Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengukuran tekanan darah TENSIMETER JARUM STETOSKOP

Tekanan darah normal orang dewasa biasanya mencapai rata-rata 120/80 (100/60) sampai 140/85 mm Hg, hal ini biasanya tidak terlalu berarti.Namun,jika tekanan bawah atau diastole lebih dari 100, maka biasnaya memerlukan pengobatan. Pada orang dewasa, tekanan darah rendah mencapai 90/60 sampai 110/70 itu berarti orang ini normal dan usia hidup seorang wanita akan menjadi lebih panjang. Dan juga jarang mengalami suatu gangguan jantung. Cara mengukur tekanan darah normal orang dewasa adalah : Terlebih dahulu dicari pembuluh darah arteri branchialis (yang letaknya berdekatan dengan lengan yang dibebat) dan didengarkan bunyi desakan darah yang ada melalui stetoskop Lengan kid praktikan dibebat dengan sphygmomanometer, udara diisikan didalam pembebat sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mm Hg Dikeluarkan udara secara perlahan dari sphygmomanometer sambil tetap mendengarkan bunyi desakan udara melalui stetoskop Dicatat tinggi permukaan air raksa tepat ketika bunyi desakan darah pertama yang terdengar dan bunyi desakan udara pertama kali menghilang sama sekali Diulangi langkah diatas ketika praktikan telah berjalan atau berlari selama 3 menit dan setelah tangan praktikan direndam dalam air es selama 1-2 menit. Catatlah hasil pengukuran tensi meter tersebut (sebagai pembanding keadaan diatas)

Tekanan darah yang normal bisa dibaca dengan bacaan pertama denyutan jantung. Ini adalah suatu kontraksi otot jantung yang mendesak darah yang masuk pada arteri. Pada orang normal, biasanya sekitar 110-120 mm. Kunci tensimeter terus, kemudian dibuka dengan pelan-pelan. Dan bacaan kedua adalah saat denyutan jantung mulai terdengar samar-samar atauu juga menghilang. Ini biasanya dinamakan dengan diastole, biasanya terjadi normal pada 60-80 mm. Tekanan darah normal orang dewasa dibagi menjadi dua, yakni tekanan darah tinggi dan tekanan darah rendah. Tekanan darah tinggi atau yang biasanya disebut dengan penyakit hipertensi yang bisa menimbulkan banyak masalah misalnya adalah penyakit jantung, ginjal dan juga penyakit pembuluh darah otak atau penyakit stroke. Sedangkan tekanan darah rendah adalah tekanan darah yang nilainya dibawah nilai normal, hal ini dinilai sebagai penyakit darah rendah atau hypotension. Syarat dari pengukuran darah rendah ini adalah dilakukan pada saat bangun tidur dan belum melakukan aktivitas apapun. Tekanan darah ada dua macam, yaitu sistol idan diastol. Yang dimaksud dengan tekanan darah disini adalah tenaga yang dikeluarkan oleh jantung pada darah darah untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dalam bentuk mm Hg. Hg merupakan singkatan dari hydrargyrum, yaitu merupakan air raksa yang ada didalam tabung tensi meter. Jadi jika tekanan darah seseorang adalah sebesar 120 mm Hg, maka maksudnya adalah tenaga yang dikeluarkan oleh jantung pada darah untuk mendorong air raksa didalam tabung tensimeter setinggi 120 mm. Cara menggunakan spignomanometer atau tensi meter adalah sebagai berikut. 1. Orang yang akan diukur tekanan darahnya berbaring, atau duduk, selanjutnya manset tensimeter diikatkan pada lengan atas, sekitar 2 jari diatas lipatan siku. 2. Stetoskop diletakkan pada arteri brakhialis yang berada pada lipatan siku.

3. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan didalam tensimeter dinaikkan dengan cara memompa sampai sekitar 140 mmHg, jika orang yang kita ukur terkena hipertensi naikkan hingga 160 mmHg sehingga denyut nadi tidak terdengar lagi, kemudian tekanan didalam tensimeter pelan-pelan diturunkan. 4. Pada saat denyut nadi mulai terdengar lagi, baca tekanan yang terdapat pada batas atau permukaan air raksa yang terdapat pada tensi meter, jika misalnya menunjukkan angka 110 mmHg maka berarti tekanan tekanan sistolnya adalah 110 mmHg. 5. Pada proses pengukuran, tekanan didalam tensimeter tetap diturunkan. Suara denyut nadi akan terdengar lebih jelas sampai suatu saat suara denyutan terdengar

melemah dan akhirnya menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali kita lihat tekanan dalam tensimeter,jika misalnya menunjukkan angka 82 mmHg, maka tekanan diastolnya adalah 82 mmHg. Kesimpulan: Tekanan darah di atas biasa dituliskan 110/82 mmHg, artinya sistolnya 110 mmHg dan diastolnya 82 mmHg dan tekanan darah termasuk normal.

Cara mengukur tekanan darah keluarga atau teman sekolah atau teman sendiri 1. Lilitkan manset tensimeter pada lengan atas (kiri atau kanan) di atas siku. Manset dililitkan pada bagian ini karena di sana terdapat pembuluh darah Arteri yang berasal langsung dari jantung. Pembuluh ini terletak dekat di bawah kulit, disebut juga Arteri Brachialis.

2. Upayakan tensimeter diletakkan setinggi/sejajar dengan jantung baik dalam posisi tidur maupun duduk/berdiri. Tangan yang diperiksa dalam keadaan rileks. 3. Tutuplah katup pengatur udara pada pompa karet manset tensimeter dengan cara memutar kekanan sampai habis. 4. Stetoskop dipasang pada telinga Anda, bagian yang pipih ditempelkan pada bagian dalam lipatan siku di sebelah bawah lilitan manset. 5. Pompalah udara kedalam manset dengan cara meremas pompa karet berulangulang sampai tekanan menunjukkan/mencapai 140 mmHg. Tekanan 140 mmHg ini atas

dasar 20 mmHg di atas tekanan sistole yang diperkirakan pada orang dewasa normal (tidak menderita hipertensi) yaitu 120 mmHg. Bila yang diperiksa adalah penderita hipertensi, maka naikkan lagi 20 mmHg secara bertahap. 6. Manset yang dipompa menyebabkan tekanannya meningkat dan menekan Arteri Brachialis sehingga aliran darah berhenti mengalir. 7. Buka kembali katup pengatur udara dengan cara memutar kekiri sedikit dengan penuh perasaan agar udara dari manset keluar sedikit demi sedikit sehingga aliran darah arteri Brachialis mengalir kembali. Dengar dan awasi suara yang timbul ketika katup manset dibuka, akan terdengar suara duk-duk-duk. 8. Suara lup-dup lup-dup yang pertama kali Anda dengar disebut juga suara KOROTKOW.

Menentukan tekanan sistole dan diastolenya Fase Pertama: Perhatikan ketika Anda memompa manset sampai suatu nilai tekanan (misal 140 mmHg) kemudian ketika udara dikeluarkan sedikit demi sedikit, maka tekanan manset berkurang. Mendadak akan terdengar suara yang jelas, pendek-pendek, bersifat ketukan (tapping) yang makin lama semakin keras, suara ini dinamakan suara Korotkoff. Suara ini terdengar selama tekanan manset diturunkan 10-14 mmHg. Fase Kedua: Suara berubah menjadi bising (murmur) dan kerasnya berkurang selama penurunan tekanan 15-20 mmHg. Fase Ketiga: Suara menjadi jelas kembali dan lebih keras selama penurunan 5-7 mmHg berikutnya. Fase Keempat: Suara menjadi redup dan lemah dengan cepat selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Fase Kelima: Suara mulai menghilang. Catatan: Ingat dan catat suara yang pertama kali terdengar (fase I) terjadi pada tekanan berapa misalnya 122 mmHg? itulah tekanan sistole. Suara yang menghilang (fase V) berkorelasi dengan tekanan diastole pada orang dewasa, ingat dan catat misalnya 95 mmHg. Tekanan diastole pada anak-anak terjadi pada fase IV. Juga pada waktu kerja fisik pada orang dewasa, tekanan diastole terjadi pada awal fase IV. Kesimpulan: Tekanan di atas dapat dituliskan 122/95 mmHg, termasuk kategori Pra hipertensi. Lakukan pemeriksaan ini dua sampai tiga kali.

Rentan Normal Nilai Tekanan Darah Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah: - Bayi usia di bawah 1 bulan - Usia 1 - 6 bulan - Usia 6 - 12 bulan - Usia 1 - 4 tahun - Usia 4 - 6 tahun - Usia 6 - 8 tahun - Usia 8 - 10 tahun - Usia 10 - 12 tahun - Usia 12 - 14 tahun - Usia 14 - 16 tahun : 85/15 mmHg

: 90/60 mmHg : 96/65 mmHg : 99/65 mmHg : 160/60 mmHg : 185/60 mmHg : 110/60 mmHg : 115/60 mmHg : 118/60 mmHg : 120/65 mmHg : 130/75 mmHg

- Usia 16 tahun ke atas - Usia lanjut

: 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah: * Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg * Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg * Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg

Posisi atau Sikap Tubuh dan Tekanan Darah

Pada dasarnya jumlah darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang terkandung di dalam arteri tersebut. Makin besar jumlah darah di dalam arteri, makin tinggi tekanan arteri dan makin kecil jumlah darah yang terkandung di dalam arteri, makin rendah tekanan arteri. Jumlah darah yang terkandung di dalam arteri tergantung pada jumlah darah yang memasuki arteri dan yang meninggalkan arteri. Jika jumlah darah yang masuk banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri makin bertambah, dan sebaliknya jika darah yang meninggalkan arteri lebih banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri berkurang. Jumlah darah yang masuk ke dalam arteri ditentukan oleh frekuensi jantung dan volume sekuncup jantung.

Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan vasokonstriksi pembuluh darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi fungsi jantung saja dan pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi jantung. Jadi, naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom, pemacuan saraf simpatis menaikkan tekanan darah arteri dan penghambatan saraf simpatis ditambah dengan pemacu saraf parasimpatis yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik turunnya tekanan darah arteri terjadi secara reflektoris. Pemacuan tekanan darah arteri dapat menimbulkan shock, yaitu keadaan dimana jumlah darah yang masuk ke jaringan berkurang sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis tertentu. Misalnya menurunnya kesadaran, kepala terasa ringan, pucat, kaki dan tangan dingin, keluar keringat dingin, dan lain-lain. Cardiogenic shock adalah menurunnya tekanan darah karena melemahnya pemompaan darah oleh jantung. Tekanan darah dalam arteria pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau kedua faktor tersebut. Curah jantung adalah hasil kali antara denyut jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung (Guyton, 2002). Berdiri dan Tekanan Darah Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002). Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak.Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga

pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002). Gerak Tubuh dan Tekanan Darah Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di dalam massa otot yang besar (Guyton, 2002). Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada vasokularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak,sistem pengaktivasi retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan aktivitas otot (Guyton dan Hall, 2002). Duduk dan Tekanan Darah Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen,membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat.Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002).

Berbaring dan Tekanan Darah Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai

maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa lakilaki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi. sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Guyton, 2002).

B.Pengukuran Denyut Nadi Alat dan Bahan : 1. Stopwatch 2. Kertas 3. Pensil 4. Tangan Manusia

Langkah Kerja : 1. Menyiapkan kertas dan pensil 2. Menyiapkan stopwatch 3. Menemukan titik nadi ( daerah yang denyutannya paling keras ) di pergelangan tangan.Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari. 4. Menekan tombol pada stopwatch, pada hitungan 1 menit 5. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya saat dalam keadaan diam selama 1 menit 6. Mencatat jumlah denyut nadi pada tabel hasil pengamatan 7. Berjalan naik turun tangga dalam 1 kali putaran 8. Menghitung jumlah denyut nadi, setelah naik turun tangga 9. Mencatat jumlah denyut nadi pada tabel hasil pengamatan

10. Berlari memutari laboratorium dalam 1 kali putaran 11. Menghitung jumlah denyut nadi, setelah berlari memutari laboratorium 12. Mencatat jumlah denyut nadi pada tabel hasil pengamatan

Titik atau Area untuk Melakukan pemeriksaan denyut nadi

Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada pembuluh darah: a. Arteri radialis b. Arteri brachialis c. Arteri carotis communis d. Arteri femoralis e. Arteri dorsalis pedis f. Arteri popolitea g. Arteri temporalis h. Arteri apical i. Arteri tibialis posterior Arteri Radialis Terletak disepanjang tulang radialis lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari, relaif mudah dan sering dipakai secara rutin. Arteri brakhialis Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa antekubital) digunakan untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta pada kasus cardiac arrest pada infant.

Namun yang sering dilakukan pemeriksaan denyut nadi yaitu pada :

Rentan Normal Jumlah Denyut Nadi

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah: 1. Bayi baru lahir :140 kali per meni

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit Umur 1 - 6 bulan :130 kali per menit Umur 6 - 12 bulan :115 kali per menit Umur 1 - 2 tahun :110 kali per menit Umur 2 - 6 tahun :105 kali per menit Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit

1. Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit 1. Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

Daftar Pustaka Bronzino, Joseph D. 2000. The Biomedical Engineering Handbook, 2nd ed. CRC Press Deakin, CD, Low JL. 2000. Accuracy of the advanced traume life support guidelines for predicting systolic pressure using carotid, femoral, and radial pulses: observational study. BMJ, 321 (7262): 673-4 Dryden, James. 2010. Difference between Pulse and Heart Rate. diambil dari: http://www.livestrong.com/article/88832-difference-between-pulse-heart. [5 April 2010] Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier Kanani, Mayzar, Martin Elliot. 2004. Applied Surgical Physiology Vivas. Cambridge University Press MacWilliam, J.A. 1933. Postural Effects on Heart-Rate and Blood- Pressure. diambil dari: http://ep.physoc.org/content/23/1/1.abstract. [5 April 2010]

Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School Mirkin, Gabe, M.D. 2008. Recovery Heart Rate. diambil dari: http://www.drmir kin. com/heart/8076.html [6 April 2010] Quan, Kathy. 2006. Vital Signs: How to Take a Pulse. diambil dari: http://health fieldmedicare.suite101.com/article.cfm/vital_signs_how_to_take_a_pulse . [5 April 2010] Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition. McGraw-Hill Sanif, Edial, dr. 2008. Tes Untuk Memelihara Kebugaran Kardiovaskuler. diam bil dari: http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32. [6 April 2010] Stegemann, Jurgen. 1981. Exercise Physiology: Physiologic Bases of Work and Sport. YearBook Medical Publishers, Inc.: London

Anda mungkin juga menyukai