Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI







KESANGGUPAN KARDIOVASKULER











KELOMPOK B5 :
Muhammad Guruh Susanto (1102010180)
Safira Anis Silvia (1102010261)
Selviandi (1102009261)
Windi Surya (1102009301)
Nisrina Karima (1102010208)
Ristianti Affandi (1102010248)
Risty Yasmin Bonita (1102010249)
Rizky Aisyah (1102010255)
Senja Wulan (1102010266)
Tining Astuti (1102010279)

I. PENGARUH OLAHRAGA RINGAN TERHADAP KONTROL VAGAL JANTUNG

Latar Belakang
Aktivitas sistem saraf otonom berperan besar pada adaptasi fisiologis kardiovaskuler
terhadap perubahan aktivitas fisik. Pada orang sehat yang beristirahat tonus parsimpatis
mendominasi sehingga tekanan darah relatif turun dan terjadi bradikardia. Ketika berolahraga
maka akan terjadi penurunan tonus parasimpatis yang diiringi peningkatan tonus simpatis
yang berarti peningkatan teknn darah dan denyut nadi. Penghentian aktivitas fisik akan
mengembalikan dominasi sistem parasimpatis sehingga tekanan darah kembali seperti pada
saat istirahat.
Olahraga bermanfaat dalam memperbaiki kontrol vagal jantung. Peningkatan aktivitas
parasimpatik menyebabkan jantung bekerja lebih ekonomis dengan cara menurunkan denyut
jantung istirahat dan kontraktilitas sehingga kebutuhan oksigen miokardium berkurang.
Olahraga secara teratur akan memperkuat kontrol vagal sehingga tekanan darah dan denyut
nadi tidak segera meningkat yang berarti peningkatan konsumsi oksigen oleh miokardium.
Hal tersebut bermanfaat pada ketahanan dan kebugaran fisik.
Stimulus parasimpatis dan simpatis terhadap kerja jantung adalah sebagai berikut :

Tujuan
1. Mengetahui pengaruh olahraga ringan terhadap tekanan darah orang sehat yang tidak
terlatih
2. Mengetahui pengaruh olahraga ringan denyut jantung orang sehat yang tidak terlatih

Alat yang diperlukan:
1. Speda statis
2. Sfignomanometer
3. Sthetoscop

Tata kerja
1. Melakukan pengukuran darah sebelum op mangayuh speda
2. OP mulai mengayuh speda dengan kecepatan 15 km/jam selama 15 menit
3. Melakukan pengukuran tekanan darah setiap 3 menit
4. Setelah selesai 15 menit aktifitas mengayus sepedah, op diperintahkan untuk intirahat
dan dilakukan pengukuran kembali setiap 3 menit

Hasil Percobaan

Menit Spd Dst Pulse Kalor Tekanan
darah
(mmHg)
0 - - - - 110/80
1 14,4 16,16 76 266,7
2 14,3 16,6 123 277,4
3 14,4 17,26 125 288,6 120/80
4 15,1 17,55 128 293,2
5 15,7 18,05 130 301,4
6 15,7 18,53 134 309,4 130/80
7 15,9 19,25 137 319,3
8 15,1 19,35 134 326,4
9 15,9 20,08 137 335,4 140/100
10 15,4 20,67 130 334,3
11 15,4 21,10 132 352,1
12 15,1 21,62 128 360,9 150/100
13 15,3 22.13 134 369,4
14 15,6 22,64 134 377,8
15 15,6 23,17` 134 336,7 160/110

Tekanan darah pada saat istirahat (pemeriksaan setiap 3 menit)

18 120/80 mmHg
21 130/100 mmHg
24 120/90 mmHg
27 110/80 mmHg
30 110/80 mmHg
Pengolahan Data & Penjelasan Data
1. Grafik perubahan tekanan darah setiap 3 menit selama olahraga ringan


Terlihat dari grafik ditas bahwa mula-mula tekanan o.p normal yaitu 120/80,
setelah 18 menit tekanan darah masih normal. Tiga menit kemudian tekanan o.p naik
menjadi 130/100 dan terus naik di tiga menit selanjutnya, yaitu 120/90 kemudian
selanjutnya turun kembali hingga mencapai tekanan darah normal seperti sebelum
menjalani aktivitas olahraga ringan.
Hal ini menunjukkan bahwa pada periode kenaikan tekanan darah terjadi
peningkatan tonus simpatis sebagai respon dari kebutuhan oksigen yang menigkat
selama menjalani aktivitas olahraga ringan sehingga menaikkan tekanan darah. Pada
periode penurunan tekanan darah , kontrol vagal jantung mulai bekerja dan mulai
meningkatkan aktivits parasimpatik yang menyebabkan jantung bekerja lebih
ekonomis sehingga perlahan tekanan darah turun dan mencapai normal kembali.







0
20
40
60
80
100
120
140
0' 18' 21' 24' 27' 30'
sitole
diastole
2. Grafik perubahan frekuensi denyut nadi selama olahraga ringan


Dari grafik diatas, terlihat bahwa pada satu menit pertama frekuensi denyut
jantung masih normal dan selanjutnya naik perlahanseiring perjalan waktu selama o.p
menjalani aktivitas olahraga ringan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penigkatan
aktivitas saraf simpatis yang merupan respon dari peningkatahan kebutuhan oksigen
jaringan diseluruh tubuh sehingga meningkatkan frekuensi denyut jantung.

Kesimpulan
Pada saat melakukan exercise, akan terjadi peningkatan kebutuhan oksigen pada otot
untuk metabolisme sel otot. Hal tersebut menyebabkan peningkatan suplai darah ke
ekstremitas, sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah dan mengakibatkan turunnya preload
dan afterload. Kemudian curah jantung akan menurun, dan baroreseptor akan segera bereaksi
terhadap keadaan tersebut dengan meningkatkan aktivitas simpatis dan menurunkan aktivitas
parasimpatis. Akibatnya terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan nadi untuk
meningkatkan curah jantung. Hal tersebut juga akan memicu peningkatan tekanan darah.
Tidak hanya peningkatan aktivitas saraf simpatis, namun juga terjadi kontrol vagal
jantung yang meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis, yang merupakan kompensasi tubuh
untuk mengkondisikan jantung bekerja lebih ekonomis, oleh karena itu tekanan darah o.p
lama kelamaan turun hingga mencapai tekanan normal setelah periode peningkatan tekanan
darah.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0' 1' 2' 3' 4' 5' 6' 7' 8' 9' 10' 11' 12' 13' 14' 15'
frekuensi nadi
frekuensi nadi


II. PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI
PADA ORANG
TEORI DASAR
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh
darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung, tekanan
darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah
dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai
sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui arteri. Tekanan darah memiliki penurunan
terbesar dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah
kapiler dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Gravitasi, katup dalam pembuluh
darah, dan memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan
darah di berbagai tempat di dalam tubuh.
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan
kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. Tekanan
darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut
tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara
pemompaan, dan disebut tekanan diastole.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan
tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Saat yang
paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan
duduk atau berbaring. Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung
berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh
kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki
tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat,
tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur
pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan
darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda;
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila tekanan
darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan
mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya
mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran
darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan
arteri diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup
semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri yang lebih kecil dan
arteriol. Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri
terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri
berdenyut, mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika
melewati arteriol, gelombang menghilang.
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di
pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah mengalir
melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat
hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan
antara sel-sel darah. Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan
mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta mencapai tinggi rata-rata
120 mm Hg selama sistol ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol
ventrikel. Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm
Hg sebagai ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi. Tekanan
diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan wadahnya untuk menangkap
dan menyimpan energi dalam dinding elastis. Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat
ventrikel kiri mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan
gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem kardiovaskular. Gelombang
tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah itu sendiri.
Pengaruh Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan.
Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus
tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain
tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi
arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi,
sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Mekanisme-
mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh
lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-rata ini. Dua penentu utama tekanan
darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total:
Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total
Pada gilirannya, sejumlah faktor menentukan curah jantung dan resistensi perifer total.
Dengan demikian, kita dapat memahami kompleksitas pengaturan tekanan darah. Perubahan
setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan
kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu
jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah. Dengan demikian, variable
kardiovaskular harus terus-menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang
konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau olehbaroreseptor (sensor tekanan) di
dalam sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan
dimulai serangkaian respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya.
Penyesuaian jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah
jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom pada
jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang (memerlukan waktu beberapa menit
sampai hari) melibatkan penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan
garam dan air melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urine dan rasa haus. Besarnya
volume darah total, pada gilirannya, menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan
arteri rata-rata.
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan
manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop diatur
untuk menulis secara langsung pada potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat diatas
titik tempat memasukkan kanula, suatu tekanan terekam. Aliran dalam arteri terganggu, dan
semua energy kinetic dari aliran dikonversi menjadienergi tekanan. Bila, pilihan lain, suatu
tabung T dimasukkan kedalam pembuluh darah dan tekanan diukur pada sisi lengan tabung,
rekaman tekanan sisi pada tekanan turun karena tahanan diabaikan ialah lebih rendah
dibandingkan tekanan ujung oleh energy kinetic dari aliran.
Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukuk dengan metode auskultasi.
Suatu manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa kemudian
dililitkan disekitar lengan dan stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada siku. Manset
secara tepat dipompa sampai tekanan didalamnya diatas tekanan sistolik yang diharapkan
dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh manset dan tidak ada suara terdengar oleh
stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik
tekana sistolik dalam arteri dapat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya
pada tiap denyut jantung dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar
dibawah manset.

Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian
membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali
teraba. Oleh karena kesukaran dalam menetukan secara pasti kapan denyut pertama teraba,
tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih rendah
dibandingkan dengan yang diukur menggunakan metode auskultasi.5
Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis ketika memompa
manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset
diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan
diastolic, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah. Bila manset dimulai untuk
dipompa sampai denyut radialismenghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset
diatas tekanan sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.
Metode Oscillometric
Metode Oscillometric pertama kali ditunjukkan pada tahun 1876 dan melibatkan
pengamatan osilasi dalam tekanan manset sphygmomanometer yang disebabkan oleh aliran
darah osilasi, yaitu pulsa. Versi elektronik dari metode ini kadang-kadang digunakan dalam
lama jangka pengukuran dan praktik umum. Metode ini menggunakan manset
sphygmomanometer seperti metode auscultatory, tapi dengan sensor tekanan elektronik
(transducer) untuk mengamati osilasi tekanan manset, elektronik untuk menafsirkannya
secara otomatis, dan otomatis inflasi dan deflasi manset. Sensor tekanan harus dikalibrasi
secara berkala untuk menjaga akurasi.
Pengukuran oscillometric memerlukan keterampilan teknik lebih sedikit daripada
auscultatory, dan mungkin cocok untuk digunakan oleh staf terlatih dan untuk pemantauan di
rumah pasien secara otomatis. Pada awalnya tekanan manset ini mengembang melebihi
tekanan arteri sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan diastolik selama sekitar 30 detik.
Ketika aliran darah adalah nol (tekanan manset melebihi tekanan sistolik) atau tanpa
hambatan (tekanan manset di bawah tekanan diastolik), tekanan manset akan konstan.
Kebenaran ukuran manset sangat penting karena ukuran manset yang kecil/sempit dapat
menghasilkan tekanan yang terlalu tinggi, sedangkan ukuran manset yang besar/longgar
dapat menghasilkan tekanan yang terlalu rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi dibatasi,
tekanan manset, yang dipantau oleh sensor tekanan, akan bervariasi secara berkala selaras
dengan siklus ekspansi dan kontraksi arteri brakialis, yaitu, akan terombang-ambing.
Kemudian nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik dihitung, sebenarnya tidak diukur dari data
mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil yang telah dihitung akan ditampilkan.
Oscillometric monitor bisa menghasilkan pembacaan yang tidak akurat pada pasien
dengan masalah jantung dan sirkulasi, yang meliputi arteri sklerosis, aritmia, pre-eklampsia,
pulsus alternans, dan pulsus paradoxus.
Dalam praktiknya, metode yang berbeda tidak memberikan hasil identik; algoritma
dan koefisien yang diperoleh secara eksperimental digunakan untuk menyesuaikan hasil
oscillometric untuk memberikan bacaan yang sesuai dengan hasil auscultatory sebaik-
baiknya. Beberapa peralatan komputer menggunakan analisis dibantu sesaat gelombang
tekanan arteri untuk menentukan sistolik, berarti, dan diastolik poin. Karena banyak
perangkat oscillometric belum divalidasi, kehati- hatian harus diberikan karena kebanyakan
tidak cocok dalam klinis dan pengaturan perawatan akut.
TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengukur tekanan arteri brakhialis dengan cara auskultasi dengan penilaian menurut
metode lama dan metode baru The american Heart Association (AHA)
2. Mengukur tekanan darah arteri brakhialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi
4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah arteri brakhialis pada sikap
berbaring duduk dan berdiri
5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah
pada ketiga sikap tersebut diatas.
6. Membandingkan hasil pengukuran darah arteri brakhialis sebelum dan sesudah kerja
otot
7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
kerja otot.
ALAT
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
TATA KERJA
I. Pengukuran Tekanan darah arteri brakhialis pada sikap berbaring duduk
dan berdiri
Berbaring telentang
1. Suruhlah op berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfignomamnometer pada lengan op
P.III.1.1 Apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset? memasang
manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fossa cubiti. Manset dipasang dalam
keadaan tidak longgar atau terlalu ketat. Apabila dalam keadaan longgar, maka hasil
pengukuran tekanan darah akan bertambah dari yang seharusnya. Apabila terlalu
kencang, maka hasil pengukuran tekanan darah akan berkurang dari yang seharusnya,
sehingga menjadi tidak akurat. Tombol on pada sfignomanometer, dan keadaan karet
pompa.
3. Carilah dengan cara palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut
a.brachialis pada pergelangan tangan kanan op.
P.III.1.2. Mengapa kita harus meraba letak denyut arteri brachialis dan arteri
radialis o.p.? Kita harus meraba arteri radialis karena pada saat denyut radialis
pertama kali teraba tekanan sistolik palpatoir dapat ditentukan. Kita harus meraba
arteri brachialis karena kita dapat meraba perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik yang dikenal sebagai tekanan nadi dengan cara auskultasi.

4. Setelah op berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase korotkoff dalam pengukuran
darah op tersebut.
P.III.1.3. Tindakan apa yang sodara lakukan secara berturut-turut untuk
mengukur tekanan darah ini?

Jawab:
Dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang
disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam
arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara
auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm,
antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset
sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolis (yang diketahui dari palpasi).
Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas
arteri brachialis pada siku. Mulamula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan
terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh
manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff
dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda
P.III.1.4. Sebutkan kelima fase korotkoff. Bagaimana menggunakan fase
korotkoff dalam pengukuran tekanan darah dengan penilaian metode lama dan
baru?
K1 = Suara jelas pertama yang terdengar saat darah mula-mula mengalir melalui
pembuluh nadi (sistolik),berbunyi auskultasi, sifatnya lemah, nadanya agak tinggi
terdengar.
K2 = Suara itu terdengar seperti terhambat dan mungkin menghilang, berubahnya
ukuran pembuluh karena tekanan baru dilepaskanmenibulkan tekanan yang
mengakibatkan suara itu seperti terhambat, menghilangnya suara disebut auskulatory
gap, bunyi seperti K1 disertai bising (Tekssst, teksst atau tekrrd, tekrrd..)
K3 = Suara menjadi lebih jelas karena tekanan manset yang diperlonggar, pembuluh
nadi, tetap terbuka/mengembang selamaterjadinya kuncup jantung(bunyi berubah
menjadi keras, nada rendah, tanpa bising.merupakan bunyi yang paling kuat terdengar
K4 = Bunyi Melemah
K5 =Fase diastolic
5. Ulangi pengukuran sub 4 sebanyak 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata dan catat
hasilnya.
P.III.1.5 Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran
tekanan darah?apa sebabnya?

Jawab :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu:
Usia
Tidur
Berat badan
Emosi
Hereditas
Jenis kelamin
Viskositas darah
Kondisi pembuluh darah

Sebab :
Tekanan darah meningkat karena:
Jenis kelamin pasien
Latihan fisik
Makan
Stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh)
Stress emosional seperti marah, takut, dan aktivitas seksual
Kondisi penyakit seperti arteriosklorosis (penebalan arteri)
Faktor hereditas
Nyeri
Obesitas
Usia
Kondisi pembuluh darah
Tekanan darah menurun karena:
Puasa (tidak makan)
Istirahat
Depresan (obat-obatan yang menghambat fungsi tubuh)
Kehilangan berat badan
Emosi (seperti berduka)
Kondisi abnormal seperti hemoragi (kehilangan darah) atau syok
Duduk
6. Tanpa melepaskan manset op disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi
tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran selama 3
kali untuk mendapat nilai rata-rata da catatlah hasilnya.
P.III.1.6. Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri.

Jawab :
Curah jantung
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup
dan frekuensi jantungnya)
Tekanan perifer terhadap tekanan darah.
Tekanan darah berbandung terbalik dengan tahanan dalam pembuluh.
Viskositas darah
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan
terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas: pada
anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh semakin besar terhadap aliran darah.
Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat empatnya.
Berdiri
7. Tanpa melepaskan manset op disuruh berdiri setelah ditunggu 3menit ukurlah
tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ualngi oengukuran sebanyak
3x unruk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
P.III.1.7 Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri ?

Jawab : - Untuk menstabilkan kecepatan aliran darah keseluruh tubuh selama proses
duduk-berdiri.

8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang berbeda
diatas.

HASIL PERCOBAAN

Hasil Pengukuran Tekanan Darah A.Brachialis pada Sikap Berbaring, Duduk dan
Berdiri
Biodata o.p:
Nama : Ristianti Affandi
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Berat Badan : 57 kg
Tabel Pengamatan
Keadaan
Tekanan Darah (mmHg) Rata-Rata
1 2 (mmHg)
Berbaring 120/80 120/70 120/75
Duduk 125/80 125/80 125/80
Berdiri 120/70 110/70 115/70


Kesimpulan :
Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil percobaan, menunjukkan bahwa pada
sikap berdiri, tekanan darah o.p menunjukan keadaan terendah akibat adanya gaya gravitasi
yang sejajar dengan gaya dorong pembuluh darah menuju jantung. Pada saat seseorang
berdiri, gaya gravitasi akan menyebabkan darah berkumpul di kaki. Hal ini akan menurunkan
tekanan darah karena hanya sedikit sirkulasi darah yang kembali ke jantung untuk memompa.
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal sinyal saraf pun
dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama
otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah
saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.






III. KESANGGUPAN KARDIOVASKULER
Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring
2. Memberikan rangsang pendinginan pada tangan selama satu menit
3. Mengukur tekanan darah arteri brachialis selama perangsangan pada sub.2
4. Menetapkan waktu pemulihan tekanan darah arteri brachialis
5. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor
6. Melakukan percobaan naik turun bangku
7. Menetapkan indeks kesanggupan badan manusia dengan cara lambat dan cara cepat
8. Menilai indeks kesanggupan badan manusia berdasarkan hasil sub.7

Alat yang diperlukan
1. Sfigmomanometer dan stetoskop
2. Ember kecil berisi air es dan thermometer kimia
3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)
4. Bangku setinggi 19 inchi
5. Metronom (frekwensi 120x/menit)

Tata Kerja
III.2.1 Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold Pressure Test)
1. Suruh o.p berbaring telentang dengan tenang selama 20 menit.
P.III.2.1 Mengapa o.p harus berbaring selama 20 menit ?
Jawaban : Untuk menormalkan tekanan darah o.p dari posisi yang sebelumnya mungkin
duduk/ berdiri ke berbaring, sehingga saat diukur tekanan darah o.p sudah benar-benar
normal.

2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas o.p.
3. Setelah o.p berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai
terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (tekanan basal).
P.III.2.2 Apa kontraindikasi untuk melakukan Cold Pressure Test ?
Jawaban : Pada orang yang sedang demam

4. Tanpa membuka manset suruhlah o.p memasukkan tangan kirinya ke dalam air es (4C)
sampai pergelangan tangan.

5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya.
P.III.2.3 Bagaimana cara supaya saudara dapat mengukur tekanan darah o.p dengan
cepat ?
Jawaban : Dengan tidak melepaskan manset dari lengan o.p, sehingga pada saat
waktunya mengukur tekanan darah, kita dapat langsung mengukurnya.

P.III.2.4 Apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah o.p selama pendinginan,
terangkan mekanismenya !
Jawaban : Diharapkan tekanan darah o.p menurun, akibat suhu yang dingin (rendah).

6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah o.p selama pendinginan. Bila pada pendinginan
tekanan sistolik naik lebih besar dari 20mmHg dan tekanan sistolik lebih dari 15mmHg
dari tekanan basal, maka o.p termasuk golongan hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan
darah o.p masih dibawah angka-angka tersebut diatas, maka o.p termasuk golongan
hiporeaktor. (Proc.Staff Meet. Mayo Clinic 7:332, 1932)
P.III.2.5 Apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan hiperreaktor
atau hiporeaktor ?
Jawaban : Untuk mencurigai kemungkinan terjadinya hipertensi dikemudian hari dan
untuk langkah preventif jika orang tersebut hiperreaktor.

7. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik
dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal.

8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolik pada detik
ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan 2 kali. Pada percobaan
pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke 30 dan detik ke 60
pendinginan. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah
tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal.
Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukan percobaan yang ke2 untuk
menetapkan tekanan diastolik pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan.



III.2.2 Percobaan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test )
1. Suruhlah o.p berdiri menghadap bangku setinggi 19 inchi sambil mendengarkan detakan
sebuah metronome dengan frekuensi 120 kali /menit.
2. Suruhlah o.p menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan
metronome.
3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke
bangku sehingga o.p berdiri tegak diatas bangku.
4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan keempat, kaki yang masih diatas bangku diturunkan sehingga o.p berdiri
tegak lagi di depan bangku.
6. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai o.p tidak kuat lagi, tetapi tidak lebih dari 5
menit. Catat berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
7. Segera setelah itu, o.p disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadinya
selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1-130, dari 2-230, dan dari 3-
330
8. Hitunglah indeks kesanggupan o.p serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini :
a. Cara lambat
Indeks kesanggupan badan =
( )



Penilaian : Kurang dari 55 = Kesanggupan kurang
55 64 = Kesanggupan sedang
65 79 = Kesanggupan cukup
80 89 = Kesanggupan baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan amat baik

b. Cara Cepat
# Dengan rumus
Indeks kesanggupan badan =
( )


# Dengan daftar

Lamanya
Percobaan
Pemulihan Denyut Nadi dari 1 menit hingga 11 menit
40-
44
45-
49
50-
54
55-
59
60-
64
65-
69
70-
74
75-
79
80-
84
85-
89
90-
0-29
030-059
5
20
5
15
5
15
5
15
5
15
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
10-129
130-
159
30
45
30
40
25
40
25
35
20
30
20
30
20
25
15
25
15
25
15
20
15
20
20-229
230-259
60
70
50
64
45
60
45
55
40
50
35
45
35
40
30
40
30
35
30
35
35
35
30-329
330-
359
85
100
75
85
70
80
60
70
55
65
55
60
50
55
45
55
45
50
40
45
40
45
40-429
430-459
110
125
100
110
90
100
80
90
75
85
70
75
65
70
60
65
55
60
55
60
50
55
50 130 115 105 95 90 80 76 70 65 65 60

Petunjuk-petunjuk :
Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan.
Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30
pertama.
Indeks kesanggupan badan terdapat dipersilangan baris dan lajur.

Penilaian : Kurang dari 50 = Kurang
50 80 = Sedang
Lebih dari 80 = Baik
P.III.2.6 Hitung indeks kesanggupan badan seseorang dengan cara lambat dan cepat
dengan data sebagai berikut :
Lama naik turun bangku : 4
Denyut nadi pada
1 130 = 75
2 230 = 60
3 330 = 40
Jawaban :
Cara lambat :
Indeks kesanggupan badan =
( )


Indeks kesanggupan badan =

()
=

= 68,57
Dari hasil yang didapatkan dengan rumus cara lambat, diketahui bahwa o.p
memiliki kesanggupan cukup.

Cara cepat :
Indeks kesanggupan badan =
( )


Indeks kesanggupan badan =


=

= 58,18
Dari hasil yang didapatkan dengan rumus cara cepat, diketahui bahwa o.p
memiliki kesanggupan sedang.



Dan dengan cara daftar, diketahui bahwa o.p memiliki kesanggupan sedang.

Hasil Percobaan
Harvard Step Test
OP Waktu Frek.Nadi (I) Frek. Nadi
(II)
Frek>Nadi
(III)
Jumlah
Windy

60x/menit 55x/menit 48x/menit 163


Andi

76x/menit 70x/menit 69x/menit 215



Indeks Kesanggupan Badan
Windy :
Cara cepat
Indeks kesanggupan badan =
( )


Indeks kesanggupan badan =

= 21,21
Penilaian : Kurang dari 50 = Kurang
50 80 = Sedang
Lebih dari 80 = Baik
Dari hasil yang didapatkan dengan rumus cara cepat, diketahui bahwa o.p memiliki
kesanggupan kurang
Dengan Daftar:
Lamanya
Percobaan
Pemulihan denyut nadi dari 1 menit hingga 11 menit
40-
44
45-
49
50-
54
55-
59
60-
64
65-
69
70-
74
75-
79
80-
84
85-
89
90-
0 - 29
030 - 059
5
20
5
15
5
15
5
15
5
15
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
10 - 129
130 - 159
30
45
30
40
25
40
25
35
20
30
20
30
20
25
15
25
15
25
15
20
15
20
20 - 229
230 - 259
60
70
50
64
45
60
45
55
40
50
35
45
35
40
30
40
30
35
30
35
25
35
30 - 329
330 - 359
85
100
75
85
70
80
60
70
55
65
55
60
50
55
45
55
45
50
40
45
40
45
40 - 429
430 459
110
125
100
110
90
100
80
90
75
85
70
75
65
70
60
65
55
60
55
60
50
55
50 130 115 105 95 90 80 76 70 65 65 60

Cara lambat
Indeks kesanggupan badan =
( )


Indeks kesanggupan badan =

()
=

= 21,47
Penilaian : Kurang dari 55 = Kesanggupan kurang
55 64 = Kesanggupan sedang
65 79 = Kesanggupan cukup
80 89 = Kesanggupan baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan amat baik
Dari hasil yang didapatkan dengan rumus cara lambat, diketahui bahwa o.p
memiliki kesanggupan kurang

Andi :
Cara cepat
Indeks kesanggupan badan =
( )


Indeks kesanggupan badan =

= 71,77
Penilaian : Kurang dari 50 = Kurang
50 80 = Sedang
Lebih dari 80 = Baik
Dari hasil yang didapatkan dengan rumus cara cepat, diketahui bahwa o.p memiliki
kesanggupan cukup
Dengan Daftar:
Lamanya
Percobaan
Pemulihan denyut nadi dari 1 menit hingga 11 menit
40-
44
45-
49
50-
54
55-
59
60-
64
65-
69
70-
74
75-
79
80-
84
85-
89
90-
0 - 29
030 - 059
5
20
5
15
5
15
5
15
5
15
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
10 - 129
130 - 159
30
45
30
40
25
40
25
35
20
30
20
30
20
25
15
25
15
25
15
20
15
20
20 - 229
230 - 259
60
70
50
64
45
60
45
55
40
50
35
45
35
40
30
40
30
35
30
35
25
35
30 - 329
330 - 359
85
100
75
85
70
80
60
70
55
65
55
60
50
55
45
55
45
50
40
45
40
45
40 - 429
430 459
110
125
100
110
90
100
80
90
75
85
70
75
65
70
60
65
55
60
55
60
50
55
50 130 115 105 95 90 80 76 70 65 65 60


Cara lambat
Indeks kesanggupan badan =
( )


Indeks kesanggupan badan =

()
=

= 69,76
Penilaian : Kurang dari 55 = Kesanggupan kurang
55 64 = Kesanggupan sedang
65 79 = Kesanggupan cukup
80 89 = Kesanggupan baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan amat baik
Dari hasil yang didapatkan dengan rumus cara lambat, diketahui bahwa o.p
memiliki kesanggupan cukup

Kesimpulan :
Kesanggupan badan seseorang dilihat dari jenis kelamin dapat terlihat bahwa pada pria nilai
kesanggupannya lebih besar dibanding wanita.

Cold Pressure test
OP : Senja Wulan
Umur : 19 tahun
Tindakan Hasil pengukuran

pertama setelah berbaring 2


;
110/70 mmHg
Direndam air es 6

130/100 mmHg
Direndam air es

150/100 mmHg

Kesimpulan:
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh
pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada pendinginan,
tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg
dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan
darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor. Efek pendinginan
menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat disebabkan karena terjadinya
vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah.
Terjadi kenaikan sistol sebesar 40 mmHg dan kenaikan diastole sebesar 30 mmHg,
sehingga OP termasuk golongan Hiperreaktor.


IV. PENGARUH PERANGSANGAN N. VAGUSPADA JANTUNG KURA-KURA

Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Membebaskan N. Vagus (N. X) kiri dan kanan.
2. Membuktikan pengaruh kegiatan N. X yang terus menerus (vagotonus) pada jantung.
3. Mencatat dan menjelaskan pengaruh perangsangan lemah dan kuat N. X pada jantung
dalam hal:
a. Masa laten
b. Akibat ikutan (after effect)
c. Frekuensi denyut
d. Kekuatan kerutan
4. Mendemonstrasikan peristiwa lolos vagus (vagal escape)

Alat dan Binatang Percobaan yang Diperlukan
1. Kura-kura + meja operasi kura + tali pengikat
2. Kimograf rangkap + kertas + perekat + kipas kimograf + statif dan klem
3. 2 pencatat jantung + 2 penjepit jantung
4. 2 sinyal magnit:
1 untuk mencatat waktu (waktu = 1 detik)
1 untuk mencatat tanda rangsang
5. Stimulator induksi + elektroda perangsang + kawat-kawat
6. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet
7. Benang + malam + kapas

Tata Kerja
III. 3. 1. Pengaruh Kegiatan N. X yang Terus Menerus Pada Jantung
1. Ikatlah keempat kaki kura-kura yang telah dirusak otaknya dan dibor perisaidadanya
pada meja operasi.
2. Lepaskan perisai dada kura-kura yang telah dibor dari jaringan dibawahnyadengan
menggunakan pinset dan scalpel tanpa menimbulkan banyak pendarahan.
3. Bukalah dengan gunting pericardium yang membungkus jantung secara hati-hatiagar
jangan terjadi perdarahan. Sekarang terlihat jantung berdenyut dengan jelas.
4. Bebaskan kedua N. X sesuai dengan petunjuk umum.
5. Buatlah 2 ikatan longgar pada setiap N. X.
6. Buktikanlah bahwa kedua saraf yang saudara bebaskan benar-benar N. X dengancara
merangsangnya dengan arus faradic yang cukup kuat dan cukup lama
untuk memperlihatkan efek N. X terhadap jantung.
P. III. 3. 1. Apakah N. X termasuk golongan saraf kolinergik?
Jawab: Iya. N. X bersifat kolinergik. Kerjanya termasuk dalam sistem vasodilator
simpatis. Sehingga impuls dalam serabut kolinergik vagus jantung akan mengurangi
frekuensi denyut jantung.
P. III. 3. 2. Bagaimanakan pengaruh N. X pada jantung berdasarkan
pembagian saraf adrenergic dan kolinergik?
Jawab: Peningkatan pelepasan impuls saraf vasomotor andergenik akan menyebabkan
vasokonstriksi arteriol. Sedangkan aktivasi serabut dilator kolinergik yang menuju
otot akan menyebabkan dilatasi arteriol. Disini N. X bekerja bersama kolinergik
dengan memperlambat frekuensi denyut jantung.
P. III. 3. 3. Apa yang saudara harapkan dapat dilihat pada jantung kura-kura
bila N. X dirangsang?
Jawab: Denyut jantung kura-kura akan melambat.
7. Hitunglah frekuensi denyut jantung
8. Ikatlah kuat-kuat semua ikatan longgar tersebut diatas dan guntinglah kedua N.
Xdiantara dua ikatan.
9. Tunggulah 1 menit dan hitunglah kembali frekuensi denyut jantung.
P. III. 3. 4. Mengapa harus menunggu 1 menit sebelum menghitung
kembali frekuensi denyut jantung?
Jawab: Agar sisa impuls yang masih terjadi dalam tubuh kura-kura telah selesai
sehingga memberi hasil praktikum yang akurat.
P. III. 3. 5. Perubahan apa yang saudara harapkan terjadi pada frekuensi
denyut jantung setelah pemotongan kedua N. X?
Jawab: Frekuensi denyut jantung kura-kura akan meningkat. Hal itu dikarenakan tidak
ada tonus yang melawan tonus simpatis (yang berperan dalam kontraksi otot jantung).

III. 3. 2. Pengaruh Perangsangan N. X Pada Atrium dan Ventrikel
1. Pasanglah berbagai alat sesuai dengan gambar sehingga saudara depat mencatat:
a. Mekanomiogram atrium
b. Mekanomiogram ventrikel
c. Tanda rangsang
d. Tanda waktu (1 detik)
Usahakan supaya keempat pecatat diatas mempunyai titik sinkron yang sedapat-
dapatnya terletak pada 1 garis ventrikel.
2. Tanpa menjalankan tromol, rangsanglah N. X kanan bagian perifer denganrangsang
faradic lemah, sehingga terlihat jelas timbulnya bradikardi.
3. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat untuk mencatat 10 denyut
jantungsebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah N. X kanan
bagian perifer dengan rangsang sub.2 selama + 5 detik. Hentikan tromol setelah
terjadi pemulihan jantung yang sempurna. Perhatikan:
a. Masa laten
b. Akibat ikutan (after effect)
c. Frekuensi denyut
d. Kekuatan kerutan
P. III. 3. 6. Apa yang dimaksud dengan :
a. Masa laten
b. Akibat ikutan
Jawab:
a. Waktu yang dibutuhkan oleh jantung untuk kembali normal setelah
berkontraksi.
b. Efek jantung yang muncul setelah diberi rangsangan.
4. Tanpa menjalankan tromol rangsanglah N. X kanan bagian perifer denganrangsang
faradic yang cukup kuat sehingga terlihat jelas timbulnya henti jantung.
5. Setelah menunggu 5 menit ulangi percobaan sub.3 dengan menggunakanrangsang
faradic sub.4 sehingga terjadi henti jantung (cardiac arrest).
P. III. 3. 7. Bagaimana mekanisme terjadi henti jantung?
Terdapat tiga fase perubahan selama terjadi proses henti jantung yaitu:
1. Fase elektrik (0-5 menit)
Fase 5 menit awal saat mulai terjadi impuls elektrik tidak normal dan
menyebabkan aritmia dari kontraksi otot jantung.
2. Fase sirkulasi (5-10 menit)
Fase dimana mulai terlihat akibat dari ketidakcukupan jantung dalam memenuhi
kebutuhan darah seluruh tubuh. Dengan kata lain terjadi hipoksia jaringan.
3. Fase metabolic (> 10 menit)
Ini merupakan fase yang kurang difahami. Namun pada fase ini mulai
diproduksinya toksin akibat sel-sel yang mengalami hipoksia dan toksis tersebut
beredar mengikuti aliran darah (EMS, 2008).
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Kematian
akibat henti jantung paling banyak disebabkan oleh ventricular fibrilasi dimana terjadi
pola eksitasi quasi periodik pada ventrikel dan menyebabkan jantung kehilangan
kemampuan untuk memompa darah secara adekuat. Volume sekuncup jantung
(cardiac output) akan mengalami penurunan sehingga tidak bisa mencukupi
kebutuhan sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk miokardium jantung
(Mariil dan Kazii, 2008).
III. 3. 2. Lolos Vagus (Vagal Escape)
1. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat untuk mencatat 10 denyut
jantungsebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah N. X kanan
bagian perifer dengan rangsang faradic cukup kuat (sub.II.4) sehingga terjadi
henti jantung. Teruskan perangsangan dan pencatatan sehingga timbul lolos
vagus.Bila perangsangan sudah berlangsung 30 detik tanpa terjadi lolos vagus
hentikan perangsangan.
P. III. 3. 8. Apa yang dimaksud dengan lolos vagus?
Jawab: Dimulainya kembali denyut jantung setelah stimulasi dari saraf vagus
menghantikan denyut jantung.
P. III. 3. 9. Bagaimana mekanisme terjadinya lolos vagus?
Jawab: Jika dilakukan rangsang vagus yang lama, sehingga menyebabkan cardiac
arrest. Pada saat ini darah tetap masuk kedalam ventrikel sehingga menyebabkan
ventrikel teregang. Ventrikel tergang ini akan menjadi rangsang mekanik yang
membantu rangsangan pada SA node sehingga janutng berdenyut kembali.

2. Bila pada usaha saudara yang pertama lolos vagus tidak terjadi, maka boleh dicoba 2x
lagi dengan waktu rangsang yang lebih lama dan bila masih juga belum berhasil
hentikanlah percobaan saudara.
P. III. 3. 10. Faktor apa yang menghilangkan kemungkinan terjadinya lolos
vagus?
Jawab: Bisa disebabkan terlalu aktifnya saraf parasimpatis ataupun karena
kompensasi jantung yang cepat melalui rangsang mekanik yang menyebabkan SA
node tidak memiliki waktu untuk berhenti karena terus terangsang.
Hasil Data Praktikum
Gambar 1. N.vagus diberi rangsangan single selama 50 detik dengan tegangan 25 volt

Kesimpulan
Nervus vagus adalah saraf parasimpatis yang memperkuat kontraksi jantung. Jika
saraf parasimpatis terganggu maka aliran darah akan terhambat maka akan terjadi
cardiacarrest. Pada jantung yang nervus vagusnya terputus kemudian diberi rangsangan
makaakan terdapat gambaran cardac arrest pada kimograf. Apabila rangsang diteruskan
makaakan terjadi lolos vagus kemudian gambaannya akan normal kembali.


Daftar Pustaka

Ganong, WF (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.22. EGC: Jakarta
http://endangsulisdr.blogspot.com/2011/02/bagaimana-mekanisme-terjadinya-henti.html
Bagaimana Mekanisme Terjadinya Henti Jantung Endang Sulistyawati
http://www.scribd.com/doc/38683198/Fkumj-Fis-Sistem-Kardiovaskuler-2009 Fisiologi
Sistem Kardiovaskuler-Dr. dr. H. Busjra M. Nur MSc
http://www.fasthealth.com/dictionary/v/vagal_escape.php

V. URUTAN DENYUT KERUTAN BERBAGAI BAGIAN JANTUNG & DENYUT
EKTOPIK PADA JANTUNG KURA-KURA
TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Membuat sediaan jantung kura sesuai dengan petunjuk umum.
2. Menetapkan urutan berbagai bagian jantung kura atas dasar pengamatan sendiri.
3. Mencatat mekanokardiogram atrium dan ventrikel kura.
4. Merangsang atrium dan ventrikel jantung dengan arus buka pada berbagai fase :
Sistole
Puncak sistole
Diastole
Akhir diastole
5. Membedakan peka rangsangan atrium dan ventrikel jantung pada berbagai fase
kontraksi tersebut diatas.
6. Menerangkan terjadinya perbedaan kepekaan pada berbagai fase tersebut diatas.
ALAT & BAHAN
1. Kura-kura + meja operasi kura + tali pengikat
2. Kimograf rengkap + kapas kimograf + kertas + perekat
3. Statif + klem
4. Dua sinya maknit :
1 untuk mencatat waktu
1 untuk mencatat tanda
5. Kawat listrik
6. Stimulator induksi + elektroda perangsang
7. Dua pencatat jantung + penjepit jantung
8. Batang kuningan berbentuk huruf L
9. Benang + malam
10. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet
1. URUTAN KERUTAN BERBAGAI BAGIAN JANTUNG
TATA CARA
1. Ikatlah ke 4 kaki kura yang telah dirusak otaknya dan dibor perisai dadanya, ada meja
operasi.
2. Lepaskan perisai dada kura-kura yang telah dibor dari jaringan dibawahnya dengan
menggunakan pinset dan scalpel tanpa menimbulkan banyak perdarahan.
P.III.5.1. Bagaimana cara yang baik untuk menghindarkan perdarahan pada
tindakan ini ? Cara menghindari perdarahannya adalah dengan membor secara hati
hati perisai dada dari kura kura dan hindari jangan sampai jaringan dibawahnya
terkena. Jaringan dibawah dibuka menggunakan pinset dan skapel sehingga
mengurangi pendarahan.
3. Bukalah dengan gunting pericardium yang membungkus jantung secara hati-hati agar
jangan terjadi perdarahan. Sekarang terlihat jantung berdenyut dengan jelas.
P.III.5.2. Apa beda anatomi yang penting antara jantung kura-kura dengan jantung
mammalia ? Beda jantung kura kura dengan jantung mamalia adalah jantung kura
kura hanya memiliki 1 ventrikel sedangkan mamalia 2 ventrikel.
4. Pelajari anatomi jantung kura-kura dengan bantuan petunjuk umum. Untuk
mempelajari bagian dorsal angkatlah ventrikel keatas dengan benda tumpul.
P.III.5.3. Apa bahaya manipulasi yang terlalu sering dan kasar terhadap jantung ?
Jika terjadi manipulasi yang terlalu sering dan kasar maka mengakibatkan kerusakan
jantung sampai henti jantung.
5. Nyatakan urutan kerutan berbagai bagian jantung.
2. DENYUT EKTOPIK ATRIUM DAN VENTRIKEL
TATA CARA
1. Pasanglah pelbagi alat sesuai dengan gambar sehingga saudara dapat mencatat :
a. Mekanokardiogram atrium
b. Mekanokardiogram ventrikel
c. Tanda rangsang
d. Tanda waktu
Usahakan supaya ke 4 pencatat itu mempunyai titik sinkron yang terletak pada satu
garis vertikal.
P.III.5.4. Apa yang dimaksud dengan titik sinkron ? Titik sinkron adalah
sejumlah titik akhir systole yang sejajar yang terjadi pada ambang batas
maksimum otot jantung dimana semua otot jantung telah berkontraksi.
2. Tanpa menjalankan tromol kimogrof, carilah kekuatan rangsang buka yang dapat
menimbulkan denyut etopik atrium.
Berlatihlah sebaik-baiknya dalam memberikan rangsang dalam arus buka pada :
a. Sistole atrium
b. Puncak sistole atrium
c. Diastolik atrium
d. Akhir diastolik atrium
P.III.5.5. Apa yang dimaksud dengan denyut ektopik atrium ? Denyut ektopik adalah
denyut yang timbul akibat rangsangan pada otot otot diluar SA Node saat terjadi
diastole.
P.III.5.6. Pasa saat apa sebaiknya perangsangan diberikan untuk menghasilkan denyut
ektopik ? Untuk menghasilkan denyut ektopik, perangsangan sebaiknya diberikan
pada saat 1/3 diastole sampai 2/3 diastole.
P.III.5.7. Apa yang dimaksud dengan interval AV ? dan bagaimana mengukurnya ?
Interval AV adalah jarak waktu dibutuhkan atrium dan ventrikel untuk melakukan
systole dan diastole. Cara yang dilakukan dengan menggunakan mekanokardiogram
atrium dan ventrikel.
3. Jalankan tromol dengan kecepatan yang tepat (lihat gambar) untuk mencatat 10
denyut jantung sebagai kontrol. Tanpa menghentikan tromol rangsanglah atrium
dengan kekuatan rangsang sub.2 pada :
a. Sistole atrium
b. Puncak sistole atrium
c. Diastole atrium
d. Akhir diastolik atrium
Setiap kali setelah perangsangan biarkanlah jantung berdenyut 5 6 kali.
4. Tanpa menjalankan trumol carilah rangsang buka yang dapat menimbulkan denyut
ektopik ventrikel.
P.III.5.8 Apa yang dimaksud dengan denyut ektopik ventrikel? Denyut tambahan
yang dihasilkan akibat perangsangan saat fase diastol ventrikel.

P.III.5.9 Mengapa ventrikel tidak boleh dirangsang dengan rangsang faradic? Untuk
menghindarkan respon kontraksi yang berlebihan

P.III.5.10 Apakah denyut ektopik ventrikel diikuti oleh denyut ektopik atrium? Tidak,
denyut ektopik ventrikel tidak diikuti oleh denyut ektopik atrium.

P.III.5.11 Apa yang dimaksud dengan rehat kompensasi? rehat kompensasi adalah
periode istirahat saraf setelah melakukan denyut ektopik untuk menghindari rangsang
berlebihan

P.III.5.12 Bila rehat kompensasi penuh dan tidak penuh?

5. Jalankan trumol dengan kecepatan yang tepat.
6. Catat 10 denyut normal sebagai control. Tanpa menghentikan trumol rangsanglah
ventrikel dengan kekuatan rangsang sub.4 pada :
a. Sistole ventrikel
b. Puncak sistole ventrikel
c. Diastole ventrikel
d. Akhir diastole ventrikel
Setiap kali setelah perangsangan biarkanlah jantung berdenyut 5-6 kali.
P.III.5.13 Apakah ada hubungan antara saat jantung perangsang dengan amplitudo
denyut ektopik yang dihasilkannya? Iya. Amplitudo lebih tinggi pada saat dirangsang
di pertengahan atau 2/3 diastol



HASIL PRAKTIKUM & ANALISA
A. Urutan Kerutan Berbagai Bagian Jantung
Percobaan dilakukan dengan mengamati tayangan video mengenai topik terkait.
B. Denyut Ektopik Atrium dan Ventrikel
ATRIUM
Atrium sistole : Tidak ada denyut ektopik
Atrium puncak sistole : Tidak ada denyut sistole
Atrium diastole : Ada denyut ektopik pada kekuatan 7.5 mV
Atrium akhir diastole : Ada denyut ektopik
Gambar 2. Perangsangan atrium saat sistol dan akhir diastol

Gambar 3. Perangsangan atrium saat awal sistol

Gambar 4. Perangsangan atrium saat awal diastole


VENTRIKEL
Ventrikel sistole : Tidak ada denyut ektopik
Ventrikel puncak sistol : Tidak ada denyut ektopik
Ventrikel diastole : Ada denyut ektopik pada kekuatan 5mV
Ventrikel akhir diastole : Tidak ada denyut ektopik



Gambar 5. Perangsangan ventrikel saat awal diastole

Gambar 6. Perangsangan ventrikel saal sistole


KESIMPULAN
Denyut ektopik merupakan kelainan denyut yang timbul di luar sistol dan diastol (denyut
ekstra sistol). Denyut tersebut dapat dirangsang pada masa di luar refrakter absolut. Hal ini
dapat terjadi pada manusia jika saraf simpatis dirangsang secara kontinu (dengan konsumsi
kopi dan stress yang terus menerus).


DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38683198/Fkumj-Fis-Sistem-Kardiovaskuler-2009 Fisiologi
Sistem Kardiovaskuler-Dr. dr. H. Busjra M. Nur MSc
Ganong, WF (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.22. EGC: Jakarta
Cameron, J.R.et al. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta : EGC
Sherwood Lauralee, 2001. Fisiologi, Jakarta, penerbit EGC
.

Anda mungkin juga menyukai