Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK 1 :

1. Yunita ngana rebuwula

2. Emirensiana koku yowa

DOSEN PENGAMPUH : KARTINI PEKABANDA ,SST, Mkes.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan rahmat dan hidaya-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
keperawatan Maternitas " tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah " keperawatan Maternitas . Selain itu,makalah ini juga bertujuan
untuk menambahkan wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan terimah kasih kepada Ibu KARTINI PEKABANDA ,SST,


Mkes. .selaku dosen pada mata kuliah caring dalam keperawatan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan sesuai
bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagikan
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Waingapu,20 september

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...

C. Tujuan……………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengkajian anamnesis ibu post partum

B. Pengertian Pemeriksaan Fisik Head To Toe


C. Pemeriksaan penunjang

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………...

B. Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Perawat seringkali menjadi orang yang pertama mendeteksi perubahan pada kondisi klien
tanpa memperhatikan latar belakangnya. Oleh karena itu kemampuan berpikir dan
menginterpretasi secara kritis tentang arti perilaku klien dan perubahan fisik yang
ditampilkan merupakan hal yang sangat penting bagi perawat. keterampilan pengkajian dan
pemeriksaan fisik menjadi alat kuat bagi perawat untuk mendeteksi perubahan baik halus
maupun nyata yang terjadi pada kesehatan klien. Pengkajian fisik memungkinkan perawat
untuk mengkaji pola yang mencerminkan masalah kesehatan dan mengevaluasi
perkembangan klien sejalan dengan terapi.
Perawat bekerja diberbagai tempat, mencari informasi tentang status kesehatan klien.
Pemeriksaan fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model
keperawatan yang berfokus pada respon yang ditimbulkan pasien akibat adanya masalah
kesehatan atau dengan kata lain pemeriksaan fisik keperawatan harus mencerminkan
diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat tindakan untuk mengatasinya.

B.     Rumusan Masalah


1. Pengertian Pengkajian anamnesis ibu post partum
2. Pengertian Pemeriksaan Fisik Head To Toe
3. Pengertian Pemeriksaan penunjang
C.    Tujuan
1. Mengetahui Pengkajian anamnesis ibu post partum

2. Mengetahui Pengertian Pemeriksaan Fisik Head To Toe

3. Mengetahui Pemeriksaan penunjang


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian anamnesis ibu post partum
Teknik pemeriksaan fisik postpartum adalah dengan melakukan pemeriksaan
umum secara menyeluruh, yang secara garis besar mencakup tanda vital,
pemeriksaan payudara, pemeriksaan abdomen, kandung kemih, lochia, perdarahan,
serta pemeriksaan pelvis untuk mengevaluasi subinvolusi uterus, penyembuhan
serviks, vagina, dan perineum.
a .Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan dilakukan, setiap pasien perlu memberikan informed consent. Pada
pemeriksaan bagian pelvis, pasien dalam posisi litotomi. Bila ranjang pemeriksaaan tidak
disertai dengan penyangga kaki, pemeriksaan dapat dilakukan dalam frog-leg position.[4]
b.Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik postpartum antara lain termometer,
tensimeter, stetoskop, ranjang pemeriksaan dengan permukaan rata yang disertai dengan
penyangga kaki, dan lampu pencahayaan yang baik.
Prosedural
Pemeriksaan fisik postpartum perlu mengevaluasi kondisi sistem reproduksi dan
kesehatan ibu secara umum. Oleh karenanya, pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh
dari ujung kepala hingga kaki.
c.Tanda Vital
Pada satu jam pertama postpartum, pengukuran tekanan darah dan nadi perlu dilakukan
setiap lima belas menit atau lebih bila terdapat indikasi. Peningkatan denyut nadi dapat
terjadi selama beberapa jam setelah melahirkan dan kembali normal pada hari ke-2.
Takikardia dapat disebabkan oleh adanya nyeri, demam, ataupun perdarahan postpartum.
d.Payudara
Pemeriksaan payudara postpartum dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Pada
perempuan yang tidak menyusui, pembesaran (engorgement), nyeri payudara, dan milk
leakage dapat memuncak pada hari ke-3 hingga ke-5 setelah melahirkan. Engorgement
disebabkan oleh ASI yang tidak dikeluarkan, sehingga terjadi kongesti ASI, darah, dan
limfe. Hal ini menyebabkan payudara terasa panas, keras, mengkilap, dan nyeri.Pada
sumbatan duktus, dapat ditemukan benjolan yang terasa nyeri dan kemerahan pada kulit
di atasnya. Pada kasus ini biasanya tidak disertai demam.Pada pemeriksaan juga perlu
diperhatikan adanya tanda mastitis berupa payudara kemerahan, keras, dan nyeri, disertai
demam, takikardia, atau menggigil.
e.Saluran Pencernaan
Pada pemeriksaan dapat ditemukan hipomotilitas usus yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya konstipasi pada ibu postpartum selain faktor konsumsi suplemen besi
dan rasa tidak nyaman pada perineum. Konstipasi dan proses mengedan menyebabkan ibu
berisiko mengalami hemoroid.[1,4,6]
f.Kandung Kemih
Pada pemeriksaan dapat ditemukan overdistensi kandung kemih akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak sempurna dan kurangnya keinginan untuk buang air kecil.
Menurunnya sensasi dan kemampuan mengosongkan kandung kemih dapat terjadi akibat
efek analgesia epidural, adanya episiotomi atau laserasi perineum, dan penggunaan
instrumen untuk membantu proses melahirkan.
g.Vagina dan Vulva
Segera setelah melahirkan, vagina umumnya tampak teregang, edema, dan mengalami
penurunan tonus. Vagina mengalami involusi atau kembali seperti sebelum melahirkan
setelah 4-8 minggu postpartum. Introitus vagina mengalami pelebaran secara permanen.
Himen mengalami laserasi dan terdapat nodular tags yang akan membentuk myrtiform
caruncles.[3,4,6]
h.Uterus
Setelah melahirkan, dilakukan pemeriksaan terhadap tonus uterus untuk memastikan
uterus berkontraksi dengan baik. Pemeriksaan tonus uterus dilakukan dengan palpasi atau
dengan pemeriksaan bimanual.Pada atonia uteri dan subinvolusi dapat ditemukan ukuran
uterus yang lebih besar dibandingkan normal, teraba lunak, dan disertai perdarahan pada
ostium serviks. Atonia uterus fokal atau lokal sulit dideteksi melalui pemeriksaan
abdomen.
i.Lochia
Lochia merupakan discharge vagina yang berasal dari uterus, serviks, dan vagina. Lochia
memiliki karakteristik berbau amis, dengan volume rerata 250 ml pada 5-6 hari pertama
postpartum. Terdapat 3 jenis lochia berdasarkan warna dan komposisinya, yaitu lochia
rubra, serosa, dan alba.
Pada pemeriksaan lochia perlu diperhatikan bau, jumlah, warna, dan durasi. Jumlah
lochia yang sedikit atau tidak ada mungkin disebabkan oleh infeksi atau lochiometra,
sedangkan jumlah yang banyak mungkin disebabkan oleh infeksi atau terlambatnya
proses involusi. Lochia dengan warna merah yang
j.Deteksi Perdarahan Postpartum
Pengukuran banyaknya perdarahan setelah bayi dilahirkan perlu dilakukan untuk deteksi
terjadinya perdarahan postpartum. Pengukuran kuantitatif perdarahan dapat dilakukan
dengan mengukur berat pembalut. Jumlah perdarahan ≥ 500 ml, disertai dengan
takikardia, dan hipotensi mengindikasikan perdarahan postpartum.[5]
k.Luka Pasca Operasi
Ibu yang menjalani prosedur sectio caesarea (SC) memerlukan pemeriksaan luka insisi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah terdapat wound dehiscence atau tanda-tanda
infeksi seperti eritema, nyeri, dan pus pada luka.

B. Pengertian Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang
di anggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan atau
membuktikan hasil anamnesa, mementukan masalah dan merencanakan tindakan keperawtan
yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan pada dasarnya sama denan pemeriksaan fisik
kedokteran biasanya diklasifikasikan menurut sisitem tubuh manusia yaitu palpasi, inspeksi,
auskultasi dan perkusi.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.

     Tujuan
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1.            Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2.            Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3.            Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4.            Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5.            Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

   Manfaat
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
1.            Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2.            Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3.            Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4.            Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

   Teknis yang diperlukan dalam pengkajian fisik ada 4 yaitu :


a.      Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata dilakukan untuk mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Mulailah melakukan inspeksi pada
saat pertama kali bertemu dengan pasien. Amati secara cermat mengenai tingkah laku dan
keadaan tubuh pasien. Amati dari hal-hal yang umum kemudian ke hal-hal yang khusus.
Fokus pemeriksaan pada setiap bagian tubuh adalah ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi dan penonjolan atau pembengkakan. Perlu di bandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu degan bagian tubuh lainnya.
Langkah- lagkah kerja inspeksi adalah :
1.      Atur pencahayaan yang cukup sebelum mealakukan inspeksi
2.      Atur suhu dan suasana ruangan yang nyaman
3.      Buka bagian yang di inspeksi dan yakinkan bahwa bagian tersebut tidak tertutup baju,
selimut dsb
4.      Bila perlu gunakan kaca pembesar untuk membantu inspeksi
5.      Selalu jelaskan dalam menetapkan apa yang Anda lihat
b.      Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba seperti tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti temperatur, keelastisan, bentuk
ukuran, kelembaban dan penonjolan. Ada 2 jenis palpasi :
1.      palpasi ringan, banyak di gunakan dalam pengkajian. Dengan cara ujung-ujung jari pada
satu atau dua tangan digunakan secara simultan. Tangan di letakkan pada area yang akana di
palpasi dan jari-jari di letakkan ke bawah perlahan-lahan sampai di temukan hasil.
2.      palpasi dalam, di kerjakan untuk merasakan isi abdomen. Dapat dilkaukan dengan dua
tangan sehingga di sebut bimanual. Satu tangan diguanakan untuk merasakan bagian yang di
palpasi, tangan lainya untuk menekan kebawah. Dengan posisi releks, jari-jari tangan kedua
diletakan melekat pada jari-jari pertama. Tekanan dilakukan oleh pucuk tangan ke sendi
interpalangeal distal. Tekanan di lepaskan sebelum pindah area kecuali untuk mengetahui
adanya nyeri tekana.
Cara kerja palpasi dapat dilakukan sebagai berikut :
1.      Pastikan bahwa area yang akan di palpasi benar-benar nampak.
2.      Cuci tangan sampai bersih dan keringkan.
3.      Beritahu pasien tentang apa yang dikerjakan.
4.      Secara prinsip palpasi dapat dilakukan dengan semua jari, tetapi jari telunjuk dan ibu jari
lebih sensitive.
5.      Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari 2,3 dan 4 secara bersamaan
untuk palpasi abdomen gunakan telapak tangan dan beri tekanan dengan jari-jari secara
ringan.
6.      Bila di perlukan lakukan dengan dua tangan.
7.      Perhatikan dengan seksama muka pasien selama palpasi untuk mengetahui adanya nyeri
tekan.
8.      Lakukan palpasi secara sistematis dan uraikan ciri-ciri tentang ukuran, bentuk, konsistensi
dan permukaannya.

c.       Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan
suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
1.      Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
2.      Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
3.      Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi
daerah hepar.
4.      Hipersonor/timpani : suaran perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah cavern persiapan yang diperlukan paru, pada klien asma kronik.

d.      Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1.Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
2.Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
3.Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4.Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

E.     Indikasi

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan oleh
dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah
pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien

C.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang
dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya.
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena
adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(medical check-up).
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena
adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(medical check-up).Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga
dilakukan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan
terapi pada pasien.
Berbagai Jenis Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik
Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh dokter. Namun,
ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit
atau kondisi medis tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini,
dokter dapat memantau beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:
 Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah
 Plasma darah
 Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi,
dan elektrolit
 Analisis gas darah
 Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
 Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan
apa yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan
tertentu sebelum pengambilan sampel darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-
obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk
memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.Pemeriksaan urine dapat
dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau ketika dokter mencurigai adanya
penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju
serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian dada,
lengan, dan tungkai pasien.Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak
banyak bergerak atau berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X
atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)
5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.Pemeriksaan penunjang ini sering
dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi
pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai
bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu
dokter saat melakukan tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk
berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien
kemudian akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG
selesai dilakukan.
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang
radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh.
Prosedur MRI biasanya berlangsung selama 15–90 menit.Pemeriksaan MRI dapat dilakukan
untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh, termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan
sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim,
dan kelenjar prostat.
8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen
untuk menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini
umumnya dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih
jelas.Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh,
seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem
pencernaan. Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan
kateterisasi jantung atau pemasangan ring jantung.
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pemeriksaan head to toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang di anggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan
komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, mementukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.

B.     Saran – Saran


Diharapkan kepada perawat agar dapat melakukan pemeriksaan fisik head toe secara
benar, sesuai dengan persiapan, teknik, dan prosedur yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Andri, F., Indra, R. & Susmarini, D. Manuskrip Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Perawat Keperawatan Di IGD Rumah Sakit Wilayah
Pontianak Kalimantan Barat. X, 49–60 (2015).
2011.

Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:Salemba MedikaPotter


dan Perry. 2005.

Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.Jakarta: EGC.Talbot, A.


Laura, Mayers, Mary. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai