1. Aspek Perkembangan Bayi 0-6 Bulan Aspek perkembangan individu telah banyak dijelaskan oleh berbagai ahli dan pada TKT ini akan digunakan delapan aspek perkembangan (yaitu motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan sosial). Stimulasi secara teratur dan terarah dilakukan pada setiap aspek perkembangan dengan tujuan agar tugas perkembangan rasa percaya dapat tercapai. Perkembangan Aspek Monitorik Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, sistem saraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1991). Keterampilan motorik dibagi menjadi keterampilan motorik kasar (keterampilan yang menggunakan otot-otot besar dalam tubuh dan berkembang dalam araf sefalokaudal dari kepala ekor) dan halus (keterampilan yang melibatkan otot-otot kecil dengan koordinasi antara mata dan tangan). Cara stimulasi perkembangan aspek motorik kasar bayi 0-6 bulan adalah: 1. Aspek motorik kasar bayi 0-3 bulan, mencakup: a. Menggerakkan kepala ke kanan dan kiri: Bayi diberikan rangsangan suara dari arah kanan atau kiri (menggunakan kerincingan atau memanggil bayi menggunakan nama panggilan). b. Mengangkat tangan ke wajah : Bayi tidur telentang kemudian ibu mengangkat kedua tangan bayi sambil digerakkan ke arah wajah bayi. c. Mengangkat kepala untuk sesaat : Ibu mengangkat kedua tangan bayi saat tidur telentang sehingga kepala bayi terangkat. d. Menggenggam benda: Meletakkan jari-jari ibu atau mainan pada tangan bayi sehingga bayi e. Memasukkan tangan ke dalam mulut : Mendekatkan tangan bayi ke mulutnya. f. Mendorong kaki ke bawal : Menempatkan mainan di bawah kaki bayi sehingga bayi menen- dang mainan tersebut untuk merangsang kemampuan bayi mendorong kaki ke bawah. g. Memiringkan badan ke kanan dan kiri: Mengajak bayi untuk berinteraksi dari arah kanan cara dan kiri agar dapat mencari rangsangan serta mencoba memiringkan badannya ke kanan dan kiri. 2. Aspek motorik kasar bayi 3-6 bulan, mencakup: a. Menggelengkan kepala: Membuat bunyi-bunyian di kiri dan kanan bayi agar kepala menggeleng ke kiri dan kanan. b. Menggapai barang-barang yang menggantung : Menggantungkan mainan di atas bayi sehingga bayi akan mendekatkan tangan dan mengambil mainan tersebut dengan cara menggapainya. c. Menggenggam dan mengguncang mainan yang dipegang : Memberikan mainan kerincingan ketangan bayi dan membantu mengguncangnya. d. Mendekatkan kedua tangan: Mendekatkan kedua telapak tangan bayi seperti bertepuk tangan. e. Menggerakkan badan maju: Posisikan bayi tengkurap, kemudian meletakkan mainan di depan bayi yang sedang tengkurap sehingga bayi berupaya menjangkaunya. f. Kaki menendang-nendang: Menempatkan mainan di bawah kaki bayi sehingga bayi akan berusaha menendang mainan tersebut untuk merangsang kemampuan bayi mendorong kaki ke bawah. g. Duduk dengan bantuan: Mendudukkan bayi di pangkuan ibu dan bersandar di dada ibu. Cara stimulasi perkembangan aspek motorik halus bayi 0-6 bulan adalah: 1. Aspek motorik halus bayi 0-3 bulan, mencakup: a. Bereaksi terhadap bunyi: Memanggil bayi dengan namanya. b. Berkedip jika ada cahaya yang terang: Membawa bayi ke tempat yang terang dan bercahaya sehingga bayi berkedip. c. Mengikuti benda dengan matanya: Menggerakkan benda yang berwarna mencolok sehingg bayi dapat mengikuti benda dengan matanya. d. Tersenyum: Mengeluarkan suara yang menyenangkan sehingga dapat merangsang bayi untuk mulai menunjukkan responsnya. 2. Aspek motorik halus bayi 3-6 bulan, mencakup: a. Kontak mata: Mengajak bayi bicara dengan kontak mata. b. Mengembangkan senyum sosial: Memberi contoh senyum dan mengajak bayi berbicara dengan suasana gembira sehingga bayi mulai mengembangkan senyum sosial. c. Mengikuti gerak benda berwarna: Memperlihatkan benda atau mainan yang berwarna cerah dan bergerak secara perlahan. d. Menggenggam: Memberi mainan berbentuk bola kecil atau spiral untuk digenggam bayi.
Perkembangan Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif atau intelektual merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelligence), dan bakat (aptitude). Perkembangan kognitif mencakup penge- tahuan dan kemampuan untuk mengenali, memahami, serta mengatasi masalah, memori, konsentrasi, perhatian, persepsi, imajinasi dan kreativitas (Yuniarti, 2015). Kemampuan kognitif bayi usia 0-6 bulan adalah menyukai wajah manusia, orang yang dekat, menangis saat tidak nyaman, menendang-nendang saat lapar, dan mulai mengenal benda di sekitar. Cara stimulasi perkembangan aspek kognitif bayi 0-6 bulan adalah: 1. Senang melihat wajah orang tua: Berbicara setiap melakukan kegiatan merawat bayi dan perhatikan respons bayi. 2. Senang dengan benda-benda yang biasa di sekitarnya: Memperkenalkan benda- benda yang ada di sekitar bayi. 3. Menangis saat tidak nyaman: Jelaskan reaksi bayi saat merasa tidak nyaman, yaitu menangis dan menendang-nendang, kemungkinan bayi lapar, basah, buang air besar, kedinginan, atau kepanasan. Contohkan cara merespons dengan mengatakan "Ada apa, nak?", "Coba mama lihat", "Lapar? Basah? Ooh", dan berusaha memenuhi kebutuhan bayi. 4. Mulai mengenali orang-orang pang akrab: Jelaskan pada orang tua agat meminta orang yang ada di sekitar bayi untuk menyapa dan memperkenalkan dirinya, contohnya "Ini kakak", "Ini mama", atau "Ini papa". Memperkenalkan
Perkembangan Aspek Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Cara komunikasi bergan karena pikiran dan perasaan dapat dinyatakan dalam bentuk isyarat, lisan, tulisan, atau gerak menggunakan bunyi, kata-kata, kalimat, lambang, gambar, ata lukisan (Yusuf, 2010). Melalui bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, berkomunikasi dengan sesama manusia, mengenal alam sekitar, dan memiliki ilmu pengetahuan, nilai moral, serta agama. Cara stimulasi perkembangan aspek bahasa bayi 0-6 bulan adalah: 1. Menoleh saat diajak bicara (bahasa nonverbal bayi): Memanggil nama bayi atau bicara saat melakukan perawatan bayi. 2. Mengulangi bunyi "ah" "oh": Melatih bayi untuk menirukan kata-kata dengan mengulang beberapa kati berkali-kali. 3. Menggumam: Mengajak bayi berbicara, merangsang bayi dengan memutarkan musik, bernyanyi untuk bayi, dan membacakan cerita untuk bayi (meskipun ia belum mengerti). 4. Mengenali ekspresi wajah dan nada suara orang yang berbicara: Bermain cilukba dan bercanda denga bayi. 5. Menanggapi ketika dipanggil namanya: Melatih bayi untuk menyebutkan nama dirinya. 6. Menanggapi permintaan yang sudah dikenal : Melatih bayi untuk menanggapi permintaan sederhana sambil berinteraksi dengan bayi, "Nak, ayo ke sini dengan ibu". 7. Memahami pertanyaan sederhana: Melatih bayi untuk memahami ayah?". pertanyaan cara sederhana, misalnya menstimulasi, seperti "Di mana ayah?”.
Perkembangan Aspek Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, ter- utama kesejahteraan atau kenyamanan (well-being) dirinya (Santrock, 2007). Emosi diwakili oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidak- nyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi dapat berbentuk sesuatu yang spesifik, seperti rasa senang, takut, dan marah, bergantung pada interaksi yang dialami. Respons kehangatan dan kasih sayang orang tua sangat penting dalam perkembangan emosi bayi (Weatherston & Browne, 2016). Pada saat orang tua berbicara pada bayi, apakah wajahnya mencari suara dan menunjukkan ekspresi senang? Jika demikian berarti bayi mengenali suara orang tua dan ada ikatan emosi. Berdasarkan hasil penelitian (Palama et al., 2018), bayi 0-6 bulan sudah dapat mengenali emosi kebahagiaan, berespons terhadap suara yang lembut atau suara tinggi yang didengarnya, dan memperhatikan gerakan mulut orang dewasa setelah mendengarkan suara yang bahagia dan lembut. Perubahan emosi bayi dapat segera diatasi dengan menghampiri, meng- gendong, memeluk, dan membuai bayi, memenuhi kebutuhan dasarnya (lapar, haus, basah, sakit), serta memberi selimut saat bayi kedinginan (Keliat et al., 2019). Cara stimulasi perkembangan aspek emosi bayi 0-6 bulan adalah: 1. Rasa senang dan gembira: Berbicara disertai wajah yang gembira dan memberi rasa nyaman dengan menggendong dan membuai bayi. 2. Cara mengatasi perasaan takut dan sedih: Menangis serta gelisah. Contohkan dengan segera menghampiri, menggendong, memeluk, dan memenuhi kebutuhan bayi.
Perkembangan Aspek Kepribadian
Kepribadian dapat diartikan sebagai "kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik" (Yusuf, 2010). Kepribadian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik herediter (bawaan dari lahir secara genetika dari orang tuanya) maupun lingkungan (seperti interaksi anak dengan lingkungan fisik, sosial, kebudayaan, dan spiritual) (Hurlock, 2008). Simpulan yang dapat diambil adalah kepribadian merupakan perilaku individu yang dipengaruhi oleh penyesuaian dirinya terhadap berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Perkembangan kepribadian sangat dipengaruhi oleh ibu sebagai pengasuh utama (Freud, 2006). Kepribadian adalah suatu cara unik individu untuk menghadapi keadaan atau situasi di lingkungannya berdasarkan aspek kognitif dan emosional yang berkembang selama proses kehidupannya. Kepribadian bayi 0-6 bulan adalah perilaku yang dapat dilakukan terhadap stimulus lingkungan seperti menjangkau suatu benda, suasana yang dirasakan nyaman, dan mengenal dirinya melalui cermin pada orang lain. Cara stimulasi perkembangan aspek kepribadian bayi 0-6 bulan adalah : 1. Mengenal sebutan dirinya: Memanggil nama dan memberi sebutan yang baik pada bayi (mis nya "cantik, pintar, baik" dan sebagainya). 2. Mengenal tubuhnya: Mengajak bayi melihat dirinya di cermin yang tidak mudah pecah, kemudian menyebutkan bagian tubuh (misalnya "Ini tangan Arsyi, ini rambut Arsy? dan sebagainya). 3. Mengenal rutinitas kegiatan: Memandikan, menidurkan, dan memberikan bayi makan secara teratur sambil mengucapkan "Sekarang kita mandi ya sudah waktunya tidur ya" dan sebagainya.
Perkembangan Aspek Moral
Istilah moral berasal dari Bahasa Latin "mos" yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, dan nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas me- rupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip moral (Yusuf, 2010). Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang nilai-nilai mengenai benar atau salah serta baik atau buruk. Perkembangan moral memiliki dimensi hubungan intra- personal, yang mengatur aktivitas dan tindakan seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial serta dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan menyelesaikan konflik (Santrock, 2007). Perkembangan moral terdiri dari dimensi interpersonal (antar-individa) da intrapersonal (dalam diri individa). Moral terkait dengan kesejahteraan, keadilan berbagi, kesetaraan, kepercayaan, dan secara umum mulai berkembang pada usia 3-8 tahun (Turiel, 2018). Pada usia bayi, dapat dimulai awal perkembanga moral ketika bayi mulai mempercayai orang tua yang memenuhi kebutuhannya dan orang tua dapat memaparkan hal yang benar serta tepat, walaupun ha belum mengerti. Cara stimulasi perkembangan aspek moral bayi 0-6 bulan adalah: 1. Mengenal cara minum ASI yang baik dan benar: Contohkan langkah memberi ASI, yaitu "Lapar ya? Mau minum ya? Mama bersihkan dulu ya, ayo dengan baik ya, bagus sekali neteknya". Saat memberi ASI ibu memper tahankan kontak mata dengan bayi sambil membuai bayi. 2. Mengenal cara mandi yang baik dan benar: Contohkan langkah memandikan bayi, yaitu terlebih dahulu mengatakan "Saatnya mandi ya, mama persiapkan perlengkapannya dulu" kepada bayi. Kemudian menyediakan peralatan mandi dan baju yang bersih serta berkata "Ayo semua sudah siap, kita mandi ya, ayo buka baju dulu", lalu ibu memandikan bayi sambil mengajak bayi bermain air serta mengeringkan dan memakaikan baju. 3. Mengenal cara buang air besar dan kecil: Anjurkan pada ibu untuk mem- perhatikan tanda bayi buang air besar atau kecil. Jika BAB atau BAK, ibu menyampaikan kepada bayi bahwa ia akan membersihkan dan mengganti popok dan/atau baju yang kotor dengan kalimat "Ooh basah ya?, habis kencing ya? Arsyi buang air besar ya? Sebentar ya mama bersihkan dan ganti popoknya".
Perkembangan Aspek Spiritual
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2009). Dimensi spiritual berupaya untuk mem- pertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres (Kozier, dkk, 2008). Hubungan keterikatan paling awal antara bayi dan orang tua juga berkaitan dengan keterikatan pada Tuhan dan hal ini penting bagi perkembangan dan kesehatan seumur hidup (Miner, Ghobary-Bonab, & Dowson, 2017). Ke- hidupan spiritual orang tua akan memengaruhi perkembangan spiritual bayi, melalui keterikatan dan kepercayaan bayi terhadap orang tua. Cara stimulasi perkembangan aspek spiritual bayi 0-6 bulan adalah: 1. Mengenal ritual ibadah: Mengikutsertakan bayi saat beribadah sehingga bayi dapat melihat dan mendengar ibadah lakukan. Ibu dapat berkata "Arsyi ikut mama shalat/doa/ibadah ya". 2. Berdoa bersama: Mengajak dan mengajari bayi berdoa sebelum tidur, sebelum minum ASI, dan melakukan kegiatan. 3. Mengenal ayat suci dan menyanyikan pujian bagi Tuhan: Membacakan ayat suci dan memperdengarkan shalawat atau menyanyikan pujian kepada bayi.
Perkembangan Aspek Sosial
Perkembangan sosial bayi dimulai dari interaksi bayi dengan orang tua, peng- asuh, dan orang yang ada di sekitar bayi. Hubungan sosial bayi dimulai dengan pengalaman berinteraksi, berekspresi, emosi, dan mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain (Cohen et al., 2005). Cara interaksi awal pada bayi adalah refleks gerak otomatis, menggenggam, kontak mata, senyuman, tangisan, memandang orang, dan membedakannya serta memandang lingkungan (khusus nya yang berwarna mencolok). Orang tua diharapkan berespons terhadap semua cara interaksi bayi samb melekatkan keterikatan emosi orang tua kepada bayi. Pada enam usianya, bayi berespons secara refleks, seperti tersenyum otomatis, menggenggam, mengenal suara, dan merasakan sentuhan yang dilakukan oleh orang yang selalu dekat dengannya. minggu pertama Pada usia 2 bulan, bayi akan mulai melakukan kontak mata dan pada usia enam minggu hingga enam bulan tampak mulai tersenyum yang sebenarnya terhadap sesuatu yang menyenangkan, respons akan berbeda antara orang yang dikenal dan tidak dikenal, walaupun belum memperlihatkan reaksi penolakan Bayi mulai membangun rasa percaya terhadap orang tua yang memenuhi ke- butuhannya, melakukan gerakan dan perilaku agar orang tua dekat dengannya (Oswalt, 2010). Kemampuan sosial yang dimiliki bayi 0-6 di antaranya mulai terbentuk kontak mata yang baik, mulai mengenal namanya, mengenal suara orang yang ada di sekelilingnya, dan mengenal kata-kata yang diucapkan secan berulang. Cara stimulasi perkembangan aspek sosial bayi 0-6 bulan adalah: 1. Kontak mata: Mempertahankan kontak mata saat bicara dengan bayi. 2. Mengenal nama: Memanggil nama panggilan bayi, dan mengulang nama lengkap bayi dengan hati yang senang setiap berinteraksi dengan bayi. 3. Mengenal sentuhan: Memeluk, mencium, dan mengela bayi dengan hati yang gembira. 4. Mengenal suara orang di sekitar: Penting setiap orang yang ada di sekitar bayi untuk menyapa dan memanggilnya. 5. Menirukan gerakan atau ekspresi wajah orang lain: Mengajak bayi berinteraksi dan menunjukkan bermacam ekspresi (sepert tersenyum atau cemberut) sehingga bayi mampu mengamati dan meniru kannya.
2. Aspek Perkembangan Bayi 6-12 Bulan
Aspek perkembangan individu telah banyak dijelaskan oleh berbagai ahli dan pada TKT ini akan digunakan 8 aspek perkembangan, yaitu motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan sosial. Stimulasi secara teratur dan terarah dilakukan pada aspek perkembangan dengan tujuan agar tugas per- kembangan rasa percaya dapat tercapai.
Perkembangan Aspek Motorik\
Perkembangan motorik pada usia 6-12 bulan adalah motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan aspek motorik kasar, yaitu duduk dengan bantuan hingga dapat duduk sendiri dan merangkak yang akan berkembang menjadi berdiri serta akhirnya dapat berjalan (Hockberry & Wong, 2004; Depkes, 2006; Higuera & Gill, 2018). Cara stimulasi perkembangan aspek motorik kasar bayi 6-12 bulan adalah: 1. Duduk: Mendudukkan bayi di pangkuan ibu dengan cara bersandar ke perut ibu, kemudian latih terus hingga dapat duduk sendiri. 2. Mengangkat kepala: Mengangkat kedua tangan bayi saat tidur telentang sehingga kepala bayi terangkat. 3. Melonjak: Membantu bayi untuk berada pada posisi berdiri di pangkuan ibu sehingga bayi dapat melonjak-lonjak. 4. Merangkak: Bayi diposisikan tengkurap, letakkan penahan di telapak kaki agar bayi dapat menekan kakinya sehingga badan dapat maju. Selain itu, dapat dilakukan juga dengan meletakkan mainan di depan bayi sehingga bayi berusaha untuk meraihnya dengan merangkak. 5. Berdiri: Latih bayi berdiri dengan memegang kedua ketiak bayi, bayi akan melonjak-lonjak sambil menekan kakinya ke bawah. Selain itu, bayi dapat berdiri dengan memegang penyangga dan dijaga oleh orang tua. Latih terus hingga bayi dapat berdiri sendiri. Umumnya pada usia 10 bulan sudah dapat berdiri sendiri. 6. Berjalan: Memegang kedua tangannya l biarkan ia melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah dan bimbing ke suatu tempat, atau dapat dengan berpegangan pada pinggir tempat tidur atau sofa. Jaga bayi agar tidak jatuh dan terbentur. Latih terus hingga bayi dapat berjalan sendiri. 7. Membungkuk: Mengajak bayi berinteraksi dari arah kanan dan kiri agar bayi mencari sumber rangsangan dan mencoba memiringkan badannya ke kanan dan kiri Perkembangan aspek motorik halus bayi 6-12 bulan adalah memegang benda dengan kuat, memegang benda dengan kedua tangan sambil memindahkan dari tangan yang satu ke tangan yang lain, mengambil benda-benda kecil, memasukkan benda ke dalam wadah, memegang botol atau cangkir dan meminumnya, memasukkan makanan ke mulut, makan pakai sendok, serta tepuk tangan (Hockberry & Wong, 2004; Depkes, 2006). Cara stimulasi perkembangan aspek motorik halus bayi 6-12 bulan adalah: 1. Memegang benda: Menyediakan mainan/benda yang berbentuk lingkaran, berikan kepada bagi agar ia pegang, kemudian minta kembali mainannya. 2. Memasukkan benda kecil ke wadah: Menyediakan benda-benda becil dan wadahnya, lalu beri contoh memasukkan benda kecil ke wadah, dan kemudian latih bayi untuk melakukannya juga. Kegiatan ini dapat pula dilakukan sambil bertanya tentang nama atau warna benda yang akan dimasukkan. 3. Makan dan minum: Melatih bayi memegang botol minumnya dan kemudian meminum sendiri, mula-mula dibantu dan terus dilatih hingga dapat melakukannya sendiri. Bayi sudah mulai makan, berikan suasana makan melakukannya di meja makan, jika mungkin bersama keluarga. Latih bayi untuk makan menggunakan tangan dan sendok hingga mampu makan secara mandiri. Pada setiap keberhasilan, berikan pujian kepada bayi dengan ucapan. muka yang gembira, dan tepukan tangan yang akan meningkatkan kepercayaan diri bayi.
Perkembangan Aspek Kognitif
Perkembangan aspek kognitif berkaitan dengan (pengetahuan), tentang bagai- mana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2006). Kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, serta merencanakan masa depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan mengamati, membayangkan, memperkirakan, me- nilai, dan memikirkan lingkungannya. Bayi mencari stimulus baru di lingkungan. mulai mengantisipasi urutan perilakunya, dan bertindak dengan tujuan (Potter & Perry, 2014). Pada usia 6-12 bulan, bayi mulai berpikir, belajar, dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang akan dikembangkan adalah mulai mengenal orang. warna, benda, dan gambar, memperhatikan dan mengetahui hubungan sebab- akibat yang sederhana, memilih, serta berkonsentrasi. Cara stimulasi perkembangan aspek kognitif bayi 6-12 bulan adalah: 1. Mengenal: Menyediakan mainan yang berwarna-warni (biasanya warna merah adalah warna yang pertama kali dikenal) dan lanjutkan dengan warna yang lain. Latih bayi untuk mengenal warna hingga mampu mengenal sendiri. 2. Perhatian: Membedakan orang yang ada di sekitar dan suara yang didengar. Oleh sebab itu, semua orang yang berada di sekitar bayi harus selalu menyapa dan mengajak bayi bicara serta memberikan perhatian. 3. Sebab dan akibat: Sediakan mainan yang dapat mengeluarkan bunyi atau cahaya setiap kali disetel. Latih bayi untuk menyetelnya. 4. Memilih: Memberikan beberapa mainan dan minta bayi untuk memilihnya. Pada tahap awal, orang tua dapat membantu memilihkannya hingga akhirnya bayi dapat memilih sendiri. 5. Konsentrasi: Melatih bayi konsentrasi pada satu mainan yang disukai pada waktu tertentu misalnya 5 menit. Latihan konsentrasi dapat dilakukan dengan mengambil dua buah gelas plastik, diletakkan terbalik, salah satunya ditaruh mainan kesukaan yang sudah dipilih, kemudian contohkan memilih gelas yang ada mainan ke sukaannya, lalu pindahkan mainannya ke gelas yang lain, selanjutnya minta bayi untuk memilih gelas mana yang berisi mainan kesukaannya. Bagi setiap keberhasilan, berikan pujian dengan ucapan, ekspresi muka yang gembira, dan tepuk tangan yang akan meningkatkan kepercayaan diri bayi.
Perkembangan Aspek Bahasa
Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimpulkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 2008). Bayi 6- 12 bulan mampu mendengar kata-kata dan suara, mengerti raut muka dan nada suara (khususnya kata "tidak"), mengenal dan membedakan orang yang ada di sekitarnya, melakukan aksi untuk mendapatkan perhatian (seperti membuat suara yang berisik), raut muka yang ingin diperhatikan dan melakukan kontak mata dengan orang di sekitar, serta menyapa dengan kata-kata "dadaaaah", tepuk tangan, dan terima kasih. Cara stimulasi perkembangan aspek bahasa bayi 6-12 bulan adalah: 1. Mendengar: Mengulangi kata-kata yang berbeda dan perdengarkan musik yang bervariasi, kemudian observasi respons bayi. Pada akhirnya setiap mendengar kata-kata, suara, dan musik, bayi akan menoleh mencari suara. 2. Mengerti ekspresi: Memperlihat kan raut muka yang gembira dan suara yang lemah lembut. Hindari kata-kata tidak, tetapi jika ada yang tidak tepat katakan "sebaiknya..... (kalimat positif)". Pada akhirnya bayi belajar ekspresi raut muka dari orang yang bicara dengannya. 3. Mengenal: Memperkenalkan orang terdekat setiap kali berbicara dengan bayi, misalnya katakan "Ini mama", "Ini papa", "Ini kakak", dst. 4. Meminta perhatian: Memberi respons jika bayi mengeluarkan suara berisik, menangis, melakukan kontak mata, atau merengek. Ibu diharapkan segera menghampiri bayi dan memenuhi kebutuhannya. 5. Sapaan : Latih melambaikan tangan untuk salam dari jauh, latih tepuk tangan untuk merayakan keberhasilan dan latih mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu. 6. Mengeluarkan suara yang belum jelas, seperti "ah, ob": Melatih bayi menirukan kata-kata dengan tepat dan dilakukan berulang-ulang. Jika bayi mengeluarkan suara, ibu diharapkan menginterpretasikannya dengan kata yang benar. Misalnya "eehh..ech..ech" lalu ibu mengatakan "mau minum?" 7. Mulai menggumam: Merangsang bayi dengan memutarkan musik, bernyanyi untuk bayi, dan membacakan cerita untuk bayi (meskipun ia belum mengerti), biasanya bayi akan menggumam (berespons). 8. Menanggapi ketika dipanggil namanya: Memberi contoh dan melatih anak untuk menyebutkan nama dirinya. 9. Mengeluarkan beragam suara berbeda, seperti "mamama" dan "babababa": melatih bayi berbicara dengan kata-kata yang benar, Contohnya, "Ini Mama, adik mau minum?". 10. Menanggapi permintaan yang sudah dikenal (misalnya "Datang ke sini"): Melatih bayi untuk menanggapi permintaan sederhana sambil berinteraksi dengan bayi, misalnya dengan berkata "Nak, ayo ke sini dengan ibu". 11. Memahami pertanyaan sederhana: Melatih bayi untuk memahami pertanyaan sederhana, seperti "Dimana ayah?". Untuk setiap keberhasilan bayi, berikan pujian dengan ucapan, ekspresi muka yang gembira, dan tepuk tangan yang akan meningkatkan kepercayaan diri bayi.
Perkembangan Aspek Emosi
Perkembangan aspek emosi bayi pada 6-12 bulan berupa senang saat bersama dengan orang tua dan mendapatkan perhatian, serta mempunyai ikatan kasih ayang yang kuat dengan orang-orang di sekitarnya. Situasi ini akan membuat bayi cemas saat terjadi perpisahan (yang sering disebut dengan separation anxiety), yang terlihat dari tangisan bayi saat berpisah atau ditinggalkan oleh orang tua. Respons bayi terhadap ketidaksenangan bervariasi dari sedih, menangis, rewel, marah hingga raut wajah yang cemberut. Perubahan emosi dari bahagia dansenang dapat cepat berubah menjadi sedih, menangis, dan marah (Oswalt, 201 Hal ini dapat terjadi saat orang tua ke kamar mandi atau meninggalkannya d waktu yang singkat. Pada usia 12 bulan, bayi mulai mengenal emosinya dan emosi orang lain, bahkan mulai merasa cemburu. Cara stimulasi perkembangan aspek emosi bayi 6-12 bulan adalah: 1. Senang dan gembira: Memberika rasa perhatian dan kasih sayang serta menemani dengan permainan yang menyenangkan. 2. Adaptasi perpisahan: Latihan "cilukba" memberi pemahaman antara ada dan tidak ada terhadap orang dan benda. Pada saat mulai meninggalkan bayi, usahakan agar tidak terlalu lama, jelaskan ke mana, dan segera kembali serta menghibur bayi. 3. Bermain: Ketika bermain membiasakan mengucapkan kata-kata berikut ke bayi: anak pintar, anak hebat, anak kesayangan mama, mama senang sekali. Semua kata-kata ini akan mem bentuk rasa percaya dan harga diri bayi. 4. Senang saat dibawa mengenal lingkungan di luar rumah: Mengajak bayi keluar untuk mengamati dan menjelaskan benda-benda dan keadaan di sekitarnya. 5. Menanggapi emosi orang lain dan sering tampak bahagia: Melatih bayi mengenali dan berinteraksi dengan orang lain yang sering mengajak bayi bercanda dan berkomunikasi. 6. Memiliki mainan favorit: Melatih bayi mengambil mainan yang disukainya, kemudian berikan pujian setelah bayi melakukannya. Hal ini melatih bayi mengembangkan perasaan memiliki. 7. Mengendalikan rasa takut dalam beberapa situasi: Ketika bayi memperlihatkan rasa takut, ibu memeluk bayi dan untuk mengatasi rasa takut.
Perkembangan Aspek Kepribadian
Masa bayi sering disebut "periode kritis" dalam perkembangan aspek kepribadian karena pada saat ini diletakkan dasar struktur kepribadian yang akan dibangun. Kondisi yang menunjang persistensi kepribadian adalah bawaan, pendidikan anak, nilai-nilai orang tua, peran, lingkungan sosial, dan seleksi dalam lingkungan sosial. Respons orang tua akan berpengaruh pada perasaan bayi, bagaimana orang rua mempelajari apa yang disukai dan tidak disukai oleh bayi akan membangun hubungan yang kuat serta erat antara orang tua dan bayi. Orang tua dapat mem- berikan rasa aman dan kasih sayang, mengajak tersenyum, mengajak anak meng- amati benda-benda serta keadaan di sekitarnya, mengayun anak, meninabobokan, memeluk, dan mencium (Depkes, 2006; Papalia & Feldman, 2014). Sifat atau perilaku bayi yang perlu diperhatikan dan berhubungan dengan kepribadian adalah apakah bayi tenang atau aktif, gembira, mudah ditebak atau tidak, mudah adaptasi atau hati-hati, teliti atau tidak, dan mudah bergaul atau tidak. Bayi yang tenang akan duduk santai menikmati sekelilingnya, sementara bayi yang aktif akan lebih tangguh, yaitu tidak banyak tidur, gelisah jika sudah harus makan, mandi, selalu penasaran dengan sesuatu yang baru, dan cepat beradaptasi. Bayi yang gembira selalu tersenyum hingga cekikikan dan berwajah cería, sebaliknya ada bayi yang tidak berespons dan ada juga bayi yang tampak frustrasi karena keinginannya tidak diketahui atau terpenuhi. Biasanya orang tua mengatur waktu kegiatan sehari-hari bayi, pada bayi yang tenang mudah untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal. Namun, pada bayi yang tidak dapat diduga atau tidak mengikuti jadwal mungkin akan sulit untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal maka sikap orang tua diharapkan tetap lemah lembut dan konsisten. Orang tua perlu memperhatikan adaptasi bayi terhadap situasi baru, misalnya bertemu orang, lingkungan, atau mainan baru. Jika bayi mudah beradaptasi tentu memudahkan bagi orang tua, tetapi harus waspada; pada bayi yang tidak mudah adaptasi tentu memerlukan waktu dan kesabaran orang tua untuk membantunya beradaptasi. Beberapa bayi ada yang mudah bergaul dan ada juga yang sukar serta teliti dalam memilih teman. Bayi yang sensitif dengan suara keras, cahaya, dan bau yang menyengat sering bereaksi keras, sering kali orang rua serta orang di sekitarnya tidak mengerti. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengobservasi kebiasaan bayi. Cara stimulasi perkembangan aspek kepribadian bayi 6-12 bulan adalah: 1. Tenang: Mengatur kegiatan sehari-hari bayi, seperti mandi, makan, bermain, dan lain-lain. Bayi akan belajar bahwa jika setiap perilakunya direspons oleh orang tua dan lingkungan maka bayi akan semakin mengenal dirinya dan rasa percaya berkembang. 2. Aktif: Mengendalikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh bayi agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi. 3. Gembira: Melakukan kegiatan bermail, jalan-jalan keluar yang menyenangkan bayi dan menunjukkan sikap yang gembira hingga bayi tersenyum, tertawa, dan bahkan cekikikan. 4. Mengenal dirinya melalui video: Merekam ekspresi dan penampilan bayi menggunakan video kemudian memutar da mendiskusikannya dengan bayi.
Perkembangan Aspek Moral
Perkembangan aspek moral melibatkan pembentukan sistem nilai-nilai yang akan menjadi dasar keputusan mengenai "benar" dan "salah," atau "baik" dan "buruk" (Potter & Perry, 2014; Bhattacharjee, 2018). Dalam mempelajari sp moral terdapat empat pokok utama, yaitu mempelajari apa yang diharapka kelompok sosial, mengembangkan hati nurani, belajar mengalami perasaan be salah dan malu jika perilaku tidak sesuai, serta mempunyai kesempatan untuk melakukan interaksi sosial untuk belajar tentang apa saja yang diharapkan oleh anggota kelompok (Hurlock, 2008).nest Perkembangan aspek moral dan sosial pada bayi terjadi secara bersamaan yang dibangun melalui hubungan bayi dan orang tua serta menjadi dasar ke mampuan sosial dan moral di masa depan. Orang tua diharapkan peka terhadap sinyal bayi untuk memberikan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan aspek moral dan sosial (Smith, 2017). Bayi merasakan benar jika rasa nyamannya dipenuhi dan merasa salah jika rasa nyamannya tidak dipenuhi. Orang tua dapat memberikan contoh perilaku yang benar dan baik sehingga bayi dapat menirunya serta melakukan perilaku yang memberi rasa nyaman bagi bayi (Kohlberg, I Karen, 2014). 1981: Cara stimulasi perkembangan aspek moral bayi 6-12 bulan adalah: 1. Berperilaku benar: Menjelaskan beberapa aturan yang perlu diikuti oleh bayi (seperti makan di meja makan cuci tangan sebelum makan, menyuap dengan tangan kanan, memberi dan menerima sesuatu dengan tangan kanan, membuang sampah pada tempat din tidak berbohong, dan lain-lain). 2. Berperilaku baik: Mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu, berbagi, dan melambaikan tangan jika orang rua pergi. Ibu memberi contoh cara melakukannya dan memberikan pujian jika bayi melakukannya secara benar.
Perkembangan Aspek Spiritual
Spiritualitas adalah pengalaman berhubungan dengan Tuhan melalui kegiatan religius dan pemahaman serta pemeliharaan terhadap ciptaan Tuhan (alam semesta dan segala isinya). Perkembangan aspek spiritualitas pada bayi dilakukan dengan meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang yang ada di sekitarnya, khususnya orang tua. Anak mengenal aspek kemanusiaan yang berkaitan dengan perasaan bemakna dan mengalami keterkaitan dengan orang lain dalam ke- hidupannya (Ismail, 2009) dan ciptaanNya. Keyakinan spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan etis dalam konsep diri anak. Tahap perkembangan aspek spiritual pada masa bayi adalah tahap tidak dapat membedakan (un- differentiated), yaitu periode masa bayi yang belum dapat membedakan benar atau salah. Religiositas adalah praktik ritual yang harus diikuti sesuai dengan keyakinannya. Spiritualitas dan religiositas akan memberikan perasaan nyaman. Keyakinan dimulai dengan pengembangan rasa percaya melalui hubungannya dengan orang tua sehingga kegiatan religius yang dilakukan oleh orang tua akan dilihat, ditiru, dan dilakukan oleh bayi. Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata-kata orang yang ada di lingkungannya, tetapi belum mengetahui maknanya; namun, setelah menyaksikan perilaku dan reaksi orang-orang di sekelilingnya terhadap kegiatan ritual religius maka mulai tumbuh pengertian tentang Tuhan (Ismail, 2009). Cara stimulasi perkembangan aspek spiritual bayi 6-12 bulan adalah: 1. Mengenal Tuhan: Membacakan ayat-ayat suci dari kitab suci, menceritakan kebaikan Tuhan, mendengar nyanyian pujian pada Tuhan, dan mendengar suara azan. 2. Mempraktikkan ibadah: Melatih bayi membaca doa sebelum makan, sesudah makan, bangun tidur, dan menjelang tidur. Bayi diikutsertakan dalam kegiatan ibadah, seperti sembahyang atau ke rumah ibadah 3. Memelihara ciptaan Tuhan: Mengajak bayi memelihara tanaman dan binatang (ikan, kucing, burung dan lain-lain).
Perkembangan Aspek Sosial
Perkembangan rasa percaya (Erikson dalam Evans, 1995; Sheck, 2014) mengandung tiga aspek, yaitu (1) anak belajar percaya pada keamanan de kesinambungan dari orang tua dan pengasuhnya, (2) anak belajar percaya de dan percaya kepada kemampuan fungsi organ tubuhnya sendiri, dan (3) anak menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga orang tua tak perlu meng khawatirkan dirinya. Bayi mulai memiliki rasa percaya dalam dirinya, memiliki rasa aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan. Sebaliknya, and yang tidak memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki harapan positif sehingga terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya dan setelah dewass akan menjadi orang yang mudah curiga dan tidak mampu menjalin hubungan baru dengan orang lain (Hockberry & Wong, 2004; Santrock, 2007; Hurlock 2008). Rasa percaya dan rasa tidak percaya bukan hanya pada usia bayi, tetapi terus berkembang pada tahap perkembangan selanjutnya sehingga lingkungan keluarga sangat penting dalam menstimulasi rasa percaya bayi (Santrock, 2007). Pada usia 6 bulan, bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenalnya serta tersenyum pada orang yang dikenal lebih dekat. Perkembangan aspek sosial bayi dimulai dari keterikatan dengan orang tua (khususnya ibu) dan berusaha untuk tetap dekat dengannya (Hockberry &Wong, 2004; Depkes, 2008). Kemampuan sosial yang dikembangkan bayi 6-12 bulan, yaitu mengal wajah dan mulai tahu orang itu dikenal atau orang asing, melekat serta suka bermain dengan orang tua atau mungkin takut pada orang asing, dan ketika orang tua pergi maka bayi menangis; permainan "cilukba" (peek-a-boo) dapat digunakan untuk mengajari bahwa yang hilang akan kembali (Zeanah, Stafford Boris, Scheeringa, & Mrazek, 2017). Cara stimulasi perkembangan aspek sosial bayi 6-12 bulan adalah: 1. Sosialisasi dalam keluarga: Mengikutsertakan bayi dalam kegiatan keluarga (misalnya makan, bermain. bercakap-cakap, berkreasi, dan beribadah bersama). 2. Serialisasi di kelompok: Mengikutsertakan bayi dalam aktivitas kelompok (seperti kelompok bayi d posyandu, arisan keluarga, pengajian/kegiatan ibadah kelompok, dan lain-lain). 3. Sosialisasi di masyarakat: Memperkenalkan kegiatan sosial (seperti berbelanja, ke bank, kantor pos, dan lain-lain).
4. ASPEK PERKEMBANGAN BAYI 12-18 BULAN
Aspek perkembangan individu telah banyak dijelaskan berbagai ahli dan pada TKT ini akan digunakan 8 aspek perkembangan, yaitu motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan sosial. Stimulasi secara teratur dan ter- arah dilakukan pada aspek perkembangan dengan tujuan agar tugas perkem- bangan rasa percaya dapat tercapai. Perkembangan Aspek Motorik Keterampilan motorik dibagi menjadi keterampilan motorik kasar dan keteram- pilan motorik halus. Keterampilan motorik kasar merupakan keterampilan yang menggunakan otot-otot besar, yaitu tungkai atas, bawah, dan badan; sedangkan motorik halus merupakan keterampilan yang menggunakan jari dan tangan. Bayi 12-18 bulan melanjutkan perkembangan bayi 6-12 bulan dengan ke- lebih cepat daripada yang lain. Perkembangan aspek motorik kasar yang dicapai cepatannya sendiri, beberapa bayi dapat mempelajari beberapa keterampilan dengan baik mencakup dapat berdiri sendiri, berjalan, menaiki tangga/kursi/ tempat tidur, jongkok mengambil benda, dan melempar bola. Motorik halus Juga berkembang, yaitu memegang pensil/krayon, menyusun 2-3 kotak, memasukkan mainan/benda ke wadah, tepuk tangan, melambaikan tangan (dadah), dan makan serta minum sendiri. Orang tua diharapkan dapat melakukan simulasi agar kemampuan motorik bayi 12-18 bulan dapat tercapai. Cara stimulasi perkembangan aspek motorik kasar bayi 12-18 bulan: 1. Berdiri sendiri: Memosisikan bayi dalam keadaan duduk, kemudian dekatkan bayi pada tempat yang dapat menjadi pegangan sementara. 2. Naik dan turun tanggalkursi/tempat tidur: Menunjukkan kepada bayi tentang cara naik tangga dengan merangkak dan memegang tiang, kemudian biarkan bayi menuruni tangga dengan melangkahkan kakinya. 3. Berjalan: Memberikan mainan kesukaan dengan meminta bayi berjalan ke pelukan ibu untuk mendapatkan mainan yang diinginkan. 4. Jongkok: Letakkan beberapa mainan di lantai dan minta bayi mengambilnya. Cara stimulasi perkembangan aspek motorik halus bayi 12-18 bulan: 1. Memegang pensil/krayon: Berikan pensil/krayon dan kertas, kemudian ajak bayi menulis apa saja di kertas. 2. Menyusun balok: Memberi contoh menyusun dua kotak dengan meletakkan kotak pertama dan menaruh kotak kedua di atas kotak pertama, kemudian latih bayi untuk melakukannya. 3. Memasukkan kotak pada tempat yang sesuai bentuknya: Memberi contoh memasukkan kotak pada lubang/tempat yang sesuai bentuknya, kemudian latih bayi untuk melakukannya. 4. Tepuk tangan dan melambaikan tangan: Melakukan tepuk tangan pada situasi gembira atau ketika bayi dapat melakukan sesuatu. Beri contoh melakukan tepuk tangan sebagai pujian, dan latih bayi untuk melakukan tepuk tangan. Selain itu, latih bayi untuk melambaikan tangan saat orang tua meninggalkan rumah. 5. Makan dan minum: Latih bayi minum dari cangkirnya sendiri dan makan sendiri menggunakan sendok serta garpu khusus anak.
Perkembangan Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif atau intelektual merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelligence), dan bakat (aptitude). Perkembangan kognitif mencakup penge tahuan dan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengatasi masalah memori, konsentrasi, perhatian, persepsi, imajinasi, dan kreativitas (Yuniarti 2015). Perkembangan otak bayi usia 12-18 bulan sangat cepat dan tidak dapat dilihat dengan mata, bayi memahami dunia melalui gerak serta indranya. Bayi belum dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, atau kepentingan orang lain karena selama tahap sensorimotorik bayi "egosentri, pengetahuan tentang benda diperoleh dengan melakukan manipulasi. Bayi dapat menyadari sesuatu masih ada walaupun tidak dilihat, misalnya ketika ditanya "Bapak di mana?" maka akan ia jawab "Kerja", menemukan se satu dalam gambar saat ditanya, belajar tentang benda dengan menyentuh dan nenggerakkan benda, serta mengikuti petunjuk sederhana (seperti "Mari ke sini", "Ada bola, ambil", atau "Tolong letakkan boneka ini di meja"). Stimulasi perkembangan kognitif bayi dapat dilakukan dengan membicarakan tentang peristiwa dan orang-orang yang diingat oleh bayi, menghitung (buku, mainan, atau jari), menunjukkan serta mencocokkan warna dan bentuk, membaca buku pada bayi, menanyakan nama gambar yang ditunjuk (misalnya, "Gambar kucing mana?), menanyakan suara beragam binatang (misalnya, "Suara kucing seperti apa"), dan menanyakan bagian tubuh bayi. Cara stimulasi perkembangan aspek kognitif bayi 12-18 bulan: 1. Menjelaskan peristiwa (telling story): Meminta bayi menceritakan peristiwa yang dialami bayi, misalnya dengan mengatakan "Tadi pagi kita jalan-jalan di taman, kita melihat apa saja?" atau membacakan buku yang dapat dilakukan setiap akan tidur malam dan meminta bayi mencerita- kannya kembali. 2. Mengikuti perintah sederhana: Misalnya mengambil sesuatu dengan berkata "Tolong simpan mainan ini di kotaknya" atau "Mari ke sini, ini ada bola". 3. Melatih berhitung: Melatih menghitung mainan, buku, jari, dan benda lain yang ada di sekitar. 4. Mencocokkan warna dan bentuk: Memberikan mainan dengan warna dan bentuk yang berbeda, kemudian meminta bayi mengumpulkan yang berwarna dan berbentuk sama. 5. Mengidentifikasi bagian gambar suara: Menggunakan gambar buah, binatang, dan tumbuhan. Contohnya dengan bertanya "Mana pisang? Mana apel? Mana bunga nama buah, binatang, dan tumbuhan, kemudian menanyakan nawa?".
Perkembangan Aspek Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain; dalam pengertian ini, moral, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, ketika pikiran dan perasaan di nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata- kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan (Yusuf, 2010). Melalui bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, ilmu pengetahuan, nilai r dan nilai agama, serta berkomunikasi sesama manusia dan alam sekitar. Pada usia 12-18 bulan, bayi memahami lebih banyak kata dibanding mampu mengucapkan. Bayi memahami dan mengerti merupakan kemampuan kognitif, bayi mampu mengucapkan merupakan kemampuan bahasa. Bayi mampu me nunjukkan benda yang ditanya dan bagian tubuh yang disebutkan merupakan kemampuan bahasa nonverbal, kemudian dilatih untuk mengucapkan merupakan kemampuan bahasa verbal. Bahasa nonverbal berkembang lebih cepat dari bahasa verbal. Pada usia ini, bayi mengetahui 50 kata, mengucapkan 20-25 kata mengatakan kata "tidak" secara benar, menggelengkan kepala ketika tidak me nyetujui sesuatu, mengucapkan kata "mama dan papa", serta mencoba bernyanyi atau bersenandung. Cara stimulasi perkembangan aspek bahasa bayi 12-18 bulan: 1. Latihan bahasa verbal: Melatih mengucapkan 5-10 kata terkait benda yang ada di sekitar atau bagian tubuh, lalu meminta bayi mengucapkannya, mungkin belum tepat, tetapi perlu dimotivasi dan diberikan pujian. 2. Latihan bahasa nonverbal: Meminta bayi menunjuk bagian tubuh, benda di sekitar, atau gambar yang oleh ibu. Bayi juga sudah mengetahui namanya, contohnya ketika ditanya "Mana Arshy?", lalu bayi menunjuk dirinya. Bayi juga belajar mengatakan disebutkan "iya" dengan anggukan dan mengatakan "tidak" dengan menggelengkan kepala. Berikan pujian jika tepat dan bantu menunjuk jika belum tepat.
Perkembangan Aspek Emosional
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam keadaan atau interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama kesejahteraan (well-being) dirinya (Santrock, 2012). Emosi diwakili oleh perilaku yang mengekpresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap atau interaksi yang sedang dialami. Emosi dapat berbentuk sebagai s spesifik (seperti rasa senang, takut, marah), bergantung pada interaksi yang dialami. Emosi adalah perubahan dalam arousal level yang ditandai oleh perubahan fisiologis (seperti denyut jantung dan frekuensi napas). Perubahan ter- sebut menyebabkan peningkatan kemampuan mandiri dan bersosialisasi, yaitu perasaan mengerti terhadap orang lain serta belajar menunggu untuk men- dapatkan keadaan yang menyenangkan. Pada usia 12 bulan, bayi memiliki keterikatan emosional yang berkembang dengan baik kepada orang yang berarti (khususnya orang tua) dan mulai me- nunjukkan kasih sayang dengan mencium, memeluk, serta tertawa. Pada usia 15 bulan ke atas, bayi cemas dan takut jika berpisah dengan orang tua atau men- dengar serta melihat benda yang tidak biasa. Pada umur 16 bulan, bayi tertawa eras jika mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas. Bayi juga memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing serta mengekspresikan rasa takut, malu, dan marah. Cara stimulasi perkembangan aspek emosi bayi 12-18 bulan: 1. Stimulasi emosi positif: Memperlihatkan kasih sayang dengan memeluk, mencium, memperhatikan, dan memberi pujian ketika berhasil melakukan sesuatu. Latih bayi merayakan keberhasilan dengan melakukan tepuk tangan, tertawa, dan berekspresi gembira. 2. Atasi emosi negatif (yaitu rasa cemburu, bersaing, takut, dan cemas): Melatih bayi bermain bersama teman sebaya dan belajar menang serta kalah. Jika bayi kalah, ibu tetap memperlihatkan kasih sayangnya dan memberi penjelasan bahwa di setiap permainan akan ada yang menang dan ada yang kalah.
Perkembangan Aspek Kepribadian
Kepribadian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik herediter (bawaan dari lahir secara genetika dari orang tuanya) maupun lingkungan (seperti interaksi bayi dengan lingkungan fisik, sosial, budaya, dan spiritual) (Hurlock, 2008). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan perilaku individu yang dipengaruhi oleh penyesuaian dirinya terhadap berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Sifat atau perilaku bayi yang perlu diperhatikan yang akan berhubungan dengan kepribadian adalah apakah bayi tenang atau aktif, gembira atau biasa, mudah ditebak atau tidak, mudah adaptasi atau hati-hati, dan mudah atau susah bergaul. Cara stimulasi perkembangan aspek kepribadian bayi 12-18 bulan: 1. Tenang: Ciri kepribadian ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Contohkan kegiatan yang akan dilakukan serta ibu mengarahkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, Mengikutsertakan bayi dalam mengingat jadwal kegiatan sesuai jadwal (mandi, makan, bermain, dan lain-lain). Jika bayi dapat mengingat kegiatan sesuai jadwal, berikan pujian. Hal ini akan me ngembangkan rasa percaya bayi 2. Aktif: Ciri kepribadian ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Misalnya, ketika bayi sibuk bermain dan sudah waktunya untuk makan maka ibu secara konsisten mengingatkan. Jika bayi mengikuti arahan ibu, beri bayi pujian untuk meningkatkan percaya diri. 3. Gembira. Ciri kepribadian ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Misalnya, saat bayi berhasil melakukannya maka ibu memberikan pujian atau minta bayi memperlihatkan keberhasilannya kepada ibu. 4. Mengenal dirinya: Ciri kepribadian ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Mengajak bayi mengenali benda- benda miliknya sendiri (seperti tempat tidur, pakaian, mainan, dan lain-lain).
Perkembangan Aspek Moral
Perkembangan aspek moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku terkait nilai-nilai yang benar serta salah. Perkembangan moral memiliki dimensi hubungan intrapersonal, yang mengatur aktivitas dan tindakan seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial serta dimensi interpersonal yang meng atur interaksi sosial dan menyelesaikan konflik (Santrock, 2007). Perkembangan moral, melibatkan perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku mengenai benar dan salah, serta baik dan buruk. Perkembangan aspek moral bayi 12-18 bulan, mencakup belajar baik dan benar dari respons serta perilaku orang tua atau orang yang ada di lingkungannya terhadap perilaku bayi. Misalnya, perilaku yang benar dan baik diberikan pujian. Bayi belajar mengidentifikasi yang ia suka dan berusaha mendapatkannya; misalnya, bayi yang pertama kali diberikan es krim dan ia merasakan enak, kemudian dia akan berupaya meminta agar ia diberi es krim tanpa mengindahkan orang lain. Cara stimulasi perkembangan aspek moral bayi 12-18 bulan: 1. Berperilaku benar: Ciri moral ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Mengingatkan beberapa perilaku yang benar untuk dilakukan (seperti makan di meja makan, cuci tangan sebelum makan, menyuap dengan tangan kanan, memberi dan menerima sesuatu dengan tangan kanan, membuang sampah pada tempatnya, tidak berbohong, dan lain-lain). Ibu memberikan pujian jika bayi melakukannya dengan benar dan mengingatkan jika belum dilakukan. 2. Berperilaku baik: Ciri moral ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Mengingatkan bayi untuk meng- ucapkan terima kasih jika diberi sesuatu, berbagi, dan melambaikan tangan jika orang tua pergi. Ibu memberikan pujian jika bayi melakukannya dengan benar dan mengingatkan jika belum dilakukan.
Perkembangan Aspek Spiritual
Spiritualitas adalah aspek kemanusiaan yang berkaitan dengan perasaan bermakna dan mengalami keterkaitan dengan orang lain dalam kehidupannya. Hubungan keterikatan paling awal adalah antara bayi dan orang tua, selanjutnya dengan orang di sekitarnya; keterikatan tersebut akan berkembang seumur hidup (Miner, Ghobary-Bonab, & Dowson, 2017). Pada bayi 12-18 bulan, berkembang bukan hanya mengenal orang lain, tetapi juga lingkungan. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan antara individu dengan dunia luar, kekuatan yang dimiliki di luar kekuatan manusia (Kozier et al., 2008) yang dikaitkan dengan Sang Pencipta yang disebut Tuhan. Perkembangan spiri- tualitas berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan yang Maha Kuasa melalui kegiatan keagamaan dan mengenal serta memelihara ciptaan Tuhan (yaitu ling- kungan hidup di dunia ini). Cara stimulasi perkembangan aspek spritual bayi 12-18 bulan: 1. Mengenal Tuhan: Ciri spiritual ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Membacakan ayat-ayat suci dari kitab suci, menceritakan kebaikan Tuhan, mendengar nyanyian pujian pada Tuhan, dan mendengar suara azan. 2. Mempraktikkan ibadah. Ciri spiritual ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Melatih bayi membaca doa sebelum makan, sesudah makan, bangun tidur, dan menjelang tidur. Bayi dilibatkan dalam melakukan kegiatan ibadah (seperti ikut ibu sembahyang). 3. Memelihara ciptaan Tuhan: Ciri spiritual ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Memotivasi bayi melakukan pemeliharaan tanaman dan memberi makan binatang (ikan, kucing, burung, dan lain-lain).
Perkembangan Aspek Sosial
Pada perkembangan bayi 12-18 bulan yang mempunyai sifat egosentris, jika kebutuhan dan keinginannya tidak terpenuhi maka bayi akan merasa frustasi serta tidak percaya pada lingkungan karena pada usia ini bayi bergantung pada orang tua dalam pemenuhannya. Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak percaya d atau curiga dan tidak nyaman terhadap lingkungannya sehingga bayi tersebut mengembangkan rasa curiga serta tidak percaya kepada orang lain dan dirinya sendiri (Videbeck, 2011). Perkembangan rasa percaya pada usia 0-12 bulan akan memengaruhi perkembangan bayi selanjutnya. Bayi 12-18 bulan senang diperhatikan dan dipuji, karenanya diharapkan orang tua dan anggota keluarga lainnya menyediakan waktu untuk bermain serta bercakap- cakap dengannya, dan jika ada pencapaian perilaku yang baik lakukan selebrasi dan pujian melalui peluk dan cium orang tua. Perpisahan dalam waktu yang singkat dengan orang tua sudah dapat diterima dengan mengucapkan selamat bekerja (kiss bye dengan tangan atau melambaikan tangan). Bayi usia ini mulai senang meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang tua, misalnya membaca dan berhias. Selain itu, bayi juga mulai mengeksplorasi lingkungan dengan tempat yang sudah dikenal. dan senang Cara stimulasi perkembangan aspek sosial bayi 12-18 bulan: 1. Sosialisasi dalam keluarga: Ciri moral ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Meminta bayi membantu pekerjaan rumah, misalnya meletakkan pakaian kotor di keranjang cucian dan mengambil serta menyimpan mainan. Selain itu, libatkan bayi dalam kegiatan keluarga berupa makan bersama, bermain, bercakap-cakap, berkreasi, dan beribadah bersama. Upayakan untuk melibatkan bayi dalam setiap aktivitas keluarga. 2. Sosialisasi di kelompok: Ciri moral ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Mengikutsertakan bayi dalam aktivitas kelompok (seperti kelompok bayi di posyandu, arisan keluarga, pengajian/kegiatan ibadah kelompok, dan lain-lain). Berikan kesempatan bayi untuk bermain dengan teman sebaya dan latih untuk berbagi. 3. Sosialisasi di masyarakat: Ciri moral ini dikembangkan dari usia 6-12 bulan. Melibatkan bayi dalam kegiatan sosial (seperti pergi ke tempat ibadah, rekreasi, berbelanja, b bank, kantor pos, dan lain-lain). Kasus Seorang bayi dalam proses perkembangannya harus ditandai dengan adanya rasa percaya terhadap orang lain maupun keluarganya, terutama kepercayaan pada ibu. Rasa aman secara fisik dan psikososial sangat berpengaruh terhadap rasa percaya seorang bayi. Apabila rasa percaya bayi tidak terpenuhi, maka bayi tersebut akan merasa tidak percaya diri dan sangat susah untuk menjalin hubungan yang baru dan sangat sulit untuk percaya kepada orang lain. Diagnosa Keperawatan 1. Perkembangan yang normal berhubungan dengan rasa percaya Intervensi Keperawatan No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan 1. Perkembangan Menjelaskan perilaku yang 1. Jelaskan pengertian yang normal b.d menggambarkan perkembangan rasa percaya perkembangan yang psikososial, karakteristik normal dan menyimpang. perilaku bayi yang normal menjelaskan cara dan menyimpang. menstimulasi 2. Jelaskan cara memupuk perkembangan awalnya. rasa percaya bayi pada Mendemonstrasikan cara ibu/keluarga dengan cara : menstimulasi Panggil nama bayi perkembangan anaknya. sesuai Namanya Merencanakan Tindakan Berespon secara menstimulasi konsisten terhadap perkembangan anaknya. kebutuhan bayi Susui segera saat bayi menangis Ganti popok/celana bila basah atau kotor Lindungi dari bahaya jatuh Kurangi stress bayi dengan cara merawat bayi dengan kasih saying, memeluk, menggendong, mengeloni dengan tulus dan sepenuh hati Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi dengan mengajak bayi bermain Mengajak bayi bicara saat sedang merawat bayi Segera membawa ke pelayanan Kesehatan terdekat bila terdapat masalah Kesehatan (sakit). 3. Demonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi 4. Rencanakan Tindakan untuk memupuk rasa percaya bayi. Implementasi Keperawatan No Diagnosa Implementasi Evaluasi Keperawatan 1. Perkembangan 1. Menjelaskan pengertian S : Ibu mengatakan bahwa ibu yang normal b.d perkembangan memahami cara memupuk rasa rasa percaya psikososial, karakteristik percaya bayi. perilaku bayi yang normal O : Ibu tampak antusias saat dan menyimpang. perawat mendemonstrasikan cara 2. Menjelaskan cara memupuk rasa percaya bayi. memupuk rasa percaya A : Dapat mempertahankan bayi/keluarga dengan cara kondisi perkembangan normal Memanggil bayi rasa percaya diri bayi. sesuai nama P : Lanjut Sp 2 Merespon secara konsisten terhadap kebutuhan bayi Segera menyusui saat bayi nangis Mengganti popok/celana bila basah/kotor Melindungi dari bahaya jatuh Mengurangi rasa stress bayi dengan cara merawat bayi dengan kasih saying, memeluk, menggendong dengan tulus Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi dengan mengajak bermain Mengajak bayi bicara saat sedang merawat bayi Membawa ke pelayanan Kesehatan terdekat apabila terdapat masalah Kesehatan (sakit) 3. Mendemonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi 4. Merencanakan Tindakan untuk memupuk rasa percaya bayi.