BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Menurut International Association for The Study of Pain (IASP), (1979, dalam Price dan
Wilson, 2005), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Menurut McCaffery dan Pasero (1999
dalam Wong. et al, 2008) nyeri adalah apapun yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya,
mencakup ungkapan verbal maupun nonverbal. Sherrington (dalam Ganong, 2008), menyebut
nyeri sebagai aspek pelengkap fisik dari refleks protektif mutlak yang bersifat unik yaitu nyeri
memiliki efek yang tidak menyenangkan. Rasa nyeri merupakan akibat serangkaian langkah
kompleks yang berasal dari lokasi cedera meneuju otak yang menafsirkan stimulus sebagai rasa
nyeri (Kowalak, Welsh dan Mayer, 2011). Rasa sakit didefinisikan sebagai sebuah pengalaman
indrawi dan emosional yang tidak menyenangkan berhubungan dengan aktual atau kerusakan
jaringan potensial, atau yang dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut (American Academy
Pediatric, 2012).
2
Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP), penyebab nyeri pada
tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi juga
cidera,operasi,luka bakar,infeksi dan efek kekerasan. Anak-anak ,dewasa juga
mengalami nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan
perawat untuk menyelidiki dan mengobati penyakit (Finley, 2005). Respon perilaku
pada tingkat usia terhadap rasa nyeri sama mimic wajah,perubahan nada suara dan
aktivitas,serta menangis , menunjukan sikap menjauh dari stimulus nyeri dan berbagai
perilaku.
menggunakan obat/ tanpa obat, sedangkan untuk mengevaluasi dapat dilakukan secara
verbal dan non verbal) (Wong, 2003).
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian penjelasan latar belakang diatas didapat rumusan masalah yaitu
“Bagaimanakah manajemen nyeri yang harus diterapkan di Pelayanan Kesehatan?”.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut International Association for The Study of Pain (IASP), (1979, dalam Price dan
Wilson, 2005), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Menurut McCaffery dan Pasero (1999
dalam Wong. et al, 2008) nyeri adalah apapun yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya,
mencakup ungkapan verbal maupun nonverbal. Sherrington (dalam Ganong, 2008), menyebut
nyeri sebagai aspek pelengkap fisik dari refleks protektif mutlak yang bersifat unik yaitu nyeri
memiliki efek yang tidak menyenangkan. Rasa nyeri merupakan akibat serangkaian langkah
kompleks yang berasal dari lokasi cedera meneuju otak yang menafsirkan stimulus sebagai rasa
nyeri (Kowalak, Welsh dan Mayer, 2011). Rasa sakit didefinisikan sebagai sebuah pengalaman
indrawi dan emosional yang tidak menyenangkan berhubungan dengan aktual atau kerusakan
jaringan potensial, atau yang dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut (American Academy
Pediatric, 2012).
Nyeri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perasaan yang tidak
menyenangkan dalam berespon terhadap stimulus yang berbahaya.( Lynda juall
capernitto (Edisi 10 Hal 49).
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang
muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan
sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord.
b. Nyeri somatik dalam Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan
baik akibat rangsangan pada otot rangka ,tulang,sendi,jaringan ikat.
c. Nyeri viseral Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang
menutupinya (pleura parietalis, perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi
lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih
viseral dan nyeri alih parietal
2. Berdasarkan Jenis nyeri :
a. Nyeri nosiseptif Karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral.
Stimulasi nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung
saraf sensoris dan simpatik.
b. Nyeri neurogenik Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur serat
saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf
perifer.
c. Nyeri psikogenik Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya
cemas dan depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.
akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf 2. non kanker akibat trauma, proses
degenerasi dll.
a. Respon Fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak dan
talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon nyeri
7
(Potter dan Perry, 2005). Respon fisiologis yang mengindikasikan nyeri, antara lain
adalah kulit kemerahan, peningkatan keringat, tekanan darah, nadi, dan pernafasan,
b. Respon Perilaku
Pada saat nyeri dirasakan pada saat itu mulai suatu siklus yang apabila tidak
diobati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya dapat mengubah kualitas
kehidupan secara bermakna (Potter dan Perry, 2005). Perubahan perilaku merupakan
indikator umum nyeri dan sangat bermanfaat dalam mengkaji nyeri pada anak-anak
nonverbal. Respon prilaku pada bayi muda ditunjukkan dengan respon umum
terhadap rigiditas atau memukul-mukul, kemungkinan refleks lokal menarik diri dari
area yang terstimulasi, menangis dengan keras, ekspresi pada wajah (alis menurun
dan berkerut bersamaan, mata tertutup rapat, dan mulut terbuka serta membentuk
bujur sangkar). Pada bayi yang lebih tua menunjukkan respon tubuh terlokalisasi
dengan secara sengaja menarik diri dari area yang terstimulasi, menangis dengan
c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara serat
aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara lokal
eksitasi dan inhibitor interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.
2. Transmisi
Adalah proses perambatan impuls nyeri melalui A-delta dan C serabut yang menyusul
proses tranduksi. Oleh serat afferent A-delta dan C impuls nyeri diteruskan ke sentral,
yaitu ke medulla spinalis, ke sel neuron di kornua dorsalis..
10
3. Modulasi
Merupakan interaksi antara sistem analgesik endogen (endorfin, NA, 5HT) dengan
input nyeri yang masuk ke kornu posterior. Impuls nyeri yang diteruskan oleh serat-
serat A-delta dan C ke sel-sel neuron nosisepsi di kornua dorsalis medulla spinalis
tidak semuanya diteruskan ke sentral lewat traktus spinotalamikus. Didaerah ini akan
terjadi interaksi antara impuls yang masuk dengan sistem inhibisi, baik sistem inhibisi
endogen maupun sistem inhibisi eksogen. Tergantung mana yang lebih dominan. Bila
impuls yang masuk lebih dominan, maka penderita akan merasakan sensibel nyeri.
Sedangkan bila efek sistem inhibisi yang lebih kuat, maka penderita tidak akan
merasakan sensibel nyeri.
4. Persepsi
Impuls yang diteruskan ke kortex sensorik akan mengalami proses yang sangat
kompleks, termasuk proses interpretasi dan persepsi yang akhirnya menghasilkan
sensibel nyeri.
2.8 Teori Pengontrolan Nyeri
Apabila masukan masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan
menutup mekanisme pertahanan. diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat
seorang perawat menggosok punggung k l i e n d e n g a n l e m b u t . Pesan yang
d i h a s i l k a n a k a n m e n s t i m u l a s i mekanoreseptor , a p a b i l a masukan yang
dominan berasal dari serabut delta A dan serabut , maka akan
membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsian sensasi nyeri. bahkan jika
impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat
e n d o g e n , s e p e r t i endorphin d a n dinorfin, s u a t u pembunuh nyeri
alami yang berasal dari tubuh Neuromedulator i n i m e n u t u p m e k a n i s m e
p e r t a h a n a n d e n g a n m e n g h a m b a t p e l e p a s a n substansi P. Tehnik
distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya
untuk melepaskan endofrin (Potter, 2005).
2.9 Penilaian Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh
dua orang yang berbeda.
Keterangan :
baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
berkomunikasi, memukul.
A. Uni dimensional
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin,
dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut
B.Multi dimensional
Mengukur intensitas dan afektif (un- pleasantness) nyeri Diaplikasikan untuk
nyeri kronis Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis Skala multi-
dimensional :
14
5. Untuk pasien bayi 0-1 tahun, digunakan skala NIPS (Neonatal Infant Pain
Scale)
NIPS dirancang untuk mengukur nyeri pada bayi prematur dan bayi cukup
bulan hingga usia 6 minggu setelah lahir. Alat ini menilai ekspresi wajah, tangisan,
pola pernafasan, posisi kaki dan tangan, dan kepekaan terhadap rangsang.
Kisaran nilai untuk 0 = tidak ada nyeri dan 7 = nyeri terberat (Ball dan Bindler,
2008).
Terapi Multimodal
o Modalitas fisik
Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk jarum, perbaikan
posisi, imobilisasi, dan mengubah pola hidup.
o . Modalitas kognitif-behavioral
o Modalitas Invasif
o Modalitas Psikoterapi
Dilakukan secara terstruktur dan terencana, khususnya bagi merreka yang
mengalami depresi dan berpikir ke arah bunuh diri
o Modalitas Farmakoterapi
Mengikuti ”WHO Three-Step Analgesic Ladder”
Cara untuk mengurangi nyeri adalah :
1.Teknik Relaksasi
Mengulangi hal yang sama sambil berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman,
Stimulasi Kulit
Teknik pemijatan atau pengurutan secara halus pada bagian yang dirasa nyeri,
17
dengan cara mengurut secara melingkar di sekitar area luka yang dirasa nyeri
dengan sentuhan lembut
Menggosok punggung
Mengompres dengan menggunakan air hangat dan dingin
Memijat dengan air mengalir
2.Terapi Pengalihan
Dengan cara mengalihkan fokus bukan pada rasa nyeri, melainkan pada fokus yang
lain
Menonton TV
Berbincang-bincang dengan orang lain
Mendengarkan musik
Hypnosis
Terapi Bermain
4.Terapi Farmakologi
Untuk nyeri yang sangat berat dapat digunakan terapi farmakologi yaitu dengan
pemberian obat anti nyeri atau analgetik.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
NYERI
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Anamnese
- Identitas penderita : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
- Keluhan Utama / Alasan masuk rumah sakit
Nyeri Akut :
- Mengkaji perasaan klien,
- Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
- MenetapMengkaji keparahan dan kualitas nyeri
Nyeri Kronis
- Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif,selain itu
terdapat komponen yang harus diperhatikan dalam memulai mengkaji respon
nyeri yang dialami pasen untuk penentu ada tidaknya nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
19
R (Regional/Area/Radiasi)
1. Lokasi nyeri meliputi nyeri abdomen,kuadran bawah,luka post operasi,
2. Apakah nyerinya menyebar?
3. Apakah merambat pada punggung atau lengan, merambat pada leher atau kaki?
S (Severity/Skala Keparahan)
20
· Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala, skala nyeri ringan, sesdang , atau
berat ( sangat nyeri ).
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien, adalah:
1. Respiratory : bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
2. Sirkulasi : tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3. Persarafan : tingkat kesadaran.
4. Balutan :
- Apakah ada tube, drainage ?
- Apakah ada tanda-tanda infeksi?
- Bagaimana penyembuhan luka ?
5. Peralatan :
- Monitor yang terpasang.
- Cairan infus atau transfusi.
6. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
7. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita nyeri atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
Pemeriksaan Fisik
o Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
21
3. Ciptakan lingkungan yang tenang. 3. Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan
akan memperberat rasa nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan 4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat
relaksasi. mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman 5. Posisi yang nyaman akan membantu
mungkin sesuai keinginan pasien. memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massase dan kompres 6. Massase dapat meningkatkan vaskulerisasi
luka dengan BWC saat rawat luka. dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai
desinfektan yang dapat memberikan rasa
nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk 7. Obat–obat analgesik dapat membantu
pemberian analgesik. mengurangi nyeri pasien.
2) Diagnosa no. 2 : Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
a) Pergerakan pasien bertambah luas
b) Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,
berjalan )
c) Rasa nyeri berkurang.
d) Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan
4) Diagnosa no.4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
a) Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
b) Pasien tenang dan wajah segar.
c) Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Bentuk evaluasinya antara lain :
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
27
Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
1. Tanda-nyeri berkurang yang meliputi :
– Suhu tubuh normal
– Nadi normal
– Tekanan darah normal
2. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
3. Pasien terbebas dari adanya komplikasi.
4. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
Ø Kriteria Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien, meliputi;
1. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.
2. Luka insisi normal tanpa infeksi.
3. Tidak timbul komplikasi.
4. Pola eliminasi lancar.
5. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
6. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.
7. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :
– Pengobatan lanjutan.
– Jenis obat yang diberikan.
– Diet.
– Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.
28
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut International Association for The Study of Pain (IASP), (1979, dalam
Price dan Wilson, 2005), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual, potensial, atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat
terjadi kerusakan.
29
DAFTAR PUSTAKA
31
32
).
33
34