PERAWATAN KOLOSTOMI............................................................................... 1
PERAWATAN LUKA BERSIH ............................................................................ 2
PERAWATAN LUKA KOTOR............................................................................... 3
RANGE OF MOTION (ROM)................................................................................ 4
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS........................................................... 5
EMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS ............................................................ 6
PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL ................................................................. 7
PEMERIKSAAN VISUS MATA ............................................................................ 8
PENGANGKATAN JAHITAN................................................................................. 9
PENGUKURAN KEKUATAN OTOT.......................... .......................................... 10
PROSEDUR PENGGUNAAN KRUK..................................................................... 11
PROSEDUR PENGGUNAAN TRIPOT ................................................................. 13
PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI RODA ...................................................... 14
MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA .........15
MEMINDAHKAN PASIEN DARI BRANKAR KE TEMPAT TIDUR................ 16
TEORI........................ ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... . 24
TOOL PENILAIAN PERAWATAN KOLOSTOMI
1
PERAWATAN LUKA BERSIH
100
2
PERAWATAN LUKA KOTOR
3
TOOL TINDAKAN RANGE OF MOTION (ROM)
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK
A Fase Orientasi
1 Memberi salam/ menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri dan identifikasi pasien 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien 2
B Fase Kerja
1 Mencuci tangan 2
2 Memposisikan pasien dengan benar 4
3 a. Gerakan bahu
1) Fleksi- ekstensi 3
2) Abduksi-adduksi 3
3) Rotasi bahu internal-eksternal 3
b. Gerakan siku
1) Fleksi- ekstensi 3
2) Pronasi supinasi 3
c. Gerakan pergelangan tangan
1) Fleksi-ekstensi 3
2) Fleksi radial/ radial deviation (abduksi) 3
3) Fleksi ulnar/ ulnar deviation 3
d. Gerakan jari-jari tangan
1) Fleksi-ekstensi 3
2) Hiperekstensi 3
3) Abduksi-adduksi 3
4) Oposisi 3
e. Gerakan pinggul dan lutut
1) Fleksi-ekstensi lutut dan pinggul 3
2) Abduksi-adduksi kaki 3
3) Rotasi pinggul internal dan eksternal 3
f. Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki
1) Dorsofleksi-plantar fleksi 3
2) Fleksi-ekstensi jari-jari kaki 3
3) Inverse-eversi jari-jari kaki 3
g. Gerakan leher
1) Fleksi-ekstensi leher 3
2) Fleksi lateral leher 3
4 Mengukur denyut nadi (heart rate) 3
5 Merapikan pasien (posisi) 2
6 Mencuci tangan 2
C Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D Penampilan
1 Melakukan komunikasi teraupetik selama tindakan 3
2 Ketelitian selama tindakan 3
3 Keamanan selama tindakan 3
TOTAL 100
4
TOOL PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
5
TOOL PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
6
TOOL PROSEDUR PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
7
TOOL PROSEDUR PEMERIKSAAN VISUS MATA
8
TOOL TINDAKAN PENGANGKATAN JAHITAN
TOTAL 100
9
TOOL PENGUKURAN KEKUATAN OTOT
10
TOOL PROSEDUR PENGGUNAAN KRUK
11
- Kedua kaki diangkat dan diayunkan maju
sampai pada garis yang menghubungkan
kedua tangan atau ujung kruk.
5. Menggunakan 1 Kruk
- Tempatkan kruk berlawanan pada kaki yang
sakit
- Gerakan kaki yang cedera dengan krung
bersamaan
- Diikuti kaki yang sehat (sejajar)
Cara naik dan turun tangga
1. Naik tangga
- Angkat kaki yang sehat ke anak tangga
- Kemudian angkat kaki yang sakit dan kruk
secara bersamaan dengan titik tumpu pada
kaki yang sehat
2. Turun tangga
- Turunkan kedua kruk ke anak tangga
- Diikuti kaki yang sakit menuruni anak tangga
- Terakhir kaki yang sehat diturunkan perlahan
6 Melakukan cuci tangan 20
C Fase terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D Penampilan
1 Melakukan komunikasi teraupetik selama tindakan 3
2 Ketelitian selama tindakan 3
3 Keamanan klien selama tindakan 3
TOTAL 100
12
TOOL PROSEDUR PENGGUNAAN TRIPOT
TOTAL 100
13
TOOL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI RODA
TOTAL 100
14
MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA
No Aspek yang Dinilai Bobot Ya Tidak
Persiapan alat: tempat tidur, kursi roda
A. Fase Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data 3
2. Persiapkan alat 3
B. Fase Orientasi
1. Memberi salam 3
2. Memperkenalkan diri 3
3. Menjelaskan tujuan tindakan dan langkah prosedur 3
C. Fase Kerja
1. Mencuci tangan 3
2. Posisikan kursi roda sejajar tempat tidur dan naikkan 10
penyangga alas kaki pada kursi roda, pastikan kursi
roda terkunci
3. Bantu klien duduk dan anjurkan untuk melakukan 10
nafas dalam, pergerakan bahu, kaki, jari kaki selama
duduk 1-2 menit
4. Bantu klien menggunakan alas kaki 4
5. Sokong klien lewat aksilla, latakkan tangan di skapula 10
klien. Sedangkan klien meletakkan tangan di bahu
perawat
6. Ambil arah yang tepat dengan gerakan koordinasi 10
yaitu menginstruksikan klien untuk berdiri tegak pada
hitungan ketiga dan stabilkan klien
7. Arahkan klien ke kursi roda, bantu klien untuk 10
memegang sisi kursi roda
8. Letakkan kaki klien pada alas kaki kursi roda 7
9. Mencuci tangan 3
D. Fase Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan 3
2. Melakukan kontrak rencana tindakan selanjutnya 3
3. Berpamitan 3
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
2. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
3. Ketelitian dan keamanan selama tindakan 3
15
MEMINDAHKAN PASIEN DARI BRANKAR KE TEMPAT TIDUR DAN
SEBALIKNYA
No Aspek yang Dinilai Bobot Ya Tidak
Persiapan alat: tempat tidur, brankar
A. Fase Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data 3
2. Persiapkan alat 3
B. Fase Orientasi
1. Memberi salam 3
2. Memperkenalkan diri 3
3. Menjelaskan tujuan tindakan dan langkah prosedur 3
C. Fase Kerja
1. Mencuci tangan 3
2. Menempatkan brankar dengan tepat, sehingga 10
brankar bagian kepala klien membentuk sudut 90°
dengan bagian kaki tempat tidur
3. 3 orang perawat berdiri sejajar di sebelah kanan 10
klien, masing-masing berdiri sesuai tinggi (tertinggi
di kepala dan terendah di bagian kaki klien)
4. Meletakkan lengan perawat ke bawah leher, 10
punggung, bokong, paha dan kaki dengan telapak
tangan menghadap ke badan klien dengan sedikit
menekan untuk menahan agar klien tidak jatuh
5. Masing-masing perawat, menggerakkan kaki 10
sebelah kiri maju sedikit
6. Perawat yang berada di bagian kepala klien 10
memberi aba-aba untuk serempak mengangkat
klien dan selanjutnya melangkahkan kaki menuju
ke tempat tidur secara teratur dan hati-hati
7. Meletakkan secara perlahan klien di atas tempat 10
tidur
8. Mencuci tangan 3
D. Fase Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan 3
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya 3
3. Berpamitan 3
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
2. Ketelitian dan keamanan selama tindakan 4
3. Ketenangan selama tindakan 3
16
TINJAUAN TEORI
Pemeriksaan Refleks Fisiologis Dan Patologis
A. Konsep Teori
1. Pemeriksaan reflex fisiologis
a. Pengertian
Refleks fisiologis adalah reflex regang otot (muscle stretch reflex) yang
muncul sebagai akibat rangsangan terhadap tendon atau periosteum atau kadang-
kadang terhadap tulang, sendi, fasia atau aponeurosis.
Dasar pemeriksaan refleks
1) Pemeriksaan menggunakan alat refleks hammer
2) Penderita harus berada dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan
diperiksa harus dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot yang
nantinya akan terjadi dapat muncul secara optimal
3) Rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung, keras pukulan harus
dalam batas nilai ambang, tidak perlu terlalu keras
4) Sifat reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang diperiksa harus dalam
keadaan sedikit kontraksi.
b. Interpretasi
Sebuah refleks dapat diinterpretasi sebagai refleks yan g negatif, menurun,
normal, meningkat, atau hiperaktif. Berikut kriterianya:
0 : Tidak berespon
+1 : Agak menurun, dibawah normal
+2 : Normal, rata-rata atau umum
+3 : Lebih cepat dibanding normal, masih fisiologis (tidak perlu dianalisis
dan tindak lanjut
+4 : Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus dan sering
mengindikasikan adanya suatu penyakit
Interpretasi hasil:
NORMAL : ++
MENINGKAT : +++
17
c. Jenis-jenis Pemeriksaan Refleks fisiologis
1) Pemeriksaan Refleks pada Lengan
a) Pemeriksaan Reflex Biseps
Pasien duduk dengan santai, lengan dalam keadaan lemas, siku dalam
posisi sedikit fleksi dan pronasi.
Letakan ibu jari pemeriksa di atas tendo biseps, lalu pukul ibu jari tadi
dengan menggunakan refleks hammer.
Reaksinya adalak fleksi lengan bawah.
Bila refleks meninggi maka zona refleksogen akan meluas.
b) Refleks Achiles
Pasien dapat duduk dengan posisi menjuntai, atau berbaring tau dapat pula
penderita berlutut dimana sebagian tungkai bawah dan kakinya menjulur
di luar kursi pemeriksaan.
Pada dasarnya pemeriksa sedikit meregangkan tendon achiles dengan cara
menahan ujung kaki kearah dorsofleksi.
Tendon achilles dipukul dengan ringan tapi cepat.
Akan muncul gerakan fleksi kaki yang menyentak.
19
2. Pemeriksaan Refleks Patologis
a. Pengertian
Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada
individu normal. Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan, lebih
mudah muncul, lebih reliabel dan lebih mempunyai korelasi secara klinis
dibandingkan pada ekstremitas atas.
Dasar pemeriksaan reflex :
Selain dengan jari-jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa
juga dengan menggunakan reflex hammer.
Pasien harus dalam posisi enak dan santai
Rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung
b. Jenis-jenis pemeriksaan refleks patologis
1) Refleks Hoffmann-Tromner
Cara pemeriksaan: tangan penderita dipegang pada pergelangannya dan
suruh pasien melekukan fleksi ringan jari-jarinya. Kemudian jari tengah pasien
diregangkan dan dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa. Lalu
lakukan: Hoffmann: “Goresan” pada ujung jari tengah pasien reaksi : fleksi dan
adduksi ibu jari disertai dengan fleksi telunjuk dan jari-jari lainnya. Tromner :
“Colekan” pada ujung jari pasien maka akan muncul reaksi yang sama dengan
hoffmann
2) Babinsky sign
Pemeriksa menggores bagian lateral telapak kaki dengan ujung palu
refleks. Reaksi: dorsofleksi ibu jari kaki disertai plantarfleksi dan gerakan
melebar jari-jari lainnya
20
3) Refleks Grup Babinsky:
a) Chaddock’s sign
Cara : Pemeriksa menggores dibawah dan sekitar maleolus eksterna
kearah lateral dengan palu refleks ujung tumpul.
Reaksi : sama dengan babinski sign
b) Gordon’s sign
Cara : Pemeriksa menekan oto-otot betis dengan kuat
Reaksi : sama dengan babinski sign
c) Schaeffer’s sign
Cara : Pemeriksa menekan tendo Achilles dengan kuat
Reaksi : sama dengan babinski’s sign
21
d) Oppenheim’s sign
Cara : Pemeriksa memberi tekanan yang kuat dengan ibu jari dan
Telunjuk pada permukaan anterior tibia kemudian digeser ke arah distal
Reaksi : sama dengan babinski’s sign
B. Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan reflek fisiologis
2. Melakukan pemeriksaan reflek patologis
C. Indikasi
Indikasi pemeriksaan refleks fisiologis dan refleks patologis biasanya berhubungan
dengan keluhan utama pasien diantaranya: kelelahan (mudah lelah), kesulitan berjalan,
gangguan atau ketidakmampuan berjalan, paraesthesia, nyeri otot, nyeri ekstremitas,
gangguan pertumbuhan otot, nyeri punggung, gangguan fungsi otonom (ereksi, sistem
kemih, dan defekasi).
D. Prosedur
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan/handscoen
2. Hammer reflek
3. Kapas
4. Bullpen
5. Lembar dokumentasi
E. Tugas
Lakukan tindakan pemeriksaan refleks fisiologis dan refleks patologis
22
Pengkajian Kekuatan Otot
A. Konsep Teori
Suatu tindakan pengkajian system muskuloskeletal untuk menilai yaitu kontraksi
maksimal yang dihasilkan oleh otot, merupakan suatu kemampuan untuk
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot penting untuk
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan
B. Tujuan
3. Memperoleh data dasar tentang pengkajian otot
4. Mengetahui adanya keterbatasan gangguan pergerakan atau kekuatan otot
C. Prosedur
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privacy klien dan memberikan posisi yang aman dan nyaman
3. Mengkaji kekuatan rentang gerak
4. Mengukur kekutan otot
Mengukur kekuatan otot dengan cara pasien disuruh menggerakkan ekstremitas,
kemudian pemeriksa memberikan tahanan pada pasien
Skala kekuatan otot
No Nilai Kekuatan Keterangan
Otot
1 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
2 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak ada
gerakan sama sekali
3 2 (25%) Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
4 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat
(gravitasi)
5 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan
tahanan dengan minimal
6 5 (100%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan
tahanan dengan maksimal/ penuh (kekuatan normal)
5. Merapikan pasien dan mendokumentasikan dengan benar
6. Mencuci tangan
D. Tugas
Lakukan tindakan pengukuran kekuatan otot
23
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A. Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing
(10 ed.). USK Perason Education.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. (2018). Sop Perawatan Infus. Pontianak.
RSUD Dr. Soedarso
Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures (9th ed.). UK.
The Rays Marsden NHS Foundation Trust.
Perry, A.G. & Potter, P. A. (2015). Nursing Skills & Procedures (8th ed.). St Louis:
Mosby Elsevier
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of
Nursing (3 ed). Philadelphia: F.A Davis Company
24