Anda di halaman 1dari 29

Teknik Radiografi Nasal Bone (II)

11:31 AM Ajunk Artawijaya No comments


1. Pendahuluan
Teknik radiografi soft tissue dapat diaplikasikan pada seluruh tubuh termasuk jaringan
superficial, kecuali pada tulang. Teknik ini membutuhkan eksposi yang berbeda dari teknik
radiografi biasa dilaksanakan pada umumnya. Teknik ini akan menghasilkan densitas dan
kontras jaringan yang rendah dengan berbagai perubahan yang terjadi Pemilihan kVp dalam
teknik radiografi soft tissue sebaiknya bervariasi dalam kondisi penyinaran yang rendah. Hal
ini bertujuan untuk menyesuaikan perbedaan kontras jaringan dari yang rendah sampai yang
tinggi seperti tulang, udara yang memiliki berbagai tingkatan. Eksposi yang mencukupi
merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa struktur organ yang diperiksa dapat
direkam dengan kontras yang baik (Clark, 1974).
2. Persiapan Pemeriksaan Tulang Hidung
Persiapan pada pemeriksaan tulang hidung dibagi menjadi dua macam yaitu :
A. Persiapan Pasien
Dalam pemeriksaan radiografi tulang hidung tidak memerlukan persiapan khusus, cuma
membebaskan semua logam, plastik dan semua objek lain dipindahkan dari kepala
(Bontrager, 2001).
B. Persiapan alat dan bahan
Pesawat sinar-X siap pakai dengan bucky table
Kaset yang dilengkapi screen ukuran 18 x 24 cm

Marker R / L

Prosesing film

Film occlusal ukuran 6x7 cm (Ballinger 1995).

3. Proyeksi Radiograf Tulang Hidung


A. Proyeksi Lateral
Pasien semi prone diatas meja pemeriksaan dengan kepala dan kaki diatur dalam
posisi yang nyaman.
Tempelkan bagian lateral dari kepala pada meja pemeriksaan, pastikan objek yang
diperiksa masuk pada kaset.

Posisikan tulang hidung di tengah kaset, pastikan kepala dalam posisi true lateral serta
untuk kenyamanan posisikan tubuh dalam posisi oblik. Bila perlu letakkan soft bag di
bawah dagu, pastikan MSP (Mid Sagital Plane) paralel dengan meja
pemeriksaan. Interpupilary line tegak lurus dengan memposisikan infra orbita meatal
line tegak lurus di depan kaset.

Arah sinar tegak lurus terhadap kaset.

Titik bidik inchi (1,25 cm) di bawah nasion.

Jarak focus ke film 100 cm, eksposi saat diam.

Kriteria : tampak bayangan dengan struktur soft tissue, tampak sutura nasofrontal dan
tampak anterior nasal spine

B. Proyeksi Parietoacanthial (Metode Waters)


Pasien prone diatas meja pemeriksaan dengan kepala dan kaki diatur dalam posisi
yang nyaman. Ekstensikan kepala, posisikan dagu dan hidung menempel pada meja
pemeriksaan.
Posisikan kepala sampai lips-meatal line (LML) tegak lurus, orbito meatal line (OML)
membentuk sudut 55 dengan image reseptor. Posisikan Mid sagital Plane (MSP)
tegak lurus pada pertengahan grid atau meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi
atau kemiringan dari kepala.

Arah sinar tegak lurus dipusatkan keluar pada acantion.

Jarak focus ke film 100 cm. kolimasikan 1 inchi (2,5 cm) pada tulang wajah.

Kriteria : proyeksi parietoacanthial (waters method) dapat menampakkan bony nasal


septum, tulang petrom.

C. Proyeksi Superoinferior Tangential (Axial)


Posisi pasien duduk tegak diatas kursi dan bersandar di atas meja pemeriksaan atau
tidur prone diatas meja pemeriksaan. Letakkan dagu diatas kaset dan atur sudut kaset
yang tepat di bawah dagu.
Pastikan kaset tegak lurus dengan Glabella Alveolar Line (GAL). Mid Sagital Plane
(MSP) kepala tegak lurus terhadap arah sinar dan garis tengah kaset.

Arah sinar dipusatkan pada hidung dan sudutkan dengan tepat agar paralel dengan
Glabella Alveolar Line (GAL). Titik bidik menuju glabela menuju gigi atas bagian
depan.

Jarak fokus ke film 100 cm.

Kriteria : tampak tulang nasal bagian tengah dan distal dalam posisi tangensial
(tampak sedikit superposisi dengan glabela atau alveolar ridge) dan tampak soft tissue
hidung.

D. Proyeksi Lateral Dengan Film Occlusal


Penderita semi prone diatas meja pemeriksaan dengan tangan dan kaki diatur dalam
posisi yang nyaman. Kepala penderita diatur sehingga Mid Sagital Plane kepala
paralel terhadap meja pemeriksaan dan interpupilary line tegak lurus terhadap meja
pemeriksaan.
Mengatur film occlusal diatas spon diletakkan di sudut bawah supra orbital. Sudutsudut film dibuat tidak tajam, sehingga dapat diletakkan tanpa mengganggu
kenyamanan penderita. Sudut pinggir film diletakkan pada sisi hidung pada inner
canthus dan tekan bagian atas film sehingga paralel terhadap Mid Sagital Plane (MSP)
kepala.

Arah sinar vertikal tegak lurus kaset dengan titik bidik pada pada 0,25 inchi atau 1,9
cm dari distal nasion menuju tengah film, jarak focus ke film 90 cm dan eksposi saat
penderita diam.

Kriteria : tampak gambaran lateral tulang hidung dan jaringan lunak tanpa ada rotasi,
tampak spina nasalis anterior dan sutura fronto hidung.

E. Tangensial Intra Oral


Penderita duduk di atas meja pemeriksaan. Kepala penderita diatur sehingga Mid
Sagital Plane (MSP) dan Glabello Alveolar Line dalam posisi vertikal. Film occlusal
dimasukkan dalam mulut penderita kurang lebih 1 inchi atau 2,5 cm, kemudian
mengatur glabelo alveolar line tegak lurus terhadap film.
Penderita disuruh mengatupkan bibir dan gigi sehingga film terfiksasi.

Arah sinar horizontal tegak lurus terhadap film dengan titik bidik pada glabelo
alveolar line menuju tengah film. Jarak focus ke film 100 cm , eksposi saat diam.

Kriteria : tampak gambaran tulang hidung sedikit superposisi dengan tulang frontal
dan gigi atas.

TEKNIK RADIOGRAFI OSS MANUS & OSS WRIST JOINT


19.40 LALU RODI SEPTIADI No comments

ANATOMI TULANG MANUS


Tulang manus terdiri atas 27 tulang, yang dibagi menjadi:
3 (tiga) kelompok / bagian :
1. Phalanges / tulang jari tangan
- Phalang mempunyai batang dan dan dua ujung
- batangnya mengecil diarah ujung distal
- terdapat 14 (empat belas) phalang dibentuk oleh 5(lima) bagian tulang yang berhungan
dengan metacarpal, tiga pada tiap jari dan dua pada ibu jari
2. Metacarpal / tulang telapak tangan
terdapat 5 (lima) tulang metakarpal
setiap tulang mempunyai batang dan dua ujung
ujung yang bersendi dengan tulang karpal disebut ujung karpal dan membentuk sendi karpo
metakarpal
pada ujung distal bersendi dengan phalang (metacarpophalangeal joint)
TUJUAN PEMERIKSAAN RADIOLOGIS TULANG MANUS :
Untuk mengetahui struktur tulang manus secara radiologi dengan proyeksi tertentu , beserta
kelainan yang mungkin ada pada daerah tersebut, dimana kelainan dan perintah ini dilakukan
berdasarkan atas rekomendasi dokter yang berkompeten.
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA MANUS
Proyeksi Postero Anterior
- Film : 18 x 24
- Posisi pasien: pasien duduk menyamping meja pemeriksaan
- Posisi obyek : lengan dan tangan pasien diatur diatas ET, dan letakkan tangan yang
diperiksa diatas kaset dengan telapak tangan menempel pada permukaan kaset. Atur jari-jari
tangan agak merenggang satu sama lain. Untuk immobilisasi lengan pasien diberi sandbag.
- CR / berkas sinar vertikal tegak lurus terhadap obyek
- CP / titik bidik : metacarpophalageal joint ketiga
- FFD : 90 cm
- Marker R atau L
- Eksposi pada saat obyek tidak bergerak
- Struktur gambar yang terlihat :carpal, metacarpal dan phalang (kecuali phalang 1),
interartikulasi tangan, bagian distal radius dan ulna tampak pada posisi PA. untuk phalang 1
terlihat dalam keadaan oblik

- Evaluasi kriteria :
a. Tidak ada rotasi pada tangan:
Kelengkungan metacarpal dan phalang harus sama pada kedua sisi
Soft tissue harus tampak
b.Sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal terbuka,
indikasinya adalah tangan menempel pada kaset.
c. Phalang harus tampak jelas termasuk soft tissue-nya dan tidak saling overlap
d. Bagian distal radius dan ulna harus tampak
e. Radiograf harus mampu memperlihatkan jaringan lunak/soft tissue dan
trabekula tulang
2. Proyeksi Lateral Ekstensi
Film : 18 x 24
- Posisi pasien: pasien duduk menyamping meja pemeriksaan
- Posisi obyek : lengan dan tangan pasien diatur diatas ET, dan letakkan tangan
yang diperiksa diatas kaset dengan telapak tangan menempel pada permukaan
kaset. Atur jari-jari tangan agak merenggang satu sama lain. Untuk immobilisasi
lengan pasien diberi sandbag.
- CR / berkas sinar vertikal tegak lurus terhadap obyek
- CP / titik bidik : metacarpophalageal joint ketiga
- FFD : 90 cm
- Marker R atau L
- Eksposi pada saat obyek tidak bergerak
- Struktur gambar yang terlihat :
carpal, metacarpal dan phalanges (kecuali phalange digiti I) mengalami
overlaping antara satu dengan yang lain. Bagian distal os radius dan ulna terlihat
saling superposisi. Phalange I (thumb) dalam keadaan terpisah dengan phalange
lain. Posisi ini digunakan untuk melihat adanya corpus alienum.
Kriteria Evaluasi :
Tangan harus betul-betul dalam posisi lateral :
Phalange saling superposisi ( kecuali pada fan lateral dimana satu sama lain
saling terpisah)
Metacarpal superposisi
Distal radius dan ulna superposisi
Phalange I (thumb) bebas dari superposisi dan tidak mengalami kekaburan
karena pergerakan
Jari-jari dalam keadaan lurus
Kualitas radiograf harus mampu memperlihatkan batas-batas yang jelas antar
bagian.
Proyeksi Lateral Fleksi
Kaset yang digunakan berukuran 18 x 24 cm
Posisi pasien : pasien duduk menyamping meja pemeriksaan pada sisi tangan
yang akan diperiksa, lengan diatas meja pemeriksaan
Posisi obyek :
tangan diletakkan diatas kaset dengan sisi ulnar menempel pada kaset.

Pertengahan kaset pada metacarpophalangeal joint dan diatur sedemikian rupa


sehingga tangan betul-betul dalam posisi lateral. Jari jari diatur relaks dan
fleksi. Agar tangan tidak bergerak, pada lengan palsien diganjal sandbag. Agar
digiti I tidak bergerak, maka diganjal spon.
Pertengahan sinar: sinar tegak lurus menuju ke metacapophalangeal joint I.
Jarak fokus ke film 90 cm.
Struktur yang terlihat :
struktur tulang dan jaringan lunak dalam keadaan fleksi. Posisi ini digunakan
untuk melihat pergerakan arah fraktur (kearah anterior atau posterior) pada
daerah metacarpal.
Kriteria Evaluasi :
Tangan harus betul-betul dalam posisi lateral :
Phalange saling superposisi
Metacarpal superposisi
Distal radius dan ulna superposisi
Phalange I (thumb) bebas dari superposisi dan tidak mengalami kekaburan
karena pergerakan
Jari-jari tangan dalam keadaan fleksi
Kualitas radiograf harus mampu memperlihatkan batas-batas yang jelas antar
bagian.
Proyeksi Oblik Postero Anterior
Kaset yang digunakan berukuran 18 x 24 cm
Posisi pasien : pasien duduk menyamping meja pemeriksaan pada sisi tangan
yang akan diperiksa, lengan diatas meja pemeriksaan
Posisi obyek : tangan diletakkan diatas kaset dengan sisi ulnar menempel pada
kaset. Pertengahan kaset pada metacarpophalangeal joint dan diatur dari posisi
lateral diputar kearah medial sebesar 45 dan diganjal spon yang mempunyai
sudut kemiringan yang sama. Agar tangan tidak bergerak, pada lengan pasien
diganjal sandbag.
Pertengahan sinar : sinar tegal lurus menuju ke metacapophalangeal joint III.
Jarak fokus ke film 90 cm.
Struktur yang terlihat : tampak struktur tulang dan jaringan lunak dalam
keadaan oblik.
Proyeksi ini digunakan untuk melihat adanya kelainan patologi atau sebagai
informasi tambahan untuk kasus fraktur.
Kriteria Evaluasi :
Tangan dalam keadaan posisi oblik
Metacarpal tiga-empat, empat-lima sedikit superposisi
Proksimal dan distal metacarpal sedikit overlaping satu sama lain
Metacarpal kedua dan ketiga terpisah
Interphalangeal dan metacarpophalangeal joint membuka
Jari-jari tangan dalam keadaan sedikit terbuka sehingga jaringan lunak tidak
mengalami superposisi
Bagian distal ulna dan radius tampak
Kualitas radiograf harus mampu memperlihatkan jaringan lunak dan trabekula.
Proyeksi Oblik Antero Posterior (Metode Norgaard)

Proyeksi ini biasanya dinamakan proyeksi


BALL CATCHER
Proyeksi ini digunakan untuk deteksi awal adanya arthritis reumatik. Dalam
proyeksi ini disarankan digunakan teknik non-screen sehingga didapatkan
resolusi gambar yang tinggi. KVp rendah dipakai untuk mencapai kontras yang
optimal.
Kaset yang digunakan berukuran 24 x 30 cm, untuk kedua tangan sekaligus,
diatur melintang.
Posisi pasien : pasien duduk pada sisi meja pemeriksaan, lengan diatas meja
pemeriksaan
Posisi obyek : kedua tangan difoto sekaligus dengan posisi setengah tengadah
sebagai perbandingan. Letakkan spon dengan kemiringan 45 pada kedua sisi
tangan.
Pertengahan sinar : sinar tegak lurus menuju ke pertengahan kedua tangan.
Jarak fokus ke film 90 cm.
Struktur yang terlihat : tampak struktur tulang dan jaringan lunak kedua
tangan dalam keadaan oblik.
Kriteria Evaluasi :
Kedua tangan harus tampak baik daerah carpal maupun ujung jari.
Caput metacarpal bebas dari superposisi
Kualitas radiograf harus mampu memperlihatkan jaringan lunak dan trabekula.
Densitas pada caput metacarpal harus pada rentang densitas guna.

TEKNIK RADIOGRAFI TULANG PERGELANGAN TANGAN


(OSSA CARPALIA / WRIST JOINT)

Pemeriksaan rutin tulang karpal digunakan proyeksi antero posterior dan lateral.
Film yang digunakan berukuran 18 x 24 cm untuk dua proyeksi.
Carpalia / tulang pergelangan tangan / wrist joint
terdiri atas 8 tulang yang tersusun dalam 2 (dua) baris :
a. Bagian proksimal meliputi :
os navikular (tulang bentuk perahu)
os lunatum (tulang berbentuk bulan sabit)
os triquetrum (tulang berbentuk segitiga)
os psiforme (tulang berbentuk kacang)
b. Bagian Distal meliputi :
os multangulum mayus (tulang besar bersegi banyak)
os multangulum minus (tulang kecil segi banyak)
os kapitatum ( tulang berkepala)
os hamatum (tulang berkait)
Proyeksi Antero Posterior
Posisi pasien : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan

Posisi Obyek : lengan dan tangan diatur antero posterior diatas meja
pemeriksaan. Tulang tangan diatur dalam posisi AP diatas film, bagian dorsal jarijari tangan diganjal dengan alat bantu segitiga atau bantal pasir agar tulang
pergelangan tangan menempel pada film.
CR : diatur vertikal tegak lurus terhadap obyek
CP : pertengahan area tangan yang diperiksa
FFD : 90 cm
Kriteria yang tampak : tulang pergelangan tangan terproyeksi antero posterior,
jarak antar-tulang metakarpal tampak lebih renggang karena dengan arah sinar
dari bagian ventral celah-celah tersebut lebih paralel terhadap sinar-x yang
divergen.
Proyeksi Postero Anterior
Posisi pasien : pasien duduk di tepi meja pemeriksaan
Posisi obyek : lengan dan tangan diatur antero posterior diatas meja
pemeriksaan. Tulang tangan diatur dalam posisi PA diatas film, dibawah telapak
tangan diberi pengganjal spon kecil agar tulang pergelangan tangan menempel
pada film.
CR : diatur vertikal tegak lurus terhadap obyek
CP : pertengahan area tangan yang diperiksa
FFD : 90 cm
Kriteria yang tampak : tulang pergelangan tangan terproyeksi postero anterior
tulang pergelangan tangan, bagian distal radius dan ulna.
Proyeksi Lateral
Posisi pasien : pasien duduk ditepi meja pemeriksaan. Siku diatur fleksi 90
Posisi obyek : tulang pergelangan tangan diatur dengan lateral
CR : vertikal tegak lurus terhadap obyek menuju ke pertengahan kaset
CP : tepat mengenai pertengahan tulang pergelangan tangan yang diperiksa.
FFD : 90 cm
Kriteria yang tampak : gambar radiografi lateral tulang pergelangan tangan,
ujung distal radius dan ulna saling tumpang tindih.
Bending Position
Ulnar Fleksi
Posisi pasien : pasien duduk disamping / ujung meja pemeriksaan
Posisi obyek : letakkan daerah wrist dengan proyeksi PA pada pertengahan
kaset. Putar tangan ke arah ulnar
CR : vertikal tegak lurus kaset (untuk mengetahui arah pergerakan garis
fraktur, penyudutan kadang diperlukan, yakni 10 - 15 cranial atau caudad.
CP : dipertengahan area yang diperiksa
FFD : 90 cm
Struktur yang terlihat : posisi ini memperbaiki pemendekan navicular, celah
sendi carpal membuka
Radial Fleksi
Posisi pasien : pasien duduk disamping / ujung meja pemeriksaan
Posisi obyek : letakkan daerah wrist dengan proyeksi PA. putar tangan ke arah
radius.
CR : vertikal tegak lurus pertengahan kaset
CP : pertengahan area yang diperiksa

Struktur yang terlihat : interspace antar carpal pada sisi medial terbuka.
Proyeksi PA Oblik
Gunakan alat bantu / spon dengan kemiringan sudut 45.
Posisi pasien : duduk disamping atau ujung meja pemeriksaan
Posisi obyek : letakkan pergelangan tangan yang diperiksa dengan bagian ulna
menempel pada kaset. Dari proyeksi lateral, putar tangan 45 kearah anterior.
CR : vertikal tegak lurus kaset
CP : pada permukaan anterior antara sisi medial dan lateral
FFD : 90 cm
Struktur yang terlihat : tampak carpal dalam posisi lateral, terutama navikular,
distal radius dan ulna tampak.
Proyeksi AP Oblik
Posisi pasien : duduk disamping atau ujung meja pemeriksaan
Posisi obyek : letakkan tangan yang akan diperiksa dengan posisi lateral. Putar
tangan ke posterior sehingga sisi dorsal carpal menempel kaset.
CR : vertikal tegak lurus kaset
CP : pada permukaan anterior antara sisi medial dan lateral
FFD : 90 cm
Struktur yang terlihat :
carpal pada sisi medial terlihat (triquetrum, hamate, dan psiforme bebas dari
superposisi)
distal radius-ulna, metakarpal proksimal tampak
kualitas radiograf harus mampu menunjukkan soft tissue dan trabekula.

TEKNIK RADIOGRAFI ANTEBRAKHI & ELBOW JOINT


19.43 LALU RODI SEPTIADI No comments

TEKNIK RADIOGRAFI ANTEBRAKHI


Anatomi Tulang Antebrakhi
Antebrakhi merupakan tulang lengan bawah yang panjang, yang terdiri dari 2 pipa, yaitu :
1. Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan
ujung. Tulang ulna berada di bagian medial dari lengan bawah dan lebih panjang dari tulang
radius. Kepala ulna berada di bagian bawah. Ujung ulna kuat dan tebal, dan termasuk tulang
pembentuk sendi siku (elbow joint).
2. Radius atau tulang pengumpil berada di sisi lateral lengan bawah, merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan ujung dan lebih pendek dari ulna.
Tujuan Pemeriksaan Ossa Antebrakhi
Untuk mengetahui struktur tulang antebrakhi secara radiologi dengan proyeksi tertentu,
beserta kelainan yang mungkin terjadi pada daerah tersebut.
Indikasi Pemeriksaan
- Fraktur
- Fissure
- Corpus Alienum
- Kelainan patologi
1. PROYEKSI ANTERO POSTERIOR
-Kaset : 24 x 30 cm untuk 2 proyeksi
-PP : Pasien duduk menyamping di meja pemeriksaan, lengan bawah yang akan difoto
diletakkan full ekstensi di atas kaset.
-PO : Objek yang difoto diletakkan dalam posisi true AP. Wrist dan elbow masuk dalam
lapangan penyinaran. Lengan tidak rotasi.
- CR : vertikal tegak lurus kaset
- CP : pada pertengahan lengan bawah
-FFD : 90 cm
-Kriteria Evaluasi :
>> Wrist dan distal humerus masuk dalam lapangan penyinaran
>> Epicondilus humerus tidak mengalami foreshortening maupun elongation
>> Densitas radiograf antara proksimal dan distal harus sama.
2. PROYEKSI LATERAL
-Kaset : 24 x 30 membujur untuk 2 proyeksi
-PP : Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan. Lengan bawah yang akan difoto
diletakkan di atas kaset.
-PO : Objek yang akan difoto diposisikan true lateral. Elbow flexi 90 derajat. Wrist dan
elbow masuk dalam lapangan penyinaran. Lengan tidak rotasi
-CR : tegak lurus kaset
-CP : pertengahan tulang lengan bawah

FFD : 100 cm
-Kriteria evaluasi :
>> Wrist dan distal humerus
>> Radius ulna superposisi pada ujungnya
>> Caput radius superposisi dengan proc. Coronoid
>> Epicondilus humerus superposisi
>> Kualitas radiograf dapat menunjukkan soft tissue dan trabekula tulang baik pada tulang
radius maupun ulna.

TEKNIK RADIOGRAFI ELBOW JOINT


Anatomi Tulang Elbow Joint
Elbow joint atau sendi siku merupakan sendi kompleks dengan 3 permukaan tulang yang
bersendi dalam kapsul sendi. Sendi siku terdiri atas 3 sendi, yaitu :
1. Articulatio humero radialis
2. Articulatio humero ulnaris
3. Articulatio humero proksimal
Kapsula sendi yang tipis dan longgar meliputi permukaan sendi. Kedua epycondilushumerus
terletak di luar kapsul. Dalam gerakan sendi radius diangkat ke belakang dank e depan
bersama dengan ulna. Gerakan yang terjadi oada siku adalah flexi dan ekstensi.
Indikasi Pemeriksaan
1. Dislokasi/luksasi
2. Fraktur
3. Fissure
4. Kelainan patologi
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui struktur tulang elbow joint secara radiologi dengan proyeksi tertentu,
beserta kelainan yang mungkin terjadi pada daerah tersebut.
Proyeksi Antero Posterior
-Kaset : 24 x 30 cm melintang untuk 2 proyeksi
-PP : Duduk menyamping di tepi atau ujung meja pemeriksaan
-PO : Lengan yang diperiksa diposisikan true AP dan atur elbow joint di tengah kaset. Atur
lengan pasien benar-benar true AP sehingga permukaan anterior elbow parallel dengan
bidang film.
-CR : vertikal tegak lurus kaset
-CP : pada pertengahan elbow joint
-FFD : 90 cm
- Struktur yang terlihat : elbow joint terproyeksi AP, distal humerus dan proksimal radius ulna
tampak.
-Kriteria Evaluasi :
>> Caput, collum dan tuberositas radius superposisi dengan proksimal ulna

>> Epycondilus humerus tindak mengalami rotasi


>> Soft tissue dan trabekula tampak
Proyeksi AP Jika Pasien Tidak Bisa Full Ekstensi
-Kaset : 24 x 30 cm untuk 2 proyeksi
-PP : Pasien duduk menyamping di meja pemeriksaan, elbow yang akan difoto diletakkan di
atas kaset.
-PO : Elbow di[osisikan AP, humerus parallel menempel kaset. Dibawah wrist diberi
pengganjal sehingga elbow membentuk sudut kurang dari 45 derajat terhadap kaset. Lengan
tidak rotasi.
-CR : vertikal tegal lurus kaset
CP : 2 cm distal dari garis kedua epicondylus
FFD : 100 cm
Proyeksi AP denganForearm Paralel Film
-Kaset : 24 x30 cm melintang untuk 2 proyeksi
-PP : berdiri menghadap meja pemeriksaan, elbow yang akan diperiksa diletakkan di atas
kaset
-PO : elbow diposisikan AP di pertengahan kaset dengan forearm parallel menempel kaset.
Humerus dan permukaan kaset membentuk sudut 45 derajat
CR : vertikal tegak lurus kaset
-CP : 2 cm ke arah distal dari epicondylus
-FFD : 100 cm
Proyeksi Lateral
-Kaset : 18 x24 cm melintang untuk 2 proyeksi
-PP : Pasien duduk menyhamping meja pemeriksaan, elbow yang akan difoto diletakkan flexi
90 derajat di atas kaset.
-PO : Objek diletakkan di pertengahan kaset dalam posisi true lateral
-CR : vertikal tegak lurus kaset
-CP : 4 cm ke medial dari bagian posterior olekranon
-Struktur yang terlihat : elbow joint terproyeksi lateral, distal humerus
-Kriteria Evaluasi :
>> Sendi elbow terbuka tepat di pertengahan film
>> Elbow flexi 90 derajat
>>Epicondylus humerus superposisi
>>Tuberositas radius menghadap kea rah anterior
>>Caput radius sebagian superposisi dengan proc. Coronoid
>>Proc. Olecranon terlihat jelas
Proyeksi Oblik Medial
-Kaset : 18 x 24 cm dipasang melintang untuk 2 proyeksi
-PP : duduk menyamping di tepi meja pemeriksaan
-PO : elbow di permukaan kaset , dari posisi AP dipronasikan sehingga telapak tangan
menempel meja. Permukaan anterior elbow joint membentuk sudut 45 derajat sehingga Proc.
Coronoid bebas dari superposisi dengan caput radius.
-CR : vertikal tegak lurus dengan pertengahan kaset
-CP : pertengahan elbow joint
-FFD : 90 cm
-Struktur yang terlihat : elbow joint terproyeksi oblik dan proc. Coronoid tidak dari

superposisi
-Kriteria Evaluasi :
>> Proc. Coronoid terbebas dari superposisi
>>Epicondylus medial os humerus mengalami elongation
>> Caput dan collum radius superposisi dengan ulna
>>Proc. Olecranon harus terlihat di pertengahan fossa olecranin
>> Soft tissue dan trabekula tampak
Proyeksi Oblik Lateral
-Kaset : 18 x 24 cm melintang untuk 2 proyeksi
-PP : duduk menyamping di tepi meja pemeriksaan
-PO : posisikan elbow dari posisi AP kea rah lateral sehingga permukaan posterior elbow
joint membentuk sudut 40 derajat
-CR : vertikal tegak luruske pertengahan kaset
-CP : pertengahan elbow joint
-FFD : 90 cm
-Struktur terlihat : elbow joint terproyeksi oblik dengan caput radius superposisi dengan ulna
-Kriteria Evaluasi :
>>Caput, collum dan tuberositasius terproyeksi bebas dari ulna
>> Sendi elbow terbuka
>> Soft tissue dan trabekula tampak

TEKNIK RADIOGRAFI OSS HUMERUS


19.51 LALU RODI SEPTIADI No comments

TEKNIK RADIOGRAFI OS. HUMERUS

Indikasi pemeriksaan :
1. Dislokasi/luksasi
2. Fraktur , fissure
3. Kelainan patologi
Tujuan pemeriksaan humerus :
Untuk mengetahui struktur os humerus dengan proyeksi tertentu beserta kelainan yang
mungkin ada pada daerah tersebut.
AP
PP : berdiri
PO : Lengan bawah dan tangan diatur dalam posisi AP
CR : Horisontal tegak lurus
CP : Pertengahan obyek
FFD : 90cm
Struktur yang terlihat : keseluruhan tulang humerus ( kedua sendi harus tampak ) tampak
dalam posisi AP
Kriteria evaluasi :
a. Elbow dan shoulder joint masuk dalam lapangan penyinaran
b. Humerus dalam posisi true AP :
Epicondylus terlihat maksimal dan tidak mengalami rotasi
Tuberositas mayor dan minor terlihat jelas
Tuberositas minor terletak antara caput humerus dan tuberositas mayor
c. Sinar yang divergen menyebabkan elbow joint sebagian tertutup
LATERAL
PP : Berdiri
PO : Tangan diletakkan di pinggang, sehingga sendi siku membentuk sudut.
CR : Horisontal
CP : Pertengahan obyek yang diperiksa
FFD : 90cm
Struktur yang terlihat : Tampak gambaran lateral humerus, caput humerus menghadap ke
posterior, tampak elbow joint.
Kriteria evaluasi :
a. Elbow dan shoulder joint masuk dalam lapangan penyinaran
b. Humerus dalam posisi true lateral
Epicondylus superposisi
Tuberositas minor jelas
Tuberositas mayor superposisi
PROYEKSI TRANSTHORACIC LATERAL
( Metode Lawrence )

Digunakan apabila lengan atas tidak bisa di abduksi untuk proyeksi lateral
Film : 18 x 24cm / 24 x 30cm + grid
PP : Berdiri atau duduk menyamping
PO : Lengan yang dipriksa menempel kaset. Angkat lengan yang tidak diperiksa diletakkan
di atas meja.
CR : Horisontal tegak lurus kaset
CP : Pertengahan obyek yang diperiksa
FFD : 90cm
Exposi pada saat full inspirasi dan tahan napas untuk mempertahankan kontras dan
menurunkan faktor eksposi
Struktur yang terlihat : Tampak - 2/3 proksimal humerus dalam proyeksi lateral dan
melewati thorax.
Kriteria evaluasi :
a. Proksimal humerus tampak
b. Humerus dalam posisi lateral
c. Batas garis humerus tampak jelas menembus ribs dan lapangan paru
d. Humerus dan shoulder yang tidak diperiksa tidak superposisi dengan obyek yang diperiksa
e. Humerus tidak superposisi dengan vertebra thoracal

TEKNIK RADIOGRAFI SHOULDER JOINT

Indikasi pemeriksaan :
1. Dislokasi/luksasi
2. Fraktur , fissure
3. Kelainan patologi
Tujuan pemeriksaan humerus :
Untuk mengetahui struktur shoulder joint dengan proyeksi tertentu beserta kelainan yang
mungkin ada pada daerah tersebut.
AP
Film : 24 x 30cm + grid
PP : Berdiri
PO : Atur letak kaset sehingga coracoid processus tepat dipertengahan fil/kaset. Bahu yang

diperiksa juga menempel kaset.


CR : vertikal tegak lurus
CP : Pada pertengahan scapulohumeral joint ( 2cm distal dari coracoid process dan 2cm dari
sisi lateral).
FFD : 100 cm
AP EKSTERNAL ROTASI
Film : 24 x 30cm + grid
PP : Duduk atau berdiri
PO : Obyek yang akan di foto diletakkan di pertengahan kaset pada posisi true AP . Posisi
lengan secara anatomis. Dari posisi anatomis lengan bawah dirotasi ke luar tubuh.
CR : vertikal tegak lurus
CP : Pada pertengahan scapulohumeral joint (2,5 cm distal dari coracoid process)
FFD : 100 cm
AP INTERNAL ROTASI
Film : 24 x 30cm + grid
PP : Duduk atau berdiri
PO : Obyek yang akan di foto diletakkan di pertengahan kaset pada posisi true AP . Posisi
lengan secara anatomis. Dari anatomis lengan bawah di rotasi dalam tubuh hingga
epicondylus tegak lurus kaset
CR : Vertikal tegak lurus
CP : Pada pertengahan scapulohumeral joint ( 2,5 cm distal dari coracoid process )
FFD : 100 cm

teknik radiografi pedis dan angkle joint


23.00 LALU RODI SEPTIADI No comments

TEKNIK RADIOGRAFI PEDIS


Anatomi tulang pedis/telapak kaki
A. Tulang pedis disusun oleh tulang:
1. Tulang tarsal (tulaang pangkal kaki)
Tulang-tulang ini merupakan tulang pendek dan mendukung berat badan sendiri.Ada tujuh
tulang yang dinamakan juga sebagai tulang tarsus.Ada tujuh tulang yang menyusun tulang
tarsal yaitu:
a. Kalkaneus atau tulang terbesar dari telapak kaki.Sebelah atas bersendi dengan talus dan
didepannya bersendi dengan cuboit.
b. Talus merupakan pusat dan titik tertinggi dari telapak kaki.Tulang ini mendukung tibia dan
disetiap sisi bersendi dengan maleolus dibawah dengan calcaneus.
c. Navicular berada disebelah medial kaki antara talus disebelah belakang dan tiga tulang
kuncifrom didepan.
d. Tiga tulang kunciform(kuncifrom lateral,medial,intermediet),bersendi posterior dengan
navicular dan anterior dengan tiga tulang metatarsal yang didepan.
e. Cuboit ada disebelah lateral kaki,posterior bersendi dengan calcaneus dan didepan bersendi
dengan kedua metatarsal yang disebelah lateral.
2. Tulang metatarsal
Terdapat lima tulang metatarsal.ujung proksimal bersendidengan tulang tarsal dan ujungdistal
bersendi dengan basis phalanx proksimal.Metatarsal pertama terpendek dan kedua paling
panjang.
3. Phalang
Sama dengan jari-jari tangan namun lebih pendek.Tersusun 14 tulang.
B. Indikasi Pemeriksaan :
1. Fraktur
2. Fisure
3. Kelainan Patologis
4. Kemasukan Benda Asing
1. PROYEKSI AP (DORSOPLANTAR)
a. Kaset : 18x24cm
b. Posisi pasien : supine atau duduk,kaki yang diperiksa difeksikan,telapak kaki yang
diletakan diatas permukaan kaset.Kaki yang tidak diperiksa diluruskan.
c. Posisi objek : Kaki menapak pada permukaan kaset,pertengahan kaset diatur setinggi basis
metatarsal digit III.
d. CR : Vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP : Pada basis metatarsal III
f. FFD : 90-100cm
g. Eksposi : Pada Saat objek tidak bergerak.
2. Lateral (Mediolateral)
a. Kaset : 24x30cm
b. Posisi pasien : Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan,bertumpu pada sisi kaki yang

akan diperiksa.
c. Posisi objek : Pertengahan kaset diatur selevel dengan pertengahan kaki,kaki diatur
sehingga permukaan plantar kaki tegak lurusfilm.
d. CR : Vertikal tegak lurus dengan kaset.
e. CP : Proximal metatarsal digit III
f. FFD : 90-100cm
g. Eksposi : pada saat objek tidak bergerak.
3. Lateral(lateromedial)
a. Kaset : 24x30cm
b. Posisi pasien : Posisi pasien supine atau juga duduk diatas meja pemriksaan.
c. Posisi objek : OS.pedis true lateral,sisi medial pedis menempel pada kaset horizontal.
d. CR : vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP : Proximal metatarsal digit III
f. FFD : 90-100cm
g. Eksposi : pada saat pasien/objek tidak bergerak.
4. Lateromedial(metode weight bearing)
a. Kaset : 24x30cm atau 18x24
b. Posisi pasien : Posisinya standing upright/berdiri tegak.
c. Posisi objek : kaset diletakkan pada pertengahan OS cruris.
d. CR : Horizontal tegak lurus dengan kaset
e. CP : Setinggi metatarsal III
f. FFD : 90-100cm
g. Eksposi : Pada saat pasien/objek tidak bergerak.
5. AP OBLIK(Medial rotation)
a. Kaset : 24x30cm
b. Posisi pasien : Pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan knee difleksikan
c. Posisi objek : Dirotasikan kaki dari arah medial ke permukaan plantar pedismembentuk
sudut 30 dengan bidang kaset basemetatarsal III dipertengahan kaset(Medial Rotation).
Dirotasikan kaki kearah lateral sehingga permukaan plantar dari pedis membentuk sudut 30
dengan bidang kaset,basemetatarsal tepat pada pertengahan kaset(Lateral Rotation).
d. CR : Vertikal tegag lurus dengan kaset
e. CP : Pada basis metatarsal III
f. FFD : 90-100cm
g. Eksposi : Pada saat pasien/objek diam
6.PLANTODORSAL OBLIK
a. Kaset :18x24cm
b. Posisi pasien :Porne atau tidur telungkup
c. Posisis objek :Kaki yang tidak diperiksa diangkat kemudian sisi dorsal kaki diletakkan
diatas permukaan kaset.Pertengahan kaset diatur pada basis metatarsal III
d. CR :Vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP :Pada basis metatarsal III
f. FFD :90-100cm
g. Eksposi :Pada saat pasien/objek diam
7.AXIAL DORSOPLANTAR(COMPOSITE)
a. Kaset :18x24cm atau 24x30cm
b. Posisi pasien :pasien berdiri,kaki yang diperiksa menapak pada kaset.

c. Posisi objek :Garis tengah kaset diatur sejajar dengan sumbu panjang kaki
d. CR dan CP :Tabung X-ray berada di depan pasien kemudian pasien disudutkan 15 kearah
posterior.Titik bidik pada scapoid/navicular
e. FFD :40cm(untuk menghilangkan gambaran cruris).

TEKNIK RADIOGRAFI ANKLE JOINT


Anatomi sendi pergelangan kaki
Dibentuk antar ujung bawah tibia serta malleolus medialis dan medialis dan malleolus
laterlalis dari fibula. Kapsul sendi diperkuat oleh ligamen-ligamen. Pada saat legamen terkilir
ligamen-ligamen ini sering mengalami robekan.
Indikasi: Fraktur, Dislokasi, Rematoid athristis, kelainan patologi.
PROYEKSI:
1. ANTERO POSTERIOR
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Pasien berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan/duduk.
c. POSISI OBJEK
Telapak kaki dalam keadaan vertikal dengan tumit menempel kaset,ankle diatur benar-benar
true AP.
d. CR
Vertikal tegak lurus dengan kaset.
e. CP
Pertengahan kedua malleolus
f. FFD
90-100cm.

g. EKSPOSI
Pada saat pasien diam.
2. LATERAL
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Pasien semi porn atau duduk diatas meja.
c. POSISI OBJEK
Ankle joint yang akan difoto diatur benar-benar lateral malleolus lateralisnya menempel pada
kaset.
d. CP
Malleolus lateralis.
e. CR
vertikal tegak lurus.
f. FFD
90-100cm
g. EKSPOSI
Pada saat pasien diam
3. LATEROMEDIAL
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Pasien berbaring setengah tengkurap diatas meja pemeriksaan dengan ankle joint yang akan
difoto dekat dengan meja pemeriksaan dalam posisi lateral.
c. POSISI OBJEK
Ankle joint yang akan difoto diatur true lateral dengan malleolus medialis menempel pada
oertengahan kaset.
d. CP
Pada malleolus medialis
e. CR
Vertikal tegak lurus dengan kaset
f. FFD
90-100cm
g. EKSPOSI
Pada saat pasien diam.

4. OBLIK
OBLIK MEDIALIS
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Pasien berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan/duduk
c. POSISI OBJEK
Telapak kaki rotasi 20-45kearah medial
d. CR
Vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP
Ankle joint pertengahan kaset(pertengahan kedua malleolus)
f. FFD

90-100cm
g. EKSPOSE
Pada saat pasien diam
OBLIK LATERAL
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Pasien berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan/duduk
c. POSISI OBJEK
Telapak kaki dirotasikan 45kearah lateral
d. CR
Vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP
Ankle joint pertengahan film(pertengahan kedua malleolus)
f. FFD
90-100cm
g. EKSPOSE
Pada saat pasien diam
5. AP Mortise
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Pasien supine atau duduk
c. POSISI OBJEK
Kaki yang diperiksa lurus,telapak kaki rotasi internal sejauh15-20
d. CR
Vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP
Pada kedua malleolus
f. FFD
90-100cm
g. EKSPOSI
Pada saat pasien diam
6. Stress Studies
a. FILM yang digunakan 18x24cm
b. POSISI PASIEN
Supine atau duduk diatas meja pemeriksaan
c. POSISI OBJEK
Ankle joint diletakkan tapat pada pertengahan kaset
d. CR
Vertikal tegak lurus dengan kaset
e. CP
Titik tengah pada kedua malleolus
f. FFD
90-100cm
g. EKSPOSE
Pada saat pasien diam
Posted in: Catatan Radiografi

teknik radiografi calcaneus & cruris


23.05 LALU RODI SEPTIADI No comments

TEKNIK RADIOGRAFI CALCANEUS

Calcaneus plantodorsal
Pasien supine atau duduk, kaki full ekstensi
Ankle joint diposisikan tepat di tengah-tengah kaset(sesuaikan bila kaset dibagi
2)
CR pada base metatarsal III menyudut 40 derajat terhadap sumbu memanjang
kaki atau film
CALCANEUS LATERAL
( MEDIOLATERAL PROJECTION)
Pasien pada posisi lateral recumbent
Calcaneus yang diperiksa diposisikan di tengah-tengah kaset
Posisikan ankle true lateral, tampak dari posisi malleolus lateral kira-kira 1 cm
di posterior medial malleolus.
CR tegak lurus film pada titik 1 inchi di inferior malleolus medial
TEKNIK RADIOGRAFI CRURIS

ANTERO POSTERIOR (AP)


PP: Tidur terlentang di atas meja pemeriksaan.
PO:
Tubuh pasien di atur sehingga pelvis tidak rotasi.
Tungkai kaki yang akan diperiksa diatur dalam posisi true AP. Bila perlu pada
telapak kaki diganjal sandbag sebagai immobilisasi.
CR: Vertikal tegak lurus.
CP: Pertengahan cruris.

Kriteria:
Tampak gambaran cruris dalam profil AP, kedua sendi tampak (genu dan
ankle).
Ankle joint dan knee joint dalam posisi true AP.
Proximal tibia dan fibula dan distal tibia dan fibula sedikit overlap.
Trabekula tulang dan jaringan lunak tampak.
LATERAL CRURIS
PP: Pasien tidur miring kea rah kaki yang diperiksa.
PO:
Cruris diatur true lateral dengan patella tegak lurus dengan bidang horizontal.
Kaki yang lain dapat di tekuk di depan atau di belakang kaki yang diperiksa

dan diganjal sandbag untuk immobilisasi dan kenyamanan pasien.


CR: Vertikal tegak lurus.
CP: Pada pertengahan cruris.
Kriteria:
Tampak gambaran lateral cruris (tibia, fibula, dan kedua sendi tampak).
Fibula distal overlap dengan setengah bagian posterior tibia.
Caput fibula sedikit overlap dengan tibia (normal).
Shaft of tibia dan fibula tampak terpisah kecuali pada kedua persendian.

TEKNIK RADIOGRAFI SCAPULA & CLAVIKULA


19.48 LALU RODI SEPTIADI No comments

TEKNIK RADIOGRAFI SCAPULA


ANATOMI SCAPULA :
Scapula :
. Di lateral vertebra, di luar thorax
. Setinggi v.th I s/d VIII
. Bagian yang penting :
1.Spina, 2.Fosa Supra, 3.Infraspinosus,
4.Acromion, 5.Processus coracoid, 6.Cavitas Glenoidalis
TUJUAN PEMERIKSAAN :
Untuk mengetahui struktur tulang scapula secara radiologi dengan proyeksi tertentu ,
beserta kelainan yang mungkin ada pada daerah tersebut, dimana kelainan dan perintah ini
dilakukan berdasarkan atas rekomendasi dokter yang berkompeten.
INDIKASI PEMERIKSAAN:
Trauma skelet (rudapaksa skelet) : Fraktur, fissure, dislokasi
Kelainan Patologi dan fisiologi : Infeksi tulang dan sendi, tumor tulang dan lesi yang
menyerupai tumor tulang
Corpus alienum
PROYEKSI ANTERO POSTERIOR(AP)
Kaset : 24x30,membujur untuk satu proyeksi,grid
Posisi pasien : berdiri(up right),tiduran
Posisi objek : objek yang di foto di letakkan di pertegahan kaset pada posisi true AP,Posisi
lengan sesuai dengan posisi anatomi.dari posisi anatomi lengan di abduksi dan elbow
fleksisedangkan bagian dorsal manus menempel di kepala/dahi
Cp : pada pertengahan scapula(5 cm kebawah dari processus coracoids)
Cr : tegak lurus kaset
FFD : 90-100 cm
Kriteria :
Tampak gambaran scapula dengan proyeksi AP.
PROYEKSI PA OBLIQ
Kaset;24x30
Posisi pasien:berdiri atau tiduran
Posisi objek:dari posisi lateral,tubuh rotasi 45 derajat kearah anterior.Scapulohumeral joint
pada pertengahan kaset.lengan pada posisi yang di periksa sedikit abduksi sehingga bagian
proksimal humerus tidak super posisi dengan ribs.lengan yang tidak di periksa berpegangan
pada sandaran untuk mempertahankan posisi tubuh.
CP : pada pertengahan scapula(5 cm kebawah dari processus coracoids)
CR : tegak lurus kaset
FFD : 90-100 cm

Kriteria :
Tampak gambaran scapula dengan proyeksi PA oblik.Acromioclavikular joint,
Clavikula,Acromion , Coracoids processus,Humeral head,body scapula,inferior angulus
scapula.
PROYEKSI SCAPULA Y LATERAL
Kaset :24x30
Posisi pasien: pasien berdiri dengan sisi yang di priksa menempel kaset.posisi pasien obliq
dengan bagian depan tubuh menempel kaset.
Posisi objek: rotasi obliq tubuh pasien 45-60 derajat dari sisi anterior dengan permukaan
kaset.raba scapula pasien sehingga scapula benar-benar true lateral. Scapulohumeral joint
pada pertengahan kaset.lengan pada posisi yang di periksa sedikit abduksi sehingga bagian
proksimal humerus tidak super posisi dengan ribs.lengan yang tidak di periksa berpegangan
pada sandaran untuk mempertahankan posisi tubuh.
CR: tegak lurus .kaset
CP: pada pertengahan scapulohumeral joint
FFD: 90-100 cm
Kriteria :
Tampak gambaran scapula dengan proyeksi scapula y lateral.

TEKNIK RADIOGRAFI CLAVIKULA


ANATOMI CLAVIKULA :
.Menyerupai huruf S
.Di anterior bersendi dengan Manubrium Sterni
.di posterior bersendi dengan Acromion scapula
TUJUAN PEMERIKSAAN :
Untuk mengetahui struktur tulang clavikula secara radiologi dengan proyeksi tertentu ,
beserta kelainan yang mungkin ada pada daerah tersebut, dimana kelainan dan perintah ini
dilakukan berdasarkan atas rekomendasi dokter yang berkompeten
PROYEKSI ANTERO POSTERIOR (AP)
Posisi pasien: pasien berdiri tegak atau tiduran.bagian belakang shoulder yang di periksa
menempel kaset.
Posisi objek: posisikan clavikula yang di periksa di pertengahan kaset.kedua bahu pasien
sejajar dan tidak rotasi.
CR : tegak lurus kaset.
Cp: pada pertengahan clavikula.
FFD: 90-100 cm
KRITERIA :
Tampak gambaran clavikula dengan proyeksi AP.

PROYEKSI AP AXIAL
Tujuan: agar clavikula tidak superposisi dengam ribs.
Kaset: 24x30 cm
Posisi Pasien: pasien berdiri tegak atau tiduran.bagian belakang shoulder yang di periksa
menempel kaset.
Posisi Objek: posisikan clavikula yang di periksa di pertengahan kaset.kedua bahu pasien
sejajar dan tidak rotasi.
CR: 15-30 derajat kearah chepalad
CP : pada pertengahan clavikula
FFD: 90-100 cm
Kriteria :
Tampak gambaran clavikula dengan proyeksi AP axial.

Anda mungkin juga menyukai