Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA PADA ANAK

Di RUANG MELATI RSU dr.KOESNADI BONDOWOSO

OLEH :

ELY DEWI AGUSTIN

14201.09.17015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PADJARAKAN – PROBOLINGGO
2020
1.1 ANATOMI FISIOLOGIS

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat
badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45%
sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat
volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.

Kandungan yang ada di dalam darah :

1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium dan zat besi.
4. Bahan Organik   : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol, dan
asam amino)

Fungsi Darah :

a.       Sebagai alat pengangkut, yaitu :

1. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk


diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
2. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
3. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
4. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
5. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.

b.   Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.

c.     Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

d. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari


kerusakan.

Karakteristik Darah :

-    Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)

-   Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume


darah; tersuspensi dalam plasma darah

-      PH darah : 7,37 – 7,45

-      Temp : 38°C

-      Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067

Bagian-Bagian Darah

a. Sel-Sel Darah
b. Eritrosit (Sel darah merah)
1.2 DEFINISI ITP

Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang


berupa gangguan autoimun yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari
150.000 / ml) akibat autoantibody yang mengikat antigen trombosit menyebabkan
destruksi premature trombosit dalam system retikuloendotel terutama limpa (Sudoyo
Aru, 2009)
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari
penghancuran trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia
atau ekimosis di kulit ataupun pada selaput lendir dan adakalanya terjadi pada
berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui (FK UI, 1985).
ITP adalah Suatu ganguan autoimun yang ditandai dengan trombositopeni
yang menetap (angka trombosit darah kurang dari 150.000/uL), akibat autoantibody
yang mengikat antigentrombosit menyebabkan destruksi premature trombosit dalam
system retikuloendotel terutama di limpa (Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi
IV, 2006).

1.3 ETIOLOGI ITP


Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit
mati. (Imran Somatri, 2008).
Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan
antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi
adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam
tubuh.Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping
darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar
kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem
imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun
menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana information center,
2008).
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus,
intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular
diseminata (KID), autoimun. (ana information center, 2008).

1.4 TANDA DAN GEJALA ITP


2. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
3. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol
dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan
karena adanya pendarahan dibawah kulit
4. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah
mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi
tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang
lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma
5. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Beberapa macam
pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi
yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan
gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit
6. Menoragia
7. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan
8. Hematuria
9. Melena.

Gejala-gejala yang muncul akibat idiopathic thrombocytopenic purpuraatau ITP:

1. Memar mundah muncul atau terjadi pada banyak bagian tubuh.

2. Pendarahan akibat luka yang berlangsung lebih lama.

3. Pendarahan yang terjadi di bawah kulit dan terlihat seperti bintik-bintik merah-
keunguan yang terjadi pada kaki.

4. Pendarahan dari hidung atau mimisan.

5. Darah pada urine atau tinja.


6. Pendarahan pada gusi, terutama setelah perawatan gigi.

7. Pendarahan berlebihan saat menstruasi.

8. Sangat kelelahan.

Cecily (2009) mengatakan manifestasi klinis pada idiopatik trombositopenia purpura


adalah sebagai berikut :
1. Secara spontan timbul peteki dan ekimosis pada kulit
2. Mudah memar
3. Epistaksis (gejala awal sepertitiga anak)
4. Menoragia
5. Hematuria (jarang terjadi)
6. Perdarahan dari rongga mulut
7. Melena
1.5 PATOFISIOLOGIS
Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh
pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada
kinidin dan senyawa emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja
melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga
lama hidup trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan –
gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini
terkait dengan penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam
sirkulasi dengan trombosit hospes.

Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak


menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam
sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG
lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa
reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari ITP
dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.
Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada
membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit
dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem
makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan
penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler
dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.

Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan


pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan
kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum ITP.
Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena
masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi,
khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu
1.6 POHON MASALAH ITP

Terbentuk antibodi
Menyerang platelet
yang merusak
Trombositopenia dalam darah
trombosit

Jumlah platelet menurun

Dihancurkan oleh Molekul Ig G reaktif dalam Platelet mengalami


makrofak dalam jaringan sirkulasi trombosit gangguan agresi

Penghancuran dan
pembuangan trombosit
meningkat

Menyumbat kapiler – Ketidakefektifan perfusi Resiko


kapiler darah jaringan perifer Perdarahan

Dinding kapiler rusak Suplai darah ke perifer


menurun

Kapiler bawah kulit pecah


Penumpukan darah intra Kapiler pecah
dermal
Tumbuh bintik merah
Perdarahan intra dermal
Menekan saraf nyeri
Gangguan citra tubuh
Kerusakan integritas
Merangsang SSP kulit

Penurunan transport O2
Muncul sensasi nyeri Peningkatan metabolisme
anaerob dan zat nutrisi lain
kejaringan
Nyeri akut
Kelemahan

Intoleran aktivitas (Cecily, 2009 dan Santosa, 2013)


1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ITP
Menurut Cecily (2009) untuk menegakkan diagnosa pasti dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini :
1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3.
2. Hitung darah lengkap (CBC) : anemia karena ketidakmampuan sel darah merah
(SDM) menggunakan zat besi.
3. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit.
4. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
5. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan.
6. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik.
7. Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus Eritematosus
Sistemik (SLE).
8. Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.
9. Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
10. Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru (efusi,
fibrosis interstitial paru).

1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS ITP


2. ITP Akut
a. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per
IV.
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
3. ITP Menahun
a. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Missal : prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
b. Imunosupressan :
1) 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
2) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
3) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
c. Splenektomi.
Indikasi :
1) Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama
2 – 3 bulan.
2) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
3) Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun
perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa
perdarahan.
Kontra indikasi :
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat
diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).
2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas
1. Anak
Nama :
Anak yang ke :
Tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
2. Orang Tua
Ibu dan Ayah
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
II. Genogram
III. Alasan dirawat
1. Keluhan utama :
2. Riwayat penyakit :
IV. Riwayat anak (0-6 6ahun), tergantung penyakit
1. Perawatan dalam masa kandungan :
Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak
Berapa kali: Kapan:
Tempat di
Kesan pemeriksaan tentang kehamilan
Obat-obat yang telah diminum
Imunisasi
Pemeriksaan lain
Penyakiy yang pernah diderita ibu
Penyakiy dalam keluarga
2. Petawatan pada waktu kelahiran :
Umur kehamilan
Dilahirkan di
Ditolong oleh
Berlangsungnya kelahiran
Lamanya proses persalinan
Keadaan bayi setelah lahir
BB bayi: PBL: LK/LD
V. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-SpiritualDalam kehidupan Sehari-hari
1. Bernafas
a. Kesulitan bernafas
b. Kesulitan yang dirasakan
c. Keluhan yang dirasa
d. Suara nafas
2. Makan dan minum
a. Bayi:
ASI/PASI:
(berapa kali, pengenceran, sampai umur berapa, alasan)
Makanan pendamping ASI:
Makanan cair )air buah/sari buah) diberi umur
Bubur susu diberi umur
Nasi tim saring diberi umur
Nasi tim diberi umur
Makanan tambahan lainnya
Pola makan
b. Anak-anak
Keadaan sebelum sakit (nafsu makan, berapa kali sehari, jenis makanan
pokok, jenis lauk, jenis sayurzn, jenis buah, makanan pantang, kebiasaan
makan termasuk cara menyajikan makanan, jenis makanan selingan,
kebiasaan jajan)
Keadaan sesudah sakit
3. Eleminasi BAB/BAK
Biasa memeberitahu/tidak
Melakukan sendiri/tidak
Tempat BAB/BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi
Kelainan
4. Aktifitas
Permainan
Suka bermain/tidak, permainan yang disukai, mainan yang dimilki, teman
bermain
5. Rekreasi
Pernah/jarang/kadang-kadang, jenis rekreasi
6. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur (mencuci kaki sebelum tidur, kencing sebelum tidur,
mengompol, mengorok, mengugau, sering terjaga, kebiasaan tidur yang
lain/tidak, tidur malam mulai jam berapa, bangun pagi jam berapa, tidur
ditemani/tidak, biasa tidur siang/tidak, berapa jam)
7. Kebersihan Diri
Mandi:
Mandi sendiri/dibantu oleh
Di
Memakai sabun/tidak
Dikeringkan dengan handuk/tidak
Gook gigi (dikerjakan sendiri/ditolong, menggunakan pasta gigi, waktu
menggosok gigi)
8. Pengaturan Suhu Tubuh
9. Rasa Nyaman
10. Rasa Aman
11. Belajar (anak dan orang tua)
Pengetahuan tentang makanan, sebab-sebab penyakit, kesehatan
lingkungan, personal hygiene, tumbuh kembang anak, pendidikan seks,
keluarga berencana
12. Prestasi
Kepandaian anak sekarang, prestasi yang dimiliki
13. Hubungan Sosial Anak
Hubungan inter keluarga (orang yang dirasa paling dekat, orang yang
dominan, orang disegani, hubungan, komunikasi anak dan orang tua serta
anggota keluarga lain)
14. Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlaukan terutama saat
anak sakit)
VI. Pengawasan Kesehatan
Bila sehat diawasi tidak/ ya di puskesmas, doktr, dll
Bila sakit minta pertolongan kepada
Kunjungan ke posyandu
Pengawasan anak di rumah
Imunisasi (1-5 tahun)
VII. Penyakit Yang Pernah Diderita
Jenis penyakit, akut/kronis/menular/tidak, umur saat sakit, lamanya,
pertolongan
VIII. Kesehatan Lingkungan
IX. Perkembangan Anak (0-6 tahun)
(motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)
X. Pemeriskaan Fisik
Kesan umum, warna kulit, suara waktu menangis, tonus otot, turgor kulit,
udema, kepala, mata, hidung, telinga, mulut, leher, thorak, janung, pernafasan,
abdomen, ekstremitas, alat kelamin, anus, antropemetri, gejala cardinal
XI. Pemeriksaan Penunjang
XII. Hasil Observasi
a. Interaksi anak dengan orang tua
b. Bentuk/arah komunikasi
c. Ambivalensi/kontradiksi perilaku
d. Rasa aman anak
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
Darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas
5. Risiko perdarahan dibuktikan dengan trombositopenia
2.3 RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


No Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan penilaian sirkulasi perifer 1. Menilai tanda – tanda perfusi
perfusi jaringan keperawatan selama ... x …. secara komprehensif (misalnya jaringn perifer yang tidak adekuat
perifer jam, tidak terjadi perfusi mengecek nadi perifer, edema, 2. Mengetahui adanya luka atau
berhubungan jaringan perifer yang tidak waktu pengisian kapiler, warna jaringan yang tidak utuh yang
dengan penurunan efektif dengan KH: dan suhu kulit menyebabkan perfusi jaringan
suplai darah 1. Tekanan systole dan 2. Inspeksi kulit apakah terdapat luka tidak adekuat
dyastol dalam kisaran tekan dan jaringan yang tidak utuh 3. Melancarkan peredaran darah
normal 3. Tinggikan kaki 20o atau lebih balik
2. Pengisian kapiler jari tinggi dari jantung 4. Mencegah terjadinya decubitus
dalam batas normal (< 2 4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam 5. Mengencerkan darah sehingga
detik) sekali melancarkan peredaran darah
3. Suhu kulit ujung kaki dan 5. Pertahankan hidrasi yang cukup 6. Untuk menambah komponen
tangan tetap hangat untuk mnurunkan viskositas darah. darah yang diperlukan untuk
4. Muka tidak pucat 6. Berikan transfusi darah yang proses keefektifan perfusi
5. Hb dalam batas normal sesuai jaringan perifer
2 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tentang nyeri secara 1. Mengetahui tentang nyeri yang
berhubungan keperawatan selama ... x …. komprehensif (lokasi, dialami
dengan agen jam, nyeri berkurang atau karakteristik, frekuensi, kualitas, 2. Untuk mengetahui adakan nyeri
cedera biologis hilang dengan KH: intensitas, faktor pencetus) yang dirasakan melalui petunjuk
1. Tidak ada nyeri yang 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
dilaporkan nonverbal megenai 3. Untuk mendapat kepercayaan
2. Tidak ada ekspresi wajah ketidaknyamanan pada mereka pasien
nyeri yang tidak dapat berkomunikasi 4. Agar pasien dan keluarga
3. Bisa beristirahat dengan secara efektif kooperatif terhadap tindakan yang
nyaman 3. Gunakan strategi komunukasi diberikan
4. TTV normal terapeutik 5. Untuk mengurangi efek nyeri
5. Skala nyeri nol 4. Berikan informasi tentang nyeri, tanpa obat – obatan
penyebab, berapa lama dan 6. Untuk menurunkan tingkat nyeri
antisipasi ketergantunagan 7. Menurunkan atau menghilangkan
5. Gunakan teknik nonfarmakologik nyeri dengan obat – obatan.
untuk mengurangi nyeri
6. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
7. Berikan pasien penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan
analgesic
3 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mencegah tertekannya kulit oleh
integritas kulit keperawatan selama ... x …. menggunakan pakaian yang pakaian dan mencegah
berhubungan jam, kerusakan integritas kulit longgar ketidakefektifan aliran darah
dengan gangguan berkurang atau hilang dengan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 2. Agar kulit tidak bergesek dengan
sirkulasi KH: 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap kerutan pada tempat tidur yang
1. Lesi pada kulit ringan bersih dan kering menyebabkan lesi atau memar
sampai tidak ada 4. Anjurkan klien untuk tidak semakin parah
2. Integritas kulit tidak menggaruk bagian yang gatal. 3. Menghindari perlukaan yang dapat
terganggu 5. Ubah posisi pasien secara teratur menimbulkan infeksi.
3. Pa O2 dalam darah arteri 6. Monitor status nutrisi pasien 4. Menghindari infeksi
dalam batas normal 5. Menghindari penekanan yang
terus menerus pada suatu daerah
tertentu.
6. Untuk menjaga agar status
nutrisinya tetap baik sehingga
proses penyembuhan menjadi
cepat
4 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan oksigen tambahan seperti 1. Menambah jumlah oksigen dalam
berhubungan keperawatan selama ... x …. yang diperintahkan darah sehingga energi yang
dengan imobilitas jam, pasien tidak mudah lelah 2. Konsultasi dengan tenaga terbentuk bisa meningkat
dengan KH: kesehatan lain mengenai 2. Karena ketika pasien beraktivitas,
1. Tekanan darah sistol dan penggunaan oksigen tambahan maka perlu energi tambahan,
diastol ketika beraktivitas selama kegiatan dan/atau tidur sehingga diperlukan juga oksigen
dalam batas normal 3. Konsulkan dengan ahli gizi tambahan
2. Tidak ada pernafasan mengenai cara meningkatkan 3. Untuk meningkatkn energi dari
lewat mulut asupan energi dari makanan makanan yang dikonsumsi
3. Tidak ada dyspnea dengan 4. Anjurkan tidur siang bila 4. Untuk mengistirahatkan tubuh
aktivitas ringan diperlukan serta mengakumulasikan energi
4. Tidak mudah lelah
5 Risiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor dengan ketat risiko 1. Untuk mengkaji faktor – faktor
dibuktikan dengan keperawatan selama ... x …. terjadinya perdarahan pada pasien yang dapat menyebabkan
trombositopenia jam, perdarahan tidak terjadi 2. Instruksikan pasien yang masih perdarahan
dengan KH: bisa berjalan untuk selalu 2. Untuk mencegah perdarahan pada
1. Tidak ada perdarahan menggunakan sepatu kaki karena tusukan benda
2. Tidak ada memar 3. Gunakan sikat gigi yang berbulu 3. Sikat gigi yang lembut akan
3. Tidak ada purpura lembut untuk perawatan rongga mengurangi risiko perdarahan
4. Tidak ada ekimosis mulut pada gusi
5. Gusi tidak berdarah 4. Beri produk – produk darah 4. Menambah jumlah trombosit yang
6. Hasil plateket (PLT) (misalnya trombosit dan plasma berfungsi dalam proses
dalam batas normal beku segar) dengan tepat pembekuan darah
5. Pertahankan agar pasien tetap tirah 5. Mencegah pergerakan yang tidak
baring jika terjadi perdarahan aktif perlu sehingga pembekuan darah
menjadi lebih cepat.

(NANDA NIC, NOC 2018-2019)


DAFTAR PUSTAKA
Alodokter. 2009. ITP(Idiopatik Trombositopenia Purpura).
http://www.alodokter.com/itp-ideopathic-thrombocytopenic-purpura. Diakses
pada 14 Desember 2016.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA:
ELSEVIER.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEVIER.
NANDA Internasional. 2018-2019. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018– 2019. Jakarta: EGC.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Ganggua Sistem pernapasan / Irman Somantri. Jakarta :
Salemba Medika.
Suraatmaja, S., Soetjiningsih, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Udayana.

Anda mungkin juga menyukai