Anda di halaman 1dari 4

MEMANDIKAN PASIEN

Oleh:
ZAQIYAH
I4B016122
KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL
SEMESTER I

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
MEMANDIKAN PASIEN DI ATAS TEMPAT TIDUR

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu kebutuhan dasar manusia menurut teori Handerson adalah menjaga
tubuh tetap bersih dan rapi atau personal hygiene (Perry & Potter, 2005). Kebutuhan
untuk tetap bersih dan rapi dibutuhkan baik oleh klien sehat maupun sakit dengan
melakukan personal hygiene. Personal hygiene merupakan cara perawatan diri
manusia untuk memelihara kesehatan yang dipengaruhi berbagai faktor pribadi dan
sosial budaya (Aziz, 2006). Akan tetapi, pada klien sakit, usaha untuk menjaga
personal hygiene akan terganggu karena kondisi fisik dan emosional klien.
Ny. S usia 48 tahun menderita anemia defisiensi zat besi dan sebulan yang lalu
pernah dirawat karena Hbnya sangat rendah dan mendapat transfusi darah. Seminggu
terakhir Ny. S mengeluh lemas sehingga hanya bisa tidur-tiduran , saat BAB terdapat
darah di feses, dan mengalami menstruasi selama 15 hari. Akhirnya keluarga
membawa Ny. S ke rumah sakit. Saat di RS, Ny. S didiagnosa mengalami gastritis
erosif dan anemia defisiensi zat besi, akan tetapi karena Ny. S mengalami menstruasi
lagi setelah 3 hari sebelumnya berhenti, Ny. S dicurigai mengalami Abnormal Uteri
Bleeding (AUB). Ny. S mendapat terapi transfusi darah. Selama di RS, tiap pagi saat
perawat memberikan obat, Ny. S selalu terlihat sendiri tanpa ditunggui keluarganya.
Setelah dikaji ternyata Ny. S sudah janda dan mempunyai 3 anak perempuan, anak
pertama sudah berkeluarga, anak kedua tinggal di luar kota, dan yang bungsu masih
bersekolah, sehingga setiap pagi Ny. S sendirian di RS, anaknya baru datang saat
sore. Kondisi Ny. S yang masih lemah dan kadang sendirian, membuat Ny. S susah
untuk sekedar ke kamar mandi. Saat dilakukan pengkajian di pagi hari, Ny. S terlihat
sendirian, berkeringat dan mengeluh kepanasan, serta sudah tercium bau badan, Ny.
S juga mengatakan terakhir mandi ketika setelah ditransfusi malam sebelumnya,
karena ia merasa panas dan ada keluarganya.
Dari hasil pengkajian tersebut dapat ditetapkan diagnosa keperawatan defisit
perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan dan penyakit kronis (NANDA,
2015). Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai tanggung jawab
terhadap masalah pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Tindakan keperawatan
mandiri yang bisa dilakukan untuk masalah tersebut yaitu memandikan pasien di atas
tempat tidur. Memandikan klien merupakan bagian perawatan hygiene yang
terapeutik, perawat berperan dalam memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga
klien tentang bagaimana memandikan klien dengan cara dan waktu yang tepat.
Sehingga dalam laporan ini dibahas mengenai analisis tindakan memandikan yang
dilakukan perawat apakah sudah sesuai dengan prosedur.
2. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk menganalisis tindakan keperawatan memandikan
pasien yang dilakukan perawat terhadap Ny. S.

B. ISI
Ny. S dengan diagnosa anemia defisiensi besi dan gastritis erosif menyebabkan
kondisinya lemah dan tidak bisa mandiri untuk pemenuhan kebutuhan perawatan dirinya
seperti mandi. Kondisi anemia, BAB dengan feses berdarah atau melena, dan menstruasi
yang panjang menyebabkan penurunan kadar Hb dalam darah Ny. S, sehingga
menyebabkan kelemahan dan tidak bisa beraktivitas seperti mandi. Sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan, Ny. S dengan defisiensi perawatan diri diberikan tindakan
memandikan pasien di atas tempat tidur atau biasa disebut mandi seka. Memandikan
klien dilakukan dengan menggunakan air hangat dan sabun pada klien yang tidak mampu
mandi secara mandiri atau memerlukan bantuan yang bertujuan untuk menghilangkan
kotoran dan keringat, meningkatkan sirkulasi, dan memberikan latihan ringan pada klien
(Hegner, 2004).
Di ruang Flamboyan, sesuai dengan prosedur selalu memotivasi pasien untuk
dilakuan mandi seka oleh keluarganya yang menunggui. Beberapa alat dan bahan untuk
memandikan seperti waskom, air, waslap, dan perlak sudah disiapkan oleh pihak RS
sedangkan untuk handuk, sabun, pakaian bersih disiapkan oleh pasien, dan setiap pagi
asisten perawat keliling untuk memberikan waskom air. Akan tetapi, karena Ny. S tidak
ada yang menunggui setiap pagi dan tidak mampu untuk mandi secara mandiri, maka
harus dibantu oleh perawat. Awalnya, Ny. S menolak untuk dimandikan perawat karena
merasa malu. Tapi setelah dikomunikasikan dan tujuannya agar Ny. S tidak merasa
lengket karena berkeringat, akhirnya Ny. S setuju untuk dimandikan perawat. Setelah
kontrak dengan klien, selanjutnya yaitu menyiapkan alat dan bahan untuk mandi.
Menurut Kusyati, et al (2012), handuk yang harus disiapkan untuk memandikan
berjumlah dua buah untuk diletakkan di bagian tubuh saat dimandikan dan untuk
mengeringkan setelah diseka, namun karena Ny. S tidak membawa handuk sama sekali
maka fungsi handuk dalam memandikan diganti. Selimut tidur digunakan untuk menutupi
bagian tubuh sekaligus untuk pengalas saat diseka dan untuk mengeringkan tubuh setelah
diseka menggunakan waslap yang kering. Hal ini tidak sesuai dengan prosedur, karena
menurut prosedur fungsi dua buah waslap yaitu untuk menyeka tubuh dengan air sabun
dan waslapsatunya untuk menyeka tubuh dengan air bersih (Tarwoto, 2006).
Permasalahan tersebut masih bisa ditoleransi, karena melihat prinsip memandikan
pasien yaitu bersih dan menjaga privasi (Perry & Potter, 2005). Walaupun memandikan
dengan menggunakan satu buah waslap untuk menyeka dengan sabun dan membasuh
dengan air bersih, hal itu tidak apa-apa karena yang dilakukan oleh perawat setelah
waslap digunakan untuk menyeka dengan sabun, waslap dibersihkan dulu dengan air
bersih sebelum digunakan untuk membasuh tubuh dari sabun. Untuk mengeringkan tubuh
setekah diseka, perawat menggunakan waslap satunya yang masih kering, karena bahan
waslap yang sama dengan handuk bisa menyerap air dengan baik. Namun, tindakan
memandikan baik saat perawat memotivasi dan mengedukasi pasien dan keluarga untuk
mandi ataupun saat perawat langsung yang memandikan tidak didokumentasikan ke
dalam lembar asuhan keperawatan padahal menurut prosedur harus didokumentasikan.
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan sudah sesuai dengan urutan prosedur. Ny.
S bisa kooperatif saat dilakukan tindakan sehingga memudahkan perawat.

C. PENUTUP
Keperawatan adalah seni. Adanya keterbatasan dalam alat, bahan, dan fasilitas
untuk melakukan suatu tindakan keperawatan harus bisa dimanipulasi oleh perawat
dengan tetap memerhatikan prinsip tindakan. Namun, perawat juga harus selalu berusaha
untuk melakukan tindakan sesuai dengan prosedur atau SOP yang berlaku, karena hal itu
adalah dasar untuk melindungi pasien dan perawat.

D. DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Hegner, B. R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu pendekatan proses keperawatan.
Jakarta: EGC
Kusyati, et al. (2012). Keterampilan dan ProsedurLaboratorium Keperawatan Dasar.
Jakrta: EGC
Herman, T. (2015). NANDA: Nursing Diagnosis, Definition, and Classification 2015-
2017. Jakarta: EGC
Perry & Potter. (2005). Fundamentak Keperawatan vol.1. Jakarta: EGC
Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai