Anda di halaman 1dari 7

Tingkat Kemandirian Pasien Mengontrol Halusinasi setelah Terapi

Aktivitas Kelompok

Dwi Handayani, Aat Sriati, Efri Widianti


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: e_free358@yahoo.com

Abstrak

Halusinasi merupakan gejala positif yang paling sering dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan bagian dari terapi modalitas yang diberikan pada pasien
skizofrenia yang mengalami halusinasi dengan tujuan tercapainya kemandirian pasien. Penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu melihat gambaran tingkat kemandirian pasien dalam mengontrol halusinasi setelah mengikuti
kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Sebanyak 42 orang menjadi responsden dengan
menggunakan teknik consecutive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan metode observasi, yang
dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh numerator. Analisis data dengan persentase dan dideskripsikan
dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kemandirian pasien dalam
mengontrol halusinasi setelah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
supportive 28,6%, partially 61,9%, dan wholly 9,5%. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tingkat
kemandirian pasien adalah partially sehingga perlu dikembangkan strategi-strategi dalam upaya peningkatan
kinerja perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga dapat menumbuhkan kemandirian pasien.

Kata kunci: Halusinasi, tingkat kemandirian, terapi aktivitas kelompok, stimulasi persepsi

The Independency Level of Patients in Controlling Hallucination After


Perceptual Stimulation Therapeutic Group Activity

Abstract

Hallucinations are positive symptoms most commontly experienced bypatients with psychiatric disorders. Perceptual
stimulation therapy group activities are part of the therapeutic modalities that are given to patients with schizophrenia
who experienced hallucinations in order to achieve independence of patient. This is a descriptive study which saw
the picture of the level of independence of the patients in the control hallucinations after following stimulation
group activity. The sampling technique used was consecutive sampling, in which 42 people were interviewed. The
process of data collection using the method of observation, which in practice researchers assisted by the numerator.
Analysis of the data with the percentage and frequency distribution are described in the table. The result showed
that the level of independence of patient hallucinations in controlling halluciantions after following stimulation
group activity therapy activity perception is supportive 28.6%, partially 61,9%, and wholly 9,5%. Based on the
findings that majority of patients a level of independence that is partially, developed strategies necessary in an effort
to increase the performance of nurses in the implementation of nursing actions that can foster patient independence.

Key words: Level of independence, hallucination, therapeutic group activity stimulation perception

56 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Dwi Handayani: Tingkat Kemandirian Pasien dalam Mengontrol Halusinasi

Pendahuluan delusi dan halusinasi.


Halusinasi merupakan gejala yang paling
Era globalisasi memberikan dampak yang sering muncul pada pasien dengan gangguan
positif dan negatif dalam kehidupan. jiwa. Respons yang ditimbulkan dari adanya
Semakin terbukanya interaksi antara negara halusinasi adalah kehilangan kontrol diri,
maju dan negara berkembang mengakibatkan yang mana dalam situasi ini pasien dapat
persaingan yang ketat terjadi dalam berbagai melakukan bunuh diri, membunuh orang lain,
aspek kehidupan terutama bidang ekonomi. bahkan merusak lingkungan (Hawari, 2003).
Persaingan kehidupan yang semakin ketat Penatalaksanaan yang tepat diharapkan dapat
ditambah dengan konflik yang terkait agama, meminimalkan dampak yang ditimbulkan
ras dan politik menjadi pemicu terjadinya dari halusinasi. Definisi di atas dapat
gangguan jiwa. Prevalensi gangguan jiwa disimpulkan bahwa halusinasi adalah respons
dari tahun ke tahun di berbagai negara yang maladaptive dimana seorang individu
menunjukan peningkatan. World Health memersepsikan suatu stimulus pancaindera
Organization (WHO) telah memerkirakan yang sebenarnya stimulus itu tidak ada.
terdapat sekitar 450 juta orang di dunia yang Penatalaksanaan yang tepat diharapkan dapat
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Data meminimalkan dampak yang ditimbulkan
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, dari halusinasi.
diperkirakan ada 19 juta penderita gangguan Perkembangan ilmu dan teknologi di
jiwa di Indonesia. Satu juta diantaranya bidang kedokteran dan keperawatan serta
mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
(Depkes, 2008). kesehatan yang lebih baik telah mendorong
Videbeck (2008) mendefinisikan gangguan tenaga keperawatan untuk memberikan
jiwa adalah sebagai suatu sindrom atau pelayanan keperawatan yang profesional. Terapi
pola psikologis atau perilaku yang penting modalitas merupakan suatu pendekatan yang
secara klinik yang terjadi pada seseorang digunakan dalam menangani pasien dengan
dan dikaitkan dengan adanya distres gangguan jiwa. Terapi modalitas merupakan
(misalkan gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu suatu pendekatan yang digunakan oleh tenaga
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi kesehatan dalam menangani pasien dengan
yang penting) atau disertai peningkatan gangguan jiwa. Menurut Perko dan Kreigh
risiko kematian yang menyakitkan. Fungsi (1988) dalam Susana dan Hendarsih (2012)
kejiwaan meliputi proses berpikir, emosi, terapi modalitas adalah suatu teknik atau
kemauan, perilaku psikomotorik, dan bicara. metode terapi psikis bagi individu dengan
Disimpulkan dari definisi diatas maka menyediakan suatu sarana yang efektif yang
diketahui bahwa gangguan jiwa adalah suatu memungkinkan pasien berubah menuju yang
sindrom atau pola psikologis yang berkaitan lebih baik.
dengan adanya gangguan pada fungsi Terapi modalitas merupakan proses
kejiwaan meliputi proses berpikir, emosi, pemulihan fungsi fisik, mental-emosional,
kemauan, psikomotorik, dan bicara. dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang
Skizofrenia merupakan gangguan mental dilakukan secara holistik. Pasien sebagai
yang sangat berat atau psikosis. Gangguan ini manusia yang meliputi biologis, psikologis,
ditandai dengan gejala-gejala positif seperti sosial dan spritual tentu saja memiliki
pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, masalah yang multikompleks, dengan
gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala demikian penanganannya pun tentu harus
negatif seperti avolition (menurunnya minat multidisipliner. Pemberian terapi baik
dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara, psikofarmakologi maupun keperawatan yang
miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, tepat dan akurat saja tidak cukup, tetetapi
serta terganggunya relasi personal (Arif, harus disusul dengan terapi modalitas yang
2006). Disimpulkan dari definisi di atas dipilih secara teratur dan kontinu sampai
bahwa skizofrenia sebagai gangguan mental berfungsinya kembali perilaku normatif yang
berat atau psikosis yang mengakibatkan stabil atau perilakunya adaptif. Keberhasilan
seorang individu mengalami gangguan dalam terapi psikis ini sangat tergantung pada
kognitif dan persepsi, sehingga muncul gejala adanya komunikasi antara perawat dan

Volume 1 Nomor 1 April 2013 57


Dwi Handayani: Tingkat Kemandirian Pasien dalam Mengontrol Halusinasi

pasien. Terapi modalitas yang diberikan pada Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
klien skizofrenia yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
adalah psikoterapi individu dan terapi diperoleh data sebanyak 3711 orang pasien
kelompok (Chaudhury, 2010). yang dirawat selama tahun 2011. Kasus yang
Terapi modalitas yang diberikan kepada paling banyak adalah skizofrenia dengan
klien skizofrenia yang mengalami halusinasi halusinasi yaitu 55,71%. Penatalaksanaan
adalah psikoterapi individu dan terapi yang dilakukan pada pasien rawat inap selain
kelompok. Terapi kelompok adalah metode farmakoterapi adalah psikoterapi individu
pengobatan yang dilakukan ketika klien dan terapi aktivitas kelompok.
ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. bertujuan untuk dapat meningkatkan tingkat
Fokus terapi kelompok adalah membuat klien kemandirian pasien dalam mengontrol
menjadi sadar diri, peningkatan hubungan halusinasi. Terapi aktivitas kelompok yang
interpersonal ini, membuat perubahan, atau dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
ketiganya. Terapi aktivitas kelompok dibagi Jawa Barat sudah terjadwal, untuk pelaksanaan
sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi stimulasi persepsi pada hari Rabu. Ruang
persepsi, stimulasi sensoris, orientasi realita, Cendrawasih dan Elang merupakan ruangan
dan sosialisasi (Keliat & Akemat, 2005). yang secara rutin melakukan terapi aktivitas
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi kelompok, sedangkan untuk ruang rawat
bertujuan untuk melatih klien memersepsikan inap tenang lain terapi aktivitas kelompok
stimulus yang disediakan atau stimulus yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan karena
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien sebagian pasien dikirim ke unit rehabilitasi.
dievaluasi dan ditingkatkan pada setiap sesi. Hasil wawancara dengan enam orang
Proses ini mengharapkan respons yang perawat yang berdinas di ruang Cendrawasih
muncul dari klien terhadap berbagai stimulus diperoleh informasi bahwa masih terdapat
dalam kehidupan menjadi adaptif. Ditinjau pasien yang sering melamun dan berbicara
dari pandangan kesehatan jiwa, target terapi sendiri. Tiga orang perawat yang berdinas
aktivitas kelompok ini adalah tercapainya di ruang Elang mengatakan bahwa pasien
kemandirian bagi pasien. yang mengalami halusinasi sebenarnya tahu
Kemandirian adalah suatu kondisi dimana cara untuk mengatasi halusinasi tetapi
seseorang tidak tergantung pada otoritas dan belum mampu untuk melakukannya secara
tidak membutuhkan arahan. Kemandirian mandiri. Hasil observasi yang dilakukan di
mencakup kemampuan untuk mengurus diri ruang Cendrawasih kepada 13 orang pasien
sendiri dan menyelesaikan masalahnya setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok
sendiri (Parker, 2006). Menurut Aswadi terhadap lima orang pasien yang mengalami
dalam Ika (2009) kemandirian seseorang halusinasi saat ditanyakan tentang bagaimana
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya menangani halusinasi, didapat data dua
jenis kelamin dan pendidikan. Seseorang orang pasien tersebut menyatakan tidak tahu,
yang berkembang dengan pola maskulin tiga orang dapat menjawab tetetapi tidak
cenderung lebih mandiri dibandingkan mampu mempraktikkan kegiatan menangani
dengan wanita yang sifatnya lemah lembut halusinasi tersebut. Penelaahan tentang
dan feminin. Postulat teori self care teori tingkat kemandirian pasien halusinasi yang
yang dikembangkan oleh Orem mengatakan telah mengikuti terapi aktivitas kelompok
bahwa self care tergantung dari perilaku menjadi penting untuk dilakukan.
yang telah dipelajari, individu berinisiatif
dan membentuk sendiri untuk memelihara
kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraannya Metode Penelitian
(Muhlisin & Indrawati, 2010). Pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian Penelitian mengenai tingkat kemandirian
adalah kemampuan seseorang untuk pasien dalam mengontrol halusinasi ini
mengontrol tindakan, perasaan dan memgambil menggunakan desain deskriptif yang
keputusan sendiri. meng-gambarkan suatu kejadian atau event

58 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Dwi Handayani: Tingkat Kemandirian Pasien dalam Mengontrol Halusinasi

dalam hal ini menggambarkan tingkat Orem, dimana terdapat 14 item pernyataan
kemandirian pasien halusinasi yang telah yang akan dinilai dengan pemberian skor nol
mengikuti terapi aktivitas kelompok persepsi dan satu. Skor tertinggi yang akan diperoleh
dalam mengontrol halusinasi. Penelitian ini adalah 14 dan skor terendah adalah nol.
dilaksanakan pada tanggal 30 November Peneliti membagi kategori mandiri menjadi
2012 sampai 14 Desember 2012 di ruang supportive dengan range 10–14, partially
rawat inap tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi dengan range 5–9, dan wholly dengan
Jawa Barat. range 0–4. Data yang diperoleh diurut dan
Penyajian data hasil penelitian ini bertujuan dimasukkan ke dalam suatu tabel dengan
menggambarkan tingkat kemandirian pasien bantuan perangkat lunak komputer.
halusinasi dalam mengontrol halusinasi
setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi halusinasi. Setelah itu Hasil Penelitian
dilakukan pembahasan yang menjelaskan
dan menguraikan analisis kemandirian pasien Data karekteristik responden dalam penelitian
dalam mengontrol halusinasi. ini meliputi jenis kelamin, usia dan tingkat
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pendidikan. Hasil penelitian ini diketahui
pasien dengan diagnosis halusinasi yang bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak
dirawat di ruang rawat inap tenang Rumah 28 responden (66,7%) berjenis kelamin laki-
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Teknik laki, sebagian besar responden berada dalam
sampling yang digunakan dalam penelitian rentang usia dewasa awal (18–40 tahun)
ini adalah consecutive sampling, yaitu yaitu sebanyak 35 responden (88,1%),
pengambilan sampel dengan memilih sampel dan hampir sebagian responden lulusan
yang sesuai kriteria penelitian sampai kurun SMP yaitu sebanyak 17 responden (40,1%)
waktu tertentu hingga memenuhi jumlah Hasil penelitian mengenai tingkat
sampel (Nursalam, 2011). Jumlah sampel kemandirian pasien halusinasi yang telah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
42 responden. Kriteria inklusi untuk sampel stimulasi persepsi dalam mengontrol
dalam penelitian ini adalah pasien dengan halusinasi dibagi menjadi tiga kategori. Hasil
diagnosis utama halusinasi yang dirawat penelitian mengenai tingkat kemandirian
kurang dari tiga bulan dalam rentang usia pasien halusinasi yang telah mengikuti
dewasa (25–60 tahun) serta telah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi
kegiatan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam mengontrol halusinasi adalah
persepsi sesi satu sampai sesi lima. Variabel supportive 12 orang (28,6%), partially 26
dari penelitian ini adalah tingkat kemandirian orang (61,9%), dan wholly 4 orang (9,5%)
pasien halusinasi yang telah mengikuti terapi dapat dilihat pada tabel 1.
aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam
mengontrol halusinasi. Melihat kemandirian
pasien halusinasi mengontrol halusinasi Pembahasan
akan dihitung dengan proporsi serta untuk
mendeskripsikan dalam tabel distribusi Menurut Yalom (1995) dalam Videbeck
frekuensi relatif . (2008) terapi kelompok memiliki hasil
Peneliti menggunakan lembar observasi yang terapeutik diataranya adalah mendapatkan
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori informasi atau pembelajaran baru,

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dalam Mengontrol Halusinasi (n = 42)


Tingkat Kemandirian Frekuensi Persentase (%)
Supportive 12 28,6
Partially 26 61,9
Wholly 4 9,5

Volume 1 Nomor 1 April 2013 59


Dwi Handayani: Tingkat Kemandirian Pasien dalam Mengontrol Halusinasi

mendapatkan inspirasi dan harapan, dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka,


berinterksi dengan orang lain, merasa diterima sehingga menurunkan perasaan terisolasi,
dan memiliki, dapat menyadari bahwa ia tidak perbedaan-perbedaan, dan meningkatkan
sendirian dan orang lain memiliki masalah keinginan pasien untuk berpartisipasi dan
yang sama, dan dapat memahami masalah bertukar pikiran tentang masalah orang
dan perilakunya dan bagaimana hal tersebut lain. Pasien menjadi anggota kelompok,
memengaruhi orang lain. dengan itu pasien dapat mempelajari cara
Parker (2006) mengungkapkan bahwa baru memandang masalah, cara koping
kemandirian memiliki ciri-ciri diantaranya: atau menyelesaikan masalah dan juga
tanggung jawab, independen, otonomi, dan membantunya mempelajari keterampilan
kemampuan untuk memecahkan masalah. interpersonal yang penting. Dukungan dan
Tanggung jawab merupakan perwujudan arahan yang memadai terhadap individu, dapat
kesadaran akan kewajiban, dengan mengikuti membuat individu tersebut terdorong untuk
kegiatan berkelompok pasien belajar untuk mencapai jalan keluar bagi permasalahan
memahami bahwa setiap individu memiliki yang dihadapi.
kewajiban atau tugas yang harus diselesaikan Penelitian ini memperoleh hasil bahwa
dan dipertanggungjawabkan hasilnya. Pasien kemadirian pasien dalam mengontrol
juga belajar untuk mengenal dan memahami halusinasi adalah partially dengan jumlah
masalah yang sedang dihadapinya serta responden 26 orang (61,9%). Partially
perilakunya dan bagaimana hal tersebut merupakan suatu keadaan dimana antara
memengaruhi orang lain. perawat dan klien melakukan perawatan
Independen merupakan suatu kondisi atau tindakan lain secara bersama, perawat
dimana seseorang tidak bergantung pada dan pasien memiliki peran yang besar
otoritas dan tidak membutuhkan arahan, untuk mengukur kemampuan melakukan
mencakup adanya ide untuk mengurus dirinya self care. Ketika diobservasi pasien yang
sendiri dan menyelesaikan masalahnya sedang mengalami halusinasi sebagian besar
sendiri. Pasien yang telah mengikuti kegiatan tidak mampu secara mandiri melakukan
berkelompok, diharapkan dapat memperoleh cara-cara mengontrol halusinasi yang telah
informasi dan pembelajaran yang baru dari diajarkan sebelumnya, setelah diingatkan
pengalaman anggota kelompok yang lain kembali pasien baru dapat mempraktikkan
sehingga dapat menumbuhkan inspirasi dalam cara-cara mengontrol halusinasi. Hal
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. tersebut disebabkan karena pada pasien
Otonomi merupakan kemampuan untuk dengan gangguan jiwa terjadi abnormalitas
menentukan arah sendiri. Ciri utama seseorang dalam perkembangan sistem saraf yang
yang memiliki otonomi yang baik antara lain berhubungan dengan respons neuron dan
kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, biologis yang maladaptive (Videbeck. 2008).
kemampuan untuk mengatur tingkah laku, Menurut konsep neurobiological ciri utama
dan kemampuan untuk mandiri. Mampu pada pasien yang mengalami skizofrenia
mengambil keputusan tanpa adanya campur memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari
tangan orang lain. Kelompok sebagai tempat rata-rata orang normal.
berbagi pengalaman dan saling membantu Lobus frontalis berfungsi sebagai “senior
satu sama lain untuk menemukan cara dalam eksekutif” dari otak dan kepribadian yang
menyelesaikan masalah, dengan mengikuti bertindak untuk memroses, mengintegrasikan,
kegiatan berkelompok pasien belajar untuk menghambat, berasimilasi dan mengingat
berinteraksi dengan orang lain, berdiskusi persepsi dan impuls yang diterima dari sistem
dengan anggota kelompok mengenai masalah limbik, striatum, lobus temporal, neokortek
yang dialami dan pada akhirnya pasien daerah penerima sensorik. Melalui asimilasi
menentukan sendiri keputusan yang akan dan perpaduan proses persepsi, kehendak,
diambil dalam menyelesaikan masalah yang kognitif, dan emosional, lobus frontalis
dihadapinya. terlibat dalam pengambilan keputusan dan
Pasien belajar mengenai keterampilan tujuan, memodulasi dan bentuk karakter dan
memecahkan masalah pada kegiatan kepribadian dan mengarahkan perhatian,
berkelompok. Anggota kelompok dapat menjaga konsentrasi dan berpartisipasi dalam

60 Volume 1 Nomor 1 April 2013


Dwi Handayani: Tingkat Kemandirian Pasien dalam Mengontrol Halusinasi

penyimpanan informasi dan pemanggilan pragmatis dalam memecahkan masalah bukan


memori. Apabila terjadi kerusakan pada hanya berdasarkan analisis logika semata.
lobus frontalis dapat mengakibatkan gairah Pasien yang mengalami gagguan jiwa
berlebihan atau berkurang, disintegrasi kemampuan kognitifnya berkurang karena
kepribadian dan emosional, kesulitan secara biologis ukuran lobus frontaslis lebih
memulai aktivitas, perhatian abnormal dan kecil dari rata-rata orang normal, karena
kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi, kondisi tersebut mengakibatkan gangguan
apatis berat atau euforia, rasa malu dan kognitif yang ditandai dengan disorientasi,
mengurangi kemampuan untuk memantau incoherent, dan sukar berfikir logis, sehingga
dan mengendalikan pikiran, ucapan, serta ketika mengalami halusinasi pasien tidak
tindakan, termasuk kehilangan memori. mampu untuk mengontrolnya secara mandiri.
Pasien yang mengalami halusinasi pada Dilihat dari karekteristik tingkat pendidikan
penelitian ini mengalami kesulitan untuk responden sebagian besar adalah SD dan SMP
dapat menerima informasi karena kurangnya hal ini memengaruhi kemampuan seseorang
kemampuan dalam konsentrasi, sehingga ketika untuk dapat menerima informasi. Meskipun
halusinasi yang dialami muncul kembali faktor pendidikan memengaruhi pola pikir
pasien tidak mampu mempraktikkan cara- dan pola pengambilan keputusan seseorang,
cara mengontrol halusinasi yang sebelumnya namun pada pasien yang mengalami
telah diajarkan. Melihat karekteristik jenis gangguan jiwa secara biologis memiliki
kelamin responden terbanyak pada penelitian lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata
ini adalah laki-laki. Laki-laki dan perempuan orang normal sehingga memengaruhi pada
mempunyai koping yang berbeda dalam kemampuan kognitif yang dimiliki.
menghadapi masalah. Perilaku koping Implikasi dari penelitian ini diharapakan
perempuan biasanya lebih ditekankan pada institusi keperawatan untuk membuat
usaha untuk mencari dukungan sosial dan strategi peningkatan kinerja perawat dalam
lebih menekankan pada agama, sedangkan melaksanakan tindakan keperawatan berupa
laki-laki lebih menekankan pada tindakan terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas
langsung untuk menyelesaikan pokok kelompok tersebut berupa stimulasi persepsi
permasalahan. sehingga akan menumbuhkan kemandirian
Pasien yang mengalami halusinasi pasien dalam mengontrol halusinasi. Perawat
mekanisme koping yang biasa dilakukan diharapakan mampu memodifikasi media
adalah regresi, proyeksi, dan menarik diri. yang digunakan dalam pelaksanaan terapi
Responden yang diobservasi sebagian besar aktivitas kelompok stimulasi.
mengalami regresi dan menarik diri, hal
tersebut terlihat pada perilaku pasien, ketika
mengalami halusinasi pasien cenderung Simpulan
menarik dari dari lingkungan sosial dan
kadang menunjukkan perilaku yang kurang Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
wajar seperti mondar-mandir tanpa tujuan bahwa sebagian besar pasien halusinasi
yang jelas, melakukan kegiatan yang memiliki kemandirian secara parsial (partially),
berulang-ulang tetapi kegiatan tersebut tidak di mana pasien dan perawat melakukan
selesai, menjerit histeris bahkan perilakunya perawatan secara bersama. Hasil penelitian
tidak terkendali. ini dapat dijadikan sebagai strategi dalam
Karekteristik usia responden sebagian memperbaiki dan meningkatkan kinerja
besar terdapat pada rentang usia dewasa perawat dalam pelaksanaan terapi aktivitas
awal (18–40 tahun). Rentang usia dewasa kelompok dan untuk penelitian selanjutnya
awal akan terjadi peningkatan kemampuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi data
dalam mempertimbangkan banyak hal dasar bagi penelitian mengenai faktor-faktor
ketika menghadapi masalah, sehingga dapat yang memengaruhi kemandirian pada pasien
bersikap lebih toleransi terhadap hal-hal halusinasi setelah mengikuti terapi aktivitas
yang tidak diinginkan. Masa dewasa awal kelompok stimulasi persepsi dan penelitian
terjadi integritas baru dalam berpikir, lebih mengenai intervensi untuk meningkatkan

Volume 1 Nomor 1 April 2013 61


Dwi Handayani: Tingkat Kemandirian Pasien dalam Mengontrol Halusinasi

kemandirian pasien dalam mengontrol jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.
halusinasi, sehingga diharapkan intervensi Muhlisin, A., & Indrawati. (2010). Teori self
keperawatan pada pasien halusinasi semakin care dari orem dan pendekatan dalam praktek
komprehensif. keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan, 2. ISSN
1979-2697.
Daftar Pustaka Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu keperawatan
Arif, I. S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika pedoman skripsi, tesis, dan instrumen
keluarga pasien. Bandung: Refika Aditama. penelitin keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes. (2008). Riset kesehatan dasar 2007.
Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan Orem, D.E. (2001). Nursing concepts of
kesehatan Republik Indonesia. practice. St. Louis: Mosby Company.
Hawari, D. (2003). Pendekatan holistik pada Parker, D. K. (2006). Menumbuhkan kemandirian
gangguan jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Balai dan harga diri anak. Jakarta: Prestasi Pustaka
Penerbit FKUI. karya.
Ika. (2009). Konsep kemandirian remaja dan pola Susana, S. A., & Hendarsih, S. (2012). Terapi
asuh orang tua. Diakses dari http://repositoty. modalitas keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:
upi.edu/operator/upload/s_a5051_044048_ EGC.
chapter2.pdf
Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar keperawatan
Keliat, B. A., & Akemat. (2005). Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

62 Volume 1 Nomor 1 April 2013

Anda mungkin juga menyukai

  • 10
    10
    Dokumen3 halaman
    10
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 9
    9
    Dokumen6 halaman
    9
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Dokumen53 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Dokumen53 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Dokumen53 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 10
    10
    Dokumen3 halaman
    10
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 10
    10
    Dokumen3 halaman
    10
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Askep Abses
    Askep Abses
    Dokumen9 halaman
    Askep Abses
    Alfrisca Kende
    Belum ada peringkat
  • Askep Abses
    Askep Abses
    Dokumen9 halaman
    Askep Abses
    Alfrisca Kende
    Belum ada peringkat
  • 11
    11
    Dokumen3 halaman
    11
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Sap GGK
    Sap GGK
    Dokumen8 halaman
    Sap GGK
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 7
    7
    Dokumen23 halaman
    7
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Resume Harian
    Resume Harian
    Dokumen5 halaman
    Resume Harian
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Resume Harian
    Resume Harian
    Dokumen5 halaman
    Resume Harian
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Askep Abses
    Askep Abses
    Dokumen9 halaman
    Askep Abses
    Alfrisca Kende
    Belum ada peringkat
  • Askep Abses
    Askep Abses
    Dokumen9 halaman
    Askep Abses
    Alfrisca Kende
    Belum ada peringkat
  • SAP Fraktur
    SAP Fraktur
    Dokumen15 halaman
    SAP Fraktur
    Meisya Fitri
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 5 Format Pengkajian Medikal Bedah Program Profesi Ners Universitas Tanjungpura
    Lampiran 5 Format Pengkajian Medikal Bedah Program Profesi Ners Universitas Tanjungpura
    Dokumen17 halaman
    Lampiran 5 Format Pengkajian Medikal Bedah Program Profesi Ners Universitas Tanjungpura
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • MMMMM
    MMMMM
    Dokumen19 halaman
    MMMMM
    Mochammad Adam Eldi
    Belum ada peringkat
  • SAP Fraktur
    SAP Fraktur
    Dokumen15 halaman
    SAP Fraktur
    Meisya Fitri
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Anastesi Pada Kraniotomi: Case Report
    Anastesi Pada Kraniotomi: Case Report
    Dokumen41 halaman
    Anastesi Pada Kraniotomi: Case Report
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Ulfa Kaka' Tersaiiank
    Belum ada peringkat
  • Referat Ileus Obstruktif
    Referat Ileus Obstruktif
    Dokumen41 halaman
    Referat Ileus Obstruktif
    putusanggra
    80% (10)
  • Cranioplasty Revisi
    Cranioplasty Revisi
    Dokumen16 halaman
    Cranioplasty Revisi
    Zhulfadli
    Belum ada peringkat
  • Cranioplasty Revisi
    Cranioplasty Revisi
    Dokumen16 halaman
    Cranioplasty Revisi
    Zhulfadli
    Belum ada peringkat
  • Cranioplasty Revisi
    Cranioplasty Revisi
    Dokumen16 halaman
    Cranioplasty Revisi
    Zhulfadli
    Belum ada peringkat