebih cepat dari pada dewasa Jenis kelamin : pria lebih cepat dari pada wanita Exercise : exercise akan meningkatkan Emosi : emosi kuat akan meningkatkan pulse

Faktor yang mempengaruhi aliran balik vena Pompa otot rangka Pernapasan Reservoar vena Gaya gravitasi Tekanan atrium kanan Derajat pengisian sirkulasi sistemik Tahanan terhadap aliran darah antara pembuluh darah perifer dengan atrium kanan 2. Fungsi baroreseptor dalam control tekanan darah Reflex baroreseptor merupakan mekanisme terpenting dalam pengaturan tekenan darah jangka pendek. Setiap perubahan tekanan darah rata-rata akan mencetuskan reflek baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan akan mempengaruhi jantung dan pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha untuk mengembalikan tekanan darah dalam keadaan normal. Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah sinus karotikus dan baroresptor

lengkung aorta, yang merupakan mekanoreseptor yang pekka terhadap perubahan tekanan areteri rata-rata dan tekanan nadi. Ketanggapan reseptor-reseptor tersebut terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan kepekaan sistolik atau diastolic dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata-rata. Baroreseptor memberikan informasi secara continue mengenai tekanan darah dengan menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial di kedua reseptor akan meningkat, bila tekanan darah menurun, kecepatan pembentukan potensial aksi dei nefron neuron aferen oleh baroreseptor akan menurun juga. Jika karena suatu hal dan tekanan artei meningkat di atas normal, baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta akan meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen masing masing. Setelah mendapat informasi bahea tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan pembentukan potensial aksi tersebut, pusat control kardiovaskular berespon dengan mengurangi aktivitas simpatis da meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system kardiovaskular. Sinyal-sinyal sfrinefrin menurunkan kecepatan denyut jantung, yang akan menurunkan volume sekuncup dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada giliranya akan menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ketingkat normal. Sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal, maka aktivitas baroeseptor pun akan menurun yang menginduksi pusat kardiovaskuler untuk meningkatkan aktivitas jantung dan vasokonstriktor simpatis sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, disertai oleh vasokontriksi arteriol dan vena. Perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah naik kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA Anatomi Fisiologi, Sistem Pernafasan dan Sistem Kardiovaskuler. Edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Huon H. Gray, dkk (2005). Lecture Notes Kardiologi, Edisi Keempat. Erlangga Medical Series Muttaqin Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Penerbit Salemba Medika, Jakarta http://www.medicinesia.com/harian/tekanan-darah/ (Rabu, 12 desember 2012 pukul 22.00) http://medical-center-health.blogspot.com/2011/02/tekanan-darah-cold-pressor-test.html (Selasa, 11 desember 2012 pukul 17.00) http://kampus-kedokteran.blogspot.com/ (Selasa, 11 desember 2012 pukul 17.00)

Anda mungkin juga menyukai