Anda di halaman 1dari 3

SEMINAR EPIDEMIOLOGI

ANGKA KEJADIAN STUNTING DI INDONESIA


Oleh :
Nur Oktaviyani Liputo
(811420129)
A. Pendahuluan
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk,
infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai (World Health
Organization, 2015). Stunting bukan hanya masalah gangguan pertumbuhan fisik saja,
namun juga mengakibatkan anak menjadi mudah sakit, selain itu juga terjadi gangguan
perkembangan otak dan kecerdasan, sehingga stunting merupakan ancaman besar
terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia (Rahman, 2023).

Berdasarkan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh WHO, pada tahun
2020 sebanyak 22% atau sekitar 149,2 juta balita didunia mengalami kejadian stunting.
Menurut Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, angka stunting
di indonesia mengalami penurunan menjadi 27,7%. Pada tahun yang sama angka stunting
di Jawa Barat juga mengalami penurunan menjadi 26,21%. Sementara itu dikota Bogor,
angka stunting mengalami kenaikkan dari 4,52% pada tahun 2019 menjadi 10,50%
ditahun 2020). Dikecamatan Bogor Selatan, khusunya Kelurahan Murasari juga terdapat
beberapa anak balita yang mengalami kondisi stunting per April 2021 yaitu sebanyak 6
anak.

Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 32,7%, dan terjadi
peningkatan dari tahun 2010 dengan prevalensi sebesar 35,6%, namun prevalensi stunting
tersebut mengalami penurunan kembali pada tahun 2019 yaitu 27,67% dengan target pada
tahun 2020 yaitu 24,1% (kemenkes RI, 2021 dalam Anggriani, 2022).

Meski terlihat ada penurunan angka prevalensi, tetapi stunting dinilai masih menjadi
permasalahan serius diindonesia karena angka prevalensinya yang masih diatas 20%.
Oleh karena itu, stunting masih menjadi permasalahan serius dan harus segera
ditanggulangi agar angka stunting bisa mengalami penurunan dan sesuai dengan anjuran
WHO. Selain itu stunting berdampak pada perkembangan kognitif, motorik, dan verbal
anak menjadi tidak optimal. Dimasa mendatang anak-anak stunting memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan penyakit lainnya.
Dalam kajian epidemiologi ini, akan mengidentifikasi distribusi frekuensi stunting
menurut orang, tempat, dan waktu.

1. Distribusi stunting menurut Orang : stunting adalah kondisi kurang gizi kronis
yang ditandai dengan tubuh pendek pada anak balita (dibawah 5 tahun). Anak yang
mengalami stunting akan terlihat pada saat menginjak usia 2 tahun.
2. Distribusi Stunting menurut Tempat : stunting dapat terjadi diseluruh dunia, hal ini
terjadi karena berbagai faktor, diantaranya kemiskinan. Stunting umumnya terjadi
akibat balita kekurangan asupan penting seperti protein hewani dan nabati dan juga
zat besi. Pada daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, seringkali ditemukan balita
kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan primer
rumah tangga.
3. Distribusi stunting menurut Waktu : stunting tidak dipengaruhi oleh waktu karena
penyakit ini dapat terjadi kapan saja. Lebih parah jika terjadi kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang lama dan tidak segera diatasi maka dapat menurunkan intake
makanan dan mengganggu aborsi zat gizi.
4. Upaya penanggulangan kasus stunting
1. Peningkatan Nutrisi dan Gizi
2. Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku
3. Peningkatan Kapasitas Lingkungan
4. Peningkatan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
5. Pemberian ASI Ekslusif dan susu pertumbuhan
6. Penggunaan Metode, Sistem Penilaian, Aplikasi Stunting, dan Promosi Kesehatan
7. Peningkatan dan Perawatan Kesehatan
8. Pencegahan dan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
9. Pemenuhan Pangan
10. Pemberian Protein
11. Pemberian Jaminan Kesehatan Masyarakat
12. Penanganan diberbagai Multisektor
B. KESIMPULAN
stunting dinilai masih menjadi permasalahan serius diindonesia karena angka
prevalensinya yang masih diatas 20%. Oleh karena itu, stunting masih menjadi
permasalahan serius dan harus segera ditanggulangi agar angka stunting bisa mengalami
penurunan dan sesuai dengan anjuran WHO. Selain itu stunting berdampak pada
perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak menjadi tidak optimal. Dimasa
mendatang anak-anak stunting memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
obesitas dan penyakit lainnya.
C. Daftar Pustaka
Ruswati, Dkk. (2021). Risiko Penyebab Kejadian Stunting Pada Anak. (Jurnal
Pengabdian Kesehatan Masyarakat), 1(2).
Rahman, H. (2023). Upaya Penanganan Stunting Di Indonesia. (Jurnal Ilmiah
Pemerintahan Suara Khatulistiwa). 3(1).
Angraini, N. (2022). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Diwilayah Kerja Puskesmas Sulak Gedang Kabupaten Kelinci.
(jurnal Inovasi Penelitian). 3(9).
Hutabarat, N, E. (2023). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. (Jurnal of
Health and Medical Science). 2(1).

Anda mungkin juga menyukai