Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan
Kasus Pada Ny. D Dengan Harga Diri Rendah Diruang Cempaka RS. Ernaldi
Bahar ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai masalah harga diri rendah pada mata
kuliah Kep. Jiwa II. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenanan kami memohon kritikdan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan ini di waktu yang akan
datang.

Palembang, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
A. Definisi HDR ....................................................................................... 4
B. Komponen Konsep Diri ....................................................................... 4
C. Rentang Respon .................................................................................. 6
D. Etiologi ................................................................................................. 7
E. Manifestasi Klinis ................................................................................ 7
F. Akibat HDR ......................................................................................... 8
G. Proses Terjadinya HDR........................................................................ 8
H. Penatalaksanaan ................................................................................... 9
I. Asuhan Keperawatan ........................................................................... 10
BAB III RESUME .......................................................................................... 25
A. Pengkajian ............................................................................................ 25
B. Analisa Data ......................................................................................... 27
C. Masalah Keperawatan .......................................................................... 28
D. Prioritas Masalah ................................................................................. 28
E. Intervnesi Keperawatan ........................................................................ 28
F. Implementasi Keperawatan .................................................................. 29
G. Evaluasi ................................................................................................ 30
BAB IV PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Teori dan Praktek Dilapangan................. 31


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 33
B. Saran ..................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita
gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal
di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak
mendapatkan perawatan. Kesehatan jiwa adalah pengendalian diri dalam
menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam
keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal
maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional. Kesehatan jiwa
merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,
dan memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedawasaan serta
kepribadiannya. (Nasir dan Muhith, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) 2015, prevalensi masalah
kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap
saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf
maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat pada studi terbaru World
Health Organization (WHO) di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara -
negara berkembang sekitar 76 - 85%kasus gangguan jiwa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama. Masalah kesehatan jiwa merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sangat tinggi dibandingkan dengan
masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat.
Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan
jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses
pikir, perilaku, persepsi (penangkapan panca indra). Gangguan jiwa ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart
dan Sundeen, 2008)

1
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup
banyak diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis atau
skizofrenia di Indonesia pada tahun 2015 adalah 1.728 orang. Adapun proposi
rumah tangga yang pernah memasang ART gangguan jiwa berat sebesar 1.655
rumah tangga dari 14,3% terbanyak tinggal dipedesaan sedangkan yang tinggal
diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu prevalensi gangguan mental emosional
pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di Indonesia secara nasional adalah
6,0% (37.728 orang dari subjek yang dianalisis). Provinsi dengan prevalensi
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11.6%),
sedangkan yang terendah dilampung (1,2%). Dinas Kesehatan Kota Jawa
Tengah (2015), mengatakan angka kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa
Tengah berkisar antara 3.300 orang hingga 9.300 orang. Angka kejadian ini
merupakan penderita yang sudah terdiagnosa.
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri harga diri rendah yaitu perasaan tidak
berharga, tidak berarti, rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Menurut Keliat (2013) Pada
Kliendengan harga diri rendah akan mengalami gangguan yaitu mengkritik diri
sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan
produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. (Fajariyah, 2012).
Penyebab paling sering timbulnya gangguan jiwa dikarenakan himpitan
masalah ekonomi, kemiskinan, kemampuan dalam beradaptasi tersebut
berdampak pada kebingungan, kecemasan, frustasi dan perilaku kekerasan dan
konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur bagi tumbuhnya
penyakit mental. Pada Kliendengan Harga DiriRendahmuncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Harga diri rendah mengakibatkan jika tidak menggunakan komunikasi
teraupetik maka dapat mengakibatkan gangguan interaksi sosial:menarik diri,
perubahan penampilan peran, keputusan maupun munculnya perilakukekerasan
yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2008).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi HDR ?
2. Apa komponen konsep diri ?
3. Apa rentang respon HDR ?
4. Apa etiologi HDR ?
5. Apa manifestasi klinis HDR ?
6. Apa akibat HDR ?
7. Bagaimana proses terjadinya HDR ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan HDR ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi HDR ?
2. Untuk mengetahui komponen konsep diri ?
3. Untuk mengetahui rentang respon HDR ?
4. Untuk mengetahui etiologi HDR ?
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis HDR ?
6. Untuk mengetahui akibat HDR ?
7. Untuk mengetahui proses terjadinya HDR ?
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan HDR ?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Sedangkan menurut stuart (2008) Harga diri rendah adalah semua
pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang merupakan pengetahuan individu
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri
terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia
(Stuart,2008).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Townsend, 2010).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena karena tidak
mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2008).

B. Komponen Konsep Diri


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari
konsep diri yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang
realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan identitas
yang jelas.

4
1. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau
tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atausekarang mengenai ukuran
dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh.Citra tubuh sangat dinamis
karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-
pengalaman baru. Citra tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima
dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya
memiliki harga diri tinggi daripada individu yang tidak
menyukai tubuhnya (Suliswati, 2010).

2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan
dengan tipe orang yang diinginkan/ disukainya atau sejumlah aspirasi,
tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau
penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat
individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2010).

3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri
sendiritanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga
(Stuart,2010).

4. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam
sekelompok sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan
memvalidasi pada orang berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa

5
peran yeng berhubungan dengan posisi setiap waktu sepanjang
daurkehidupnya.Hargadiri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2010).

5. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip
tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas
seseorang. Pembentukan identitas, dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja (Stuart, 2010).

C. Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan depersonalisasi

Diri Positif Rendah Identitas

Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Harga diri rendah Sumber : (Fajariyah,
2012)

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep


dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif
(Fajariyah, 2012).

1. Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.

6
2. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
4. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.(Fajariyah, 2012).

D. Etiologi
Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
1. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
2. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima.
3. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan
4. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).

E. Manifestasi Klinis
Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2008) antara lain yaitu
perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat,
gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan
mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak
atau jarang melakuakan kegiatan sehari-hari, kurang memperhatikan perawatan
diri, berpakaian tidak rapi, berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada
lemah.

7
F. Akibat terjadinya harga diri rendah
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi
sosial: menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering ditunjukan dengan
perilaku antara lain :
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh oranglain.

2. Data obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

G. Proses terjadinya harga diri rendah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku
klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional,jika lingkungan tidak
memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi

8
secaraterus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis (Direja, 2011).

H. Penatalaksanaan
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
1. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperolehdengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya:
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Ariprprazole.
2. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien
tidak mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untukmenimbulkan kejang granmall secara artifical dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5- 5 joule/ detik.
4. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas
kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi

9
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
5. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan &Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif,
terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa secara individu,
terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis
keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang
efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan
orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi
kognitif pada pasien dengan harga diri rendah.

I. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah


1. Pengkajian
Tahap pertama meliputi 16ocial predisposisi seperti : psikologis, tanda,
dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti, 2012).
Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa 16ocial, yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai
dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur 16ocial yang
berubah.

b. Faktor presipitasi

10
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu (internal or eksternalsources), yang dibagi 5 (lima)
kategori:
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peranKonflik peran: ketidaksesuaian
peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.
b) Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang
peran yang dilakukannya.
c) Peran berlebihan: kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan
seperangkat peran yang komleks.
d) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan
dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
e) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang
penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti.
f) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan:
 Kehilangan bagian tubuh.
 Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
 Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan
dan perkembangan.
 Prosedur pengobatan dan perawatan.
g) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak
seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan
zat.

c. Perilaku
Menurut Stuart dan Sundeen (2009) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri yang rendah yaitu identitas kacau dan depersonalisasi
seperti berikut (Deden, 2013):
1) Perilaku dengan harga diri yang rendah.
a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain

11
b) Produktifitas menurun
c) Destruktif pada orang lain
d) Gangguan berhubungan
e) Merasa diri lebih penting
f) Merasa tidak layak
g) Rasa bersalah
h) Mudah marah dan tersinggung
i) Perasaan negative terhadap diri sendiri
j) Pandangan hidup yang pesimis

2) Perilaku dengan identitas kacau.


a) Tidak mengindahkan moral
b) Mengurahi hubungan interpersonal
c) Perasaan kosong
d) Perasaan yang berubah-ubah
e) Kekacauan identitas seksual
f) Kecemasan yang tinggi
g) Tidak mampu berempati
h) Kurang keyakinan diri
i) Mencitai diri sendiri
j) Masalah buhungan intim
k) Ideal diri tidak realistik

3) Perilaku dengan Depersonalisasi.


a) Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri, perasaan tidak
aman, rendah diri, taku, malu, dan perasaan tidak realistic, merasa
sangat terisolasi.
b) Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan, tidak yakin
akan jenis kelaminnya, sukar membedakan diri dengan orang orang
lain.
c) Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan pikiran, daya
ingat terganggu, dan daya penilaian terganggu.

12
d) Perilaku : Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon emosi,
komunikasi tidak selaras, tidak dapat mengontrol perasaan, tidak
ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan, menarik diri
dari lingkungan, dan kurang bersemangat.

2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Fajariyah
(2012) :
a. Masalah utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif :
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
5) Mengkritik diri sendiri.
6) Perasaan tidak mampu.

Data obyektif :
1) Merusak diri sendiri.
2) Merusak orang lain.
3) Ekspresi malu.
4) Menarik diri dari hubungan sosial.
5) Tampak mudah tersinggung.
6) Tidak mau makan dan tidak tidur.

b. Masalah keperawatan
Penyebab tidak efektifan koping individu.
Data subyektif :
1) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain.
2) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak
melakukan sesuatu.

13
3) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.
4) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang
seharusnya dapat dilakukan.
5) Wajah Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.

Data obyektif :
1) Tampak murung.

c. Masalah keperawatan
Akibat isolasi sosial menarik diri
Data subyektif :
1) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
2) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.

Data obyektif :
1) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicara.
2) Suara pelan dan tidak jelas.
3) Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).
4) Menghindar ketika didekati.

d. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak


Efektif

14
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Isolasi sosial : Menarik diri

4. Intervensi keperawatan untuk Harga Diri Rendah


Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri :
Harga diri rendah.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Harga Diri Rendah

Pasien Keluarga
No
SP1P SP1K
1 Bina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah yang
2 Mengidentifikasi kemampuan dirasakan keluarga dalam
dan aspek positif yang merawat pasien
dimilikipasien Menjelaskan pengertian harga
3 Membantu pasien menilai diri rendah, tanda dan gejala,
kemampuan pasien yang serta proses terjadinya harga
masihdapat digunakan diri rendah
4 Membantu pasien memilih Menjelaskan cara merawat
kegiatan yang akan dilatih pasien denga harga diri rendah
sesuai dengan kemampuan
pasien
5 Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
6 Memberikan pujian yang
wajartehadap keberhasilan
pasien
7 Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal

15
Kegiatan Harian
SP2K
SP2P
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga
harian pasien mempraktekan cara merawat
2 Melatih pasien melakukan pasien dengan harga diri
kegiatan yang sesuai dengan rendah.
kemampuan klien
3 Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

a. Harga diri rendah


Tujuan Umum :
Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

Tujuan Khusus 1 :
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
1) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
2) Ekspresi Wajah bersahabat.
3) Ada kontak mata
4) Menunjukkan rasa senang.
5) Mau berjabat tangan.
6) Mau menjawab salam
7) Pasien mau duduk berdampingan
8) Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
a) Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan

16
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
pasien
d) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
e) Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
f) Beri perhatian pada pasien

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan


utama untuk hubungan selanjutnya.

2) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit


yang dideritanya
a) Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
b) Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya sendiri.

Rasional: beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dapat


membantu mengurangi stress dan penyebab perasaan jengkel atau
kesal dapat diketahui..

Tujuan Khusus 2 :
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yangdimiliki
Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif

Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan
diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan perasaannya. Saat
bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif.Utamakan
memberi pujian yang realitis.

Tujuan Khusus 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

17
Kriteria Evaluasi :
1) Kebutuhan pasien terpenuhi
2) Pasien dapat melakukan aktivitas terarah

Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama
sakit.
2) Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.

Rasional : untuk mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilakukan.

Tujuan Khusus 4 :
Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
1) Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
2) Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi :
1) Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan (sering
klien
takut melaksanakannya).

Rasional : untuk memberikan aktivitas sesuai kempampuan yang dimiliki


pasien.

Tujuan Khusus 5 :

18
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

Intervensi :
1) Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan yang direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan pasien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional : agar pasien mampu untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.

b. Isolasi Sosial
Tujuan umum :
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tujuan khusus 1 :
Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
Pasien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari :
diri sendiri, orang lain, lingkungan.

Intervensi :
1) Tanyakan pada pasien tentang :
a) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar.
b) Orang yang paling dekat dengan pasien di rumah/di ruang perawat.
c) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut.
d) Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah/di ruang
perawatan.
e) Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut.
f) Upaya yang dilakukan agar dekat dengan orang lain.

19
2) Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul dengan orang lain.
3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan
perasaannya.

Rasional: untuk mengidentifikasi penyebab menarik diri.

Tujuan khusus 2 :

Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan


kerugian menarik diri.

Kriteria evaluasi :

Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian


menarik diri.

Intervensi :

1) Tanyakan pada pasien tentang : Manfaat hubungan sosial Kerugian


menarik diri
2) Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan
perasaannya.

Rasional : untuk mengetahui alasan keuntungan dan kerugian menarik


diri pada pasien.

Tujuan khusus 3 :
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi :
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial dengan
bertahap dengan :
1) Perawat

20
2) Perawat lain
3) Pasien lain
4) Kelompok

Intervensi :
1) Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial.
2) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi
dengan :
a) Perawat lain
b) Pasien lain
c) Kelompok
3) Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
4) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilaukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien bersosialisasi.
5) Beri motivasi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
6) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mempuluas
pergaulannya melaui aktivitas yang dilaksanakan.

Rasional : melatih pasien agar mampu melaksanakan hubungan social.


Tujuan khusus 4 :
Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
Kriteria hasil :
Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan dengan :
1) Orang lain
2) Kelompok

Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhungungan
sosial dengan :
a) orang lain
b) kelompok

21
2) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan
perasaannya.

Rasional : menegetahui perasaan pasien setelah berhubungan sosial

Tujuan khusus 5 :
Pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam memperluas hubungan
sosial.
Kriteria evaluasi :
1) Keluarga dapat menjelaskan tentang :
a) Pengertian menarik diri
b) Tanda dan gejala menarik diri
c) Penyebab dan akibat menarik diri
d) Cara merawat pasien menarik diri
2) Keluarga dapat mempraktekan cara merawat pasien menarik diri.

Intervensi :
1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri.
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien
mengatasi perilaku menarik diri.
3) Jelaskan pada keluarga tentang :
a) pengertian menarik diri
b) tanda dan gejala menarik diri
c) penyebab dan akibat menarik diri
d) cara merawat pasien menarik diri.
4) Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri.
5) Tanyakan perasaan keluarga setelah menciba cara yang dilatihkan.
6) Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi.
7) Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien di
rumah sakit.

22
Rasional : dukungan keluarga sangat penting untuk mendukung dalam
hubungan sosial pasien.

5. Implementasi
SP 1 Pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
SP 2 Pasien : melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien
Tujuan :
a. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
klien.
b. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
c. Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

Tindakan Keperawatan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien dan memuji
klien atas keberhasilannya
d. Jelaskan cara - cara merawat klien dengan harga diri rendah.
e. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
f. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat
klien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya.
g. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah.

23
6. Evaluasi
Penilaian Kemampuan Pasien dan Keluarga dengan Masalah Harga Diri
rendah
Nama Pasien :
Ruangan :
Nama Perawat :
Petunjuk Pengisian :

a. Berilah tanda (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah


ini.
b. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No. Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl


A Pasien
1 menyebutkan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki
2 menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan

3 memilih kegiatan yang


akan dilatih sesuai
kemampuan yang dimiliki
4 melatih kemampuan yang
telah dipilih

5 melaksanakan
kemampuan yang telah
dipilih
6 melakukan kegiatan
sesuai jadwal

24
BAB III

RESUME KASUS

A. Kesesuai data fokus pengkajian

Ruang rawat : Cempaka

Tanggal di rawat : Rabu,16 Oktober 2019

1. Identitas klien:

Inisial : D

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal pengkajian : Selasa,22 Oktober 2019

Umur : 44 Tahun

No.RM :078077

Informan : Ny.D

2. Alasan masuk :

Ny D mengatakan masuk rs karena mengamuk ,marah-marah,melempar


barang,menarik diri,malu,bingung saat ditanya

3. Keluhan utama :

Mengamuk,Marah-marah,melempar barang,menarik diri,malu dan bingung


saat di tanya

4. Fokus pengkajian :
a. Psikologis
1) Genogram

Keterangan :

Perempuan Laki-Laki

25
Pasien

Jelaskan :

Klien mengatakan bahwa ia 2 bersaudara dan ia serumah dengan


saudaranya. Klien mengatakan kedua orang tuanya masih hidup dan ia
juga mengatakan bahwa ia sudah menikah dan tidak memiliki
keturunan.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

2) Konsep Diri
a) Gambaran diri : Senang dengan keadaan bentuk tubuhnya
b) Identitas : Dirinya seorang perempuan dan mengetahui
Namanya
c) Peran : Klien anak sulung, tidak bisa memenuhu peran
sebagai istri dan ibu rumah tangga
d) Ideal diri : Klien ingin cepat pulang, rajin minum obat agar
tidak marah
e) Harga diri : Bingung, malu ditanya tentang anak karena sampai
saat ini belum mempunyai keturunan

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3) Hubungan social
a) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok dan masyarakat
b) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien lebih suka dirumah saja karena malas untuk keluar
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : Yakin agama Islam
b) Kegiatan ibadah : Tidak melakukan ibadah selama dirumah
sakit

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

26
B. Analisa Data

Data Etiologi Analisa Masalah

DS : Harga Diri
1. Ny.D mengatakan Resiko Perilaku
Rendah
senang dengan
Kekerasan
keadaan bentuk
fisik/tubuhnya
2. Ny.D mengatakan
dirinya seorang
perempuan Halusinasi
3. Ny.D mengatakan
ia anak sulung
4. Ny.D mengatakan
ingin cepat Isolasi Sosial
pulang dan rajin
minum obat agar
tidak marah lagi
5. Ny.D merasa
bingung, malu Harga Diri Rendah
ditanya tentang
anak karena
sampai saat ini
belum Koping Individu
mempunyai
keturunan Tidak Efektif
DO :
1. TD : 120/70
mmHg
2. N : 86x/menit
3. R : 20x/menit
4. S : 36 C

DS : Isolasi Sosial
Halusinasi
1. Ny.D mengatakan
ingin cepat
pulang, jarang
berinteraksi
dengan Isolasi Sosial :
lingkungan dan Menarik Diri
tidak pernah
mengikuti
kegiatan
kelompok atau Gangguan Konsep Diri :
masyarakat Harga Diri Rendah
2. Ny.D

27
mengatakan lebih
suka diruangan
kamar karena Koping Individu Tidak
malas untuk Efektif
keluar
DO :
1. TD : 120/70
mmHg
2. N : 86x/menit
3. R : 20x/menit
4. S : 36 C

C. Masalah Keperawatan
1. Harga Diri Rendah berhubungan dengan Koping Individu tidak efektif
dibuktikan dengan pasien bingung dan malu ditanya tentang anak karena
sampai saat ini dia belum punya anak.
2. Isolasi Sosial berhubungan dengan Harga Diri Rendah dibuktikan dengan
pasien jarang berinteraksi dengan lingkungan dan tidak mau ikut kegiatan.

D. Prioritas Masalah
1. Harga Diri Rendah

E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Harga Diri Umum : 1. Sapa pasien dengan 1. Hubungan saling
Rendah Pasiendapatmelak ramah percaya
ukanhubungansos 2. Perkenalan diri merupakan
ial dengan sopan landasan utama
Khusus : 3. Tanya nama lengkap untuk hubungan
1. Pasien dapat dan panggilan selanjutnya
membina 4. Jelaskan tujuan 2. Dapat
hubungan pertemuan mengidentifikasi
saling percaya 5. Tunjukkan sikap kemampuan

28
2. Pasien dapat empati yang dapat
mengidentifika 6. Beri perhatian dilakukan
si kemampuan 7. Diskusikan
dan aspek kemampuan dan
positif yang aspek positif lalu
dimiliki beri pujian
3. Pasien dapat 8. Diskusikan
menilai kemampuan pasien
kemampuanny selama sakit
a 9. Diskusikan
kemampuan yang
yang dapat
dilanjutkan
Isolasi Sosial Umum : 1. Tanyakan orang 1. Untuk
Pasien dapat yang tinggal mengetahui alas
berinteraksi dirumah an keuntungan
dengan orang lain 2. Tanyakan manfaat dan kerugian
Khusus : hubungan social dan menarik diri
1. Pasien mampu menarik diri 2. Melatih pasien
menyebutkank 3. Beri pujian atas agar mampu
enapa ia kemampuannya melakukan
menarik diri 4. Observasi perilaku hubungan sosial
2. Mampu saat berhubungan
menyebutkank 5. Beri motivasi untuk
euntungan dan melakukan kegiatan
kerugian
menarik diri
3. Pasien dapat
melaksanakan
hubungan
social

29
F. Implementasi Keperawatan

No Tanggal / Tindakan Keperawatan Respon Ttd


Dx Waktu
1 Selasa,22 1. Membina hubungan saling  Pasien merasa
Oktober percaya malu karena
2019 2. Mendiskusikan dengan belum
Pukul 08. 30 pasien tentang : mempunyai
a. Aspek positif yang keturunan
dimiliki pasien,  Pasien dapat
keluarga, lingkungan menyebutkan
b. Kemampuan yang kemampuan
dimiliki pasien yang dimiliki
3. Memberikan pujian yang  Pasien dapat
realistik melakukan
kemampuan
yang dimiliki
2 Selasa,22 1. Tanyakan pada pasien  Pasien dapat
Oktober tentang : menyebutkan
2019 a. Orang yang tinggal teman
Pukul 09. 00 serumah / teman sekamarnya
sekamar pasien  Pasien
b. Orang yang paling menatap lawan
dekat dengan pasien bicarannya
dirumah/ diruang
perawatan.
c. Apa yang membuat
pasien dekat dengan
orang tersebut
d. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
e. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri
f. Beri pujian tentang
adap kemampuan
pasien

30
G. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ Diagnosa Perkembangan TTD
Waktu Keperawatan
22 Oktober Harga Diri S : Pasien mengatakan senang karena
2019 Rendah dapat merapikan tempat tidurnya.
Pukul 08:30 O : Pasien terlihat senang dan antusias
ketika diajak berbicara, kontak mata
cukup
A : Pasien tidak mampu menyebutkan
kemampuan dirinya.
P : Masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan
22 Oktober Isolasi Sosial S : Pasien mengatakan belum pernah
2019 curhat kepada teman satu kamarnya.
Pukul 09:00 O : Pasien terlihat segan membicarakan
masalah pribadinya.
A : Pasien dapat menyebutkan penyebab
menarik diri
P : Masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan

31
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Persamaan dan perbedaan teori dan praktek di lapangan

No Tahapan Persamaan Perbedaan


Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak
dilakukan dilakukan
1. Orientasi
Salam teraupetik √
Evaluasi / validasi 
Kontrak :

1. Topik 
2. Waktu 
3. Tempat 
2. Kerja
1. Mengidentifikas 
i kemampuan
melakukan
kegiaran dan
aspek positif
pasien (Pilih
dari daftar
kegiatan)
2. Bantu pasien 
menilai kegiatan
yang dapat
dilakukan saat
ini ( Pilih
dari daftar
kegiatan ) buat
daftar kegiatan
yang dapat
dilakukan sat ini
3. Bantu pasien 
memilih satu
kegiatan yang
dapat dilakukan
saat ini untuk
dilatih
4. Latih kegiatan 
yang di pilih (
Alat dan cara
kegiatan)
5. Masukan pada 
jadwal kegiatan

32
untuk latihan
dua kali perhari
3. Terminasi
1. Evaluasi 
subjektif
2. Evaluasi 
Objektif
3. Rencana tindak 
lanjut
Kontrak :
1. Topik 
2. Waktu 
3. Tempat 

33
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada Ny. D dan melakukan
pengkajian, di dapatkan data subjektif sebagai berikut : Pasien mengatakan
senang dengan keadaan bentuk fisik/tubuhnya, mengatakan dirinya seorang
perempuan, mengatakan ia anak sulung, mengatakan ingin cepat pulang dan
rajin minum obat agar tidak marah lagi, merasa bingung dan malu saat ditanya
tentang anak karena sampai saat ini belum punya keturunan.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan komunikasi
terapeutik kepada klien, sehingga dapat mempercepat penyembuhan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa secara
maksimasl, sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran dalam memberikan
asuhan keperawatan yang benar.

3. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan baik melalui penyusunan
rencana kerja dengan baik dalam mendapatkan datayang lebih akurat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2008. Gambaran Konsep Diri. Jakarta : Salemba Medika. Damaiyanti.


2012.

Pengkajian Keperawatan Jiwa: Yogyakarta: Arrus Medika. Deden. 2013. Asuhan


Keperawatan Gangguan Jiwa Dasar. Jakarta : EGC.

Dermawan, D & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Gosyen Publishing.

Direja. 2011. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah. Jakarta : Salemba Medika

Eko. 2014. Penatalaksanaan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jakarta: EGC.
Fajariyah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah. Jakarta:
Salemba Medika

Hidayat. 2014. Metode Penelitian dan Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Karika. 2015. Akibat Harga diri rendah. Yogjakarta: Gosyen Publishing

Keliat. 2013. Buku Ajar KeperawatanJiwa. Jakarta : EGC

Nasir Dan Muhith. 2010. AplikasiKeperawatanJiwa. Jogjakarta :SalembaMedika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta:
Nuha Medika.

Suliswati. 2010. Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jakarta : Salemba Medika.
Stuart &

Sundeen. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Towsend.
2010. Konsep Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

35
36

Anda mungkin juga menyukai