Aktivitas Kelompok
Abstrak
Halusinasi merupakan gejala positif yang paling sering dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan bagian dari terapi modalitas yang diberikan pada pasien
skizofrenia yang mengalami halusinasi dengan tujuan tercapainya kemandirian pasien. Penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu melihat gambaran tingkat kemandirian pasien dalam mengontrol halusinasi setelah mengikuti
kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Sebanyak 42 orang menjadi responsden dengan
menggunakan teknik consecutive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan metode observasi, yang
dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh numerator. Analisis data dengan persentase dan dideskripsikan
dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kemandirian pasien dalam
mengontrol halusinasi setelah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
supportive 28,6%, partially 61,9%, dan wholly 9,5%. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tingkat
kemandirian pasien adalah partially sehingga perlu dikembangkan strategi-strategi dalam upaya peningkatan
kinerja perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga dapat menumbuhkan kemandirian pasien.
Kata kunci: Halusinasi, tingkat kemandirian, terapi aktivitas kelompok, stimulasi persepsi
Abstract
Hallucinations are positive symptoms most commontly experienced bypatients with psychiatric disorders. Perceptual
stimulation therapy group activities are part of the therapeutic modalities that are given to patients with schizophrenia
who experienced hallucinations in order to achieve independence of patient. This is a descriptive study which saw
the picture of the level of independence of the patients in the control hallucinations after following stimulation
group activity. The sampling technique used was consecutive sampling, in which 42 people were interviewed. The
process of data collection using the method of observation, which in practice researchers assisted by the numerator.
Analysis of the data with the percentage and frequency distribution are described in the table. The result showed
that the level of independence of patient hallucinations in controlling halluciantions after following stimulation
group activity therapy activity perception is supportive 28.6%, partially 61,9%, and wholly 9,5%. Based on the
findings that majority of patients a level of independence that is partially, developed strategies necessary in an effort
to increase the performance of nurses in the implementation of nursing actions that can foster patient independence.
Key words: Level of independence, hallucination, therapeutic group activity stimulation perception
pasien. Terapi modalitas yang diberikan pada Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
klien skizofrenia yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
adalah psikoterapi individu dan terapi diperoleh data sebanyak 3711 orang pasien
kelompok (Chaudhury, 2010). yang dirawat selama tahun 2011. Kasus yang
Terapi modalitas yang diberikan kepada paling banyak adalah skizofrenia dengan
klien skizofrenia yang mengalami halusinasi halusinasi yaitu 55,71%. Penatalaksanaan
adalah psikoterapi individu dan terapi yang dilakukan pada pasien rawat inap selain
kelompok. Terapi kelompok adalah metode farmakoterapi adalah psikoterapi individu
pengobatan yang dilakukan ketika klien dan terapi aktivitas kelompok.
ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. bertujuan untuk dapat meningkatkan tingkat
Fokus terapi kelompok adalah membuat klien kemandirian pasien dalam mengontrol
menjadi sadar diri, peningkatan hubungan halusinasi. Terapi aktivitas kelompok yang
interpersonal ini, membuat perubahan, atau dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
ketiganya. Terapi aktivitas kelompok dibagi Jawa Barat sudah terjadwal, untuk pelaksanaan
sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi stimulasi persepsi pada hari Rabu. Ruang
persepsi, stimulasi sensoris, orientasi realita, Cendrawasih dan Elang merupakan ruangan
dan sosialisasi (Keliat & Akemat, 2005). yang secara rutin melakukan terapi aktivitas
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi kelompok, sedangkan untuk ruang rawat
bertujuan untuk melatih klien memersepsikan inap tenang lain terapi aktivitas kelompok
stimulus yang disediakan atau stimulus yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan karena
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien sebagian pasien dikirim ke unit rehabilitasi.
dievaluasi dan ditingkatkan pada setiap sesi. Hasil wawancara dengan enam orang
Proses ini mengharapkan respons yang perawat yang berdinas di ruang Cendrawasih
muncul dari klien terhadap berbagai stimulus diperoleh informasi bahwa masih terdapat
dalam kehidupan menjadi adaptif. Ditinjau pasien yang sering melamun dan berbicara
dari pandangan kesehatan jiwa, target terapi sendiri. Tiga orang perawat yang berdinas
aktivitas kelompok ini adalah tercapainya di ruang Elang mengatakan bahwa pasien
kemandirian bagi pasien. yang mengalami halusinasi sebenarnya tahu
Kemandirian adalah suatu kondisi dimana cara untuk mengatasi halusinasi tetapi
seseorang tidak tergantung pada otoritas dan belum mampu untuk melakukannya secara
tidak membutuhkan arahan. Kemandirian mandiri. Hasil observasi yang dilakukan di
mencakup kemampuan untuk mengurus diri ruang Cendrawasih kepada 13 orang pasien
sendiri dan menyelesaikan masalahnya setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok
sendiri (Parker, 2006). Menurut Aswadi terhadap lima orang pasien yang mengalami
dalam Ika (2009) kemandirian seseorang halusinasi saat ditanyakan tentang bagaimana
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya menangani halusinasi, didapat data dua
jenis kelamin dan pendidikan. Seseorang orang pasien tersebut menyatakan tidak tahu,
yang berkembang dengan pola maskulin tiga orang dapat menjawab tetetapi tidak
cenderung lebih mandiri dibandingkan mampu mempraktikkan kegiatan menangani
dengan wanita yang sifatnya lemah lembut halusinasi tersebut. Penelaahan tentang
dan feminin. Postulat teori self care teori tingkat kemandirian pasien halusinasi yang
yang dikembangkan oleh Orem mengatakan telah mengikuti terapi aktivitas kelompok
bahwa self care tergantung dari perilaku menjadi penting untuk dilakukan.
yang telah dipelajari, individu berinisiatif
dan membentuk sendiri untuk memelihara
kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraannya Metode Penelitian
(Muhlisin & Indrawati, 2010). Pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian Penelitian mengenai tingkat kemandirian
adalah kemampuan seseorang untuk pasien dalam mengontrol halusinasi ini
mengontrol tindakan, perasaan dan memgambil menggunakan desain deskriptif yang
keputusan sendiri. meng-gambarkan suatu kejadian atau event
dalam hal ini menggambarkan tingkat Orem, dimana terdapat 14 item pernyataan
kemandirian pasien halusinasi yang telah yang akan dinilai dengan pemberian skor nol
mengikuti terapi aktivitas kelompok persepsi dan satu. Skor tertinggi yang akan diperoleh
dalam mengontrol halusinasi. Penelitian ini adalah 14 dan skor terendah adalah nol.
dilaksanakan pada tanggal 30 November Peneliti membagi kategori mandiri menjadi
2012 sampai 14 Desember 2012 di ruang supportive dengan range 10–14, partially
rawat inap tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi dengan range 5–9, dan wholly dengan
Jawa Barat. range 0–4. Data yang diperoleh diurut dan
Penyajian data hasil penelitian ini bertujuan dimasukkan ke dalam suatu tabel dengan
menggambarkan tingkat kemandirian pasien bantuan perangkat lunak komputer.
halusinasi dalam mengontrol halusinasi
setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi halusinasi. Setelah itu Hasil Penelitian
dilakukan pembahasan yang menjelaskan
dan menguraikan analisis kemandirian pasien Data karekteristik responden dalam penelitian
dalam mengontrol halusinasi. ini meliputi jenis kelamin, usia dan tingkat
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pendidikan. Hasil penelitian ini diketahui
pasien dengan diagnosis halusinasi yang bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak
dirawat di ruang rawat inap tenang Rumah 28 responden (66,7%) berjenis kelamin laki-
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Teknik laki, sebagian besar responden berada dalam
sampling yang digunakan dalam penelitian rentang usia dewasa awal (18–40 tahun)
ini adalah consecutive sampling, yaitu yaitu sebanyak 35 responden (88,1%),
pengambilan sampel dengan memilih sampel dan hampir sebagian responden lulusan
yang sesuai kriteria penelitian sampai kurun SMP yaitu sebanyak 17 responden (40,1%)
waktu tertentu hingga memenuhi jumlah Hasil penelitian mengenai tingkat
sampel (Nursalam, 2011). Jumlah sampel kemandirian pasien halusinasi yang telah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
42 responden. Kriteria inklusi untuk sampel stimulasi persepsi dalam mengontrol
dalam penelitian ini adalah pasien dengan halusinasi dibagi menjadi tiga kategori. Hasil
diagnosis utama halusinasi yang dirawat penelitian mengenai tingkat kemandirian
kurang dari tiga bulan dalam rentang usia pasien halusinasi yang telah mengikuti
dewasa (25–60 tahun) serta telah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi
kegiatan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam mengontrol halusinasi adalah
persepsi sesi satu sampai sesi lima. Variabel supportive 12 orang (28,6%), partially 26
dari penelitian ini adalah tingkat kemandirian orang (61,9%), dan wholly 4 orang (9,5%)
pasien halusinasi yang telah mengikuti terapi dapat dilihat pada tabel 1.
aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam
mengontrol halusinasi. Melihat kemandirian
pasien halusinasi mengontrol halusinasi Pembahasan
akan dihitung dengan proporsi serta untuk
mendeskripsikan dalam tabel distribusi Menurut Yalom (1995) dalam Videbeck
frekuensi relatif . (2008) terapi kelompok memiliki hasil
Peneliti menggunakan lembar observasi yang terapeutik diataranya adalah mendapatkan
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori informasi atau pembelajaran baru,
kemandirian pasien dalam mengontrol jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.
halusinasi, sehingga diharapkan intervensi Muhlisin, A., & Indrawati. (2010). Teori self
keperawatan pada pasien halusinasi semakin care dari orem dan pendekatan dalam praktek
komprehensif. keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan, 2. ISSN
1979-2697.
Daftar Pustaka Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu keperawatan
Arif, I. S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika pedoman skripsi, tesis, dan instrumen
keluarga pasien. Bandung: Refika Aditama. penelitin keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes. (2008). Riset kesehatan dasar 2007.
Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan Orem, D.E. (2001). Nursing concepts of
kesehatan Republik Indonesia. practice. St. Louis: Mosby Company.
Hawari, D. (2003). Pendekatan holistik pada Parker, D. K. (2006). Menumbuhkan kemandirian
gangguan jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Balai dan harga diri anak. Jakarta: Prestasi Pustaka
Penerbit FKUI. karya.
Ika. (2009). Konsep kemandirian remaja dan pola Susana, S. A., & Hendarsih, S. (2012). Terapi
asuh orang tua. Diakses dari http://repositoty. modalitas keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:
upi.edu/operator/upload/s_a5051_044048_ EGC.
chapter2.pdf
Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar keperawatan
Keliat, B. A., & Akemat. (2005). Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.