Anda di halaman 1dari 14

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Perkembangan

Perkembangan (development) adalah perubahan bersifat kuantitatif dan

kualitatif. Perkembangan yaitu bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi

lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses

pematangan/maturisasi. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh,

jaringan, organ maupun sistem organ yang berkembang sedemikian rupa.

Perkembangan meliputi proses perkembangan kognitif, bahasa, motorik, dan

perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Almatsier, 2016).

Pernyataan (Soetjiningsih, 2013; (Almatsier, 2016) juga didukung

pernyataan peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 tahun

2014. Perkembangan ditandai dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian dengan bertambahnya kemampuan

fungsitubuh yang lebih kompleks menunju ke tingkat kedewasaan. Di dalam

proses perkembangan anak terdapat masa-masa kritis, dimana pada masa tersebut

diperlukan suatu stimulasi yang berfungsi agar potensi berkembang.

Perkembangan anak akan optimal jika terdapat interaksi sosial yang sesuai

dengankebutuhan anak di berbagai tahap perkembangannya (Adriana, 2011)

2.1.1. Definisi Bayi 6-12 bulan


2

Umur 6-12 bulan,masih digolongkan masa bayi, dimana kontak erat antara

ibu dan anak terjalin,sehingga dalam masa ini ,pengaruh ibu dalam merawat dan

mendidik anak sangat besar (Almatsier, 2016).

Perkembangan yang terjadi pada usia 6-12 bulan meliputi perkembangan

motorik kasar, halus, personal-sosial, dan bahasa. Perkembangan motorik kasar

merupakan perkembangan yang berfokus pada aspek lokomosi (gerakan) dan

postur (posisi tubuh) serta melibatkan otot-otot besar sedangkan perkembangan

motorik halus merupakan koordinasi halus melibatkan otot-otot kecil (Papalia ,

et al., 2013).

Perkembangan personal sosial merupakan perkembangan yang

menyangkut tingkah laku individu dan sosial . Perkembangan bahasa merupakan

suatu landasan pada masa kehidupan. Berbicara melibatkan kemampuan

kerterampilan mental motorik untuk berkomunikansi dan menangkap maksud

dari orang lain (Hurlock, 2013).

2.1.2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Bayi

Adapun tahap pertumbuhan dan perkembangan pada bayu usia 6-12

bulan menurut Marmih dan Kukuh (2018) adalah sebagai berikut :

1. Usia 0-3 bulan

a. Mengangkat kepala setinggi 450.

b. Menggerkkan kepala dari kiri atau kanan ke tengah.

c. melihat dan menantap wajah anda.

d. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

e. Suka tertawa keras.


3

f. Bereaksi terkejut terhadap suara keras.

g. Membalas tersenyum ketika diajak bicara atau tersenyum.

h. Mengenali ibu denngan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak.

2. Usia 3-6 bulan

a. Berbalik dari telungkup ke telentang.

b. Mengangkat kepala setinggi 900.

c. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

d. Menggenggam pensil.

e. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.

f. Memegang tangaannya sendiri.

g. Berusaha memperluas pandangan.

h. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

i. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

j. Tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat

bermain sendiri.

3. Usia 6-9 bulan

a. Duduk (sikap tripoid - sendiri)

b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagaian berat badan.

c. Merangkak meraih mainan atau mendeteksi seseorang.

d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.

e. Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat

yang bersamaan..

f. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.


4

g. Bersuara tanpa arti, ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da--da, ta-ta-ta.

h. Mencari mainan atau benda yang dijatuhkan.

i. Bermain tepuk tangan atau ciluk ba.

j. Bergembira dengan melempar benda.

k. Makan kue sendiri.

4. Usia 9-12 bulan

a. Mengangkat badannya ke posisi berdiri.

b. Belajar berdiri selama 30detik atau berpegangan di kurs.

c. Dapat berjalan dengan dituntun.

d. Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih maianan yang

diinginkan.

e. Menggenggam erat pensil.

f. Memasukan benda ke mulut.

g. Mengulang menirukan bunyi yang didengar.

h. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.

i. Mengeksplorasi sekitra, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.

j. Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

k. Senang diajjak bermain “CILUK BA”.

l. Mengenal anggota kkeluarga, takut pada orang yang belum dikenal.

2.1.3. Cara Mengukur Perkembangan

Perkembangan diukur dengan menggunakan KPSP yaitu

Kuisioner Pra Skrening Perkembangan. Ada beberapa sektor yang dinilai

dalam perkembangan anak yaitu dalam empat sektor perkembangan


5

meliputi yang pertama gerakan motorik kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap

tubuh yang melibatkan otot otot besar seperti berdiri ,duduk,dan

sebagainya (Kemenkes, 2017)

2.1.4. Macam-macam Stimulus untuk Bayi

Stimulus merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah.

Dengan mengasah kemampuan anak secara terus menerus, kemampuan

anak akan semakin meningkat. Pemberian stimulus dapat dengan cara

latihan dan bermain. Anak yang mendapat stimulus terarah akan lebih cepat

berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulus.

Adapun stimulus yang dapat dilakukan untuk mengasah perkembangan

anak menurut Marmi dan Kukuh (2018) sebagai berikut :

Tabel 2 : Stimulus untuk Bayi

Stimulus Stimulus Stimulus


Usia Stimulus Visual
Auditif Taktik Kinetik
0-3 bulan Objek warna Mengajak Membelai, Berjalan-
terang diatas bicaara, menyisir, jalan
tempat tidur mendengarkan menyelimutu
musik lonceng
4-6 bulan Menonton tv, Mengajak Bermain air Berdiri pada
mainan warna bicara, panggil paha orang
terang yang dapat nnamanya tua,
dipegang membantu
tengkurap,
duduk
7-9 bulan Bermain ciluk baAjari Mengenal Latih berdiri,
memanggil berbagai permainan
orangtuanya, tekstur tarik dorong
memberitahu
yang sedang
dilakukan
10-12 Ajak ke tempat Suara binatang, Merasakan Bersepeda
bulan ramai, kenalkan menyebutkan hangat/dingin,
6

gambar bagian tubuh memegang


makanan
sendiri
12-18 Ajak bermain dan Menyebutkan Belajar Mengajari
bulan melempar bola, kosa kata berjalan, anak berjalan
agar sikeci tentang benda, dengan dengan posisi
menggerak kan keluarga dan hal langkah pelan kita berada
tubuhnya kecil lain agak jauh
agar ia
berusaha
menggapai
kita
18-24 Mulai ajari Ajak berbicara Ajari berlari Ajari untuk
bulan keseimbangan dengan cara ia kecil ke toilet
berjalan dengan merespon dengan
menggunakan satu pertanyaan dari bantuan awal
kaki anda

3. Kebutuhan Nutrisi pada Bayi

Bayi juga memiliki kebutuan nutrisi atau makanan yang cukup (Marmih

dan Kukuh, 2018) seperti :

1. Nutrisi untuk bayi 0-6 bulan

ASI EKSLUSIF, satu bentuk rangsang untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan otak bayi adalah dengan menerapkan

pola asah, asih dan asuh dalam perawatannya sehari-hari, dalam

pemberian ASI juga perlu ditunjang dengan pemenuhan zaat-zat gizi yang

tepat. ASI merupakan sumber makanan utama dan paling sempurna bagi

bayi 0-6 bulan. Untuk itu harus diterapkan pola makan yang sehat agar

zat besi yang dibutuhkan dapat dipenuhi melalaui ASI.

ASI eklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa

tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun

makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem


7

pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia

belum mampu mencerna makanan selain ASI.

2. Nutrisi untuk bayi 6-12 bulan

Makanan yang dianjurkan untuk baayi usia 6 bulan atau lebih :

1. Bubur tepung beras atau beras merah, dimasak dengan menggunakan

cairan air atau kaldu daging atau sayuran, susu formula, ASI atau air.

2. Bubur tepung baik tepung maizena, dimasak dengan kaldu atau susu

formula atau ASI.

3. Pure buah atau buah yang dihaluskan, seperti pisang, pepayaa, melon,

apel, avokado.

4. Pure sayuran, sayuran yang direbus kemudian dihaluskan

menggunakan blender.

5. Pure kacang, kacang merah atau kacang hijau atau kacang polong yang

direbus dengan kaldu hingga empuk kemudian dihaluskan dengan

blender.

6. Daging, pilih yang tidak berlemak.

7. Ayam, pilih daging ayam kampung muda tanpa tulang, kulit dan

lemak.

8. Ikan, pilih daging ikan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet ikan kakap

dan gindara.
8

2.1.5. Hieginitas

Mengingat tubuh bayi rentan terhadap penyakit, maka setiap kali

mengolah makanan, lakukan hal-hal berikut untuk tetap menjaga

higienitas makanannya :

1. Cuci semua bahan makanan seperti buah dan sayur sampai bersih.

2. Gunakan peralatan makan dan minum yang steril, yakni dicuci bersih di air

mengalir dan direndam di air mendidih atau dimasukan ke dalam alat steril

selama 5 menit.

3. Pastikan tangan kita sudah dicuci bersih. Apalgi jika sebelumnya sempat

menyentuh bagian-bagian tubuh atau benda-benda lain yang diduga terdapat

virus atau kuman seperti hidung. Bila tangan kita sempat terluka, tutup

dengan plester.

4. Gunakan sendok yang berbeda ketika kita ingin mencicipnya. Hal ini untuk

menghindari perpindahan virus atau kuman yang mungkin ada di mulut kita

ke mulut bayi.

5. Cuci peralatan makan bayi setiap kali selesai dipakai. Buang sisa

makanannya karena enzim yang berasal dari ludah bayi akan mulai

“mencerna” makanan itu, mengubahnya menjadi berair, dan cepat busuk

(Marmih dan Kukuh, 2018).


9

2.1.6 Botol susu

Botol susu merupakan sarana tempat berkembang biaknya kuman

maupun bakteri karena botol susu sulit dibersihkan. Perilaku ibu dalam

penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam

dibiarkan dilingkungan terbuka, sering menyebabkan infeksi karena botol

dapat tercemar oleh kumankuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita

beresiko mengalamidiare apabila perilaku perawatan botol susu yang

dilakukan ibu kurang tepat. Puskesmas Gatak merupakan salah satu instansi

pelayanan kesehatan di kabupaten Sukoharjo yang memiliki angka kejadian

diare pada balita yang cukup tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Gatak dari bulan

Januari sampai Desember sebanyak 518 batita penderita penyakit diare pada

tahun 2013 tercatat 3296 balita. Angka tersebut termasuk angka kesakitan

yang tinggi jika dibandingkan dengan puskesmas Kartasura yang memiliki

angka kesakitan diare 453 batita yang menderita diare dari 8324 balita pada

tahun 2013. (DinKes Sukoharjo, 2013)

Menjaga anak tetap sehat merupakan prioritas utama setiap orang tua.

Sistem imun bayi yang belum berkembang sempurna membuatnya mudah

terkena infeksi dan penyakit yang bisa datang dari mana saja. Oleh sebab itu,

segala macam perlengkapan bayi harus selalu steril untuk mencegah kuman

penyakit hinggap di permukaan dan berisiko menularkan penyakit.

Tentu saja, kebersihan botol bayi menjadi perhatian utama karena

bersentuhan langsung dengan mulut si Kecil. Botol susu yang tidak steril
10

berisiko mengkontaminasi susu yang diminum si Kecil. Centers for Disease

Control and Prevention (CDC) menjelaskan langkah-langkah membersihkan

dan sterilisasi peralatan makan bayi (infant feeding items) termasuk botol susu

dengan baik dan benar.

2.1.6. Cara membersihkan botol susu :

1. Cuci tangan Moms dengan menggunakan sabun dan air selama 20 detik.

2. Pisahkan semua bagian botol (misalnya botol, dot, tutup, katup, dan ring).

3. Bilas bagian botol dengan menahannya di bawah air mengalir. Jangan

meletakkannya di bak cuci piring. Moms boleh menggunakan air hangat

atau dingin sesuai preferensi

4. Cucilah botol susu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.) Tempatkan botol di baskom bersih atau wadah yang hanya digunakan

untuk membersihkan peralatan makan si Kecil. Jangan mencuci

langsung di bak cuci piring karena berisiko kontak dengan kuman yang

dapat mengontaminasi botol.

b.) Isi baskom dengan air panas dan tambahkan sabun.

c.) Gosok botol menggunakan sikat bersih yang hanya digunakan untuk

membersihkan peralatan makan si Kecil.

d.) Peras air melalui lubang nipple agar benar-benar bersih.


11

5. Bilas lagi dengan memegang botol di bawah air mengalir, atau dengan

memegang sepenuhnya di bawah air bersih, di baskom terpisah yang

hanya digunakan untuk membersihkan peralatan makan si Kecil.

6. Biarkan botol susu mengering sepenuhnya dengan cara meletakkan

komponen botol di atas handuk kertas yang bersih dan tidak terpakai di area

yang terlindung dari kotoran dan debu. Lakukan hal yang sama untuk

baskom cuci dan sikat botol. Jangan gunakan handuk pencuci piring untuk

menggosok atau menepuk-nepuk botol susu hingga kering karena handuk

tersebut dapat menularkan kuman ke botol.

7. Bersihkan baskom dan sikat botol, bilas dengan baik dan biarkan

mengering dengan sendirinya setelah digunakan. Selain segera mencuci

setelah digunakan, cuci baskom dan sikat botol setiap beberapa hari sekali

dengan menggunakan sabun dan air hangat, baik secara manual dengan cuci

tangan atau di mesin pencuci piring apabila keduanya dishwasher-safe.

2.1.8. Definisi Perilaku

Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adaalah segala perbuatan

atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian perilaku dapat

dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain

sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik

maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis

seseorang terhadap lingkungannya (om.makplus at, 2015), reaksi yang

dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :


12

a. Bentuk pasif (tanpa tindaakan nyata atau konkrit)

b. Dalam bentu aktif (dengan tindkan konkrit)

a. Jenis-jenis Perilaku

Jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) :

1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf

2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif

3. Perilaku tampak dan tidak tampak

4. Perilaku sederhana dan kompleks

5. Perilaku kognitif, efektif, konatif, dan spikomoto

b. Bentuk-bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2018) dilihat dari bentuk respons terhadap

stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi :

1. Bentuk pasif / perilaku tertutup (convert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada

seseorang yang menerima stimulus tersebut ], dan belum dapat diamati secara

jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

c. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku


13

Menurut teori Lawrance Green dan kawann-kawan (notoamodjo,

2007 dalam pennelitian 2018) menyatakan bahwa perilaku manusia

dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar

perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi, yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-niilai dan sebagainya .

a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsii perilaku

melalui proses yanng didasari oleh ppengetahuan, kesadaran dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

b. Sikap menurut Zimbardo dan Ebbbesen, sikap adalah suatu predisposisi

(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang

berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.

2. Faktor pemungkin, yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedia fasilitas-fasilitas atau sarana--sarana keselamatan kerja, misalnya

ketersedianya atau pendukung, pelatihan dan sebagainya.

3. Faktor penguat, faktor ini meliputi undang-undang, peraturran, pengawasan

dan sebagainya.

2.2 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 1 : Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen


14

Perilaku Ibu
Kejadian Diare
Sikap Ibu

Variabel Pengganggu

Higienitas botol susu


Tidak mencuci tangan
Pencucian botol susu
Sterilisasi botol susu
Penyajian susu
Penyimpanan botol susu

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan

menggunakan desain penelitian Cross Sectional dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan higienitas botol susu dan perilaku ibu dengan kejadian diare .

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk pertanyaan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Adanya hubungan perilaku ibu dalam higienitas botol susu terhadap

kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan.

Ho : Tidak Adanya hubungan perilaku ibu dalam higienitas botol susu

terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai