Anda di halaman 1dari 12

5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aspek Legal Hukum Dalam Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada

berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah

suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh

proses kehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja

membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah

kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan

sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat

harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada

masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai

standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui

pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi

bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang Professional, Ethical and

Legal Practice, (2)bidang Care Provision and Management (3)dan bidang Professional

5
6

Development. Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi

yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang

bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting

kepada masyarakat.

Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung

jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik

masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut

merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu

sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan

sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang

profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh

dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.

Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin

melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan

material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang

memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat

Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah

izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik

profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan

Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
7

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.

Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga

kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga

berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat

dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam

profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh

Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan

dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti

tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-

masing. Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan

tentang praktek Keperawatan.

B. Dasar Hukum Keperawatan

Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN 2001 Sesuai

dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

1. Pasal 32 (ayat 4) : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu

kedokterandan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyaikeahlian dan kewenangan untuk itu.

2. Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : Tenaga kesehatan berhak memperoleh

perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya´.

Sedangkan (ayat 2) : ³tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban

untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.


8

Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan

kewenangannya perawat berkewajiban untuk :

1. Menghormati hak pasien

2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

4. Memberikan informasi

5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang

sengaja :

1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin

2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi

3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16

4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17

Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang

kesehatan, barang siapa dengan sengaja:

1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal

4 ayat 1

2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 5ayat 1


9

3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga

kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dmaksud dalam pasal 21 ayat 1

4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1

5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

C. Syarat Pencatatan Dan Pendokumentasian Keperawatan

1. Syarat/prinsip pendokumentasian

Syarat-syarat dokumentasi Keperawatan ( Carpenito 1991)

Hal yang pokok dalam syarat-syarat dokumentasi adalah :

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,

demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan

b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang

informasi / data yang penting tentang keadaannya

c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat

d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam

hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat

merawat pasienmulai dari pengkajian sampai evaluasi

e. Dokumentasikan dngn baik apabila trjadi hal-hal sbgai brikut : adanya

prubahan kndisi atau munculnya msalah baru, respon pasien terhadap

bimbingan perawat

f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah

unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.


10

g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang

dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat

h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan

menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.

i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan

diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.

j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan

nama jelas penulis

k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum

menulis data terakhir.

l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap

Prinsip Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi kepeawatan mempunyai 3 prinsip yaitu: Brevity, Legibility, dan

Accuracy (Carpenitto, 1991)

Prinsip-perinsip tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Brevity

Dalam melakukan pendokumentasian setiap petugas/perawat harus

brevity, Brevity sendiri adalah ringkas, jadi kita dalam mencatat isi

dokumentasi keperawatan harus ringkas dan tidak perlu memasukan

kata;kata atau kalimat yang tidak penting dan mempunyai makna yang tidak

sesuai.
11

Misal :

intervensi: Berikan cairan infus RL 4 tetes/menit (ringkas/brevity)

Intervensi: Berikan cairan infus ringer laktat 4 tetes per menit karena di

sarankan oleh dokter bedah yaitu dr. AA Sp.D. yang jaga sihf pagi( tidak

brevity).

Dengan menuliskan catatatan yang ringkas dan mengenai inti masalah maka

catatan dokumentasi akan mudah di pahami dan tidak memakan ruang

dalam lembar yang tersedia.

b. Legidibility

Legidibility yaitu dimana dalam penulisan/pencatatan dokumentasi

keperawatan harus mudah dibaca dan di pahami oleh perawat lain atau

profesi lain yang ikut dalam proses pendokumentasian.

Misal :

Perawat harus menuliskan catatan yang jelas yang bisa dibaca dan di

mengerti oleh perawat lain, dan tidak menuliskan istilah-istilah yang tidak di

pahami oleh orang lain. Semisal ada istilah baru maka harus segera di

diskusikan ke semua tim untuk menggunakan istilah tersebut.

c. Accuracy

Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada klien. Jadi kita

harusmemasukan data pada dokementasi keperawatan harus benar dan


12

sesuai dengan databaik identitas, laboratorium dan radiologi pada setiap

klien. Ini adalah aspek yang sangat vital dan tidak boleh salah atau tertukar

dengan klien lain.

Misal :

Dalam memasukan data pemberian obat perawat harus teliti dan tidak

boleh salah, obat yang resepkan untuk Tn. A tidak boleh di berikan kepada

Tn. C.

2. Manfaat Dokumentasi dan Aspek Legalitas Dokumentasi

Manfaat dokumentasi asuhan keperawatan menurut Nursalam (2008),

Dokumentasi asuhan keperawatan menurut beberapa aspek berikut :

a. Aspek hukum : Dokumentasi keperawatan yang dibuat merupakan aspek


legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari
tindakan yang diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien,
perawat dan institusi.
b. Kualitas pelayanan, komunikasi: Melalui audit keperawatan
dokumentasi keperawatan dijadikan alat untuk mengukur dalam
membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang
dijadikan rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam
bekerja telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
c. Keuangan: Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa
tindakah telah dilakukan oleh perawat. Dan dengan dokumentasi ini
maka besarnya jasa yang diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan
yang ditetapkan ditempat masing-masing.
d. Pendidikan: Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai rujukan
bagi siswa-siswa perawat.
e. Penelitian: Penelitian keperawatan dengan menggunkan data-data
sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi
keperawatan yang dibuat. Kesalahan dalam membuat atau pengisian
dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang
riwayat pasien menjadi kabur.
13

D. Model Pencatatan Dan Pendokumentasian Keperawatan Kamar Operasi

Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek dari suatu proses akhir dalam

perioperatif yang mencerminkan pertanggungjawaban dari tim bedah dalam

pelaksanaan pembedahan kepada pasien/masyarakat dan rumah sakit.

Adapun pencatatan dan pelaporan tersebut meliputi :

a. Asuhan keperawatan

b. Registrasi pasien kamar bedah

c. Pemakaian obat-obatan, harus ditulis dengan lengkap dan jelas di formulir yang

telah tersedia.

d. Peristiwa/kejadian luar biasa harus segra dilaporkan sesuai dengan sistem yang

berlaku.

e. Catatan kegiatan rutin

f. Catatan pengiriman bahan pemeriksaan laboratoroum harus ditulis lengkap, jelas

dan singkat pada formulir yang telah tersedia.

g. Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh ahli bedah/operator

h. Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh dokter ahli

anestesi/perawat anestesi.
14

Secara lebih spesifik dapat di lihat pada gambar formulir pendokumentasian berikut:

5
15
16

Anda mungkin juga menyukai