Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ANALISA SINTESA KASUS PENERAPAN EVIDENCE

BASED PRACTICE (EBP)

DALAM KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun Oleh :

ARI APRIAN
NIM. P27220021249

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
NERS
2021
A. Identitas Jurnal

1. Level Evidance Level I literature review


Based

Penulis : Zuleyha Simsek Yaban, PhD

Judul : Usage of Non-Pharmacologic Methods on Postoperative


Pain Management
by Nurses: Sample of Turkey

Jurnal publikasi : International Journal of Caring Sciences

DOI : -

Nomor volume : Volume 12

Tanggal publikasi : January-April 2019

ISSN : -

Jumlah halaman : Issue 1| Page 529

URL : http://www.internationaljournalofcaringsciences.org/docs/
59_simsekyaban_12_1.pdf

2. Level Evidance Level Iii Quasy Experiment


Based

Penulis : Ibrahim Dewi Fransisca

Judul : Comparison Of Distraction And Relaxation Techniques


To The Intensity Of Pain In Operating Wound
Treatmentin The Surgery Room

Jurnal Publikasi : Jurnal Kesehatan Medika Saintika

DOI : http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777

Nomor volume : Volume 11 nomor 2

Tanggal publikasi : Desember 2020

ISSN : 087-8508

Jumlah halaman : -
URL : http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/
article/view/777/pdf

3. Level Evidance Level Iii Quasy Eksperimen


Based

Penulis : Sri Utami

Judul : EFEKTIFITAS RELAKSASI NAPAS DALAM DAN


DISTRAKSI DENGAN
LATIHAN 5 JARI TERHADAP NYERI POST
LAPARATOMI

Jurnal publikasi : Jurnal persatuaan perawat nasional

DOI : -

Nomor volume : Vol 4,No 1

Tanggal publikasi : 2016

ISSN : -

Jumlah halaman : 13

URL : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/
3903/3635
Analisis PICOT Jurnal 1
no kriteria Inti jurnal
.
1. Population Basis data sekunder Indeks Medis Turki, Google Akademik, Pencarian Tesis
YOK, Pubmed, Google  Cendekiawan, Host EBSCO, Web of Science
dipindai untuk mencapai studi. Ditentukan bahwa 35 studi  sesuai dengan
kriteria inklusi.
Intervention Metode Nonfarmakologis untuk Mengurangi Nyeri Pasca
• Aplikasi pada kulit: mentol Memberikan analgesia eksternal dengan
aplikasi lokal bahan yang mengandung mentol (Bolat, 2015).  
• Getaran: Ini semacam pijatan listrik. Terutama dengan tekanan sedang,
mengurangi rasa sakit dengan menghasilkan mati rasa, parestesia, dan
anestesi di daerah yang menyakitkan (Babadag, 2014).  
• Aromaterapi: Minyak atsiri digunakan untuk mencegah dan mengurangi
rasa sakit dengan pijat, inhalasi, uap atau mandi (Babadag, 2014).  
• Sentuhan terapeutik: Merupakan terapi energi yang memberikan
keselarasan antara tubuh, pikiran, dan jiwa dengan sentuhan tangan
(Babadag, 2014).  
• Olahraga: Peningkatan sirkulasi darah dengan olahraga efektif dalam
mengurangi rasa sakit. Latihan mengurangi rasa sakit dengan mencegah
ketegangan otot dan kontraktur. Meliputiaktif 
gerakan pasif, gerakan di tempat tidur, dan berjalan (Babadag, 2014; Bolat
2015).  
• Positioning: Berada di tempat tidur dalam waktu lama pada posisi yang
sama menyebabkan pasien tertekan, tidak nyaman, dan nyeri. Perubahan
posisi mengurangi tekanan pada area yang nyeri, meningkatkan sirkulasi
darah, mencegah kontraksi otot, membantu kenyamanan pasien, dan
mencegah nyeri (Bolat, 2015).  
• Terapi musik: Digunakan untuk memberikan relaksasi dan mengalihkan
perhatian pasien. Terapi musik merangsang sekresi endorphin, merelaksasi
individu dan meningkatkan toleransi nyeri (Bolat, 2015).  
• Pijat refleksi: Pijat refleksi adalah teknik pijat tangan yang diterapkan pada
kaki, tangan, dan kepala, yang sesuai dengan berbagai bagian organ dalam
dan tubuh (Babadag, 2014).  
• Hipnosis: Hipnosis adalah metode yang kompleks, yang meliputi
perubahan emosi, kondisi psikologis, dan fungsi motorik minimal,
memungkinkan untuk fokus pada subjek tertentu (Bolat, 2015).
• Doa: Metode berdoa digunakan untuk keinginan pasien untuk
menghilangkan rasa sakit dan pengampunan dosa. Hal ini dapat diterapkan
oleh individu, kerabat, pejabat agama, atau profesional kesehatan (Bolat,
2015).
• Yoga: Teknik-teknik ini mencakup gerakan fisik yang terintegrasi dengan
fokus mental dan pernapasan dalam, dan mereka mencoba untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan tubuh
• Stimulasi saraf listrik transkutan (TENS): Ini mencakup stimulasi serat
saraf dengan elektroda yang diterapkan pada kulit dan kontrol rasa sakit.
Efektivitasnya telah diamati pada berbagai nyeri sistem muskuloskeletal,
keganasan, patah tulang, nyeri kronis, nyeri punggung, nyeri persalinan,
nyeri pasca operasi, dan nyeri neuropatik (Aslan & Yıldz, 2017; Ozyalcın,
2003)
• Stimulasi saraf listrik transkutan (TENS): Ini mencakup stimulasi serat
saraf dengan elektroda yang diterapkan pada kulit dan kontrol rasa sakit.
Efektivitasnya telah diamati pada berbagai nyeri sistem muskuloskeletal,
keganasan, patah tulang, nyeri kronis, nyeri punggung, nyeri persalinan,
nyeri pasca operasi, dan nyeri neuropatik (Aslan & Yıldz, 2017; Ozyalcın,
2003)
• Aplikasi: panasPanas efektif dalam nyeri disebabkan oleh spasme otot,
keluhan sekunder anestesi lokal, keterlibatan sendi, penurunan peristaltik dan
keasaman lambung, serta vasokonstriksi. Ini menyebabkan vasodilatasi,
mengurangi viskositas darah dan ketegangan otot, meningkatkan
metabolisme jaringan dan menghilangkan sisa metabolisme (Ozyalcn, 2003;
Tel, 2010)
Imajinasi: Imajinasi adalah pengalaman sensorik kreatif yang dapat
mengurangi rasa sakit. Dalam imajinasi, individu mengungkapkan dunia
batin dari pengalamannya dan menggambarkan peristiwa, mimpi, fantasi,
dan pengalaman batin dari ingatannya. Imajinasi membantu mengubah
persepsi tentang diagnosis, pengobatan, kemampuan penyembuhan, dan
dengan demikian mengurangi rasa sakit, ketegangan dan stres (Tel, 2010).
 Pijat: Pijat yang diterapkan secara manual atau mekanis memberikan
tekanan pada tubuh dengan gerakan berirama. Pijat yang tepat tidak hanya
memblokir impuls nyeri juga mengurangi kejang otot dan ketegangan. Ini
mengurangi hipoksia dengan melarutkan kejang otot dan juga merangsang
sistem saraf yang menyebabkan sekresi endorfin dan serotonin, sehingga
ambang nyeri meningkat, dan pasien  merasa nyeri berkurang (Aslan &
Yıldız, 2017; Ozyalcın, 2003; Tel, 2010) 
• Akupunktur: Teknik adalah upaya yang dilakukan dengan menusukkan
jarum yang terbuat dari mineral tertentu ke titik-titik tertentu yang
berhubungan dengan rasa sakit di seluruh tubuh atau daerah yang sakit
(Aslan & Yıldız, 2017; Bolat 2015; Ozyalcın, 2003).  
• Akupresur: Ini adalah jenis akupunktur yang dilakukan dengan
memberikan tekanan pada titik tertentu tanpa jarum. Diperkirakan bahwa
daerah di mana tekanan diterapkan akan mengaktifkan/memperkuat kekuatan
penyembuhan dalam tubuh (Ozyalcın, 2003).  
• Relaksasi: Teknik relaksasi adalah metode yang berkontribusi pada kontrol
nyeri pascaoperasi dengan memberikan bantuan dari stres mental dan fisik,
dengan menghilangkan kecemasan dan ketegangan otot terkait, dan dengan
demikian juga bertindak pada kejang otot yang disebabkan oleh intervensi
bedah. Penggunaan teknik relaksasi pada periode pasca operasi akan
mengurangi penggunaan analgesik pada pasien, mengurangi efek samping
yang terkait dengan obat tersebut, dan memastikan pasien memiliki tingkat
kepuasan keperawatan tertinggi (Topcu, 2008).  
Berbagai teknik diterapkan untuk tujuan ini. Contoh utama dari teknik ini,  
*Relaksasi pasif: relaksasi dengan berkonsentrasi pada tubuh dan menangkap
sensasi panas,  
*Relaksasi otot progresif: Ini melibatkan otot yang berkontraksi dengan
sengaja dan rileks sepenuhnya secara bergantian. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan pasien memahami ketegangan pada otot dan menguranginya
secara sukarela.  
*Meditasi: Individu diminta untuk fokus pada pernapasannya sendiri, secara
visual pada suatu objek, pada gambar, atau pada pikiran aplikator. Dengan
fokus ini, perhatian diarahkan pada sesuatu yang lain daripada rasa sakit, dan
itu mengarah pada pengurangan kecemasan dan relaksasi individu.
*Biofeedback: Sebuah aplikasi berdasarkan menginformasikan pasien untuk
tujuan mengontrol fungsi fisiologis atau relaksasi. 
*Hipnosis: Keadaan relaksasi yang mendalam di mana kesadaran kognitif
menurun saat pasien menerima sugesti dengan lebih mudah (Babadag, 2014;
Ozyalcn, 2003).  
  

Comparators
--
Outcomes Manajemen nyeri, yang dianggap sebagai tanda vital kelima saat ini,
merupakan area penting dari perawatan kesehatan dan asuhan keperawatan.
Terutama nyeri pasca operasi memerlukan penanganan multidimensi karena
mempengaruhi kualitas hidup dan proses penyembuhan pasien. Nyeri
pascaoperasi dapat menyebabkan masalah fisiologis dan psikologis bagi
pasien bila tidak dikelola secara aktif. Mengontrol rasa sakit diperlukan
dalam hal merelaksasi individu, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi
komplikasi, dan memperpendek lama rawat inap. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku perawat tentang manajemen nyeri.
Times 35 penelitian dimasukkan dalam penelitian ini. 13 di antaranya studi adalah
tesis master dan 11 di antaranya adalah  tesis doktor dan artikel penelitian
Penelitian terbanyak dilakukan pada tahun 2016 dan 2017
Analisis PICOT Jurnal 2
No. Kriteria Inti Jurnal
2 population Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien post operasi soft tissue tumor
di Ruang Bedah RSUD M. Zein Painan. Jumlah sampel sebanyak 10
orang diambil dengan teknik purposive sampling (5 orang sampel distraksi
dan 5 orang sampel relaksasi).
Intervention 1. Rerata Intensitas Nyeri Pada
Kelompok Distraksi
Tehnik distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan

A
lupa terhadap nyeri yang dialami. Dasar teori distraksi adalah teori gate
control (Cummings, 2006). Teori ini menjelaskan bahwa pada spina
cord, sel-sel reseptor yang menerimastimulasi nyeri periferal dihambat
oleh stimulasi dariserabut-serabut saraf yang lain. Jika seseorang
menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan
terhambatnya impuls nyerike otak (nyeri berkurang ataudirasakan oleh
klien). Stimulasi yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang
sekresi endorfin, sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan oleh klien
menjadi berkurang.
2. Rerata Intensitas Nyeri Pada
Kelompok Relaksasi
. Keuntungan dari teknik relaksasi nafas dalam antara lain dapat
dilakukan setiap saat di mana saja dan kapan saja, caranya sangat
mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa suatu
media.Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu tindakan
yang dapat menstimualsi tubuh untuk mengeluarkan opioid endogen
yaitu endorphin dan enfekalin yang memiliki sifat seperti morfin dengan
efek analgetik.Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan merelaksasikan otot-
otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan
prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan
iskemik. Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh teknik
relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi
nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan
meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin
dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga
dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang
untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur (Smeltzer & Bare,
2012).

Comparators Perbandingan Teknik Distraksi dan Relaksasi


Terhadap Intensitas Nyeri Selama Perawatan Luka
Operasi
Tidak homogennya penyebab, lokasi dan jenis fraktur yang
dialami responden pun mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan
responden. Luka operasi yang dialami responden dibandingkan dengan
trauma tidak langsung. Responden yang mengalami luka operasi pada
area ekstremitas akan lebih merasakan akibat trauma langsung (langsung
terbentur dengan benda keras) akan lebih nyeri. Gaya koping
masing-masing responden dalam mempersepsikan nyeri juga
mempengaruhi nyeri yang dialami responden. Semakin responden
menyesuaikan diri dengan eadaan lingkungan sekitar, maka relaksasi
dibandingkan teknik distraksi dalam menurunkan intensitas nyeri pada
pasien dikarenakan pada kelompok distraksi, tindakan bertujuan untuk
mengalihkan perhatian responden ke hal lain sehingga menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri. Namun, keefektifan teknik distraksi
(mendengarkan musik) tergantung pada kemampuan responden untuk
menerima input sensori selain nyeri, dalam hal ini apakah responden
menikmati musik yang didengarkan, ataukah responden tidak menikmati
atau tidak menyukai music tersebut. Pada kelompok relaksasi (napas
dalam), responden melakukan periode menarik dan menghembuskan
napas secara teratur sesuai instruksi peneliti dan dapat memberikan
perasaan rileks atau nyaman yang pada akhirnya akan meningkatkan
toleransi persepsi responden dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami.
Jika seseorang mampu nyeri karena kesulitan saat menggerakkan tubuh.

Outcomes  Nyeri Pada Kelompok Distraksi


Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata intensitas nyeri
pada kelompok distraksi adalah 2,80 dengan intensitas terendah adalah
2 dan intensitas tertinggi adalah 4. peneliti bahwa responden pada
penelitian ini nyeri yang dialami setiap responden berbeda-beda mulai
dari sebelum operasi peneliti mengkaji respon nyeri pasien dengan
pengalaman nyeri yang berbeda. Setelah dilakukan teknik distraksi
relaksasi pasien diambil skala nyeri dan hasilnya kebanyakan dari mereka
menyatakan nyeri berkurang, tetapi ada juga dari responden menyatakan
nyeri masih menetap. Dalam penelitian ini pengurangan nyeri
dilakukan dengan cara distraksi.
 Nyeri Pada Kelompok Relaksasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata intensitas nyeri

A
E
pada kelompok relaksasi adalah 4,20 dengan intensitas terendah adalah
3 dan intensitas tertinggi adalah 5 Teknik relaksasi yang digunakan
dalam mengatasi nyeri yaitu dengan nafas dalam peneliti bahwa
responden mengalami perubahan skala nyeri setelah dilakukan relaksasi
karena responden merasa otot-otot tubuh menjadi rileks dan
nyaman apalagi setelah nafas dalam nyeri semakin berkurang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dengan teknik relaksasi, nyeri
pasien pasien post operasi dapat berkurang. Pemberian distraksi
relaksasi diberikan tidak hanya sekali tetapi berkali-kali hingga responden
merasa nyeri berkurang.
 Perbandingan Teknik Distraksi dan Relaksasi Terhadap Intensitas
Nyeri Selama Perawatan Luka Operasi
Berdasarkan hasil uji independent t test dalam tabel 4.7, nilai p (sig (2-
tailed)) = 0,000 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ha diterima yang
artinya ada perbedaan tingkat nyeri pasien sesudah tindakan
distraksi dan relaksasi. Namun, penurunan rata-rata nyeri dari kedua
kelompok diketahui bahwa distraksi 2,80 dan relaksasi 4,20 sehingga
teknik distraksi lebih efektif dalam menurunkan nyeri (2,80 < 4,20 =
1,4) dibandingkan dengan teknik relaksasi. peneliti, adanya perbedaan
rata-rata setelah dilakukan teknik relaksasi dan teknik distraksi, dan lebih
efektifnya teknik distraksi karena meningkatkan toleransinya terhadap
nyeri, maka seseorang akan mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga
akan memiliki pertahanan diri yang baik pula. Penurunan nyeri setelah
teknik relaksasi dan distraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti jenis kelamin usia, pendidikan, gaya koping, penyebab operasi,
lokasi operasi. Jenis kelamin tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Usia seseorang merupakan variabel penting
yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin baik respon
responden dalam bekerja sama dengan peneliti saat diberikan tindakan
relaksasi dan distraksi akan membantu proses penurunan nyeri saat
diberikan tindakan.
Times Penelitian ini dilakukandi Ruang Bedah RSUD M. Zein Painan.
tindakan pembedahan pada tahun 2016 sebanyak 200 tindakan,
pada tahun 2017 meningkat menjadi 223 tindakan dan pada
tahun 2018 dari bulan Januari sampai dengan bulan
September sudah tercatat sebanyak 300 tindakan
pembedahan.
Analisis PICOT Jurnal 3
No. Kriteria Inti Jurnal
3 Population sampel berjumlah 30 ibu sebagai eksperimen dan kontrol yang
mengalami laparatomi.
Intervention Efektifitas relaksasi napas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari
pasien yang akan dilakukan terapi relaksasi nafas dalam dan distraksi
dengan latihan 5 jari yang akan dijadikan responden.Setelah
mendapatkan responden yang bersedia dijadikan subjek peneltian dan
telah menandatangani lembar persetujuan, peneliti melakukan proses
pengumpulan data. Teknik relaksasi lima jari yang merupakan kegiatan
individu membuat bayangan menyenangkan, dan mengkonsentrasikan
diri pada bayangan tersebut serta berangsur angsur membebaskan diri
dari perhatian terhadap nyeri (Tamsuri, 2007). Kegiatan ini merupakan
upaya pengalihan perhatian yang dapat menurunkan nadi, tekanan darah
dan pernafasan, adanya penurunan ketegangan otot dan kecepatan
metabolisme serta ada perasaan damai,sejahtera dan santai (Muttaqin,
2008).Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang
sekresi endorphin,sehingga stimulus nyeri yang dirasakan leh klien
menjadi berkurang (Tamsuri,2007). Individu dengan kadar endorphin
yang lebih banyak didalam tubuhnya,maka akan lebih sedikit merasakan
nyeri.Banyak klien mengalami efek rileks dari teknik dengan
berimajinasi saat pertama kali mereka mencobanya (Smeltzer &Bare,
2010).

Comparators -
Outcomes Setelah dilakukan penelitian tentang “Efektifitas relaksasi napas dalam
dan distraksi dengan latihan 5 jari”, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
menunjukkan bahwa relaksasi napas dalam dan distraksi dengan latihan 5
jari efektif untuk menurunkan nyeri post laparatomi (p value < 0,05).
Artinya ada perbedaan yang signifikan rata-rata nyeri setelah diberikan
intervensi pada kelompok eksperimen. Berdasarkan keterangan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa terapi non farmakologi yaitu relaksasi
napas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari efektif menurunkan nyeri.
Times Penelitian ini dilakukan di ruang inap Camar 3 RSUD Arifin Achmad ekanbaru
Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dimulai dari tanggal 18 Mei 2015
sampai dengan 15 Agustus 2015.
Daftar Pustaka
Utami, S. (2016). Efektifitas Relaksasi Napas dalam dan Distraksi dengan Latihan 5 Jari
Terhadap Nyeri Post Laparatomi. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 4(1), 61-73.
Ibrahim, I., Fransisca, D., & Sari, N. F. (2020). PERBANDINGAN TEKNIK
DISTRAKSI DAN RELAKSASI TERHADAP INTENSITAS NYERI PERAWATAN LUKA
OPERASI DI RUANG BEDAH. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), 290-299.
Yaban, Z. S. (2019). Usage of non-pharmacologic methods on postoperative pain
management by nurses: Sample of turkey. International Journal of Caring Sciences, 12(1), 529-
541.

Anda mungkin juga menyukai