Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HARGA DIRI RENDAH SIUASIONAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan kesehatan jiwa 1

Disusun oleh :

Viola Andyagi (201FK03079)


Amelia Lestari (201FK03080)
Ira Ghania (201FK03081)
Riesma Pratiwi N.A (201FK03082)
Sahrul Gunawan (201FK03083)
Tantri Jamil Hartati (201FK03084)
Anita Sevia Fadilah (201FK03086)
(201FK03087)
Anjelina Putri Wijaya (201FK03088)
Ariq Rabbani (201FK03089)
Audini Herawati (201FK03090)
Dara Paranitha Hernanda (203FK03103)
Dikatia Lestari

Kelompok H TK 2-C

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga diri rendah situasional” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah KeperawatanKesehatan Jiwa. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunkan akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 Juni 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................6
A. definisi.......................................................................................................6
B. rentang respon .........................................................................................6
C. faktor predisposisi ....................................................................................7
D. faktor presitipasi .......................................................................................7
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................8
F. Dasar penerapan masalah klien.................................................................9
G. Masalah keperawatan & data yang perlu dikaji........................................9
H. Diagnosa keperawatan...............................................................................10
I. Intervensi keperawatan .............................................................................11
BAB III PENGKAJIAN......................................................................................12
A. Pengkajian.................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................15
C. Rencana tindakan keperawatan.................................................................15
BAB V PENUTUP...............................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
tentang hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu
dan tidak berprestasi (Keliat, 2010). Fitria (2009) juga menyebutkan, harga
diri rendah merupakan kondisi seseorang dimana ia merasa bahwa dirinya
tidak diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang
dirinya.
Harga diri rendah dapat dibagi menjadi dua yaitu, harga diri rendah
situasional dan harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional
adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri
positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap
suatu kejadian. Apabila dari harga diri rendah situasional tidak ditangani
segera, maka lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik.
Semakin rendah harga diri seseorang akan lebih berisiko terkena
gangguan kepribadian. Pada beberapa penelitian mengaitkan rendahnya
harga diri dengan adanya kecemasan sosial. Sebuah penelitian menyatakan
jika orang yang memiliki harga diri yang rendah akan memiliki perasaan
takut gagal ketika terlibat dalam hubungan sosial ( Fitria, 2013). Penelitian
yang dilakukan Simbar, Ruindungan dan Solang (2015) menyebutkan
bahwa 26,7% anak memiliki harga diri rendah situasional pasca mendapat
perlakuan bullying yaitu menarik diri dari lingkungan sekitar untuk
memperoleh rasa aman. Jika ini terus berlanjut pada anak-anak maka akan
muncul ide bunuh diri hingga percobaan bunuh diri karena perasaan malu
(Espelage, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi harga diri rendah situasional?
2. Apa saja rentang respon pada harga diri rendah situasional?
3. Apa saja faktor predisposisi pada harga diri rendah situasional?
4. Apa saja presipitasi pada harga diri rendah situasional?

4
5. Apa saja tanda dan gejala pada harga diri rendah situasional?
6. Bagaimana pohon masalah pada harga diri rendah situasional?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi harga diri rendah situasional
2. Untuk mengetahui rentang respon pada harga diri rendah situasional
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi pada harga diri rendah
situasional
4. Untuk mengetahui presipitasi pada harga diri rendah situasional
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada harga diri rendah situasional
6. Untuk mengetahui pohon masalah pada harga diri rendah situasional

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
positif (NANDA, 2012).
Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk, 2010).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami
trauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
cerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
terjadi, misalnya korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara
tiba-tiba (Dalami dkk, 2010). Bila harga diri rendah situasional tidak
diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis.
B. Rentang Respon
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah
adalah transisi antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif.
Penjabarannya adalah sebagai berikut.
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman yang sukses.
b) Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam perwujudan dirinya.
c) Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau
berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
d) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa anak-anak kedalam kematangan
kepribadian pada remaja yang harmonis.

6
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing
dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kesulitan
membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri tidak nyata
dan asing baginya.
C. Faktor Predisposisi
 Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
 Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-nilai
budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu.
 Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
D. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal,
yaitu sebagai berikut:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya seperti frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:
kehilangan bagian tubuh: perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau

7
fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal, prosedur medis, dan keperawatan
E. Tanda & Gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-
beda dan bervariasi antara individu satu dengan lainnya, tetapi biasanya
dimanifestasikan sebagai berikut.
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/ tindakan,
misalnya: malu karena alopesia setelah dilakukan tindakan
kemoterapi.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik,
mengejek diri sendiri.
3) Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak
tahu apa-apa, saya tidak mampu.
4) Gangguan hubungan sosial.
5) Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
6) Mencederai diri
7) Mudah marah, mudah tersinggung
8) Apatis, bosan, jenuh dan putus asa
9) Kegagalan menjalankan peran, proyeksi (menyalahkan orang lain).

Keliat (2011) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri


rendah adalah :
 Mengkritik diri sendiri.
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimis.
 Penurunan produkrivitas.
 Penolakan terhadap kemampuan diri.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


a) Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat
terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih

8
karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan
akibat penyakit kronis seperti kanker.
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika
saya tidak kerumah sakit menyalahkan dan mengejek diri
sendiri.
c) Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d) Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak
mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan
yang suram mungkin memilih alternatif tindakan.
f) Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn
harapan yg suram mungkin klien ingin mengakhiri
kehidupan.
g) Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
h) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
i) Keluhan fisik
j) Penolakan terhadap kemampuan personal
F. Dasar Penetapan Masalah Klien
a. pohon masalah
G. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu Dikaji
Menurut carpenito, Lj (1988:352 keliat B.A (2011:20): perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
Data subjektif:
 Mengkritik diri sendiri atau orang lain
 perasaan dirinya sangat penting yang berlebih lebihan
 perasaan tidak mampu dan perasaan bersalah
 sikap pesimis pada kehidupan
 keluhan sakit fisik
 pandangan hidup yang terpolarisasi
 menolak kemampuan diri sendiri
 perasaan cemas dan takut

9
 merasonalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
 mengungkapkan kegagalan pribadi dan ketidakmampuan
menentukan tujuan

Data Objektif

 produktifitas menurun
 perilaku destruktif pada oranglain
 penyalahgunaan zat
 menarik diri dari hubungan sosial
 ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
 menunjukan tanda depresi (sukar tidur dan susah makan)
 tampak mudah tersinggung/mudah marah
H. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional
2. resiko menarik diri
3. berduka fungsional

10
I. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN


HDR situasional 1. Klien mampu meningkatkan 1. bina hubungan saling percaya dengan
kesadaran tentang hubungan mengungkapkan prinsip komunikasi
positif tentang harga diri dan terapeutik.
pemecahan masalah yang a.Sapa klien dengan ramah baik verbal
efektif. maupun nonverbal b.Perkenalkan diri
2. Klien mampu melakukan dengan sopan c.Tanyakan nama lengkap
ketrampilan positif untuk klien dan nama panggilan yang disukai
meningkatkan harga diri. klien
3. Klien mampu melakukan d.Jelaskan tujuan pertemuan e.Tunjukan
pemecahan masalah dan sikap empati dan menerima klien apa
melakukan umpan balik yang adanya
positif.
4. Klien mampu menyadari 2. Bantu klien mengidentifikasi situasi
hubungan yang positif antara penyebab harga diri rendah
harga diri dan kesehatan fisik a. Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan
penyebab harga diri rendah.
c. Klien menyadari akibat harga diri
rendah
d. Bantu klien dalam menggambarkan
dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu.
3. Bantu pasien mengidentifikasi strategi
pemecahan yang lalu, kekuatan dan
keterbatasan serta potensi yang dimiliki.

11
4. Diskusikan aspek positif dan
kemampuan diri sendiri, keluarga dan
lingkungan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tn. A (19 tahun) dikaji oleh perawat CMHN ke rumahnya. Saat dikaji
klien cukup kooperatif tetapi bicaranya pelan. Klien berpikir bahwa dirinya tidak
berguna, merepotkan orangtua dan merasa malu karena sudah 3 kali gagal masuk
perguruan tinggi negeri sesuai harapan orangtuanya. Klien merasa bahwa dirinya
orang yang bodoh, apalagi jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang
semuanya kuliah di perguruan tinggi negeri. Klien sering menunduk dan tampak
tidak nyaman dengan interaksi perawat, klien juga tampak lesu dan tidak
bergairah.

1. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn.A
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
B. Keluhan Utama
Klien berpikir bahwa dirinya tidak berguna
C. Faktor Predisposisi
Klien berpikir bahwa dirinya tidak berguna, merepotkan orangtua dan
merasa malu karena sudah 3 kali gagal masuk perguruan tinggi negeri sesuai
harapan orangtuanya. Klien merasa bahwa dirinya orang yang bodoh, apalagi
jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang semuanya kuliah di
perguruan tinggi negeri. Klien sering menunduk dan tampak tidak nyaman
dengan interaksi perawat, klien juga tampak lesu dan tidak bergairah.

12
D. Pemeriksaan Fisik
(Tidak terkaji)
E. Pengkajian Psikologis
1. Status Emosi
a. Perasaan hari ini : Keputusasaan, karena klien berpikir bahwa dirinya
tidak berguna, merepotkan orangtua dan merasa malu karena sudah 3
kali gagal masuk perguruan tinggi negeri sesuai harapan orangtuanya
b. Ekspresi emosi : Stabil, emosi klien dapat terkendali
c. Afek : Afek yang ditunjukan klien sesuai dengan
stimulus yang diberikan
Konsep Diri
a. Gambar diri : Tidak terkaji
b. Identitas : Klien berjenis kelamin laki - laki, berusia 19 tahun
c. Peran : Klien merupakan seorang anak laki - laki
d. Ideal diri : Klien merasa bahwa dirinya orang yang bodoh,
apalagi jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang semuanya
kuliah di perguruan tinggi negeri
e. Harga diri : Klien berpikir bahwa dirinya tidak berguna,
merepotkan orangtua dan merasa malu karena sudah 3 kali gagal
masuk perguruan tinggi negeri sesuai harapan orangtuanya
F. Pengkajian Sosial
1. Pendidikan dan Pekerjaan terkait kondisi sakit : Tidak terkaji
2. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti :
b. Peran serta dalam kelompok / masyarakat : Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak terkaji
d. Cara Komunikasi ( bahasa verbal dan non verbal ) : Klien cukup
kooperatif tetapi bicaranya pelan. Klien sering menunduk dan tampak
tidak nyaman dengan interaksi perawat, klien juga tampak lesu dan
tidak bergairah.
e. Sosial Budaya tentang penyakit yang dideritanya : Tidak terkaji
G. Pengkajian Spiritual

13
1. Nilai dan Keyakinan : Tidak terkaji
2. Kegiatan Ibadah : Tidak terkaji
3. Hambatan/kesulitan dalam kegiatan spiritual : Tidak terkaji

H. Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya : Tidak terkaji
2. Pengetahuan tentang cara merawat dan mengobati penyakitnya : Tidak
terkaji
3. Persepsi klien tentang penyakit yang dideritanya : Tidak terkaji

I. Analisa Masalah Keperawatan

NO DATA MASALAH
1. DS : Harga Diri Rendah
- Klien berpikir bahwa dirinya tidak Situasional
berguna, merepotkan orangtua
dan merasa malu karena sudah 3
kali gagal masuk perguruan tinggi
negeri sesuai harapan
orangtuanya.
- Klien merasa bahwa dirinya orang
yang bodoh, apalagi jika
dibandingkan dengan kakak-
kakaknya yang semuanya kuliah
di perguruan tinggi negeri.

DO :
- Klien
- cukup kooperatif tetapi bicaranya
pelan
- Klien sering menunduk dan
tampak tidak nyaman dengan

14
interaksi perawat, klien juga
tampak lesu dan tidak bergairah.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah Situasional

3. Rencana Tindakan Keperawatan

NO DIAGNOSA PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Harga Diri Rendah Klien mampu: SP 1 : Asesmen harga diri rendah 1. Membantu
Situasional 1. Meningkatkan dan latihan melakukan kegiatan pasien
kesadaran positif mengemba
DS : tentang 1. Bina hubungan saling percaya ngkan pola
- Klien berpikir hubungan a. Mengucapkan salam pikir positif
bahwa dirinya positif antara terapeutik, 2. Membantu
tidak berguna, harga diri dan memperkenalkan diri, mengemba
merepotkan pemecahan panggil pasien sesuai nama ngkan
orangtua dan masalah yang panggilan yang disukai kembali
merasa malu efektif b. Menjelaskan tujuan harga diri
karena sudah 3 2. Melakukan interaksi: melatih positif
kali gagal masuk keterampilan pengendalian ansietas agar melalui
perguruan tinggi positif untuk proses penyembuhan lebih melalui
negeri sesuai meningkatkan cepat kegiatan
harapan harga diri 2. Membuat kontrak (inform positif
orangtuanya. 3. Melakukan consent) dua kali pertemuan
- Klien merasa pemecahan latihan pengendalian ansietas
bahwa dirinya masalah dan 3. Bantu pasien mengenal harga
orang yang bodoh, melakukan diri rendah:
apalagi jika umpan balik a. Bantu pasien

15
dibandingkan yang efektif untukmengidentifikasi dan
dengan kakak- 4. Menyadari menguraikan perasaannya.
kakaknya yang hubungan yang b. Bantu pasien mengenal
semuanya kuliah positif antara penyebab harga diri rendah
di perguruan harga diri dan c. Bantu klien menyadari
tinggi negeri. kesehatan fisik perilaku akibat harga diri
rendah
DO : d. Bantu pasien dalam
- Klien cukup menggambarkan dengan
kooperatif tetapi jelas keadaan evaluasi diri
bicaranya pelan yang positif yang
- Klien sering terdahulu
menunduk dan 4. Bantu pasien mengidentifikasi
tampak tidak strategi pemecahan yang lalu,
nyaman dengan kekuatan, keterbatasan serta
interaksi perawat, potensi yang dimiliki
klien juga tampak 5. Jelaskan pada pasien hubungan
lesu dan tidak antara harga diri dan
bergairah. kemampuan pemecahan
masalah yang efektif
6. Diskusikan aspek positif dan
kemampuan diri sendiri,
keluarga, dan lingkungan
7. Latih satu kemampuan positif
yang dimiliki
8. Latih satu kemampuan positif
Tekankan bahwa kegiatan
melakukan kemampuan positif
berguna untuk menumbuhkan
harga diri positif

16
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI


1 Harga Diri Rendah Situasional SP 1 : Melakukan asesmen harga diri S : Klien masih berpikir
rendah dan latihan bahwa dirinya tidak
DS : 1. Meembina hubungan saling berguna
- Klien berpikir bahwa dirinya percaya
tidak berguna, merepotkan a. Mengucapkan salam O :
orangtua dan merasa malu terapeutik, memperkenalkan - Klien tampak lesu
karena sudah 3 kali gagal diri, panggil pasien sesuai dan tidak bergairah
masuk perguruan tinggi negeri nama panggilan yang disukai
sesuai harapan orangtuanya. b. Menjelaskan tujuan A : Masalah belum
- Klien merasa bahwa dirinya interaksi: melatih teratasi
orang yang bodoh, apalagi jika pengendalian ansietas agar P : Lanjutkan Intervensi
dibandingkan dengan kakak- proses penyembuhan lebih
kakaknya yang semuanya cepat
kuliah di perguruan tinggi 2. Membuat kontrak (inform
negeri. consent) dua kali pertemuan
latihan pengendalian ansietas
DO : 3. membantu pasien mengenal
- Klien cukup kooperatif tetapi harga diri rendah:
bicaranya pelan a. Membantu pasien untuk
- Klien sering menunduk dan mengidentifikasi dan
tampak tidak nyaman dengan menguraikan perasaannya.
interaksi perawat, klien juga b. Membantu pasien mengenal
tampak lesu dan tidak penyebab harga diri rendah
bergairah. c. Membantu klien menyadari

17
perilaku akibat harga diri
rendah
d. Membantu pasien dalam
menggambarkan dengan jelas
keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu
4. Membantu pasien
mengidentifikasi strategi
pemecahan yang lalu, kekuatan,
keterbatasan serta potensi yang
dimiliki
5. Menjelaskan pada pasien
hubungan antara harga diri dan
kemampuan pemecahan masalah
yang efektif
6. Mendiskusikan aspek positif dan
kemampuan diri sendiri,
keluarga, dan lingkungan
7. Melatih satu kemampuan positif
yang dimiliki
8. Melatih satu kemampuan positif
Tekankan bahwa kegiatan
melakukan kemampuan positif
berguna untuk menumbuhkan
harga diri positif

18
19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semakin rendah harga diri seseorang akan lebih berisiko terkena gangguan
kepribadian. Pada beberapa penelitian mengaitkan rendahnya harga diri dengan
adanya kecemasan sosial. Sebuah penelitian menyatakan jika orang yang memiliki
harga diri yang rendah akan memiliki perasaan takut gagal ketika terlibat dalam
hubungan sosial

B. Saran

Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan


pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan
dasar harga diri rendah, penulis menekankan pentingnya mengatasi atau
mengurangi masalah harga diri rendah yang bisa terjadi pada klien dapat terpenuhi
dengan baik. Sebaiknya klien mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik
dengan perawat dan tim kesehatan lainnya serta untuk mempercepat proses
penyembuhan klien sekaligus meningkatkan kesiapan keluarga dalam merawat
klien di rumah sehingga kesehatan klien membaik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.


Jakarta : Trans Info Media.

PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Diagnosa


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

21

Anda mungkin juga menyukai