Disusun Oleh:
RETNO INDRIYANI
028200210
RS HERMINA PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada By. Ny. A G1 dengan Pneumonia Neonatal di Ruang
NICU RS Hermina Purwokerto”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi diklat NICU 2. Dalam
penyusunan laporan kasus ini penulis tidak lepas dari hambatan serta
kesulitan. Namun atas bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah swt karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua, dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih
sayang yang tak terhingga.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yg membantu dalam penyelesaian laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Dengan adanya laporan ini semoga bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan
28 (dua puluh delapan) hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia
kurang dari 1 (satu) bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan tertinggi, berbagai masalah
kesehatan bisa timbul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal
dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan
kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia (Kemeterian
Kesehatan, 2015).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak
yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdus,
2007). Asfiksia saat lahir menjadi penyebab kurang lebih 23% dari
sekitar 4 juta kematian neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya
(Kitamura et all, 2010).
Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani,
namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemapuan
tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang
belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan
kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan
terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau
komplikasi atau kegawat daruratan yang mendapat pelayanan
sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Kemeterian Kesehatan,
2015).
Dari data laporan angka kejadian asfikasia neonatorum di
Rumah Sakit Hermina Purwokerto pada bulan Januari 2022 – Juni
2022 ada sebanyak 25% bayi lahir dengan asfiksia dari 100
kelahiran. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa angka kejadian
kasus asfiksia cukup tinggi. Maka dari itu kami tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang Asfiksia, untuk memenuhi tugas
dari diklat Perina 3 di Rumah Sakit Hermina Purwokerto.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Memberikan asuhan keperawatan pada bayi Ny. A G1 dengan
pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit Hermina
Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data subjektif pada pada bayi Ny. A
G1 dengan pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit
Hermina Purwokerto
b. Mampu mengumpulkan data objektif pada bayi Ny. A G1
dengan pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit
Hermina Purwokerto
c. Mampu menentukan assesmen pada bayi Ny. A G1 dengan
pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit Hermina
Purwokerto
d. Mampu menentukan diagnosa pada bayi Ny. A G1 dengan
pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit Hermina
Purwokerto
e. Mampu melakukan implementasi ppada bayi Ny. A G1 dengan
pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit Hermina
Purwokerto
f. Mampu melakukan evaluasi pada bayi Ny. A G1 dengan
pneumonia neonatal di ruang NICU Rumah Sakit Hermina
Purwokerto
BAB II
KONSEP DASAR
A. Medis
1. Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013). Menurut AAP, Asfiksia
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya oksigen pada udara
respirasi yang ditandai dengan :
a. Asidosis (PH < 7) pada darah arteri umbilikasi
b. Nilai APGAR setelah menit kelima tetap 0 – 3
c. Manifestasi neurologis (kejang, hipotoni, hipoksia)
d. Gangguan multi organ sistem (Prambudi, 2013)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan karbondioksia dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat menyebabkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ
fital lainnya (Saifudin, 2009).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin atau asfiksia antara lain :
a. Faktor Ibu
1) Preeklamsia dan eklamsia
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis,dsb)
5) Kehamilan lewat waktu (setelah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapses tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi premature (Sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distorsia bahu,
ekstrasi vakum)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan) (Depkes RI,
2009)
3. Gejala Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
a. DJJ lebih dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot busuk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot otot jantung atau sel sel otak
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung
g. Takipnea atau nafas cepat karena kegagalan absorbs cairan paru paru
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen di dalam darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat (Depkes RI, 2007).
4. Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Asfiksia Ringan ( normal )
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
khusus.
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
Sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia.
7. Patofisiologis
Pada bayi baru lahir dengan proses persalinan yang lama, kondisi janin
abnormal, preterm, persalinan dengan tindakan dan riwayat ibu yang
mengkonsumsi obat-obatan narkotika dapat memperbesar resiko terjadi
gangguan nafas saat lahir yang disebut asfiksia. Paru-paru pada janin belum
berfungsi dan masih berisi cairan saat proses persalinan dan segera tali pusat
dipotong paru-paru mulai berfungsi, cairan yang berada didalam paru-paru
terpompa keluar dan berisi udara. Pada bayi baru lahir ekspansi paru yang
tidak adekuat dapat menyebabkan alveoli menurun sehingga menyebabkan
terjadinya gangguan pola nafas.
Alveoli yang menurun dapat menyebabkan kekurangan oksigen
sehingga terjadi penumpukkan karbondioksida. Hal ini menimbulkan
metabolisme dalam tubuh menjadi anaerob. Penumpukan asam laktat dalam
tubuh menyebabkan terjadinya asidosis metabolik/respiratorik sehingga terjadi
gangguan pertukaran gas. Sel-sel di dalam tubuh yang kekurangan kadar
oksigen mengakibatkan kerusakan pada organ manusia menimbulkan
gangguan pada perfusi cerebral bila terjadi disfungsi multi organ
mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
berdampak pada kematian. Kejadian asfiksia pada bayi baru lahir yang
mengalami gangguan pernafasan akan mempengaruhi pada pemenuhan nutrisi
sehingga orangtua yang perlu diberikan informasi terkait kondisi bayi.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada asfiksia neonatorum menurut Arif Weni,2009 :
a. Memberikan jalan nafas dengan menghisap lender dengan menggunakan
kassa steril
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic
c. Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan taktil dengan cara
menepuk nepuk kaki, mengelus elus dada, perut atau punggung. Jika bayi
masih belum menangis setelah dilakukan rangsangan taktil maka lakukan
nafas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan positif
d. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia dengan
cara :
1). Membungkus bayi dengan kain hangat
2). Badan bayi harus dalam keadaan kering
3). Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau babyoil
4). Kepala bayi ditutup dengan kain
e. Apabila nilai APGAR pada menit ke 5 sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya, dengan cara :
1). Membersihkan badan bayi
2). Perawatan tali pusat
3). Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat
4). Memasang pakaian bayi
5). Memasang tanda pengenal bayi
B. KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
1) Riwayat antenatal ibu
2) Infeksi saat kehamilan
3) Persalinan lama dan APGAR score rendah
4) Riwayat kelahiran post matur atau matur
5) Riwayat aspirasi meconium
b. Data obyektif
1) Penurunan kesadaran
2) Letargi, kejang, hipotonia
3) Takipneu, NCH, merintih dan retraksi
4) Synosis, akral dingin, pucat, CRT <3 detik, kutis mamorata
5) Tanda –tanda vital
6) Reflek hisap lemah, muntah, distensi abdomen
7) Penurunan peristaltik usus, penambahan LP
8) Penurunan jumlah urin, oliguri, anuria
Tabel 2.2 Diagnosa & Intervensi Keperawatan
TUJUAN
NO DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Pola nafas tidak Tujuan: Kaji keadaan umum dan adanya
efektif Setelah dilakukan tanda-tanda distres nafas
b.d ekspansi tindakan Rasional : mengetahui
paru yang keperawatan keadaan umum dan bila terjadi
tidak adekuat di dengan kriteria perubahan kondisi
tandai dengan: waktu yang telah Atur posisi bayi semi ekstensi
DS: - ditentukan pola Rasioal : mempertahankan jalan nafas
DO: Sesak, nafas kembali agar terjaga dengan baik
syanosis, efektif Beri Oksigen sesuai kebutuhan
retraksi, NCH, Kriteria hasil: Rasional : memenuhi kebutuhan Oksigen
Merintih, Tanda-tanda Monitor saturasi Oksigen
saturasi O2 distres nafas Rasional :mempertahankan jalan nafas
tidak ada, SpO2 tetap terjaga dengan baik
88-92%, Beri pendidikan kesehatan ke Ortu
RR 40-60 x/menit tentang tanda tanda distress nafas
Rasional : mengetahui tanda-tanda
distress nafas dan kondisi bayi
Libatkan ortu dalam mengenali
tanda-tanda distress nafas
Rasional :mengetahui secara langsung
tanda-tanda distress nafas
Kolaborasi dengan dokter untuk foto
thorax, BGA
Rasional : mengetahui masalah pada paru
dan adanya kondisi respiratori
I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama bayi : By. Ny. “A G1”
b. Umur / Tanggal lahir : 0 hari, 16/9/2023
c. No CM : 1280113xxx
d. Suku Bangsa : Jawa
e. Alamat : Sukajaya, 1/18 Cibitung, Bekasi
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 32 Tahun
c. Pekerjaan : Karyawan swasta
d. Suku Bangsa : Jawa
f. Alamat : Sukajaya, 1/18 Cibitung, Bekasi
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak Tidak Sakit Sakit Ringan Sakit Sedang
Sakit Berat
2. Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Sopor
Coma Coma
3. GCS : E4V5M6
4. Tanda Vital: Suhu: 36.7 derajat C, Nadi: 146x/mnt, RR: 46 x/mnt,
SpO2: 96 % ,TD: tidak diukur mmHg, Down Score: 2 (Retraksi ringan,
sianosis)
5. Berat badan : 1882 gr, TB: 44 cm, LK: 31 cm, LD: 27 cm, LP: 25cm
6. Gol darah/Rh (Bayi) : A B O AB Rh: Positif Negatif Belum
dicek
Gol darah/Rh (Ibu) : A B O AB Rh: Positif Negatif
OTLupa
Gol darah/Rh (Ayah) : A B O AB Rh:Positif Negatif
OTLupa
7. Pengkajian Persistem :
Tabel 3.1 pengkajiam persistem
Sistem Susunan Syaraf Gerak bayi: Aktif Tidak aktif
Pusat UUB : Datar Cekung TegangMenonjollain-lain
Kejang : Tidak Ada Ada
Reflek : MoroMenelanHisapBabinski
Rooting Lain – lain :
Tangis bayi :Cukup Kuat Melengking Lain-lain:
Sistem Penglihatan Posisi mata: Simetris Asimetris
Besar Pupi l: Isokor Anisokor
Kelopak mata : TAK Edema Cekung Lain-lain
Konjungtiva: TAK Anemis Konjungtivitis Lain-lain
Sklera : TAK Ikterik Perdaraha Lain-lain
Sistem Pendengaran TAK Asimetris SerumenKeluar CairanTidak ada
Keterangan skor : 0 bebas nyeri, 1-2 nyeri ringan s/d sedang, 3-4
nyeri sedang, > 4 nyeri berat.
Jika terdapat nyeri, lakukan observasi lanjutan dengan
menggunakan formulir observasi pasiennya.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laborat tanggal 17/9/2023
GDS : 111 mg/dl
2. Laborat tanggal 16/9/2023 jam 06.00
Hemoglobin : 17,6g/dl
Hematokrit : 48,2 %
Leukosit : 19.080 /uL
Trombosit : 243.000 /uL
3. Babygram tanggal 17/9/2023
Hasil : pneumonia
H. Terapi
1. Rawat NICU
2. Terpasang CPAP
3. Setting ventilator : mode NCPAP+, PEEP/PC : 5/12, rate : 40, fio2 : 30 %,
Ti : 0.50, Flow : 10.0
4. Pasang infus dengan D5 1/4 NS
5. Kebutuhan cairan 100cc/kgbb/hari
6. Pasang OGT No. 8 , mulai sonde 8 x 5 cc
7. Antibiotik : inj. Ampicilin sodium 2x200 mg, inj. Gentamicin 1x10 mg
RENCANA KEPERAWATAN
1. Observasi ku, ttv dan tanda-tanda distress nafas
2. Bebaskan jalan nafas dengan atur posisi semi ekstensi
3. Monitor saturasi oksigen
4. Libatkan OT dalam mengenali tanda-tanda distress nafas
5. Beri penkes ke OT tentang tanda-tanda distress nafas
6. Kolaborasi dengan DPJP
7.
DATA FOKUS
NO DS DO
1. Tidak ada Downscore saat datang 2 (retraksi ringan, sianosis),
terpasang NCPAP+, PEEP/PC : 5/12, rate : 40, fio2 : 30
%, Ti : 0.50, Flow : 10.0, hasil gambaran babygram :
pneumonia, tampak sesak
2. Tidak ada bayi tampak ada blewer dan ada residu susu, terpasang
OGT no 8, sonde mulai 8x5 cc
3. Tidak ada KPD 7 jam, hasil gambaran babygram : pneumonia, tali
pusat tampak basah, nilai leukosit : 19.080 /uL
4. Orangtua mengatakan Ekspresi wajah tegang dan selalu bertanya tentang
cemas melihat kondisi
bayinya, orangtua tampak cemas
bayinya
PATHWAYS KASUS
ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : - Pola nafas tidak Proses infeksi
DO : efektif pernafan
Pasien tampak sesak
Pernafasan cuping hidung
Ada batuk
Downscore saat datang 2
(retraksi ringan, sianosis)
Terpasang NCPAP+,
PEEP/PC : 5/12, rate : 40,
fio2 : 30 %, Ti : 0.50, Flow
: 10.0
Hasil gambaran babygram:
pneumonia
2 DS : - Resiko defisit Intake yang tidak
DO : nutrisi adekuat
bayi tampak ada blewer
dan ada residu susu
terpasang OGT no 8
sonde mulai 8x5 cc
Berat badan 1882 gram
3. DS : - Resiko infeksi Ibu KPD 7 jam
DO :
Ibu KPD 7 jam
Tali pusat basah
hasil gambaran babygram :
pneumonia
tali pusat tampak basah
nilai leukosit : 19.080 /uL
4. DS : Cemas Kondisi kritis bayi
Orangtua mengatakan
cemas melihat kondisi
bayinya
DO :
Orang tua tampak cemas
Ekspresi wajah tegang dan
selalu bertanya tentang
bayinya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DX I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
pernafasan
2. DX II : Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
3. DX IV : Resiko infeksi berhubungan dengan KPD 7 jam
4. DX V : Cemas berhubungan dengan kondisi kritis bayi
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN ASUHAN
KEPERAWATAN
Tgl
Tgl Perencanaan
Teratasi
No Ditegakkan
Diagnosa &
Dx & Nama
Kriteria Rencana Nama
Perawat Tujuan
Hasil Tindakan Perawat
1 Resiko Aktual 17/9/2023 Setelah Tidak ada Observasi Sr. I
Pola nafas tidak Jam 10.20 dilakukan tanda Observasi ku,
efektif b.d proses Sr. I intervensi distress ttv dan tanda-
infeksi pernafasan keperawatan nafas tanda distress
Ditandai dengan : selama 3x24 (retraksi nafas
DS : - jam pola nafas tidak,
DO : membaik syanosis Terapeutik
Pasien tidak ada) Pertahankan
tampak sesak RR 40- kepatenan
Pernafasan 60x/menit jalan nafas
cuping Pasien Atur posisi
hidung bernafas semi ekstensi
Ada batuk spontan Bantu untuk
Downscore merubah
saat datang 2 posisi jika
(retraksi diperlukan
ringan, Libatkan
sianosis) orangtua
Terpasang dalam
NCPAP+, mengenali
PEEP/PC : tanda distress
5/12, rate : nafas
40, fio2 : 30
%, Ti : 0.50, Edukasi
Flow : 10.0 Beri penkes
Hasil ke orangtua
gambaran tentang tanda
babygram: distress nafas
pneumonia
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan dokter
untuk cek
AGD bila
terjadi
perburukan
2. Resiko defisit nutrisi 17/9/2023 Setelah Mual Observasi Sr. I
berhubungan dengan Jam 10.20 dilakukan muntah Identifikasi
intake yang tidak Sr. I intervensi tidak ada adanya mual
adekuat keperawatan Bayi dan muntah
Ditandai dengan : selama 3 x 24 minum Observasi ku
DS : - jam defisit per oral dan tanda
DO : nutrisi tidak Reflek dehidrasi
bayi tampak terjadi hisap
ada blewer kuat Terapeutik
dan ada Berikan oral
residu susu hygien secara
terpasang teratur
OGT no 8 Beri intake
sonde mulai yang adekuat
8x5 cc Timbang BB
Berat badan tiap hari
1882 gram
Edukasi
Beri penkes
ke orangtua
tentang
pentingnya
nutrisi untuk
proses
penyembuhan
Libatkan ibu
dalam
penyediaan
asi
Kolaborasi
Kolaborasi
parenteral
3. Resiko infeksi 17/9/2023 Setelah Lethargi Observasi Sr. I
berhubungan dengan Jam 10.20 dilakukan menurun Monitor
faktor ibu KPD 7 Sr. I intervensi Tidak tanda – tanda
jam keperawatan ada vital
Ditandai dengan : selama 3 x 24 tanda- Monitor
DS : - jam infeksi tanda keadaan
DO : tidak terjadi infeksi umum pasien
Ibu KPD 7 Tali Monitor
jam pusat tanda – tanda
Tali pusat kering infeksi dan
basah tidak ada peradangan
hasil bau (demam,
gambaran adanya
babygram : kemerahan
pneumonia pada sekitar
tali pusat luka, adanya
tampak basah pus pada
nilai luka)
leukosit :
19.080 /uL Terapeutik
Batasi jumlah
pengunjung
Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
kontak
dengan
pasien dan
lingkungan
pasien
Pertahankan
tehnik septik
pada pasien
beresiko
tinggi
Edukasi
Ajarkan
orangtua
cara mencuci
tangan
dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
terapi
4. Cemas berhubungan 17/9/2023 Setelah Ortu Observasi Sr. I
dengan kondisi kritis Jam 10.20 dilakukan mengataka Kaji tingkat
bayi Sr. I tindakan n cemas cemas orang
Ditandai dengan : keperawatan berkurang tua
DS : selama 1x 24 Ekspresi
Orangtua jam wajah Terapeutik
mengatakan diharapkan rileks Bantu OT
cemas melihat cemas untuk
kondisi bayinya berkurang mengungkap
DO : kan
Orang tua tampak perasaannya
cemas Informasikan
Ekspresi wajah kepada OT
tegang dan selalu bahwa
bertanya tentang perasaan
bayinya tersebut
adalah
normal
Edukasi
Beri penkes
kepada OT
tentang
proses
penyakit dan
tindakan
Libatkan OT
dalam
pemberian
support
mental
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan DPJP
untuk
menjelaskan
proses
penyakit dan
tindakan
IMPLEMENTASI
Tanggal/ Nama &
Diagnosa Tindakan Keperawatan
jam TTD
Hari pertama (17/9/2023)
00.36 Melakukan pengkajian ulang: data terlampir Sr. I
00.40 I Mengkaji ku dan tanda distres nafas: ku sakit sedang, kesadaran Sr. I
cm RR 46 x/mnt, HR 138 x/mnt, SpO2 : 96 % tanpa oksigen,
Down score 2 : retraksi ringan dan sianosis, nafas cuping hidung,
ada batuk kadang-kadang
Menmasang cpap dengan setting fio2 : 30%, peep 5, pc 12, rate
Sr. I
00.42 40, ti: 0.50, flow 10.0 : saturasi tercapai 96-100 %
Mengatur posisi semi ekstensi: bayi posisi semi ekstensi
Memberikan penkes ke orangtua tentang tanda distres nafas:
00.50 orangtua mengerti tanda distres nafas
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan baby
gram : hasil pneumonia Sr. I
00.55 Mengobservasi adanya muntah : pasien ada blewer dan ada residu Sr. I
II putih susu
01.00 Memasang infus dengan cairan D5 ¼ NS menggunakan kebutuhan
Sr. I
01.10 cairan 100 cc/kgbb/hari Sr. I
Memasang ulang selang OGT no.8 : posisi sesuai, masuk lambung
03.00 Memberikan feeding mulai 8 x 5 cc Sr. I
06.00 Melibatkan ibu untuk memerah asi tiap 2 jam : ibu kooperatif Sr. I
III
17.40 III Memnitor tingkat kesadaran : bayi letargis kejang 1x mata dan
Sr. I
mulut berkedut serta tangan dan kaki sebelah kanan selama 5
menit cek GDS : 48, lapor DPJP loading sibital 45 mg
selanjutnya dosis rumatan naik 2 x 15 mg
18.00 Mengkaji status neurologis (GCS) : E4M4V1 (terintubasi) Sr. I
07.40
07.30 Memonitor tanda-tanda vital : SpO2 98-100% dengan ventilator Sr. I
Sr. I
07.35 III Memnitor tingkat kesadaran : bayi letargis kejang tidak ada
Sr. I
Mengkaji status neurologis (GCS) : E4M6V1 (terintubasi)
07.40 Mencuci tangan : sesuai prosedur Sr. I
Sr. I
09.00 IV Mengobservasi daerah pemasangan infus: tidak ada tanda flebitis
Sr. I
12.00 Melakukan perawatan tali pusat terbuka : tidak ada tanda-tanda
infeksi
EVALUASI
Tgl dan No Nama
EVALUASI
jam DX perawat
HARI PERTAMA (17/9/2023)
1/7/2022 I S:- Sr. I
jam 06.30 O : ku berat, kesadaran letargis, RR : 60-70 x/m, terintubasi ETT no
3.5 masuk 10 cm terfiksasi dengan setting ventilator mode PSIMV,
PEEP/PC/PS : 7/18/18, rate : 40, fio2 : 60 %, Ti : 0.50, Ftrig : 0.5,
retraksi ringan ada, nadi teraba kuat, posisi semi ekstensi
A : Dx 1 Pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi tanda distress nafas
- Monitor pola dan frekuensi nafas
- Turunkan kadar oksigen bertahap sesuai target saturasi
1. KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia antara lain faktor dari ibu,
plasenta, non plasenta, dan faktor persalinan.
Gejala dan tanda pada asfiksia neonatorum yang khas antara lain nafas cuping
hidung (NCH), pernafasan cepat (bradipneu), nadi cepat (takikardi), pucat
(cyanosis), dan nilai Apgar Score kurang dari 7. Asfiksia neonatorum
diklasifikasi menjadi asfiksia ringan/tanpa asfiksia, asfiksia sedang, dan
asfiksia berat.
2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan ini maka penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut :
a. Bila ditemukan BBL dengan asfiksia lakukan tindakan resusitasi
secepatnya
b. BBL dengan asfiksia harus selalu di awasi tanda-tanda distress nafas
DAFTAR PUSTAKA