Disusun Oleh:
RETNO INDRIYANI
028200210
RS HERMINA PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada By. Ny. S dengan Asfiksia Neonatorum di Ruang NICU
RS Hermina Purwokerto”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi diklat perina 3. Dalam
penyusunan laporan kasus ini penulis tidak lepas dari hambatan serta
kesulitan. Namun atas bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah swt karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua, dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih
sayang yang tak terhingga.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yg membantu dalam penyelesaian laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Dengan adanya laporan ini semoga bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan
28 (dua puluh delapan) hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia
kurang dari 1 (satu) bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan tertinggi, berbagai masalah
kesehatan bisa timbul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal
dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan
kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia (Kemeterian
Kesehatan, 2015).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak
yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdus,
2007). Asfiksia saat lahir menjadi penyebab kurang lebih 23% dari
sekitar 4 juta kematian neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya
(Kitamura et all, 2010).
Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani,
namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemapuan
tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang
belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan
kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan
terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau
komplikasi atau kegawat daruratan yang mendapat pelayanan
sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Kemeterian Kesehatan,
2015).
Dari data laporan angka kejadian asfikasia neonatorum di
Rumah Sakit Hermina Purwokerto pada bulan Januari 2022 – Juni
2022 ada sebanyak 25% bayi lahir dengan asfiksia dari 100
kelahiran. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa angka kejadian
kasus asfiksia cukup tinggi. Maka dari itu kami tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang Asfiksia, untuk memenuhi tugas
dari diklat Perina 3 di Rumah Sakit Hermina Purwokerto.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Memberikan asuhan keperawatan pada bayi Ny. S dengan asfiksa
di ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data subjektif pada bayi Ny. S dengan
asfiksia di ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
b. Mampu mengumpulkan data objektif pada bayi Ny. S dengan
asfiksa di ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
c. Mampu menentukan assesmen pada bayi Ny. S dengan asfiksa di
ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
d. Mampu menentukan diagnosa pada bayi Ny. S dengan asfiksia di
ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
e. Mampu melakukan implementasi pada bayi Ny. S dengan asfiksia
di ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
f. Mampu melakukan evaluasi pada bayi Ny. S dengan asfiksia
ruang NICU Rumah Sakit Hermina Purwokerto
BAB II
KONSEP DASAR
A. Medis
1. Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013). Menurut AAP, Asfiksia
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya oksigen pada udara
respirasi yang ditandai dengan :
a. Asidosis (PH < 7) pada darah arteri umbilikasi
b. Nilai APGAR setelah menit kelima tetap 0 – 3
c. Manifestasi neurologis (kejang, hipotoni, hipoksia)
d. Gangguan multi organ sistem (Prambudi, 2013)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan karbondioksia dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat menyebabkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ
fital lainnya (Saifudin, 2009).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin atau asfiksia antara lain :
a. Faktor Ibu
1) Preeklamsia dan eklamsia
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis,dsb)
5) Kehamilan lewat waktu (setelah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapses tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi premature (Sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distorsia bahu,
ekstrasi vakum)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan) (Depkes RI,
2009)
3. Gejala Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
a. DJJ lebih dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot busuk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot otot jantung atau sel sel otak
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung
g. Takipnea atau nafas cepat karena kegagalan absorbs cairan paru paru
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen di dalam darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat (Depkes RI, 2007).
4. Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Asfiksia Ringan ( normal )
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
khusus.
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
Sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia.
7. Patofisiologis
Pada bayi baru lahir dengan proses persalinan yang lama, kondisi janin
abnormal, preterm, persalinan dengan tindakan dan riwayat ibu yang
mengkonsumsi obat-obatan narkotika dapat memperbesar resiko terjadi
gangguan nafas saat lahir yang disebut asfiksia. Paru-paru pada janin belum
berfungsi dan masih berisi cairan saat proses persalinan dan segera tali pusat
dipotong paru-paru mulai berfungsi, cairan yang berada didalam paru-paru
terpompa keluar dan berisi udara. Pada bayi baru lahir ekspansi paru yang
tidak adekuat dapat menyebabkan alveoli menurun sehingga menyebabkan
terjadinya gangguan pola nafas.
Alveoli yang menurun dapat menyebabkan kekurangan oksigen
sehingga terjadi penumpukkan karbondioksida. Hal ini menimbulkan
metabolisme dalam tubuh menjadi anaerob. Penumpukan asam laktat dalam
tubuh menyebabkan terjadinya asidosis metabolik/respiratorik sehingga terjadi
gangguan pertukaran gas. Sel-sel di dalam tubuh yang kekurangan kadar
oksigen mengakibatkan kerusakan pada organ manusia menimbulkan
gangguan pada perfusi cerebral bila terjadi disfungsi multi organ
mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
berdampak pada kematian. Kejadian asfiksia pada bayi baru lahir yang
mengalami gangguan pernafasan akan mempengaruhi pada pemenuhan nutrisi
sehingga orangtua yang perlu diberikan informasi terkait kondisi bayi.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada asfiksia neonatorum menurut Arif Weni,2009 :
a. Memberikan jalan nafas dengan menghisap lender dengan menggunakan
kassa steril
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic
c. Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan taktil dengan cara
menepuk nepuk kaki, mengelus elus dada, perut atau punggung. Jika bayi
masih belum menangis setelah dilakukan rangsangan taktil maka lakukan
nafas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan positif
d. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia dengan
cara :
1). Membungkus bayi dengan kain hangat
2). Badan bayi harus dalam keadaan kering
3). Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau babyoil
4). Kepala bayi ditutup dengan kain
e. Apabila nilai APGAR pada menit ke 5 sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya, dengan cara :
1). Membersihkan badan bayi
2). Perawatan tali pusat
3). Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat
4). Memasang pakaian bayi
5). Memasang tanda pengenal bayi
B. KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
1) Riwayat antenatal ibu
2) Infeksi saat kehamilan
3) Persalinan lama dan APGAR score rendah
4) Riwayat kelahiran post matur atau matur
5) Riwayat aspirasi meconium
b. Data obyektif
1) Penurunan kesadaran
2) Letargi, kejang, hipotonia
3) Takipneu, NCH, merintih dan retraksi
4) Synosis, akral dingin, pucat, CRT <3 detik, kutis mamorata
5) Tanda –tanda vital
6) Reflek hisap lemah, muntah, distensi abdomen
7) Penurunan peristaltik usus, penambahan LP
8) Penurunan jumlah urin, oliguri, anuria
Tabel 2.2 Diagnosa & Intervensi Keperawatan
TUJUAN
NO DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Pola nafas tidak Tujuan: Kaji keadaan umum dan adanya
efektif Setelah dilakukan tanda-tanda distres nafas
b.d ekspansi tindakan Rasional : mengetahui
paru yang keperawatan keadaan umum dan bila terjadi
tidak adekuat di dengan kriteria perubahan kondisi
tandai dengan: waktu yang telah Atur posisi bayi semi ekstensi
DS: - ditentukan pola Rasioal : mempertahankan jalan nafas
DO: Sesak, nafas kembali agar terjaga dengan baik
syanosis, efektif Beri Oksigen sesuai kebutuhan
retraksi, NCH, Kriteria hasil: Rasional : memenuhi kebutuhan Oksigen
Merintih, Tanda-tanda Monitor saturasi Oksigen
saturasi O2 distres nafas Rasional :mempertahankan jalan nafas
tidak ada, SpO2 tetap terjaga dengan baik
88-92%, Beri pendidikan kesehatan ke Ortu
RR 40-60 x/menit tentang tanda tanda distress nafas
Rasional : mengetahui tanda-tanda
distress nafas dan kondisi bayi
Libatkan ortu dalam mengenali
tanda-tanda distress nafas
Rasional :mengetahui secara langsung
tanda-tanda distress nafas
Kolaborasi dengan dokter untuk foto
thorax, BGA
Rasional : mengetahui masalah pada paru
dan adanya kondisi respiratori
I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama bayi : By. Ny. “S”
b. Umur / Tanggal lahir : 0 hari, 01/7//2022
c. No CM : B2083884
d. Suku Bangsa : Jawa
e. Alamat : Rempoah, RT.001/005
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. T
b. Umur : 32 Tahun
c. Pekerjaan : Swasta
d. Suku Bangsa : Jawa
e. Alamat : Rempoah, RT.001/005
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak Tidak Sakit Sakit Ringan Sakit
Sedang Sakit Berat
2. Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Sopor
Coma Coma
3. GCS : E1M1V1
4. Tanda Vital: Suhu: 36 derajat C, Nadi: 58x/mnt, RR: 82 x/mnt, SpO2:
26 % ,TD: tidak diukur mmHg, Down Score: 10 (Retraksi berat (2),
RR : 82 x/mnt (2), sianosis menetap dengan O2 (2), merintih terdengar
tanpa stetoskop(2), air entry : tidak ada udara masuk (2)
5. Berat badan : 4246 gr, TB: 51 cm, LK: 35 cm, LD: 35 cm, LP: 32cm
6. Gol darah/Rh (Bayi) : A B O AB Rh: Positif Negatif
Belum dicek
Gol darah/Rh (Ibu) : A B O AB Rh: Positif Negatif
OTLupa
Gol darah/Rh (Ayah) : A B O AB Rh: Positif Negatif
OTLupa
7. Pengkajian Persistem :
Tabel 3.1 pengkajiam persistem
Sistem Susunan Syaraf Gerak bayi: Aktif Tidak aktif
Pusat UUB : Datar Cekung Tegang Menonjol lain-lain
Kejang : Tidak Ada Ada
Reflek : Moro Menelan Hisap Babinski
Rooting Lain – lain : Tidak Ada
Tangis bayi : Cukup Kuat Melengking Lain-lain: tidak ada
Sistem Penglihatan Posisi mata: Simetris Asimetris
Besar Pupi l: Isokor lAnisokor
Kelopak mata : TAK Edema Cekung Lain-lain
Konjungtiva: TAK Anemis Konjungtivitis Lain-lain
Sklera : TAK Ikterik Perdarahan Lain-lain
Sistem Pendengaran TAK Asimetris Serumen Keluar Cairan Tidak ada
Keterangan skor : 0 bebas nyeri, 1-2 nyeri ringan s/d sedang, 3-4
nyeri sedang, > 4 nyeri berat.
Jika terdapat nyeri, lakukan observasi lanjutan dengan
menggunakan formulir observasi pasiennya.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laborat tanggal 1/7/22 jam 02.00
GDS : 129 mg/dl
2. Laborat tanggal 1/7/22 jam 06.00
Hemoglobin : 18,0 g/dl
Hematokrit : 50 %
Leukosit : 18.500 /uL
Trombosit : 121.000 /uL
Ureum : 26 mg/dl
Kreatinin darah : 1.3 mg/dl
CRP : 30.0 mq/L
3. Babygram tanggal 1/7/22 jam 06.00
Hasil : pneumonia
4. USG kepala tanggal 1/7/22 jam 06.00
Hasil : SDH
H. Terapi
1. Rawat NICU
2. Intubasi ETT no 3.5 masuk 10 cm
3. Setting ventilator : mode PSIMV, PEEP/PC/PS : 7/18/18, rate : 40, fio2 :
60 %, Ti : 0.50, Ftrig : 0.5
4. Pasang infus dengan D10%
5. Aminosteril 10% (2 gr) , clinoleic 20 % (1 gr)
6. Kebutuhan cairan 60 cc/kgbb/hari
7. Pasang OGT No. 8 , mulai sonde 8 x 2.5 cc
8. Antibiotik : inj. Ampicilin sulbactam 2x210 mg, inj. Amikacin 1x65 mg
RENCANA KEPERAWATAN
1. Observasi ku, ttv dan tanda-tanda distress nafas
2. Bebaskan jalan nafas dengan atur posisi semi ekstensi
3. Monitor saturasi oksigen
4. Libatkan OT dalam mengenali tanda-tanda distress nafas
5. Beri penkes ke OT tentang tanda-tanda distress nafas
6. Kolaborasi dengan DPJP untuk pemeriksaan AGD bila terjadi perburukan
7.
DATA FOKUS
NO DS DO
1. Tidak ada A/S : 0/3, HR : 58 x/m, RR : 82 x/m, SpO2 : 26 % tanpa
oksigen, Down score 10 : RR 82 x/m (2), retraksi dalam
(2), merintih terdengar tanpa stetoskop (2), sianosis
menetap dengan O2 (2), air entry tidak ada udara masuk
(2), CRT > 3 detik, terintubasi ETT no 3.5 masuk 10 cm
2. Tidak ada Suhu : 36 derajat C, tampak sianosis, akral dingin, CRT
> 3 detik, Kulit teraba dingin saat disentuh
3. Tidak ada Ku sakit berat, kesadaran coma E1m1v1, lahir tidak
menangis, tonus otot tidak ada, A/S : 0/3, SpO2 : 26 %
tanpa oksigen, Down score 10 : RR 82 x/m (2), retraksi
dalam (2), merintih terdengar tanpa stetoskop (2),
sianosis menetap dengan O2 (2), air entry tidak ada
udara masuk (2), CRT > 3 detik, hasil USG kepala :
SDH
4. Tidak ada ketuban warna hijau kehitaman campur meco, KPD 19
jam, CRP 30.0 mq/L, hasil babygram pneumonia, ta;I
pusat basah
5. Orangtua mengatakan Orang tua tampak cemas, ekspresi wajah tegang dan
cemas melihat kondisi selalu bertanya tentang bayinya
bayinya
PATHWAYS KASUS
ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : - Pola nafas tidak Ekspansi paru yang
DO : efektif tidak adekuat
Pasien tampak sesak
A/S : 0/3, HR : 58 x/m, RR
: 82 x/m, SpO2 : 26 %
tanpa oksigen
Down score 10 : RR 82
x/m (2), retraksi dalam (2),
merintih terdengar tanpa
stetoskop (2), sianosis
menetap dengan O2 (2), air
entry tidak ada udara
masuk (2)
CRT > 3 detik
Terintubasi ETT no 3.5
masuk 10 cm
2. DS : - Hipotermia Adaptasi bayi baru
DO : lahir
Suhu : 36 derajat C
tampak sianosis
akral dingin, CRT > 3 detik
Kulit teraba dingin saat
disentuh
SpO2 26% tanpa oksigen
3. DS : - Resiko perfusi Hipoksia
DO : serebral tidak
Ku sakit berat, kesadaran efektif
coma E1m1v1
lahir tidak menangis, tonus
otot tidak ada
A/S : 0/3, SpO2 : 26 %
tanpa oksigen
Down score 10 : RR 82
x/m (2), retraksi dalam (2),
merintih terdengar tanpa
stetoskop (2), sianosis
menetap dengan O2 (2), air
entry tidak ada udara
masuk (2)
CRT > 3 detik
hasil USG kepala : SDH
4. DS : - Resiko infeksi Ibu KPD 19 jam
DO :
ketuban warna hijau
kehitaman campur meco
Ibu KPD 19 jam
CRP 30.0 mq/L
hasil babygram pneumonia
Tali pusat basah
5. DS : Cemas Kondisi kritis bayi
Orangtua mengatakan
cemas melihat kondisi
bayinya
DO :
Orang tua tampak cemas
Ekspresi wajah tegang dan
selalu bertanya tentang
bayinya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DX I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
yang tidak adekuat
2. DX II : Hipotermi berhubungan dengan adaptasi bayi baru lahir
3. DX III : Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipoksia
4. DX IV : Resiko infeksi berhubungan dengan KPD 19 jam
5. DX V : Cemas berhubungan dengan kondisi kritis bayi
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN ASUHAN
KEPERAWATAN
Tgl
Tgl Perencanaan
Teratasi
No Ditegakkan
Diagnosa &
Dx & Nama
Kriteria Rencana Nama
Perawat Tujuan
Hasil Tindakan Perawat
1 Resiko Aktual 1/7/2022 Setelah Tidak ada Observasi Sr. I
Pola nafas tidak Jam 00.40 dilakukan tanda Observasi ku,
efektif b.d Ekspansi Sr. I intervensi distress ttv dan tanda-
paru yang tidak keperawatan nafas tanda distress
adekuat selama 3x24 (retraksi nafas
Ditandai dengan : jam pola nafas tidak,
DS : - membaik syanosis Terapeutik
DO : tidak ada) Pertahankan
Pasien tampak RR 40- kepatenan
sesak 60x/menit jalan nafas
A/S : 0/3, HR : Pasien Atur posisi
58 x/m, RR : 82 bernafas semi ekstensi
x/m, SpO2 : 26 spontan Bantu untuk
% tanpa oksigen merubah
Down score 10 : posisi jika
RR 82 x/m (2), diperlukan
retraksi dalam Libatkan
(2), merintih orangtua
terdengar tanpa dalam
stetoskop (2), mengenali
sianosis menetap tanda distress
dengan O2 (2), nafas
air entry tidak
ada udara masuk Edukasi
(2) Beri penkes
CRT > 3 detik ke orangtua
Terintubasi ETT tentang tanda
no 3.5 masuk 10 distress nafas
cm
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan dokter
untuk cek
AGD bila
terjadi
perburukan
2. Hipotermia suhu 1/7/2022 Setelah Akrosian Observasi Sr. I
tubuh berada Jam 00.40 dilakukan osis Periksa tanda-
dibawah rentang Sr. I intervensi menurun tanda vital
normal berhubungan keperawatan Kutis Identifikasi
dengan Adaptasi selama 1x 24 memorata penyebab
Bayi baru lahir jam menurun hipotermia
Ditandai dengan : hipotermia Suhu Monitor tanda
DS : - membaik tubuh dan gejala
DO : normal hipotermia
Suhu : 36 derajat 36.5 –
C 37.5 Terapeutik
tampak sianosis Akral Tingkatkan
akral dingin, hangat asupan cairan
CRT > 3 detik Bradikard dan nutrisi
Kulit teraba i yang adekuat
dingin saat membaik Hangatkan
disentuh Hipoksia bayi dalam
SpO2 : 26% membaik incubator.
tanpa O2, HR 58 Pengisian Pertahankan
x/m kapiler suhu ruangan
Kutis memorata normal 26 derajat.
Ganti pakaian
atau linen
yang basah.
Edukasi
Berikan
edukasi
tentang
pentingya
menjaga
kehangatan
bayi.
Ajarkan
tindakan
untuk
mencegah
hipotermi.
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
antipiretik jika
perlu.
3. Resiko perfusi 1/7/2022 Setelah Kognitif Observasi Sr. I
serebral tidak efektif Jam 00.40 dilakukan meningkat Monitor
berhubungan dengan Sr. I tindakan Kesadaran tanda-tanda
hipoksia keperawatan membaik vital
Ditandai dengan : selama 3 x 24 Refleks Monitor
DS : - jam perfusi saraf tingkat
DO : serebral membaik kesadaran
Ku sakit berat, tidak terjadi Monitor status
kesadaran coma neurologist
E1m1v1 (GCS)
lahir tidak Identifikasi
menangis, tonus fungsi motorik
otot tidak ada pasien
A/S : 0/3, SpO2 :
26 % tanpa Terapeutik
oksigen Ciptakan
Down score 10 : lingkungan
RR 82 x/m (2), yang nyaman
retraksi dalam
(2), merintih Edukasi
terdengar tanpa Penkes ke
stetoskop (2), keluarga
sianosis menetap pasien tentang
dengan O2 (2), tanda-tanda
air entry tidak perubahan
ada udara masuk perfusi
(2) serebral
CRT > 3 detik
hasil USG kepala Kolaborasi
: SDH Kolaborasi
dengan bagian
rehabilitasi
medic
4. Resiko infeksi 1/7/2022 Setelah Lethargi Observasi Sr. I
berhubungan dengan Jam 00.40 dilakukan menurun Monitor
faktor ibu KPD 19 Sr. I intervensi Tidak tanda – tanda
jam keperawatan ada vital
Ditandai dengan : selama 3 x 24 tanda- Monitor
DS : - jam infeksi tanda keadaan
DO : tidak terjadi infeksi umum pasien
ketuban warna Tali Monitor
hijau kehitaman pusat tanda – tanda
campur meco kering infeksi dan
Ibu KPD 19 jam tidak ada peradangan
CRP 30.0 mq/L bau (demam,
hasil babygram adanya
pneumonia kemerahan
Tali pusat basah pada sekitar
luka, adanya
pus pada
luka)
Terapeutik
Batasi jumlah
pengunjung
Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
kontak
dengan
pasien dan
lingkungan
pasien
Pertahankan
tehnik septik
pada pasien
beresiko
tinggi
Edukasi
Ajarkan
orangtua
cara mencuci
tangan
dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
terapi
5. Cemas berhubungan 1/7/2022 Setelah Ortu Observasi Sr. I
dengan kondisi kritis Jam 00.40 dilakukan mengataka Kaji tingkat
bayi Sr. I tindakan n cemas cemas orang
Ditandai dengan : keperawatan berkurang tua
DS : selama 1x 24 Ekspresi
Orangtua jam wajah Terapeutik
mengatakan diharapkan rileks Bantu OT
cemas melihat cemas untuk
kondisi bayinya berkurang mengungkap
DO : kan
Orang tua tampak perasaannya
cemas Informasikan
Ekspresi wajah kepada OT
tegang dan selalu bahwa
bertanya tentang perasaan
bayinya tersebut
adalah
normal
Edukasi
Beri penkes
kepada OT
tentang
proses
penyakit dan
tindakan
Libatkan OT
dalam
pemberian
support
mental
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan DPJP
untuk
menjelaskan
proses
penyakit dan
tindakan
IMPLEMENTASI
Tanggal/ Nama &
Diagnosa Tindakan Keperawatan
jam TTD
Hari pertama (1/7/2022)
00.36 Melakukan pengkajian ulang: data terlampir Sr. I
00.40 I Mengkaji ku dan tanda distres nafas: ku berat, kesadaran coma, Sr. I
RR 82 x/mnt, HR 58 x/mnt, HR : 58 x/m, RR : 82 x/m, SpO2 : 26
% tanpa oksigen, Down score 10 : RR 82 x/m (2), retraksi dalam
(2), merintih terdengar tanpa stetoskop (2), sianosis menetap
dengan O2 (2), air entry tidak ada udara masuk (2), CRT > 3 detik,
00.42 Mendampingi dokter melakukan intubasi ETT no 3.5 masuk 10 Sr. I
cm dan menyetting ventilator mode PSIMV, PEEP/PC/PS :
7/18/18, rate : 40, fio2 : 60 %, Ti : 0.50, Ftrig : 0.5
00.50 Mengkaji ulang : sakit berat, kes : letargis, SpO2 : 98-100%
dengan ventilator, RR : 58 x/m, retraksi ringan
00.55 Mengatur posisi semi ekstensi: bayi posisi semi ekstensi Sr. I
Sr. I
01.10 Memberikan penkes ke orangtua tentang tanda distres nafas:
orangtua mengerti tanda distres nafas
01.20 Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan baby Sr. I
gram : hasil pneumonia
00.55 Menghangatkan bayi dalam inkubator dan mengatur suhu ruang: Sr. I
II akral hangat, syanosis tidak ada, suhu tubuh 36.8
01.00 Memasang selang OGT no.8 : posisi sesuai, masuk lambung
Sr. I
01.10 Memberikan penkes ke orangtua tentang pentingnya menjaga Sr. I
kehangatan bayi: orangtua kooperatif
03.00 Memberikan feeding mulai 8 x 2.5 cc Sr. I
06.00 Mendampingi DPJP visit, melaporkan tol.minum kurang baik ada Sr. I
blewer : Aminosteril 10% (2 gr) , clinoleic 20 % (1 gr)
00.50 Memonitor tanda-tanda vital : SpO2 98-100% dengan ventilator Sr. I
Sr. I
00.51 Memnitor tingkat kesadaran : bayi letargis kejang tidak ada
00.52 III Mengkaji status neurologis (GCS) : E2M4V1 (terintubasi) Sr. I
17.40 III Memnitor tingkat kesadaran : bayi letargis kejang 1x mata dan
Sr. I
mulut berkedut serta tangan dan kaki sebelah kanan selama 5
menit cek GDS : 48, lapor DPJP loading sibital 45 mg
selanjutnya dosis rumatan naik 2 x 15 mg
18.00 Mengkaji status neurologis (GCS) : E4M4V1 (terintubasi) Sr. I
1. KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia antara lain faktor dari ibu,
plasenta, non plasenta, dan faktor persalinan.
Gejala dan tanda pada asfiksia neonatorum yang khas antara lain nafas cuping
hidung (NCH), pernafasan cepat (bradipneu), nadi cepat (takikardi), pucat
(cyanosis), dan nilai Apgar Score kurang dari 7. Asfiksia neonatorum
diklasifikasi menjadi asfiksia ringan/tanpa asfiksia, asfiksia sedang, dan
asfiksia berat.
2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan ini maka penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut :
a. Bila ditemukan BBL dengan asfiksia lakukan tindakan resusitasi
secepatnya
b. BBL dengan asfiksia harus selalu di awasi tanda-tanda distress nafas
DAFTAR PUSTAKA