Oleh:
Kelompok B
SUMIYATI, AMK
1. Sumiyati, amk
2. Arif, Amd Kep
3. Tyas Ratna Puri, Amk
4. Syamsul putra. Amd Kep
5. Netti ovianti, Amk
Judul Studi Kasus : Asuhan keperawatan pada klien dengan Post Percutanus
Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
Jakarta.
PEMBIMBING
Mengetahui,
Penguji I Penguji II
i
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan kehaditarat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikanmakalah ini dengan tepat waktu.
Adapun judul makalah ini adalah“asuhan keperawatan pada klien dengan Post
Percutanus Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta”.Makalahini di susun guna memenuhi tugas
kelompok pada Pelatihan Keperawatan Kardiovaskuler Tingkat Dasar di Divisi Diklat
Pusat Jantung Nasional dan Pembuluh Darah Harapan Kita Angkatan III 2016.
Kelompok ini menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang
telah membantu, maka dari itu kelompok mengucapkan terimakasih kepada :
ii
Kami kelompok menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, dan
masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun
Akhirnya kami berharap semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya .
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Etiologi
4
2. Jenis Kelamin
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita. Pria
memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada
wanita resiko lebih besar setelah masa menopause, ini terjadi akibat
penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid dalam darah.
1. Merokok
Perokok memiliki resiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena SKA
daripada yang bukan perokok. Resiko juga bergantung pada jumlah rokok
yang dikonsumsi perhari, lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya.
Hal ini dikaitkan dengan pengaruh nikotin dan kandungan tinggi dari
monoksida karbon yang terkandung dalam rokok. Nikotin meningkatkan
beban kerja miokardium dan dampak peningkatan kebutuhan oksigen.
Karbon monoksida mengganggu pengangkutan oksigen karena
hemoglobin mudah berikatan dengan karbon monoksida daripada oksigen.
2. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam trasportasi,
digesti dan absorb lemak. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol
5
melebihi 300 ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA
dibandingkan dengan yang memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang
mengandung lemak jenuh merupakan factor utama yang menimbulkan
hyperlipidemia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas
berhubungan dengan peningkatan intake kallori dan kadar low density
lipoprotein.
6. Inaktifitas Fisik.
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara
menurunkan kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap
fisiologis dari kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan rendah dari
lipid protein, menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac
output.
6
2.2 Percutaneous Coronary Intervention
2.2.1 Pengertan Percutaneous Coronary Intervention
(PCI) terdiri dari tiga kata yakni Percutaneous yang artinya melalui
kulit, Coronary adalah pada arteri koroner, dan Intervention adalah
tindakan yang dilakukan dalam rangka pengobatan pada kelainan/penyakit
jantung koroner. Percutaneous coronary intervention(PCI) adalah
intervensi atau tindakan non bedah untuk membuka/dilatasi/melebarkan
arteri koroner yang mengalami penyempitan agar aliran darah dapat
kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011).
Percutaneous Coronary Intervention merupakan suatu tindakan
angioplasty (dengan atau tanpa stent) dalam 12 jam pada lesi culprit
setelah simtom, tanpa didahului oleh pemberian fibrinolitik atau obat lain
yang dapat melarutkan bekuan darah. Prosedur ini bertujuan untuk
membuka infarc related artery saat terjadinya infark miokard akut dengan
elevasi segment ST (Keeley EC, Hillis LD, 2007)
7
2.2.3 Indikasi Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Indikasi untuk dilakukan PCI adalah:
1. Acute ST-elevation myocardial infarction (STEMI)
Adalah sindrom Koroner akut dengan deviasi ST segmen elevasi > 1
mm di ekstrimitas dan > 2 mm di precordial, lead yang bersebelahan
serta peninggkatan CKMB lebih dari25µ/l , Troponin T positif >
0,03
2. Non–ST-elevation acute coronary syndrome (NSTE-ACS)
Adalah sindrom Koroner akut dengan deviasi ST segmen depresi >
0,5mm, dapat disertai dengan gelombang T inverse dan peningkatan
CKMB > 25 µ/l Troponin T positif > 0,03
3. Unstable angina
Adalah sindrom Koroner akut dengan deviasi ST segmen depresi >
0,5mm, dapat disertai dengan gelombang T inverse dan Enzim
jantung (Bio-marker) normal
4. Stable angina
5. Anginal equivalent (eg, dyspnea, arrhythmia, or dizziness or syncope)
6. High risk stress test findings
8
7. Intoksikasi obat-obatan (seperti : Kontras )
8. Pasien yang tidak kooperatif
9. Usia kehamilan kurang dari 3 bulan
9
2.2.5.2 Puncture area
Menurut Merriweather & Hoke (2012), area penusukan pada tindakan PCI
terdiri atas:
a. Arteri Femoralis
b. Arteri Brachialis
c. Arteri Radialis
10
2.2.6 Komplikasi
1. Diseksi arteri koroner
2. Vasospasme arteri koroner
3. Akut disritmia
4. Cardiac arest
5. Tamponade jantung
6. Hipotensi
7. Perdarahan, biasanya terjadi pada daerah akses penusukan (area
insersi) ataupun perdarahan retroperitoneal
8. Hematoma
9. Pseudoaneurisma
10. Fistula arteriovenosus
11. Thrombosis dan embolisasi distal
12. Contrast induce nefropathi (CIN)
1. Inform consent
2. Anjurkan klien untuk puasa 4-6 jam sebelum tindakan (elektif PCI)
3. Observasi dan ukur tanda-tanda vital (perubahan EKG, tekanan darah, HR,
RR, dan saturasi O2)
4. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium: Cek darah lengkap, GDS, ureum, creatinin, HBSAg,
elektrolit, PT, APTT, BT, dan ACT.
2) Rontgen thorax
5. Cek pulsasi perifer (dorsalis pedis) untuk kateterisasi melalui arteri
femoralis
6. Melakukan Allen test (jika penusukan melalui arteri radialis)
7. Obat-obat dilanjutkan sesuai instruksi dokter
8. Pada klien dengan nilai creatinin diatas 1,25 mg/dl (nilai normal 0,72-1,25
mg/dl), lakukan loading cairan (1cc/kgBB/jam) diberikan pre dan post
tindakan PCI
11
9. Memberikan penjelasan prosedur tindakan
10. Pasang IV line tangan kiri
11. Membersihkan area pungtur
12
11. Memonitor adanya tanda-tanda infeksi meliputi : Observasi daerah luka
dari sesuatu yang tidak aseptik/septic, selalu menjaga kesterilan area
penusukan, observasi adanya perubahan warna, suhu pada luka tusukan
12. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien :
a) Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg selama 1
minggu untuk menghindari stertching/ peregangan pada arteri radialis
jika akses melalui arteri radialis
b) Beritahu perawat atau dokter bila terjadi keluhan berhubungan dengan
gangguan sirkulas.
c) Buka elastikon dan ganti dengan tensoplast setelah 12 jam pemasangan
elastikon
d) Bila ada hematoma dan perdarahan segera hubungi dokter atau perawat
dan langsung ke rumah sakit.
2.2.7.4 Prosedur pencabutan SHEATH
Area penusukan di arteri femoralis:
1. 4 jam post tindakan PCI, sheath boleh dicabut/aff oleh dokter jika nilai
ACT (Activating Clohting Time, nilai normal < 100 detik)
2. Dengan menggunakan sarung tangan steril dan prosedur steril, sheath di
aff dan dilakukan penekanan selama kurang lebih 10-15 menit sampai
dengan perdarahan berhenti
3. Beritahu kepada klien bahwa prosedur pencabutan sheath akan dilakukan
dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mencegah terjadinya
reflek vagal
4. Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
saturasi oksigen), pulsasi arteri perifer, dan keluhan klien selama aff
sheath
5. Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril dan
verban elastic lalu diberi bantal steril
6. 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi
7. Observasi daerah distal ekstremitas dan keadaan umum klien post aff
sheath (tekanan darah, nadi, irama ekg/perubahan gelombang EKG,
saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari adanya
komplikasi berupa perdarahan/hematoma, thrombosis, fistula
arteriovenosus, dan CIN (Contras Induce Nefropathy).
13
2.2.7.5 Prosedur pelepasan NICHIBAND
Area puncture di arteri radialis :
1. Pelepasan dilakukan 4-6 jam setelah tindakan PCI
2. Gunakan sarung tangan bersih, letakkan tangan kiri diatas nichiband, dan
beri sedikit penekanan dengan kuat
3. Buka plester nichiband dengan tangan kanan perlahan-lahan sambil
memperhatikan aliran darah yang keluar dari luka insisi/penusukan
4. Bila masih terdapat perdarahan pasang kembali nichiband dan plester
untuk mencegah plester nichiband terlepas
5. Bila tidak terjadi perdarahan lanjutkan membuka nichiband dan tutup
dengan kassa steril diatas luka insisi dan tekan dengan kuat
2.3 Contrast Induced Nephropathy
2.3.1. Definisi Contras Induced Nephropathy
14
2.3.2 Faktor Risiko Contras Induced Nephropathy (CIN)
15
16
2.3.5 Penatalaksanaan CIN
CIN adalah Suatu keadaan dimana terjadi gangguan atau perburukan fungsi
ginjal yang terjadi dalam 24 sampai 48 jam pasca pemberian kontras tanpa sebab
yang lain, dimana kadar creatinin meningkat 0.5 mg/dl atau terjadi peningkatan
25 % dari nilai kreatinin awal.
Tujuan :
Informasi Umum :
2. CIN merupakan salah satu penyebab Gagal Ginjal Akut yang didapat saat
perawatan di Rumah Sakit.
6. Penderita yang sudah pernah menjalani prosedur, harus di cek jenis media
kontras yang digunakan sebelumnya.
17
7. Penderita dengan kadar creatinin > 2.0, harus dirawat terlebih dahulu
sebelum menjalani prosedur.
2.3.6 Prosedur:
Pre Prosedur:
a. Anjurkan pasien minum air putih kurang lebih 1 liter dalam 12 jam atau
sekurang-kurangnya 3 jam sebelum prosedur atau diberikan infus NaCL
0.9 % 500 cc sebelum prosedur.
Saat Prosedur:
BB (kg) X 4
Cr (mg/dl)
18
2. Untuk Penderita ambulatory dengan creatinin ≥ 1.7 sampai 2.0 mg/dl
dengan tanda-tanda gagal jantung dan atau Fraksi Ejeksi < 40 %.
Pre Prosedur:
a. Anjurkan pasien minum air putih kurang lebih 500 cc dalam 12 jam
atau sekurang-kurangnya 3 jam sebelum prosedure atau diberikan infus
NaCL 0.9 % 300 cc sebelum prosedur sambil di evaluasi tanda –tanda
perburukan gagal jantung seperti keluhan sesak bertambah, denyut nadi
meningkat, terdengar rales pada kedua basal paru.
Saat Prosedur:
BB (kg) X 4
Cr (mg/dl)
19
B. Untuk penderita rawat inap.
1. Untuk Penderita rawat inap dengan creatinin ≥ 1.7 sampai 2.0 mg/dl
tanpa tanda-tanda gagal jantung dan atau Fraksi Ejeksi ≥ 40 %.
Pre Prosedur:
Saat Prosedur:
BB (kg) X 4
Cr (mg/dl)
20
2. Untuk Penderita rawat inap dengan creatinin ≥ 1.7 sampai 2.0 mg/dl
dengan tanda-tanda gagal jantung dan atau Fraksi Ejeksi ≥ 40 %.
Pre Prosedur:
Saat Prosedur:
BB (kg) X 4
Cr (mg/dl)
21
2.4 Asuhan Keperawatan Pasien Pro Percutaneus Coronary Angiography
2.4.1 Pengkajian
a. Data umum
Data umum meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, agama, Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),
diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi keluhan utama datang ke rumah sakit, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat
pekerjaan, riwayat geografi, riwayat alergi, kebiasaan social dan kebiasaan
merokok.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik awal dilakukan secara umum meliputi pemeriksaan
kepala dan leher yaitu raut muka, bibir, mata, tekanan vena jugular, arteri
karotis, kelenjar thyroid, trachea.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium yaitu enzim
jantung untuk mengetahui keefektifan revaskularisasi, gula darah, kadar lemak
kolesterol, fungsi ginjal dan faktor pembekuan darah untuk mengetahui faktor
resiko, hematologi rutin, analisa gas darah dan elektrolit sebagai pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan hemodinamik meliputi frekuensi nadi, tekanan darah,
frekuensi napas dan saturasi oksigen dilakukan untuk mengetahui kerja jantung
setelah dilakukan PAC. Pemeriksaan grafik meliputi EKG untuk mengetahui
efektivitas revaskularisasi dan Ekhokardiogram untuk menilai kerja jantung.
22
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Pra Tindakan
1) Ansietas berhubungan dengan informasi negatif tentang prosedur tindakan,
hasil dan kemungkinan komplikasi yang muncul.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mendapatkan informasi
yang adekuat mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3) Risiko perdarahan berhubungan dengan penggunaan antikoagulan.
Kriteria :
23
Tindakan :
Kriteria :
24
7) Gunakan media yang disukai pasien.
c. Aritmia berhubungan dengan ketidakmampuan untuk suplai oksigen ke
miokardium, pemberian zat kontras, ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan : pasien tidak terjadi aritmia selama dan setelah dilakukan tindakan
angiografi koroner.
Kriteria :
Kriteria :
25
4) Monitor perfusi jaringan di perifer (saturasi, capillary refile time, saturasi
oksigen, warna kulit dan ujung kuku)
5) Berikan oksigen sesaui dengan kebutuhan.
6) Pantau intake dan output.
7) Pantau diuresis pasien.
8) Istirahatkan pasien.
9) Kolaborasikan dengan medis utuk pemberian obat – obatan (nitrat, calcim
antagonist, beta blocker, heparin diuretic, inotropic,dll)
e. Penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada arteri, spasme arterial, bleeding, hematoma.
Tujuan : pasien mendapatkan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria :
1) Kaji Pulsasi bagian distal dari area puncture setiap 15 menit pada satu jam
pertama, dilanjutkan setiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya
setiap jam sampai pasien pulang.
2) Kaji warna dan temperature dari akral setiap 15 menit pada satu jam
pertama, dilanjutkan setiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya
setiap jam sampai pasien pulang.
3) Kaji adanya rasa nyeri, baal, kehilangan kemampuan sensori dan motorik.
4) Imobilisasikan pada area puncture, bila perlu gunakan immobilizer device.
5) Jangan ijinkan pasien berada dalam posisi duduk, elevasi kepala tidak boleh
melebihi 30°.
6) Bantu pasien memenuhi ADL.
Setelah Pencabutan Sheath :
26
1) Kaji pulsasi radial dan ulna jika puncture di dareah radialis. Kaji pulsasi
dorsalis pedis dan popliteal jika area puncture di daerah femoralis.
2) Kaji adanya pembengkakan atau hematoma pada area puncture.
3) Kaji adanya tanda – tanda pseudoaneurisma atau arteriovenosus fistula
meliputi adanya massa yang berdenyut dan rasa nyeri.
f. Risiko perdarahan berhubungan dengan penggunaan antikoagulan, kurang
adekuatnya penekanan area puncture.
Tujuan : pasien tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
27
5) Jelaskan pada pasien untuk menghindari penggunaan ekstrimitas yang
dilakukan puncture untuk aktivitas yang berat dan pergerakan yang
berlebihan atau ekstrim selama 1 minggu sejak dilakukan tindakan.
g. Perdarahan berhubungan dengan penggunaan antikoagulan, kurang
adekuatnya penekanan area puncture.
Tujuan : Perdarahan berhenti, pasien terbebas dari komplikasi akibat
perdarahan.
Kriteria :
1) Perdarahan berhenti.
2) Hemodinamik stabil
3) Perfusi jaringan adekuat
Tindakan :
28
Tujuan : Pasien tidak terjadi reaksi alergi terhadap media kontras yang
digunakan.
Kriteria :
Kriteria:
29
2.4.4 Implementasi
Implementasi adalah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan
yang telah disusun.Prinsip dalam pemberian asuhan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada
pasien.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat di
Gunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang di
buat.Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan,mengukur
Kemajuan pasien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi
keefektifan Rencana atau perubahan dalam membantu proses asuhan keperawatan.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Tn. A. M
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 1 September 2016
Tanggal Pengkajian : 1 September 2016 jam 10:00 WIB
Pengkajian di ruang Cathlab dan IW
Diagnosa Medis : Angina Pectoris Stabil CCS II
No. MR : 04-48-69
3.1.2 Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya terasa lemas dan nyeri pada
femoralis kanan dan kiri dengan skala nyeri 2-3.
P : Nyeri dirasakan menetap pada daerah penusukan
Q : Nyeri dirasakan seperti dicubit
R : Nyeri dirasakan di daerah penusukan femoralis kanan dan kiri
S : dengan skala nyeri 2 – 3
T : Dirasakan menetap, bertambah jika bergerak
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk rawat inap di PJNHK pada tanggal 31 agustus
2016, karena direncanakan akan dilakukan PCI pada tanggal 1
september 2016. Saat masuk ruang perawatan tidak ada keluhan.
Pasien biasanya merasakan nyeri dada, sesak nafas, saat beraktivitas
berat, atau kelelahan dan akan berkurang dengan istirahat dan hilang
obat nitrat. Pasien post PCI tanggal 1 September 2016 jam 10.00,
dengan hasil RCA stenosis tandem 70% di proksimal, stenosis 60% di
32
mid, total oklusi di distal bagian distal mendapat aliran dari ipsilateral
dan kontralateral. Pasien mengatakan nyeri di paha kanan dan kiri
akibat penusukan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada tahun 1993 pernah dikateterisasi di RS luar (klien lupa),
hasilnya dikatakan ada 2 sumbatan dan direncanakan operasi tetapi
pasien belum siap. Pada tanggal 12 Agustus 2016, sudah dilakukan
angiografi dengan hasil LM (normal), LAD (stenosis 80% di
proksimal, total oklusi di mid, distal mendapat aliran dari
kontralateral), LCx (stenosis 70% di proksimal, total oklusi di distal,
stenosis 80% di proksimal OM1), RCA (multiple stenosis 60-80% di
proksimal-mid, total oklusi di distal, distal mendapat aliran dari
kontralateral).
Gastritis tidak ada, stroke tidak ada, asma tidak ada,DM tidak
ada, hipertensi tidak ada, pasienmerokok sejak muda 1 bungkus sehari
namun semenjak bulan juni kemarin hanya 1 batang per harinya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti yang
dialami oleh klien.
3.1.3 Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi Kesehatan
Sehat merupakan sesuatu yang berharga bagi klien.
b. Pola Nutrisi
Makan 3x sehari, tidak suka makan makanan cepat saji. Pada
saat di rawat inap pasien dipuasakan 4 - 6 jam karena akan dilakukan
tindakan PCI.
c. Pola Eliminasi
Pada saat pengkajian tgl 1 september 2016 jam 10.00 WIB
pasien sudah terpasang catheter dengan jumlah urine ±50 cc, warna
kuning jernih, hematuri tidak ada.
33
Pasien mengatakan dada terasa sakit, sesak nafas saat
beraktifitas berat dan kelelahan. Pasien sehari harinya berdagang di
toko. Selama perawatan semua aktivitas dibantu oleh perawat, karena
klien dianjurkan untuk bedrest.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Klien tidak pernah tidur di atas jam 22.00 dan selalu bangun jam
04.00. Siang hari klien tidur siang ±1-2 jam antara pukul 13.00 –
15.00
f. PolaPersepsi Kognitif
Klien mengatakan bahwa sudah tahu sebenarnya sakit apa tapi
takut untuk tindakan perioperatif dan takut tidak bisa disembuhkan.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasa sudah nyaman dengan dirinya sebagai laki-laki
h. Pola Fungsi Peran dan Hubungan
Klien merupakan suami, istri pertama sudah meninggal dan
sekarang hidup dengan istri kedua. Mempunyai anak dari isti pertama
4 orang dan dari istri kedua 2orang. Antara anak – anak klien tampak
akur. Mempunyai 6 cucu dari 4 orang anaknya yang sudah menikah.
Klien memiliki hubungan baik dengan istri, anak dan cucu –cucunya.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Sebelum sakit klien melakukan hubungan seksual dengan
istrinya ±2-3 kali dalam sebulan.
j. Pola Mekanisme Koping dan Stres
Klien mengatakan keluarganya selalu memberikan dukungan
penuh untuk apa yang klien lakukan.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Selama ini klien selalu taat untuk beribadah dan tidak ada
kepercayaan yang bertentangan dengan pengobatan yang dijalani saat
ini.
34
TingkatKesadaran : Composmentis, GCS: 15 (E=4, M=5, V=6)
BeratBadan : 63 Kg
TinggiBadan : 165 cm
Tanda – tanda Vital: TD: 133/63 mmHg, HR: 98 x/menit, RR:
20 x/menit, Suhu: 36.5 oC,
Sat. O2: 100%
a. Kepala
Rambut : Rambut hitam, kulit kepala bersih.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera
tidak ikterik.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung,
terpasang O2 binasal 3lpm.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran.
Ekspresi wajah : Ekspresi wajah terlihat lemah.
Leher : Tidak terlihat peningkatan JVP.
b. Toraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris, integritas kulit utuh, tidak
ada haematom, tidak ada otot bantu nafas,
terdapat elektroda untuk monitor EKG.
RR 20 x/mnt
Palpasi : tidak teraba masal
Perkusi : Bunyi paru sonor
Auskultasi : Suara nafas vasikuler. Tidak ada wheezing,
ronchi, maupun rales.
c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ictus cordis di intercosta 5, midcalvicula
kiri
Perkusi : Bunyi redup di area jantung
Ausukultasi : BJ 1 dan 2 normal, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan
d. Abdomen
35
Inspeksi : Bentuk normal, tidakterlihatdistensi
Palpasi : Nyeritekandan ascitestidakada, kandung kemih
terababelumterisipenuh
Auskultasi : Bising usus ada 4x/mnt
Perkusi : terdengar timpani
e. Genital
Terlihat cukup bersih, terpasang kateter urine.
f. Ekstremitas
Terdapat balutan luka pada daerah femoralis kanan dan kiri. Balutan
luka tampak kering. Kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal
(5), akral hangat, capillary refill<2 detik, tidak ada edema, dan pulsasi
perifer kuat: +/+. Terpasang IV line di vena cephalic tangan kiri. .
g. Kulit
Warna kulit sawo matang, lembab, dan turgor kulit elastis.
J.09.15 J.08.12
36
GDS sewaktu 106 97 143
Natrium 142 136 -145
Kalium 4,97 3,5 – 5,1
Calsium Total 2,05 – 2,4
Chlorida 106 98 – 107
b.Magnesium 2,44 1,7 – 2,2
Chlolesterol 184 196 200 – 240
c. E
Total
l
Cholesterol 53 48 40 – 60
e
HDL
k
Cholesterol 132 138 100 – 190
t
LDL Direk
k
Trigliserida 73 268 150 -500
a
Cholesterol 3,47 7,00 5 – 6,01
r
Rasio
d
Asam Urat 5,9 3,4 – 7
i
HBSaG Non reaktif Non reaktif
g
Masa 1 1-6
r
Perdarahan
a
b. Elektrokardigrafi
Terdapat T inverted di lead II, lead III, aVF, sinus bradikardi dengan atrial
ekstrasistol (1 September 2016 pukul 04.46)
c. Echokardiografy
Fungsi sistolik LV menurun, EF 40%. Inferior, segmen lain hipokinetik.
Disfungsi LV diastolik, gangguan relaksasi. MR mild, TR mild, PH low
probability. Kontraktilitas LV normal.
37
Angeografi menunjukkan
RCA : Stenosis tendem 70% di proksimal, stenosis 60%
di mid. Total oklusi di distal, bagian distal
mendapat aliran dari ipsilateral dan kontralateral.
Media kontras visipaque sebanyak 180 ml
perdarahan 20 cc terdapat hematoma di daerah
femoralis kiri dimeter 6 cm.
Kesimpulan : Sukses PCI dengan 3 DES di RCA.
a. Terapi Medis
1) Aspilet 1x80mg p/o
2) Atorvastatin 1x20mg p/o
3) Rampil 1x5 mg p/o
4) Clopidogel 300mg ekstra p/o
5) Bisoprolol 1x2,5 mg p/o
6) ISDN 2x5 mg p/o
38
femoralis kanan dan
ukuran 6F di femoralis
kiri.
d. Tekanan darah 133/63
mmhg, nadi 98
x/menit, pernafasan 20
x/menit, saturasi
oksigen 100%, Oksigen
Nasal Kanul 3 L/menit
e. Pemberian heparin 6300
unit pada saat tindakan
PCI, Clopidogel 300mg,
Aspilet 80 mg
f. Terdapat balutan luka di
femoralis kanan dan kiri,
balutan tampak bersih
tidak ada rembesan.
g. Tidak terdapat hematom
atau luka.
h. Lab :
Masa Perdarahan : 1dtk
Hb : 13,9
Ht : 39,4
Leukosit : 6780
Trombosit : 196
Eritrosit : 4,31
1/09/16 2. DS : Klien mengatakan sudah Resiko Pemberian Kontras
10.00 minum ± 3 gelas (750cc) Penurunan
sebelum puasa. Fungsi Renalis
DO :
a. Klien terpasang kateter,
urin positif, warna kuning
jernih, tidak ada
39
perdarahan, jumlah ±50cc
(10 jam post operasi).
b. Pemberian Kontras
sebanyak 180ml
c. Skor Risk Factor CIN = 1
d. Tekanan darah 133/63
mmhg, nadi 98 x/menit,
pernafasan 20 x/menit,
saturasi oksigen 100%,
Oksigen Nasal Kanul 3
L/menit
e. Hasil Lab :
Creatinin : 1, 07
BUN : 17
Ureum : 35,9
1/09/16 3 DS : Klien mengatakan badan Keterbatasan Bedrest post PCI
14.00 terasa lemah. Aktivitas selama 6 jam
DO :
a. Klien Tampak Lemah
b. Terpasang sheat dengan
ukuran 7F di femoralis
kanan dan ukuran 6F di
femoralis kiri.
c. Pasien harus bedrest post
PCI selama 6 jam untuk
mencegah perdarahan
d. Tekanan darah 133/63
mmhg, nadi 98 x/menit,
pernafasan 20 x/menit,
suhu 36,5 ºC, saturasi
oksigen 100%, Oksigen
Nasal Kanul 3 L/menit
e. Terdapat balutan luka di
40
femoralis kanan dan kiri,
balutan tampak bersih.
1/09/16 4 DS : Klien mengatakan Gangguan Post Prosedur
10.00 sedikit nyeri jika kaki Rasa Nyaman Tindakan PCI :
digerakan dengan skala nyeri : Nyeri Pemasangan Sheat
2-3. Klien juga mengatakan
jika klien berubah posisi,
nyeri terjadi.
DO :
a. KU : Lemah
b. Kesadaran : CM
c. Terpasang sheat dengan
ukuran 7F di femoralis
kanan dan ukuran 6F di
femoralis kiri.
d. Tekanan darah 133/63
mmhg, nadi 98
x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36,5 ºC,
saturasi oksigen 100%,
Oksigen Binasal 3
L/menit
e. Klien tampak kadang
mengerutkan dahi karena
tidak nyaman jika kedua
kaki digerakan.
f. Terdapat balutan luka di
femoralis kanan dan kiri.
1/09/16 5 DS : - Resiko Infeksi Pemasangan Alat
10.00 DO : Invasif :
a. Terdapat luka di Pemasangan Sheat
femoralis kanan dan kiri,
luka tampak bersih, tidak
41
ada kemerahan dan
rembesan.
b. Tekanan darah 133/63
mmhg, nadi 98 x/menit,
pernafasan 20 x/menit,
suhu 36,5 ºC, saturasi
oksigen 100%, Oksigen
Binasal 3 L/menit
c. Lab : Leukosit : 6780
1/09/16 6 DS : Klien mengatakan sudah Kurang Kurang
10.00 mengetahui tentang Pengetahuan mendapatkan
penyakitnya dari tahun 1993, informasi yang
tetapi takut untuk dilakukan adekuat tentang
tindakan operasi. Klien tindakan yang
mengatakan selama ini dilakukan
minum obat dan kontrol
secara teratur, menjaga pola
makan dan rajin berolahraga
ringan (jalan sehat).
DO :
a. Klien tampak kooperatif
mengikuti arahan.
b. Klien kadang bertanya
tentang kondisinya
setelah operasi
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan b.d Puncture Arteri Femoralis kanan dan kiri dengan
menggunakan Sheat
2. Resiko penurunan perfusi renalis b.d pemakaian zat kontras
3. Keterbatasan aktivitas b.d Bedrest 6 jam post PCI
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d Puncture Arteri Femoralis kanan dan
kiri dengan menggunakan Sheat
5. Resiko infeksi b.d pemasangan alat invasif : pemasangan sheat
42
6. Kurang pengetahuan b.d kurang mendapatkan informasi yang adekuat
tentang tindakan yang dilakukan.
43
peningkatan b. Dilanjutkan
ureum/creatinin pemberian 16 jam
yang berarti berikutnya
c. Tanda – tanda vital 4. Kolaborasi
dalam batas pemeriksaan ureum /
normal creatinin post
pemberian cairan
5. Balance cairan secara
ketat
44
nyaman (Nyeri) b.d Setelahdilakukan 2. Lakukan pengkajian
post prosedur tindakan keperawatan nyeri dan observasi
tindakan PCI : 1 x 24 jam diharapkan perkembangan nyeri
pemasangan sheat nyeri berkurang dan keluhan.
Kriteria hasil: 3. Observasi reaksi
Ekspresi wajah rileks, verbal pasien,
skala nyeri 0/10, tanda ketidaknyamanan
– tanda vital dalam pasien.
skala Normal 4. Atur posisi yang
nyaman dan anjurkan
istirahat
5. Ajarkan teknik nafas
panjang dan dalam
6. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
dan mengajarkan
teknik relaksasi.
7. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
5 Resiko infeksi b.d Tujuan : 1. Observasi tanda –
diskontinuitas Setelah dilakukan tanda infeksi
jaringan : tindakan 2. Observasi tanda –
pemasangan sheat keperawatan1 x 24 tanda vital
jam diharapkan 3. Ganti balutan luka
infeksi tidak terjadi setiap hari atau jika
Kriteria hasil: kotor
Tidak ada tanda – 4. Lakukan perawatan
tanda infeksi (rubor, luka dengan teknik
dolor, tumor, color). septik dan antiseptik.
Tanda – tanda vital 5. Kolaborasi dengan
dalam batas normal. dokter dalam
pemberian antibiotik.
45
6. Kurang Tujuan : 1. Kaji tingkat
pengetahuan b.d Setelah dilakukan pengetahuan klien dan
kurang adekuatnya tindakan keperawatan keluarga
informasi yang selama 1x24 jam 2. Kaji kemampuan
diberikan tentang diharapkan klien dan keluarga
tindakan yang akan pengetahuan klien dan dalam menerima
dilakukan keluarga meningkat edukasi
dengan kriteria hasil : 3. Berikan penjelasan
Klien dan keluarga tentang pengertian
dapat menjelaskan tindakan, prosedur
tentang pengertian tindakan, hal – hal
tindakan, prosedur yang harus dilakukan
tindakan, hal – hal klien setelah selasai
yang harus dilakukan tindakan,
klien setelah selasai kemungkinan
tindakan, komplikasi yang
kemungkinan muncul dan
komplikasi yang penanganannya.
muncul dan 4. Gunakan bahasa yang
penanganannya. mudah dipahami
5. Kaji kembali
pemahaman klien dan
keluarga setelah
diberikan penjelasan.
46
2.5 Patofisilologi
CAD
ACS
Fibrinolitik Berhasil
CABG
Jelek Bagus
ngan
P’drahan Pembuluhdarah Aritmia
Viskositasmenurun
Alirandrahkeginjal mnurun intraperitoneal
Nyeri Trombuslepas
Resikop’darahan
Resikop’runan CO
Medulla hipoksia
Ekstremitas Cerebral Arterikoroner
CIN
ALI Stroke AMI
GangguanPe
rfusi Renal
31
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan.
47
4. Menganjurkan pasien Klien mengatakan x/menit, saturasi
untuk melaporkan kepada akan melaporkan oksigen 100%.
perawat jika ada tanda kepada perawat jika Sheath di kedua
perdarahan ada tanda perdarahan. femoral sudah di cabut
ada hematom di sekitar
17.10 5. Melepas sheath difemoral Selama Sheath di aff area penusukan baik
kanan dan kiri hemodinamic setabil femoral kanan dan
ada hematom di sekitar femoral kiri diameter
area penusukan baik kanan 4 cm dimeter kiri
femoral kanan dan 6 cm
femoral kiri diameter
kanan 4 cm dimeter kiri A: Masalah resiko
6 cm perdarahan untuk
sementara belum terjadi
P: Intervensi dilanjutkan
2.. Resiko penurunan 01 1. Mengobservasi produksi Respon urine pasien S: -
perfusi renalis b.d September urine untuk mengetahui antara jam 10.30 s.d O: - Balance cairan saat
penggunaan zat kontras 2016 fungsi renal jam 13.00 220 cc, ini dari jam 10.00 s.d
48
Pukul : diorisis 0,61 cc/kg berat jam 21.00 positif 850
10.00 badan / jam cc, deuresis saat ini 2
cc/kg berat badan/jam
13.00 2. Kolaborasi dengan dokter Intruksi dokter A: - tidak terjadi
untuk melakukan rehidrasi dilakukan rehidrasi penurunan fungi renal.
dengan 1 cc/kg berat badan dengan NaCl 0,9 % 1 P: - observasi intake dan
/jam cc/kg berat badan /jam output.
selama 8 jam pertama, - Kolaborasi dengan
dilanjutkan pemberian dokter untuk
16 jam kedua lalu program cairan
besok direncanakan cek selanjutnya.
ureum, kreatinin
49
intake 2270cc dan
output 970cc.
3 Keterbatasan aktivitas 01 1. Mengkaji keluhan klien Klien mengatakan S : Klien mengatakan
b.d Bedrest 6 jam post September sedikit nyeri di femoral sedikit nyeri di femoral
PCI 2016 kanan dan kiri bila bila menggerakan
Pukul : menggerakan badan badan skala nyeri 2/10.
15.10 dengan skala nyeri
2/10. Klien mengatakan
masih merasa lemah
Klien mengatakan dan mengantuk, belum
masih merasa lemah sanggup beraktifitas
dan mengantuk, belum
sanggup beraktifitas. Klien mengatakan harus
bedrest 6 jam setelah
2. Mengobservasi tanda – Tekanan darah 119/74 tindakan.
tanda Vital mmhg, nadi 57 x/menit,
pernafasan 17x/menit, O : KU sedang, CM.
saturasi oksigen100%. Tekanan darah 119/74
mmhg, nadi
50
3. Mengobservasi keadaan Klien mengatakan 85 x/menit,
luka pada saat melakukan jika menggerakan pernafasan 17
aktifitas ringan. femoral kanan dan kiri x/menit, klien tidak
sedikit nyeri dengan sianosis, akral teraba
skala 2/10 kering dan hangat,
saturasi oksigen
4. Mengobservasi dan catat Klien tidak sianosis, 100%.
adanya perubahan warna akral teraba kering dan
kulit dan cek akral, hangat, saturasi oksigen Klien belum dapat
saturasi oksigen 100% Makan dan minum
masih dibantu, juga
5. Membantu dalam Klien dibantu makan . dibantu saat
aktifitas sehari – hari Klien dibantu saat seka/mandi ditempat
seka/mandi ditempat tidur.
tidur. Klien bedrest
selama 6 jam post PCI Klien bedrest 6 jam
post PCI.
6. Mengobservasi adanya Tidak ada perubahan
perubahan EKG saat EKG di monitor saat EKG monitor sinus
51
beraktivitas klien mobilisasi di bredikardi.
tempat tidur
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P: intervensi
Dilanjutkan
4 Gangguan rasa nyaman 01 1. Mengobservasi tanda – Klien mengatakan S: Klien mengatakan
(nyeri) b.d Puncture September tanda vital dan skala nyeri sedikit nyeri di femoral sedikit nyeri di femoral
Arteri Femoralis kanan 2016 bila dengan skala nyeri kanan dan kiri dengan
dan kiri dengan Pukul : 2/10. skala nyeri 2/10
menggunakan Sheat 13.00
Pasien mengatakan O : Klien terlihat tenang,
tidak nyeri dada Tekanan darah 124/80
mmhg, nadi 81 x/menit,
Tekanan darah 124/80 pernafasan 18 x/menit,
mmhg, nadi 58 x/menit, saturasi oksigen 100%
pernafasan 18 x/menit,
saturasi oksigen100%. Klien kadang tampak
52
Klien kadang tampak mengerutkan dahi
mengerutkan dahi, setiap menggerakan di
setiap menggerakan femoral kanan dan kiri,
femoral kanan dan kiri terpasang O2 binasal
kanul 3L/I, posisi
2. Melakukan pengkajian P (provoke) : nyeri di semifowler
nyeri dan mengobservasi femoral dirasakan
perkembangan dan setiap merubah posisi A: Masalah nyeri teratasi
keluhan (termasuk apakah Q (quality) : nyeri sebagian
ada nyeri dada) dirasakan seperti
dicubit P: Intervensi dilanjutkan
R (radiation) : nyeri di
rasakan di femoral
tempat dilakukan
tindakan
S (severe) : skala nyeri
2/10
T (time) : dirasakan
hilang timbul
53
3. Mengobservasi reaksi Klien mengatakan jika
verbal dari pasien nyeri mengurangi
ketidaknyamanan pasien aktivitas yang
menggerakan femoral
kanan dan kiri
54
Pukul : rembesan. panas, bengkak dan
16.00 Tekanan darah 124/84 rembesan. Tekanan
mmhg, nadi 80 x/menit, darah 124/84 mmhg,
pernafasan 18 x/menit, nadi 80 x/menit,
saturasi oksigen100%. pernafasan 18 x/menit,
saturasi oksigen100%.
2. Mengganti balutan luka Balutan luka tampak
setiap hari atau jika kotor bersih dan tidak ada A : Infeksi belum terjadi
rembesan, jadi balutan
luka hanya dirapikan. P : Intervensi
dipertahankan
3. Berkolaborasi dengan Perawat menyiapkan
dokter dalam pemberian obat untuk sore dan
antibiotik. malam
6 Kurang pengetahuan b.d 01 1. Mengkaji tingkat Pasien mengatakan S: - Pasien mengatakan
Kurang mendapatkan September pengetahuan pasien sedikit paham apa-apa memahami sedikit yang
informasi yang adekuat 2016 yang dijelaskan, akan dijelaskan akan
tentang tindakan yang Pukul : 2. Menjelaskan kepada menuruti anjuran demi menuruti anjuran demi
dilakukan 10.00 pasien hal-hal yang dilakukan kebaikan pasien kebaikan dan bertanya
55
setelah pemasangan PCI - pasien memahami bila tidak paham.
sedikit sedikit apa yang O: - pasien nampak
3. Menjelaskan kepada dijelaskan kooperatif saat
pasien komplikasi yang dijelaskan.
mungkin terjadi setelah A: -pengetahuan pasian
pemasangan PCI meningkat
P:Tingkatkan pengetahuan
pasien.
56
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang kasus post PCI : elektif
yang kita ambil, data yang kita dapatkan, diagnosa keperawatan, intervensi yang
didetapkan, implementasi yang kelompok lakukan dan evaluasi dari kondisi
pasien.
Kasus yang kita ambil adalah post PCI dengan Angina Pectoris Stabil.
Pasien Tn. AM dengan diagnosa Angina Pectoris Stabil CCS II masuk ke
RSJPHK pada tanggal 31 angustus 2016 dengan rencana PCI pada tanggal 1
September 2016. Pada saat masuk tidak ada keluhan Namun biasanya sewaktu
dirumah pasien ada nyeri dada saat melakukan aktifitas berat, kelelahan dan sesak
nafas.
Pada tanggal 1 september 2016 pasaien dilakukkan PCI. Dari data laporan
tindakan PCI di dapatkan data :
1. Pasien diberikan Heparin 6300 unit
2. Dipasang Sheat di arteri femoralis dengan ukuran 7 fr dan arteri
femoralis kiri dengan 6 fr
3. Dari hasil pemeriksaan didapatkan di RCA terdapat Stenosis Tendem
70% di proximal, stenosis 60% di mid, total oklusi di distal, bagian
distal mendapat aliran dari ipsi lateral dan kontra lateral
4. Media kontral Visipaque sebanyak 180 ml, perdarahan 20 cc, terdapat
hematom di daerah femoralis kiri diameter 6 cm ( jam 17:00)
5. Kesimpulan : sukses PCI dengan 3 DES di RCA
Pada tanggal 1 september jam 10:00 dilakukan pengakajian. Pada saat itu
pasien masih bedress di tempat tidur, pasien mengeluh nyeri di area pemasangan
sheat, sekala nyeri 2-3. Terdapat balutan di kanan dan kiri femoralis. Tada-tanda
vital TD : 133/63 MmHg HR : 98 x/menit RR : 20 X/menit SaO2 : 100%,
Oksigen nasal kanul 3 l/ menit
Berdasarkan hal-hal yang ditemukan pada paien dan dilihat dari tinjauan
materi, akan kelompok tentang beberapa aspek :
57
1. Berdasarkan teori tindakan PCI
Pasien dengan angina pectoris stabil yang mempunyai 3 sumbatan
di RCA, sudah mengalami sejak tahun 1993, dan riwayat keluhan nyeri
dada bersifat stabil, datang kalau aktifitas berat dan kelelahan. Dengan
dilakukan PCI diharapkan stenosis maupun sumbatan dapat
dihilangkan atau dikurangi sehingga perfusi kejaringan miokard bisa
lebih baik ( Dannis 2011 ). Kemudian memperbaiki keluhan nyeri
dada dan memperbaiki kontraksi miokard sehingga komplikasi lebih
lanjut dapat dihindari. Perlu dilakukan kontrol pasien setelah pulang
untuk mengontrol kondisi tersebut.
2. Berdasarkan gambaran patofisiologi
Hasil pengkajian yang didapatkan, pasien sebelumnya mengalami
Angina Pectoris Stabil. Dari hasil angiografi ditemukan ada 3
sumbatan di RCA, lalu dilakukan PCI. Dari pengkajian yang kelompok
lakukan tindakan pertama yang dilakukan pada PCI adalah
memasukkan sheat di arteri femoralis kanan dan kiri. Dimana hal
tersebut akan menyebabkan resiko perdarah, port the entry masuknya
kuman, timbulnya gangguan rasa nyaman nyeri, pembatasan aktifitas
untuk menggurangi resiko perdarahan dan pemantauan fungsi renalis
akan membutuh tindakan lebih lanjut untuk mencegah CIN.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perdarahan b.d Puncture Arteri Femoralis kanan dan
kiri dengan menggunakan Sheat
Alasan kelompok mengambil diagnosa ini sebagai diagnosa
prioritas karena karena andanya puncture pada arteri femoralis
kanan dan kiri seperti yang kita ketahui arteri femoralis
merupakan arteri besar pada tubuh sehingga memerlukan
penekanan yang lama untuk menghentikan perdarahan yang
diakibatkan oleh puncture pada arteri tersebuut disamping itu
pasien juga mendapatkan anti koagulan langsung via arteri
berupa heparin 6300 unit yang mengakibatkan terganggunya
58
proses koagulasi darah. Sehingga kelompok melakukan
pengawasan ketat terhadap tanda – tanda perdarahan.
b. Resiko penurunan perfusi renalis b.d pemakaian zat kontras
Alasan kelompok mengambil diagnosa ini karena selama
dilakukan PCI, klien mendapatkan zat kontras berupa visipaque
sebanyak 180 ml, dimana zat kontras ini selain bersifat toksik
pada ginjal, juga bersifat High Osmolar yang mengakibatkan
menurunnya aliran darah ke renal sehingga menurunkan perfusi
renal.
Kelompok melakukan observasi ketat terhadap intake dan
output serta berkolaborasi dengan dokter jika terjadi imbalance
cairan seperti rehidrasi dan pemberian Lasix ekstra 2 ampul
karena produksi urin pasien yang menurun
c. Keterbatasan aktivitas b.d bedrest 6 jam post PCI
Alasan kelompok mengambil diagnosa ini karena pasien
dianjurkan untuk bedrest selama 4-6 jam post PCI agar tidak
terjadi efek perdarahan dan hemodinamik stabil. Kelompok
mengobservasi setiap akivitas pasien yang mendukung program
pemulihan dan menjelaskan kepada pasien kegiatan yang boleh
dilakukan serta membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d puncture arteri femoralis
kanan dan kiri dengan menggunakan Sheat
Puncture arteri femoralis menggunakan sheat
mengakibatkan diskontinuitas jaringan yang mengakibatkan
rasa nyerai dan tidak nyaman kepada pasien
e. Resiko infeksi b.d pemasangan alat invasif : pemasangan sheat
Alasan kelompok mengambil diagnosa ini karena dengan
adanya diskontinuitas jaringan yang diakibatkan oleh sheat
membuat port the entry masuknya kuman. Maka kelompok
sangat memperhatikan teknik septik dan antiseptik setiap
melakukan tindakan ke pasien, terutama jika akan mengeksplor
daerah penusukan.
59
f. Kurang pengetahuan b.d kurang mendapatkan informasi yang
adekuat tentang tindakan yang dilakukan.
Alasan kelompok mengambil diagnosa ini karena apabila
pasien memahami tindakan yang dilakukan, hal – hal yang
harus diperhatikan, komplikasi – komplikasi yang terjadi
setalah tindakan, maka pasien akan lebih mudah diajak kerja
sama, sehingga meminimalkan komplikasi yang terjadi dan
mempercepat proses pemulihan.
4. Implementasi
Intervensi dan implementasi yang dilakukan berfokus pada
pencegahan terhadap beberapa resiko yang mungkin terjadi. Untuk
mencegah resiko perdarahan kelompok melakukan observasi ketat
adanya tanda-tanda perdarahan baik ditempat penusukan sheat maupun
tanda perdarahan lain, misanya hematuri, epistasis. Pembatasan
aktifitas diperlukan juga untuk mencegah perdarahan dan mengurangi
nyeri.
Untuk mengatasi nyeri proses distraksi dengan menarik nafas
panjang. Pemantauan haluaran urine, intake dan output, kadar ureum
dan kreatinin. Untuk pemantauan pemakaian kontras adakah tanda
alergi karena kontras.
Saat pemantauan haluaran urine ditemukan diuresi 0,6cc/kgbb, hal
ini dapat menimbulkan kewaspadaan akan CIN maka dikolaborasikan
dengan dokter untuk melakukan redehidrasi dengan NACL 0.9%
1cc/Kgbb/Jam selama 12 jam. Evaluasi tetap dilakukan sehingga
haluaran hasil urine menjadi 2cc/Kgbb/Jam. Dengan urine cukup
diharapkan fungsi renal tidak mengalami penurunan.
Pendidikan kesehatan dilakukan untuk mengoptimalkan pasien
dalam pemulihan dan mencegah komplikasi
60
5. Evaluasi
Pada evaluasi terakhir kondisi pasien tidak terjadi perdarahan,
tidak terjadi infeksi, nyeri berkurang atau pasien dapat mentolerir
adanya nyeri, pengetahuan pasien bertambah sehingga pasien dapat
kooperatif mengikuti program pemulihan. Untuk mengetahui efek dari
kontras masih perlu observasi lebih lanjut. Untuk sementara tidak
terjadi penurunan fungsi renal, karena diuresis pasien masih
2cc/kgBB/jam.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post PCI
diruang cathlab dan IW medikal RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan
Kita, maka kelompok mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perawatan pasien post PCI harus ketat diawasi, terutama resiko perdarahan.
2. Sebagai seorang perawat harus mengetahui tanda dan gejala perdarahan pada
pasien post PCI, sehingga perdarahan dapat diatasi dengan cepat sebelum
menimbulkan komplikasi dan bekerja sama dengan pasien, agar pasien patuh
untuk bedrest selama 6 jam untuk mencegah perdarahan.
3. Dalam melakukan pengkajian harus focus pada masalah yang ada di pasien.
5.2 Saran
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pelayan keperawatan pada pasien
dengan post PCI, maka kelompok ingin menyampaikan beberapa pemikiran yang dituangkan
dalam bentuk uraian sebagai berikut :
1. Untuk rekan-rekan perawat
a. Sebaiknya perawat mengetahui tanda dan gejala perdarahan pada pasien
dengan post PCI agar pendarahan dapat dicegah dan diatasi dengan segera
sebelum menimbulkan kompikasi. Diharapkan adanya peningkatan
kerjasama, pengawasan dan perawatan antara perawat dan pasien agar hasil
tindakan dapat maksimal.
b. Perawat sebaiknya harus bias menghubungkan kejadian dengan penyakit
dasar (patofisiologi).
2. Untuk pasien
Sebaiknya pasien dengan post PCI dapat mematuhi untuk bedrest total
selama 6 jam untuk menghindari terjadinya perdarahan. Dapat menjaga pola
hidup yang sehat, olahraga teratur, makan obat sesuai anjuran dokter dan control
sesuai jadwal.
62
3. Untuk keluarga pasien
Sebaiknya keluarga memberikan dukungan baik secara moril maupun
spiritual kepada pasien dan selalu mengingatkan pasien untuk minum obat rutin
serta control ke petugas kesehatan terdekat
4. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada semua pasien di RS Pusat Jantungan dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita terutama dalam hal penyuluhan kesehatan yang
berkesinambungan baik melalui diskusi maupun berupa leaflet selama pasien
dirawat sehingga morbidibitas hasil tindakan PCI dapat maksimal.
5. Untuk Institusi
Diharapkan menyediakan literature yang banyak.
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE, Jr., Ganiats TG, et al. 2014
AHA/ACC Guideline for the Management of Patients With Non-ST-Elevation
Acute Coronary Syndromes: A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J Am
Coll Cardiol. 2014.
2. Anonim. 2008. PCI definitions.
http://apps.leg.wa.gov/wac/default.aspx?cite=246- 310-705.
3. California Pasific Medical Center. 2008. Learning About Your Health.
http://www.cpmc.org/learning/documents/cardiaccath-ws.html#What Can I
Expect on the Day of the Procedure.
4. Davis, 2011. Percutaneous coronary intervention.
http://www.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_intervention_pci/page1
0_em.htm.
5. Death and DALY estimates by cause. 2002.
http://www.who.int/entity/healthinfo/statistics/bodgbddeathdalyestimates.xls.
6. Juwana, 2009. Optimazing primary PCI for ST elevation Myocardial.
http://www.cardiology.nl/_shared/media/pdf/20110430.pdf.
7. Keeley EC, Hillis LD. Primary PCI for Myocardial Infarction with ST-Segment
Elevation. N Engl J Med. 2007; 356:47-54.
8. May MRL, So DY, Dionne R, Glover CA, Michael P.V. Froeschl, Wells GA, et
al. A Citywide Protocol for Primary PCI in ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction. N Engl J Med. 2008;358:231-40.
9. Metha, Sadiq, et all .2004.Effectiveness of primary percutaneous coronary
intervention compared with that of thrombolytic therapy in elderly patients with
acute myocardial infarction. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14760322.
10. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
kardiovaskular dan Hematology. Jakarta :Salemba Medika.
11. Nallamothu BK, Bradley EH, Krumholz HM. Time to Treat-ment in Primary
Percutaneous Coronary Intervention. N Engl J Med. 2007;357:1631-8.
12. Räber & Windecker. 2011. Primary Percutaneous Coronary Intervention and
Risk of Stent Thrombosis. http://circ.ahajournals.org/content/123/16/1709.extract.
13. Silber at al, 2005. Guidelines for percutaneous coronary interventions: the task
force for percutaneous coronary interventions of the european society of
cardiology. http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/26/8/804.long
14. Torpy, 2004. Percutaneous coronary intervention.
http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=198185#qundefined.
15. Yuniadi & Ningrum. 2008. Risk factors and incidence of contras induced
nephrophaty following coronary intervention.
http://mji.ui.ac.id/v2/?page=journal.download_process&id=24
63