KEPERAWATAN MATERNITAS
DISUSUN OLEH :
NAMA KELOMPOK 1 :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan rahmat dan hidaya-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
keperawatan Maternitas " tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah " keperawatan Maternitas . Selain itu,makalah ini juga bertujuan
untuk menambahkan wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagikan
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Waingapu,20 september
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan pada dasarnya sama denan pemeriksaan fisik
kedokteran biasanya diklasifikasikan menurut sisitem tubuh manusia yaitu palpasi, inspeksi,
auskultasi dan perkusi.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut
dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.
Tujuan
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Manfaat
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan
suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
1. Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
2. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
3. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi
daerah hepar.
4. Hipersonor/timpani : suaran perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah cavern persiapan yang diperlukan paru, pada klien asma kronik.
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1.Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
2.Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
3.Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4.Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
E. Indikasi
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan oleh
dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah
pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien
C.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang
dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya.
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena
adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(medical check-up).
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena
adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(medical check-up).Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga
dilakukan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan
terapi pada pasien.
Berbagai Jenis Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik
Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh dokter. Namun,
ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit
atau kondisi medis tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini,
dokter dapat memantau beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:
Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah
Plasma darah
Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi,
dan elektrolit
Analisis gas darah
Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan
apa yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan
tertentu sebelum pengambilan sampel darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-
obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk
memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.Pemeriksaan urine dapat
dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau ketika dokter mencurigai adanya
penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju
serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian dada,
lengan, dan tungkai pasien.Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak
banyak bergerak atau berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X
atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)
5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.Pemeriksaan penunjang ini sering
dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi
pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai
bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu
dokter saat melakukan tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk
berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien
kemudian akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG
selesai dilakukan.
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang
radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh.
Prosedur MRI biasanya berlangsung selama 15–90 menit.Pemeriksaan MRI dapat dilakukan
untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh, termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan
sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim,
dan kelenjar prostat.
8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen
untuk menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini
umumnya dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih
jelas.Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh,
seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem
pencernaan. Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan
kateterisasi jantung atau pemasangan ring jantung.
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan head to toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang di anggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan
komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, mementukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.