Anda di halaman 1dari 33

TUGAS UTS

(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Dan


Pengorganisasian kelas B)

Dosen Pengampu:
Iken Nafikadini, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Febriyanti Ayuningtyas 172110101006
Ferlian Primadini 172110101022
Maria Yohana Sinaga 172110101027
Rita Tri Wahyuni 172110101028
Andryana Martha F 172110101059
Afton Ilman Huda 172110101067
Dyah Pramita F 172110101101
Meilinia Farda K 172110101115
Regita Eka Ayu 172110101119
Nur Aziza W 182110101044
Esterlita Putri 182110101059

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................6

2.1 Fase 2 Analisis Epidemiologi....................................................................................6

2.2 Fase 3 ( Analisis Perilaku dan Lingkungan).....................................................8

2.3 Fase 4 (Analisis Pendidikan dan Organisasi)........................................................10

2.4 Fase 5 ( Analisis Kebijakan dan Administrasi)....................................................12

2.5 Fase 6 ( Implementasi)............................................................................................14

2.6 Fase 7 ( Evaluasi Proses Tanpa Dampak dan Hasil)............................................17

2.7 Implementasi Menggunakan Konsep Keluarga, Masyarakat, Biologi,


Psikologi, Sosial dan Spritual............................................................................................20

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................28

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................28

3.2 Saran.........................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia saat ini sedang dihadapkan oleh pandemi virus corona. Pandemi
merupakan keadaan ketika suatu wabah atau virus menyebar secara global yang artinya
tidak menyebar hanya pada satu negara saja tetapi dunia [ CITATION Ris20 \l 1033 ]. Virus
corona atau biasa disebut dengan Coronaviruses (CoV) merupakan penyebab dari
penyakit COVID-19 yang merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari flu hingga penyakit lebih berat seperti MERS-CoV dan SARS-CoV.
Penyakit COVID-19 merupakan penyakit baru yang ditemukan pertama kali di Wuhan,
China pada tahun 2019 [ CITATION Wor19 \l 1033 ]. Awal kemunculan diduga merupakan
penyakit pneumonia, dengan gejala diantaranya batuk, demam, letih, tidak nafsu makan,
dan sesak napas. Virus corona dapat berkembang dengan cepat hingga mengakibatkan
infeksi lebih parah dan gagal organ. Kondisi ini dapat terjadi jika pasien memiliki
masalah kesehatan sebelumnya. [ CITATION Nil20 \l 1033 ].
Berdasarkan WHO [ CITATION 2019 \l 1033 ] , upaya pencegahan untuk menekan
angka transmisi dari COVID-19 ini adalah mencuci tangan secara berkala menggunakan
sabun dan air atau menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol minimal 70%,
menjaga jarak kurang lebih satu meter dengan orang lain, jangan memegang area wajah,
memakai masker untuk menutupi mulut dan hidung, tetap di rumah jika merasa tidak
enak badan, jangan merokok atau aktivitas lain yang melemahkan paru-paru, serta
melakukan physical distancing dengan menghindari perjalanan yang tidak perlu dan
menjauh dari kerumunan orang.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki protokol penanganan COVID-19 yang
digunakan untuk meningkatkan dukungan dari kerja sektor lintas sector dan Pemerintah
daerah pada pelaksanaan komunikasi kepada masyarakat dalam menghadapi ancaman
wabah COVID-19, sehingga masyarakat mendapatkan pemahaman tentang beberapa hal
yang harus dilakukan bagi lingkungannya [ CITATION Men20 \l 1033 ].
Menghadapi pandemi ini, Pemerintah Indonesia menekankan pada pentingnya
komunikasi sebagai bentuk respon dari berkembangnya COVID-19. Kepercayaan
publik perlu dibangun dan dijaga agar tidak terjadi kepanikan dalam masyarakat dan
supaya penanganan penyakit ini dapat berjalan dengan lancar. Empat pilar komunikasi

3
publik terkait COVID-19 adalah himbauan masyarakat agar tetap tenang dan waspada,
koordinasi dengan instansi terkait, pemberian akses informasi ke media, serta pengarus
utamaan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) [ CITATION Men20 \l 1033 ] . Upaya
yang dilakukan pemerintah merupakan suatu bentuk pencegahan berbasis komunitas
pada seluruh lapisan masyarakat dan berbagai elemen yang tentunya tidak dengan
mudah dalam pelaksanannya. Oleh karena itu, kami akan mengkaji keterkaitan antara
COVID-19 dengan komunikasi kesehatan yang telah dilaksanakan ditinjau dari teori
PRECEDE-PROCEED di Indonesia.

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini meliputi:
1. Bagaimanakah hubungan antara perilaku manusia dengan COVID-19
berdasarkan analisis PRECEDE-PROCEED (fase 2 sampai fase 7) ?
2. Bagaimanakah analisis implementasi jika dilihat dari konsep keluarga dan
masyarakat serta dari segi biologi, psikologi, sosial dan spiritual?

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian tengah semester mata kuliah Pengembangan & Pengorganisasian
Masyarakat dengan mengatahui hubungan antara perilaku masyarakat dengan
COVID-19.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami keterkaitan antara perilaku masyarakat dengan COVID-


19 menggunakan analisis teori PRECEDE-PROCEED.
2. Untuk menganalisis implementasi berdasarkan konsep keluarga dan
masyarakat serta dari segi biologi, psikologi, sosial, dan spiritual.
3. Untuk mengetahui kebijakan mengenai pengendalian COVID-19 oleh
berbagai lintas sector.

BAB 2 PEMBAHASAN

4
2.1 Fase 2 Analisis Epidemiologi

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public


Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020,WHO
menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus
Disease (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam
keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya
berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun sebenarnya angka
kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari 5%),
Kasus COVID 19 ini menjadi perhatian dunia dikarenakan walaupun jumlah kasus
COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS, COVID-19 juga memiliki penyebaran
yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS. Penyebaran yang tinggi
ini juga disebabkan oleh subtype baru dari keluarga Coronavirus, Ketika subtype virus
influenza baru muncul, mereka dengan mudah menjadi pandemik karena populasi
umumnya tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Penambahan jumlah kasus
COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah
Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global dilaporkan
51.857 kasus konfimasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Per tanggal
17 April 2020 jumlah yang positif di seluruh dunia mencapai 2.074.529 orang, dengan
213 negara yang telah terjangkit. Seluruh benua di dunia telah melaporkan kejadian
COVID- 19. Dengan kasus tertinggi pada daratan Eropa sejumlah 1.050.871 kasus
terkonfirmasi dengan angka kematian mencapai 93.480 orang. Kematian akibat COVID
– 19 ini mencapai 139.378 (4,58%) orang diseluruh dunia. Di Indonesia sendiri, per
tanggal 18 April 2019, jumlah orang yang terkonfirmasi positive COVID 19 sejumlah
5.923 penduduk, sedangkan jumlah kematian mencapai 520 orang (9,4%) dan telah
berkembang di 30 provinsi.

a. Waktu dan Cara Penularan

Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai


flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan

5
pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan
plastik dan stainless steel, SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam
aerosol selama tiga jam. Rantai penularan COVID 19 yaitu yang pertama melalui
kontak karena ada droplet dan kontak langsung dengan penderita, dengan adanya
droplet tadi virus ini bertahan lama serta virus corona ini dapat bertahan lama di cuaca
yang sejuk daripada cuaca panas, sehingga di Indonesia cuaca yang panas akan
menyebabkan virus ini cepat mengering dan mati. Selain itu, factor musim lain yaitu
seperti pergerakan populasi (misalnya, migrasi yang cukup besar selama Festival
Musim Semi di Cina) membuat penyakit infeksi pernapasan lebih mudah terjangkit di
musim dingin dan musim gugur. Mobilisasi antar negara yang saat ini berkembang
pesat dan mudah membuat penularan dari orang – orang dari Negara terjangkit
menyebar ke Negara yang belum terjangkit.

b. Orang yang rentan terinfeksi


1. Orang Tua (Lansia)
Sejak virus corona mulai menyebar, kelompok lansia menjadi kelompok
beresiko karena seiring bertambahnya usia seseorang, tubuh akan
mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan. Mulai dari
menurunnya produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan
tulang, hingga kekuatan dan fungsi organ-organ tubuh. Selain itu
kekebalan tubuh atau system imun pada lansia sudah tidak dapat
bekerja secara maksimal layaknya ketika masih muda. Akibatnya, sulit
bagi orang lansia untuk melawan berbagai macam bakteri atau virus
penyebab penyakit, termasuk terinfeksi virus COVID-19.
2. Orang dengan penyakit menahun (kronis)
Orang dengan penyakit menahun (kronis) seperti penyakit jantung, diabetes
dan penyakit paru-paru selalu menjadi kelompok yang lebih berisiko untuk
mengalami sakit yang lebih serius. Karena itu, mereka harus mendapat
penanganan khusus. Hal ini karena penyakit kronis menyebabkan sistem
kekebalan tubuh penderitanya melemah dan lebih sulit melawan
infeksi. Akibatnya, tubuh penderita penyakit kronis akan lebih mudah
terserang penyakit, termasuk virus corona Covid-19. Selain itu,
perokok, penderita HIV atau AIDS, orang yang melakukan

6
transplantasi organ atau sumsum tulang, serta orang yang
mengonsumsi obat kortikosteroid dosis tinggi atau obat penekan
kekebalan lainnya juga rentan terinfeksi virus corona.
3. Tenaga medis atau petugas kesehatan
tenaga medis atau petugas kesehatan yang harus merawat pasien yang
terinfeksi secara terus menerus sehingga potensi dirinya terpapar sangat
tinggi karena bersinggungan langsung dengan pasien. Mengingat risikonya
sangat tinggi, para tenaga medis perlu menerapkan prosedur, protokol,
dan penggunaan alat pelindung diri tertentu guna mencegah penularan
virus corona

2.2 Fase 3 ( Analisis Perilaku dan Lingkungan)

Menurut [ CITATION Fir15 \l 1033 ] pada fase ketiga , kegiatan diagnosis terhadap
faktor- faktor perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan masalah masalah
kesehatan yang ditunjukkan pada fase sebelumnya. Identifikasi dilakukan secara
spesifik terkait masalah- masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku. Demikian
juga dilakukan identifikasi terhadap faktor lingkungan sebagai faktor dari luar yang
berhubungan dengan masalah- masalah kesehatan dan kualitas hidup. Faktor lingkungan
dapat dikontrol dan dimodifikasi sedemikian rupa untuk dapat menanggulangi masalah
kesehatan dan kualitas hidup. Tahap ini bertujuan untuk menentukan faktor- faktor
perilaku dan lingkungan yang memiliki dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID
-19) terhadap kualitas hidup. Tahap ini turut berperan dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang perlu diintervensi oleh strategi program pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan
Menurut [ CITATION Rah16 \l 1033 ] untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang
mempengaruhi status kesehatan, digunakan indikator perilaku seperti pemanfaatan
pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, pola konsumsi makanan, kepatuhan dan upaya
pemeliharaan sendiri (self care). Lalu untuk mengidentifikasi lingkungan diperlukan
lima tahap yaitu membedakan penyebab perilaku dan non perilaku, menghilangkan
penyebab non perilaku yang tidak bisa diubah , melihat important faktor lingkungan,
melihat change ablity faktor lingkungan, memilih target lingkungan atau (dari faktor

7
fisik , biologis dan sosial budaya yang langsung atau tidak mempengaruhi derajat
kesehatan).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang
pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID -19) bahwa dalam menekan penyebaran Corona
Virus Disease 2019 semakin meluas, Menteri Kesehatan dapat menetapkan pembatasan
sosial berskala besar contohnya seperti peliburan sekolah dan kerja, pembatasan
kegiatan keagamaan.
Pada faktor perilaku meliputi pencegahan, pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Contoh perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan personal hygiene. Kemenkes RI
memberikan informasi mengenai cara memutus penularan wabah Corona Virus Disease
2019 (COVID -19) dalam faktor perilaku dengan cara: jaga jarak aman > 1 meter
dengan orang lain agar dapat meminimalkan kontak yang terlalu dekat yang
memungkinkan kita terpapar cipratan cairan sistem pernafasan atau droplet dari orang
lain. Lalu , perlu pengunaan masker dan tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut
sebelum mencuci tangan. Meningkatkan imunitas tubuh dengan mengkonsumsi
makanan sehat dan berolahraga. Olahraga merupakan gaya hidup yang memiliki
dampak penting terhadap kesehatan seseorang, terutama saat kondisi wilayah sedang
terkena wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID -19) . Selain itu, untuk
meningkatkan personal hygiene dapat menggunakan sarung tangan saat berpergian
karena virus dapat menempel di mana saja terutama di transportasi umum seperti bus,
kereta, dan tempat publik. Untuk gaya hidup lainnya, yaitu untuk sementara waktu
membatasi kerumunan dan pertemuan kelompok, serta membatasi transportasi umum
ketika mendesak.
Namun masih terdapat perilaku buruk di masyarakat karena belum mempunyai
kesadaran atas pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain sehingga dapat
menyebarkan virus dengan mudah, yaitu seperti : tidak menutup hidung dan mulut
ketika batuk atau bersin. Lalu , sering menyentuh wajah terutama saat wabah ini
berlangsung , dapat berpotensi terjadi transmisi seperti kuman, virus, dan bakteri ke
dalam tubuh, hal ini ketika sering terjadi, maka seseorang akan semakin rentan terhadap
penyakit. Perilaku buruk lainnya yaitu, kebanyakan orang lupa menjaga personal

8
hygiene dengan mencuci tangan menggunakan sabun dengan cara yang baik dan benar ,
walaupun terdengar sepele namun hal ini dapat meningkatkan penyebaran virus Corona
Virus Disease 2019 (COVID -19).
Pada faktor lingkungan meliputi :
1. Rumah sehat yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan yang memungkinkan penghuni rumah memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. [ CITATION Kem18 \l 1033 ] Namun ketika rumah tidak mampu
terjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal maka , dapat dengan mudah
menyebarkan penyakit karena kriteria rumah sehat yang belum terpenuhi dengan
baik. Persyaratan rumah sehat juga perlu didukung dengan pencahayaan alami
sebagai penerangan yang dapat mengurangi kelembapan ruangan, serta dapat
membunuh kuman dengan sinar UV dari sinar matahari.
2. Kepadatan hunian juga dapat mempengaruhi status kesehatan di masyarakat.
Faktor kepadatan hunian ini seperti jumlah keluarga dan masyarakat yang
berpotensi meningkatkan risiko penyebaran suatu penyakit terutama wabah
COVID-19 karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan.
Semakin padat penghuni rumah, maka akan semkain mudah penyebaran suatu
penyakit.
3. Status sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, karena
masyarakat yang memiliki level ekonomi sosial yang rendah, akan
mempengaruhi pelayanan atau akses terhadap kesehatan. Terutama pada wabah
COVID-19 , masyarakat yang memiliki level ekonomi rendah, dalam
keikutsertaan untuk karantina dan pembatasan sosial berbasis besar cenderumg
acuh karena mereka harus mencukupi kebutuhan sehari- hari.
4. Penyediaan air bersih untuk mendukung kegiatan mencuci tangan dengan sabun
sesring mungkin untuk membantu menghentikan pandemic COVID-19 di
Indonesia. Cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir merupakan kunci
utama untuk mencegah penyebaran COVID-19.
5. Hygiene sanitasi lingkungan dengan cara rajin mencuci tangan sebelum sdan
setelah memegang gagang pintu, dan setelah setelah dari toilet, karena virus
seperti COVID-19 dapat menyebar dengan cepat di lingkungan padat orang,
seperti pasar, mal, bandara, sekolah, dan lain- lain. Terutama pada kebersihan di

9
tempat kerja, karena sebagian besar aktivitas dilakukan di tempat kerja, hygiene
sanitiasi tempat kerja dapat dilakukan dengan cara membersihkan tempat kerja
menggunakan disinfektan untuk membersihkan meja, mouse komputer, dan
benda benda kantor lainnya.

2.3 Fase 4 (Analisis Pendidikan dan Organisasi)


1. Faktor Predisposing
Faktor presidposing merupakan faktor yang berkaitan dengan motivasi atau niat
seseorang untuk melakukan suatu hal. Adapun faktor presdisposing ini meliputi
pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi, tradisi dan unsur lainnya yang terdapat dalam
diri individu atau masyarakat.
Dari kasus pandemi Covid 19 ini bisa dilihat bahwasannya salah satu yang
menyebabkan masih tingginya kejadian kasus adalah berasal dari perilaku masyarakat
yang buruk seperti tidak mematuhi aturan mengenasi social distancing, imbauan
menggunakan masker, hingga pola perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah.
Kebiasaan mencuci tangan yang benar kurang diterapkan di masyarakat. banyak
masyarakat yang beranggapan bahwa mencuci tangan hanya sekedar membasuh tangan
dengan air. Padahal mencuci tangan yang baik adalah menggunakan sabun dan air
mengalir serta menerapkan 6 cara atau langkah mencuci tangan yang baik dan benar.
Pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai gejala virus corona baik ringan maupun
berat juga berimbas pada tingginya kasus baru. Begitu juga pada awal Covid 19 mulai
menyebar banyak masyarakat yang cenderung acuh dan tidak peduli karena masih
menganggap corona hanya batuk biasa. Stigma masyarakat ini yang sering membuat
orang masih berpikir virus corona ini tidak terlalu berbahaya.
2. Faktor Enabling
Faktor enabling merupakan faktor yang memungkinkan seseorang untuk bertindak.
Faktor enabling ini erat kaitannya dengan sarana prasarana atau fasilitas yang
mendukung tindakan seseorang seperti sarana dan prasarana kesehatan.
Penerapan sosial distancing di Indonesia membuat aktivitas masyarakat sedikit
terganggu terutama mereka yang sering beraktivitas di luar dan bertemu dengan banyak
orang. Namun masih saja ada masyarakat yang enggan untuk menerapkan aturan ini.
Hal ini juga sulit dilakukan mengingat lingkungan masyarakat Indonesia yang tidak bisa

10
terlepas dengan kebiasaan dalam kebersamaan, kerja sama, solidaritas dan interaksi
sosial lainnya. Social distancing juga menyebabkan masyarakat sedikit kesusahan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang membuat masyarakat bisa
menyerbu tempat-tempat perbelanjaan sehingga kontak fisik bisa terjadi. Kemuadian
juga berkenaan dengan fasilitas sanitasi dan higiene di area publik seperti tempat cuci
tangan lengkap dengan sabun masih terbatas. Padahal penerapan cuci tangan dengan
sabun merupakan salah satu imbauan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus
corona.
3. Faktor Reinforcing
Faktor reinforcing merupakan faktor pendorong serta penguat yang bisa mempengaruhi
perilaku seseorang. Biasanya faktor reinforcing ini berasal dari orang lain seperti orang
tua, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun petugas kesehatan.
Pembatasan sosial berskala besar atau disingkat PSBB yang diberlakukan pemerintah
termasuk di dalamnya adalah larangan untuk melakukan mudik bagi masyarakat
perantauan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan virus corona semakin
besar. Beberapa daerah juga sudah memberlakukan larangan mudik bagi warganya yang
sedang berada di luar daerah. Seperti Kota Jember misalnya yang menerapkan larangan
mudik bagi warga Jember dari wilayah zona merah virus corona. Jika ada pemudik dari
zona merah yang masuk Jember akan dikarantina di Stadion JSG selama 14 hari atau
memilih kembali ke tempat perantauan sebelumnya. Meskipun beberapa daerah
menerapkan larangan mudik ini, masih saja terdapat banyak orang yang nekat
melakukan mudik. Hal ini tidak bisa terlepas dari dorongan keluarga untuk kembali ke
kampung halaman karena kekhawatiran ada anggota keluarga yang terkena virus
corona.

2.4 Fase 5 ( Analisis Kebijakan dan Administrasi)


Pada fase dilakukan diagnosa dengan melakukan penilaian terhadap
sumberdaya, organisasi, kebijakan dan peraturan yang mendukung dalam implementasi
program nantinya. Selain untuk mendukung implementasi program yang akan
dijalankan, tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi keberlanjutan program
kesehatan. Diagnosa administrasi pada tahap ini menilai termasuk sumber daya,
kebijakan, organisasi, manajemen, dan kebutuhan anggaran yang memfasilitasi

11
pengembangan dan pelaksanaan strategi atau intervensi program kesehatan. Deangkan
pada diagnosa kebijakan dilakukan untuk menilai kesesuaian antara strategi program
kesehatan dengan strategi oraganisasi yang diberikan [ CITATION Sul15 \l 1057 ].
Pada tahap ini dilakukan untuk menilai sumberdaya, kebijakan, organisasi serta
kebutuhan anggaran yang memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan strategi atau
intervensi program terkait COVID-19 di Indonesia. Dalam hal ini masyarakat dan
tenaga medis berperan sebagai sumberdaya yang berpengaruh terhadap penyebaran
COVID-19. Keterbatasan sumber daya tenaga medis di indonesia menjadi salah satu
hambatan dalam menangani kasusu COVID-19 di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
jumlah penderita COVID-19 melebihi kapasitas tenaga medis yang ada di Inonesia.
Pada kenyataannya dalam keadaan yang mendesak ini dilakukan upaya untuk mengatasi
hal tersebut dengan mencari relawan yang salah satunya sebagai tenaga medis untuk
menangani kasus ini. Dalam [ CITATION Far20 \l 1057 ] menyatakan bahwa di Indonesia
terdapat relawan COVID-19 dengan jumlah lebih dari 23.000 orang, namun jumlah
tersebut masih kurang untuk menangani masalah ini. Oleh karena itu dalam kutipannya
menyatakan bahwa semua orang yang berlatas belakang di dunia medis diharapkan
untuk terus mendaftar menjadi relawan COVID-19 karena untuk memenuhi kebutuhan
sumberdaya di rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat COVID-19. Selain dari
tenaga medis keterbatasan APD juga menjadi hambatan dalam pencegahan dan
penanganan COVID-19. Semakin menambahnya kasus baru dan kematian serta
kesakitan karena COVID-19 menjadi hal penting yang harus ditangani sesegera
mungkin. Hal ini perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat agar kasus COVID-
19 terhenti dan tidak semakin menyebar luas.
Beberapa upaya telah dilakukan semaksimal mungkin oleh pemerintah dan
masyarakat melalui promosi kesehatan terkait penularan COVID-19. Salah satu aksi
nyata promosi kesehatan terkait COVID-19 dilakukan di Banyuwangi. Petugas Dinas
Kesehatan, kepolisian dan TNI di Banyuwangi juga melakukan sosialisasi ke desa-desa
tanpa terkecuali pada desa yang pelosok. Selain itu terdapat keterlibatan Babinsa dan
Bhabinkamtibmas di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwang dalam
sosialisasi COVID-19. Dalam sosialisasinya dijelaskan terkait PHBS yang dapat
menjadi alternatif dalam pencegahan COVID-19 [ CITATION Ard20 \l 1057 ]. Sosialisasi
banyak dilakukan didaerah-daerah lainnya untuk mengantisipasi masyarakat terkait

12
kasus COVID-19. Peran masyarakat dalam kasus ini yaitu mematuhi peraturan yang
dibuat oleh pemerintah serta kebijakan yang ada pada setiap daerah. melakukan
pembatasan kegiatan sosial untuk menekan penularan COVI-19. Perlunya kerjasama
antara pemerintah, tenaga medis, serta masyarakat untuk mengatasi hal ini. Namun pada
kenyatannya hingga saat ini masih banyak masyarakat yang melanggar aturan yang
telah ditentukan untuk melakukan kekarantinaan secara mandiri maupun pembatasan
kegiatan sosial. Misalnya dengan masih keluar rumah dengan alasan yang tidak penting,
mengadakan kerumunan seperti nongkrong di warung kopi dan lain-lainnya. Meskipun
beberapa daerah telah meerapkan lockdown namun masih banyak masyarakat tidak
menjalankan kebijakan yang ada sehingga hal itu menjadi salah satu alasan kasus baru
setiap harinya semakin menambah.
Setiap daerah telah menetapkan kebijakannya masing-masing dalam mengatasi
masalah ini namun tetap beracuan kebijakan dari pemerintah. Pemerintah telah
menetapkan kebijakan yang salah satunya tentang karantina wilayah yang diterbitkan
oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Pemerintah menetapkan kebijakan untuk pembatasan sosial dalam skala yang
besar. Kegiatan dalam program tersebut meliputi minimal yanga harus dilakukan :
1. Peliburan sekolah dan tempat kerja (shcool and work from home).
2. Pembatasan kegiatan keagamaan.
3. Pembatasan kegiatan di tempat /fasilitas umum.
Kegiatan yang melibatkan kegiatan sosial untuk sementara ditiadakan atau di alihkan
dengan kegiatan yang dilakukan dari rumah dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja, dan ibadah penduduk. kebijakan tersebut
telah tertuang dalam PP Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19).
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
dengan memperhatikan pertimbangan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 20 1 9 (COVID- 1 9). Kegiatan kekarantinaan
dilakukan sesuai dengan UU RI Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan
Kesehatan. Kegiatan kekarantinaan dilakukan dengan karantina rumah, karantina
wilayah, karantina rumah sakit, atau pembatasan sosial berskala besar yang didasarkan

13
pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber
daya, teknis operasional, pertimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan.
Pemerintah Pusat bertanggung jawab menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan di
pintu masuk (pelabuhan dan bandara) dan di wilayah secara terpadu.
Upaya kesehatan terhadap COVID-19 yang dilaksanakan masyarakat didukung
oleh sumberdaya lokal berupa tenaga, dana, dan sumberdaya alam. Pemerintah
melakukan pengaturan pembatasan pembelian untuk menghindari panik berbelanja,
penguatan kebijakan ekonomi untuk mengatasi dampak covid-19, Komunikasi publik
kepada masyarakat dan dunia usaha sebelum memberlakukan karantina wilayah serta
memastikan Ketersedian pasokan dan stabilitas harga barang kebutuhan dan mekanisme
distribusi. Selain pemerintah dalam masayarakat beberapa perangkat desa juga
menetapkan kebijakan masing-masing di setiap daerahnya. Dalam [ CITATION Ach20 \l
1057 ], kepala daerah memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan daerahnya
masing-masing namun harus eap emperhatikan kebijkan pemerinntah agar bisa seirama
dan lebih efektif serta efisien untuk menangani kasus COVID-9 ini. Perangkat desa
berfungsi untuk pemantauan warganya dalam menekan persebaran kasus COVID-19
seperti melakukan pengawasan (monitoring) pada masayarakat agar tetap melaksanakan
dan mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan pada masing-masing daerah. pemerintah
juga tetap melakukan monitoring dan evaluasi dalam skala besar untuk mengetahui
keefektifan kebijakan yang telah dibuat dalam upaya mengangani dan menekan
penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia.

2.5 Fase 6 ( Implementasi)


Program Pembatasan Sosial Berskala Besar. Pembatasan Sosial Berskala Besar
adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9). Dengan persetujuan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, Pemerintah
Daerah dapat melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau pembatasan terhadap
pergerakan orang dan barang untuk satu provinsi atau kabupaten/ kota tertentu.
Tujuan :

14
Program Pembatasan Sosial Berskala Besar bertujuan untuk mencegah meluasnya
penyebaran COVID-19 di Indonesia.

Bentuk Kegiatan :

1. Proses belajar mengajar dan bekerja dilakukan di rumah.


Pengecualian untuk lembaga pendidikan, pelatihan, penelitian yang berkaitan
dengan dengan pelayanan kesehatan. Pengecualian untuk kantor atau instansi
yang yang memberikan pelayanan terkait dengan pertahanan, keamanan,
ketertiban umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas, pelayanan
kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi, industry ekspor dan impor,
distribusi, logistic, dan kebutuhan dasar lainnya.
2. Pembatasan kegiatan sosial dan budaya.
Pembatasan dilakukan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang dalam
kegiatan kegiatan sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan lembaga
adat resmi yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-undangan.
3. Pembatasan transportasi.
Pembatasan ini dikecualikan untuk transportasi penumpang baik umum atau
pribadi dengan memeperhatikan jumlah penumpang dan menjaga jarak antar
penumpang. Selain itu, moda transportasi barang dengan memperhatikan
pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.
4. Pembatasan kegiatan keagamaan.
semua tempat ibadah ditutup untuk umum. Pemakaman orang yang meninggal
bukan karean COVID-19 dihadiri tidak lebih dari 20 orang.
5. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
Pembatasan dilakukan dalam bentuk pembatasan jumlah irag dang pengaturan
jarak orang.
6. Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.
Pembatasan ini dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan
dalam rangka menegakkan kedaulatan negara, memeprtahankan keutuhan
wilayah, dan melindungi bangsa dari ancaman gangguan, serta mewujudkan
keamanan dan ketertiban masyarakat.

Tata Laksana :

15
1. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar diusulkan oleh
gubernur/bupati/walikota kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
2. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan memperhatikan
pertimbangan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 20 1 9 (COVID- 1 9).
3. Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-L9) dapat mengusulkan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan untuk menetapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar di wilayah tertentu.
4. Apabila menteri yang menyclenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan menyetujui usulan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), kepala daerah di wilayah
tertentu wajib melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Sasaran :

Daerah yang memberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar memiliki kriteria


sebagai berikut

a. jumlah kasus dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar
secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah; dan

b. terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain.

Kemudian setiap daerah harus menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Kesiapan alat transportasi (ambulans) dan memastikan dapat berfungsi dengan


baik untuk merujuk kasus.
2. Kesiapan sarana pelayanan kesehatan antara lain meliputi tersedianya ruang
isolasi untuk melakukan tatalaksana, alat-alat kesehatan dan sebagainya.
3. Kesiapan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi dengan unit-
unit terkait.

16
4. Kesiapan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan antara lain
obat-obat suportif (life saving), alat-alat kesehatan, APD serta melengkapi
logistik lainnya.
5. Kesiapan bahan-bahan KIE antara lain brosur, banner, leaflet serta media untuk
melakukan komunikasi risiko terhadap masyarakat.
6. Ketersediaan pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk petugas
kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan rujukan RS.

Pembiayaan:

1. Kebutuhan hidup dasar bagi orang dan makanan hewan ternak menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat.
2. Kehidupan dasar seluruh orang yang berada di rumah sakit menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
3. Bagi pasien dalam pengawasan yang dirawat di RS rujukan maka pembiayaan
perawatan RS ditanggung oleh Pemerintah dan anggaran lain yang tidak
mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN

Waktu pelaksaan:

Program Pembatasan Sosial Berskala Besar dilaksankan mulai 31 maret 2020 sejak
dikelurkannya peraturan pemerintah republic Indonesia no 21 tahun 2020

2.6 Fase 7 ( Evaluasi Proses Tanpa Dampak dan Hasil)


Hingga saat ini (15/04/2020), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah
diterapkan di 10 wilayah di Indonesia sebagai upaya pencegahan virus corona. Daerah-
daerah tersebut yaitu DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok,
Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan dan Kota Pekanbaru. Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) ini berbeda-beda di tiap wilayah. Pelaksanaan PSBB di beberapa daerah adalah
sebagai berikut:
1. DKI Jakarta

17
PSBB di Jakarta telah dimulai sejak 10 April 2020. Pada 3 hari pertama setelah
resmi diberlakukan, daerah Jakarta sepi, lalu lintas lengang dan masyarakat
berkegiatan di rumah. Namun pada hari berikutnya situasi berbeda, pergerakan
orang lebih tinggi dibandingkan 3 hari sebelumnya. Peningkatan ini dapat dilihat
berdasarkan jumlah kendaraan yang menuju Jakarta pada hari keempat
pemberlakuan PSBB. Selain itu juga masih ada perusahaan yang tidak
menerapkan sistem bekerja dari rumah untuk karyawannya.
2. Kabupaten Bekasi
PSBB di Jakarta dimulai pada 15 April 2020. Pada hari pertama pelaksanaan
PSBB di Kabupaten Bekasi, masih banyak kendaraan yang melintas meskipun
para pengendara sudah menggunakan masker.
3. Kota Bekasi
PSBB di Kota Bekasi resmi dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari
pertama, mayoritas pengendara yang melintas sudah tertib dengan aturan PSBB.
Seperti pemakaian masker serta penumpang mobil pribadi atau angkutan umum
hanya diperbolehkan 50 persen dari kapasitas yang ada. Sedangkan untuk
kondisi lalu lintas, di sejumlah titik perbatasan mulai mengalami penurunan
sebesar 10-15 persen dibanding hari-hari sebelumnya.
4. Kota Depok
PSBB di Kota Depok dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari pertama
pelaksanaan PSBB, Gubernur Jawa Barat menilai pelaksanaan PSBB di Kota
Depok masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat
yang melanggar dan berada di jalan-jalan Kota Depok. Pelanggaran yang
dilakukan masyarakat seperti berkumpul di warung dan banyak warga yang
tidak menggunakan masker.
5. Kabupaten Bogor
PSBB di Kabupaten Bogor dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari pertama
pemberlakuan PSBB di Kabupaten Bogor masih menemui banyak kendala.
Kendala tersebut karena banyaknya masyarakat yang belum memahami PSBB.
Masih banyak masyarakat yang berada di jalan-jalan dan tidak memakai masker.
Selain itu masih banyak pabrik yang tetap buka meski sudah diberlakukan
PSBB.

18
6. Kota Bogor
PSBB di Kota Bogor dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari pertama
pelaksanaan PSBB, Gubernur Jawa Barat menilai pelaksanaan PSBB di Kota
Bogor berjalan baik. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah kendaraan yang
masuk Kota Bogor lewat pintu Tol Jagorawi mencapai 50 persen.
Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar:
1. Proses belajar mengajar dan bekerja dilakukan di rumah
Saat ini kegiatan belajar mengajar di sekolah diganti dengan belajar dirumah.
Hal ini sudah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan mulai dari TK hingga
SMA, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta di seluruh Indonesia.
Sedangkan untuk jenjang perguruan tinggi menerapkan metode perkuliahan
jarak jauh (daring). Para pekerja pun dihimbau untuk bekerja dilakukan
dirumah. Namun kebijakan ini belum diterapkan sepenuhnya di Indonesia. Hal
ini disebabkan karena ada beberapa sektor informal yang tidak memungkinkan
untuk melakukan pekerjaan dari rumah.
2. Pembatasan kegiatan sosial dan budaya
Pasca adanya himbauan dari pemerintah untuk tetap berada dirumah, masih
banyak masyarakat yang melakukan aktivitas berkumpul seperti biasa maupun
berada di jalan-jalan. Sehingga di beberapa daerah apabila masih terdapat
masyarakat yang berkumpul maka akan dikenakan sanksi dari pihak berwajib.
Di Jakarta, semua acara yang mengundang keramaian akan dibubarkan.
3. Pembatasan transportasi
Terdapat peraturan yang mengatur tentang pembatasan transportasi sebagai
upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yaitu Peraturan Menteri Perhubungan
RI Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Namun
masih terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan, misalnya seperti sepeda
motor hanya diperbolehkan untuk 1 penumpang (tidak boleh berboncengan)
namun masih ada pengendara sepeda motor yang berboncengan. Begitupun
untuk mobil, yang seharusnya hanya diisi separuh dari kapasitas, namun ada
yang diisi full penumpang.
4. Pembatasan kegiatan keagamaan

19
Kegiatan keagamaan di tempat ibadah untuk saat ini telah dihentikan untuk
sementara waktu. Selama penghentian sementara kegiatan keagamaan di tempat
ibadah, warga dianjurkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dirumah
masing-masing. Namun masih tetap ada masyarakat di beberapa wilayah yang
melakukan kegiatan keagamaan di tempat ibadah.
5. Pembatasan kegiatan ditempat atau fasilitas umum
Tempat atau fasilitas umum dilarang dibuka untuk umum kecuali pada tempat-
tempat yang telah ditentukan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan
dasar penduduk. Pembatasan tempat atau fasilitas umum dikecualikan untuk:
a. Supermarket, minimarket, pasar, toko atau tempat penjualan obat-obatan
dan peralatan medis, kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang
penting, bahan bakar minyak, gas dan energy
b. Fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam rangka pemenuhan
pelayanan kesehatan
c. Tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk
lainnya termasuk kegiatan olahraga

2.7 Implementasi Menggunakan Konsep Keluarga, Masyarakat, Biologi,


Psikologi, Sosial dan Spritual

A. Implementasi Keluarga
Berdasarkan program pemerintah terkait penyebaran Covid-19 yaitu pembatasan
social berskala besar yang bertujuan untuk mencegah meluasnya persebaran Covid-19.
Kegiatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19 yaitu tidak melakukan aktifitas diluar
rumah atau dalam artian individu akan lebih sering beraktifitas di dalam rumah bersama
keluarga, oleh sebab itu peran keluarga sangatlah penting dalam kegiatan program
tersebut dimana sesama anggota keluarga tetap saling memotivasi untuk tetap dirumah
dan melakukan aktifitas di dalam rumah. Hal ini membutuhkan suatu strategi dalam
pelaksaan pencegahan penyebaran Covid-19 untuk individu/keluarga.
Strategi mitigasi berdasarkan tingkat penyebaran atau dampak covid-19 untuk
individu/kelompok [ CITATION Kem201 \l 1033 ], sebagai berikut:

a. Strategi dalam kondisi ringan:

20
1. Individu/keluarga harus megetahui informasi dan perkembangan lokal kasus
tentang Covid-19. Informasi dapat dijangkau melalui social media atau dari
situs yang terpercaya misal dari kementrian kesehatan, dinas kesehatan, atau
dari situs web setiap daerah.
2. Individu/keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala serta langkah yang
harus dilakukan mengenai Covid-19, seperti:
- Tetap dirumah saat individu/keluarga mengalami sakit atau mengalami
gejala-gejala infeksi Covid-19
- Menghubungi kantor penyedia layanan kesehatan atau tenaga medis
sebelum melakukan kunjungan
- Membatasi pergaulan pada komunitas atau organisasi yang berada di
sekitar
- Membatasi pengunjung yang akan berkunjung kerumah
individu/kelompok
3. Mengetahui langkah-langkah tambahan apa yang harus diambil oleh mereka
yang berisiko tinggi dan rentan. Lansia dan semua individu yang sangat
rentan terhadap penyakit dapat melakukan kegiatan tambahan misal
menyiapkan kebutuhan khusus seperti obat-obatan, masker, serta makanan,
selalu jaga jarak dengan orang lain, menghindari kontak dekat dengan orang
yang sakit, dan lebih banyak tinggal di rumah.
4. Menerapkan tindakan perlindungan pribadi seperti :
- Tetap tinggal dirumah saat sakit
- Tetap beraktifitas di dalam rumah
- Mencuci tangan setelah melakukan aktifitas.
- Membersihkan permukaan yang sering di sentuh setiap hari
5. Merencanakan aksi tindakan rumah tangga jika salah satu anggota keluarga
mengalami infeksi akibat covid-19 yaitu sebagai berikut :
- Mempersiapkan persediaan resep selama 2 minggu beserta obat-obatan,
makanan, dan kebutuhan pokok lainnya
- Tetapkan cara untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain (keluarga,
teman, dan rekan kerja)

21
- Tetapkanrencana untuk mengerjakan pekerjaan rumah misal kebutuhan
pengasuhan anak dan bagaimana beradaptasi dengan acara-acara yang
harus dibatalkan
6. Memahami tentang rencana operasi darurat untuk sekolah/tempat kerja
anggota rumah tangga
b. Strategi dalam kondisi menengah:
1. Terus memantau inormasi lokal tentang Covid-19
2. Terus mempraktikan tindakan perlindungan pribadi
3. Terus menerapkan rencana rumah tangga
4. Individu/keluarga yang berisiko tinggi menderita penyakit parah harus
mempertimbangkan untuk tetap tinggal dirumah dan menghindari pertemuan
atau siatuasi lain yang berpotensi terjadi pemaparan, termasuk melakukan
perjalanan jarak jauh
c. Strategi dalam kondisi berat:
1. Terus memantau informasi lokal
2. Terus mempraktikan tindakan perlindungan pribadi
3. Terus menerapkan rencana rumah tangga
4. Semua individu harus ikut membatasi gerakan dalam masyarakat dan
beradaptasi dengan gangguan dalam kegiatan rutin (penutupan sekolah,
tempat kerja, atau rumah ibadah) sesuai dengan panduan dari pemerintah
daerah setempat.

B. Implementasi pendekatan biologis


Biopsikososial dan spiritual merupakan alat assessment yang digunakan oleh
para pekerja sosial dalam melakukan intervensi terhadap seseorang atau sekelompok
orang. Biopskosial menekankan bagaimana pengaruh interaktif dari faktor-faktor
biologis, psikologis dan spiritual terhadap berkembangnya masalah individu dari
berbagai usia [ CITATION May18 \l 1033 ].
Mekanisme penularan COVID-19 paling utama ditransmisikan melalui aerosol
penderita dan kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Pada ruangan yang relatitf tertutup, penularan penyakit semakin mudah karena
konsentrasi aerosol semakin tinggi (Kemendagri, 2020). Menrurut UNICEF virus ini

22
ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dahak dari orang yang terinfeksi
(melalui batuk dan bersin) dan jika menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus.
Virus ini dapat berttahan selama bebrapa jam di permukaan.
Penulan virus COVID-19 yang semakin pesat dengan bertambahnya kasus,
maka dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun
2020 dalam rangka menekan penyebaran COVID-19 yang semakin meluas untuk
mempertahankan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam aspek biologis individu.
Menetapkan pembatasan sosial berskala besar merupakan cara untuk memutus rantai
penularan virus.
Gejala COVID-19 yang ditumbulkan kepada manusia yaitu demam, kelelahan dan
batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung
tersumbat, pilek, myalgia dan diare jarang terjadi pada kasus yang parah. Hipoksemia
dapat terjadi setelah satu minggu onset penyakit, bahkan yang lebih buruk dapat
berkembang cepat menjadi gangguan pernafasan akut, syok septik, disfungsi perdarahan
dan batuk serta kegagalan banyak organ (Kemendagri, 2020). Kelompok lansia dan
kelompok yang memang memiliki penyakit bawaan merupakan kelompok yang rentan
terkena virus ini.
Terjadinya perubahan-perubahan seperti penjelasan diatas terkait dampak dan
gejala fisik yang ditimbulkan COVID-19, perubahan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari,
maka akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Penangan perlu
dilakukan melalui pendekatan yang dilihat dari aspek biologis. Berasarkan buku
pedoman umum menhadapi pandemic COVID-19 bagi pemerintah daerah untuk
perawatan terduga covid
1. Terapi umum
Memastikan pasien mendapatkan nutrisi cukup dan menjaga keseimbangan air
dan elektrolit dalam tubuh pasien dan mengawsi tanda vital pasien
2. Lokasi yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit
Kasus terduga dan kasus positif segera ditangani dan diisolasi di RS.
3. Terapi pengobatan tradisional
Pengobatan trasdisional diarahkan untuk penguatan daya tahan tubuh. Tubuh
manusia dan hewan memiliki mekanisme unik untul mencegah berbagai
pathogen berbahaya seperti virus, bakteri, jamur dan parasite.

23
Kementrian Kesehatan RI memberikan informasi terkait memutuskan cara
penularan COVID 19 yaitu :
1. Menjaga jarak aman > 1 meter dengan orang lain
2. Menggunakan masker
3. Tidak menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan
4. Meningkatkan sistem imunitas tubuh dnegan memakan makanan sehat dan
olahraga
Selain itu, pemerintah pusat juga memberikan pemenuhan kebutuhan hidup dasar
bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi karena adanya pembatasan sosial.

C. Implementasi pendekatan psikologis


WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International
Concern/Kedaruratan Kesehatan Masyrakat Yang Meresahkan Dunia pada tanggal 30
Januari 2020 (Kemendagri, 2020). Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS)
digunakan dalam panduan IASC untuk DKJPS dalam situasi kedaruratan yang diartikan
“segala jenis dukungan baik dari luar/lokal yang bertujuan melindungi kesejahteraan
psikologis”. Sistem kemanusiaan global menggunakan istilah DKJPS untuk menaggapi
kedaruratan wabah COVID-19 (WHO, 2020).
Dalam jenis wabah apapun, wajar jika masyarakat merasa tertekan dan khawatir.
Beberapa respon yang terjadi dari masyarakat yang terdampak (secara langsung dan
tidak langsung) yaitu (WHO, 2020) :
1. Takut jatuh sakit dan meninggal
2. Takut kehilangan mata pencaharian/pekerjaan, tidak dapat bekerja selama masa
isolasi dan dikeluarkan dari pekerjaan (pemutusan hubungan kerja)
3. Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi
4. Takut diasaingkan oleh masyarakat atau dikarantina karena dikaitkan denngan
wabah COVID-19 (rasisme terhadap orang yang berasal dari wilayah yang tinggi
kasus COVID-19)
Situasi kedaruratan memberikan tekanan tersendiri bagi masyarakat, tetapi faktor
peneyebab tekanan khusus wabah COVID-19 dapat mempengaruhi masyarakat seperti
(WHO, 2020) :

24
1. Risiko terinfeksi dan menginfeksi orang lain, terutama jika penularan COVI-19
masih belum ada kejelasan
2. Gejala umum masalah kesehatan seperti demam bisa disalahartikan sebagai
COVID-19 yang menimbulkan kekhwatiran berlebih
3. Risiko penurunan fisik dan jiwa pada kelompok rentan, jika pengasuh dikarantina
dan tidak terdapat layanan dan dukungan lain
Selain itu situasi kedaruratan juga memberikan tekanan tersendiri bagi tenaga
kesehatan yang berada di garis terdepan, faktor penyebab stress tambahan selama wabah
COVID-19 bisa jadi lebih berat, seperti (WHO, 2020) :
1. Stigmatisasi pada petugas yang menangani pasien COVID-19 dan jenazahnya
2. Tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi (waktu kerja lama, jumlah pasien
meningkat, penanganan yang berubah karenan mengikuti perkembangan
informasi terbaru)
3. Rasa takut petugas menularkan pada keluarga dan teman
4. Sulit mendapatkan dukungan sosial karena jadwal kerja padat dan adanya stigma
5. Kurang kesempatan untuk perawatan dasar bagi dirinya sendiri
Sebagian rasa takut ini muncul dari adanya wabah yang ada namun juga banyak
muncul karena kurangnya pengetahuan, rumor dan informasi COVID-19 yang tidak
tepat. Dalam menangani kebutuhan kesehatan jiwa dan psikososial, pendekatan yang
diambil tidak bisa seragam. Dalam hal ini penting untuk kebutuhan masing-masing
kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya kelompok yang mungkin sulit
mengakses informasi terkait COVID-19. Pendektan DKJPS harus menyesuaikan
kebutuhan masyarakat terdampak COVID-19 dan dapat diakses dan disesuaikan untuk
kebutuhan anak, usia lanjut, kelompok rentan. Beberapa implementasi pendekatan
terkait psikologi dalam wabah COVID-19 (WHO, 2020) :
1. Intervensi 1 : Membantu lansia mengatasi stress selama wabah COVID-19
a) Memberikan dukungan emosional melalui keluarga dan tenaga kesehatan
jiwa pada lansia, terutama yang diisolasi, demensia, resah, terkait wabah, dll
b) Memberikan perhatian lebih pada lansia yang hidup sendiri, demensia, status
ekonomi rendah salah satunya dengan cara menyiapkan kebutuhan medis dan
keseharian untuk meringankan kehawatiran

25
c) Memberikan informasi yang akurat dengan bahasa yang mudah dipahami
terkait COVID-19
d) Memberikan lansia latihan fisik sederhana di rumah/karantina agar aktif
bergerak dan tidak bosan
2. Intervensi 2 : Mendukung kebutuhan penyandang disabilitas selama wabah
COVID-19
Penyandang disabilitas serta pengasuhnya menghadapi tantangan yang bisa
menghalami dalam mengakses perawatan COVID-19, halangan ini bisa
menimbulkan stress tambahan bagi penyandang disabilitas dan pengasuhnya.
a) Pesan komunikasi yang mudah diakses perlu dikembangkan agar
memudahkan penyandang disabilitas mendapatkan invormasi terkait wabah
b) Jika pengasuh perlu di karantina, harus ada rencana untuk memastikan tetap
ada dukungan bagi penyandang disabilitas
3. Intervensi 3 : Pesan dan Kegiatan untuk membantu anak-anak menghadapi stress
selama wabah COVID-19.Anak-anak dapat menanggapi situasi sulit/meresahkan
dengan cara yang berbeda seperti merasa marah atau resah, sering berubah
suasana hati, menjadi lebih manja, dll. Dukung orang tua atau pengasuh dengan
kegiatan untuk anak selama isolasi/karantina di rumah. Kegiatan ini sebaiknya
menjelaskan mengenai wabah COVID-19 yang tsedang terjadi namun juga tetap
menjaga anak agar tetap aktif selama tidak masuk sekolah seperti
a) Permainan mencuci tangan
b) Menceritakan tentang perjalan virus sampai masuk kedalam tubuh
c) Menggambar virus atau mikroba yang kemudian diwarnai oleh anak
4. Intervensi 4 : Kegiatan DKJPS untuk orang dewasa dalam isolasi/karantina
a) Melakukan olahraga
b) Mengurangi waktu mendengarkan rumor
c) Mencari informasi dari sumber yang terpercaya
d) Membaca buku dan majalah
5. Intervensi 5 : Mendukung orang yang terlibat dalam respon COVID-19
Tetap penuhi kebutuhan dasar anda, pastikan ada jeda istirahat selama jam kerja,
lakukan kegiatan fisik dan tetap menjalin komunikasi dengan keluarga dan temun
meskipun berada di karantina

26
6. Intervensi 6 : Pesan-pesan DKJPS masyarakat selama wabah COVID-19
a) Jika anda harus tetap tinggal di rumah, tetap jaga gaya hidup sehat
b) Merasa sedih, kahwatir, bingung takut saat krisis itu normal. Bicaralah pada
orang yang anda percayai atau hubungi keluarga dan teman
c) Kurangi waktu anda dan keluarga melihat berita yang meresahkan
d) Jangan mengkonsumsi tembakau, alcohol atau obat-obatan lain untuk
mengatasi perasaan anda

D. Implementasi Pendekatan Sosial


Menurut Abu Ahmadi (1991: 27) dalam (Nasehudin, 2014), individu sebagai
titik tolak ditentukan atau dipengaruhi oleh dua macam faktor yakni faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi faktor-faktor biologis, psikologis, dan spiritual
sedangkan pada faktor eksternal mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Cara lain untuk membahas tingkah laku sosial yaitu dengan
menggunakan social approach, pendekatan kelompok, society approach, group
approach.
Dalam penanganan Covid-19 di Indonesia, pemerintah sudah membuat beberapa
regulasi agar rantai penyebaran penyakit ini bisa diputus. Salah satu bentuk kegiatan
yang dilakukan adalah social distancing atau physical distancing. Namun beberapa
masyarakat tidak menghimbau akan kegiatan tersebut. hal ini dikarenakan oleh
kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya dari Covid-19. Mereka beranggapan
bahwa penyakit ini hanya terjadi di kota besar dan menyerang orang lanjut usia saja
padahal kenyataannya tidak seperti itu, penyakit ini bisa terjadi dimana saja dan dapat
mengenai siapa saja tanpa mengenal usia. Sehingga diperlukan pendekatan sosial atas
pemberitahuan informasi kepada masyarakat, misalnya melalui media sosial yang ada.
Namun kelemahan dari pendekatan cara ini yaitu banyaknya informasi hoax yang
merajalela sehingga kita harus berhati-hati dalam menerima informasi di media sosial
dan lebih bijak dalam memberikan informasi tentang Covid-19. Jika dalam skala kecil
bisa melakukan pemberian informasi tentang pencegahan Covid-19 melalui ketua RT
atau ketua RW setempat untuk menghimbau warga-warganya dengan membuat
beberapa aturan yang telah dianjurkan pemerintah Indonesia.
Namun karena perkembangan virus ini sangat pesat dan cara untuk mencegah
penyebaran Covid-19 secara luas, maka pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial

27
Berskala Besar (PSBB) yaitu pembatasan kegiatan masyarakat di suatu wilayah yang
diduga terinfeksi Covid-19. Hal ini dapat diterapkan di beberapa daerah, tidak hanya di
kota-kota besar saja. Kegiatan ini meliputi pembelajaran secara online bagi siswa dan
mahasiswa, mengurangi kegiatan diluar rumah jika tidak ada keperluan yang penting
dan mendesak, pembatasan interaksi sosial atau berkumpul dengan banyak orang dan
pembatasan penggunaan transportasi umum.

E. Implementasi Pendekatan Spiritual


Implementasi pendekatan spiritual digunakan sebagai metode pendidikan
akhlaq bagi masyarakat yaitu dengan memasukkan nilai-nilai spiritual dalam
kehidupan sehari-hari. Pendekatan spiritual merupakan salah satu pendekatan secara
faktor internal dimana berhubungan dengan kepercayaan seseorang. Dan jika dilihat
dari permasalahan ini, kita bisa melakukan pendekatan melalui tokoh masyarakat atau
tokoh agama yang ada diwilayah setempat. Hal ini bertujuan agar informasi yang
disampaikan lebih diterima oleh masyarakat jika himbauan dari pemerintah tidak
didengarkan. Dengan ini diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih mendekatkan
diri dengan Tuhan-Nya. Selain adanya aksi dalam pencegahan Covid-19 dibutuhkan
juga penguatan dari dalam diri sesseorang dengan memperbanyak ibadah sesuai dengan
agama yang dianutnya. Sehingga kita dapat meningkatkan rasa syukur kita dan dapat
melakukan hal-hal kebaikan misalnya yaitu membantu masyarakat yang kurang mampu
dengan memberikan bantuan makanan pokok sebagai upaya sama-sama melakukan
kegiatan dirumah saja untuk pencegahan Covid-19.

28
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Corona virus (COVID 19) adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru-paru (pneumonia).Selain virus SARS-CoV-2 atau virus
Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara
lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala. Gejala awal infeksi virus
Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk
kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja,
tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut
usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya
tahan tubuhnya lemah, misalnya pada penderita kanker. Dalam penanganan Covid-19 di
Indonesia, pemerintah sudah membuat beberapa regulasi agar rantai penyebaran
penyakit ini bisa diputus. Pemerintah telah menetapkan kebijakan yang salah satunya
social distancing atau physical distancing dan karantina wilayah yang diterbitkan oleh
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik

29
Indonesia.Selain itu pemerintah menetapkan kebijakan untuk pembatasan sosial dalam
skala yang besar. Kegiatan dalam program tersebut meliputi : Peliburan sekolah dan
tempat kerja (shcool and work from home). Pembatasan kegiatan keagamaan.
Pembatasan kegiatan di tempat /fasilitas umum.

3.2 Saran

Masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menerima informasi di media sosial


dan lebih bijak dalam memberikan informasi tentang Covid-19. Selain itu masyarakat
harus di beri edukasi bahwa penyakit Covid 19 tidak hanya terjadi di kota besar dan
menyerang orang lanjut usia saja tetapi kenyataannya , penyakit ini bisa terjadi dimana
saja dan dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia.

DAFTAR PUSTAKA

Arum, R. (2020). Pembatasan Sosial di Indonesia Akibat Virus Corona Ditinjau dari
Sudut Pandang Politik.

Fanani, A. (2020, Maret 20). Sosialisasi Pencegahan Covid-19, Babinsa dan


Bhabinkamtibmas Keliling KampungSosialisasi Pencegahan Covid-19, Babinsa
dan Bhabinkamtibmas Keliling KampungSosialisasi Pencegahan Covid-19,
Babinsa dan Bhabinkamtibmas Keliling Kampung. Retrieved from Detikcom:
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4947726/sosialisasi-pencegahan-
covid-19-babinsa-dan-bhabinkamtibmas-keliling-kampung

Farisa, F. C. (2020, April 16). Pendaftaran Relawan Covid-19 Masih Dibuka, Butuh
Tenaga Medis. Retrieved from Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/16/13432941/pendaftaran-relawan-
covid-19-masih-dibuka-butuh-tenaga-medis

Firdah, L. (2015). Skripsi Upaya Promosi Kesehatan Fenomena Tindak Pedofilia di


Provinsi Jawa Timur.

Indonesia, K. K. (2018). Metode Pembinaan Krida Bina Lingkungan Sehat. Jakarta.

30
Kemendagri. (2020). Pedoman Umum Menhadapi Pandemi COVID-19 Bagi
Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis, dan Manajemen.
Pedoman Umum, 1-212.

Mayangsari. (2018). Penggunaan Tools Assessment Biopsikososial dan Spiritual Anak


yang Menjadi Korban Perceraian Orang tua. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Surat Edaran Nomor


HK.02.01/MENKES/199/2020 Tentang Komunikasi Penanganan Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.

Mona, N. (2020). Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial untuk Meminimalisasi Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona di Indonesia). Jurnal Sosial
Humaniora Terapan, Volume 2 No. 2.

Nasehudin. (2014). ANALISIS KEHIDUPAN MASYARAKAT MELALUI


PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN. 77-94.

Rahmawati, A. N. (2016). Aplikasi Adaptation Model Of Nursing dan PRECEDE-


PROCEDE Model Dalam Pengembangan Instrumen Pengkajian Komunitas
Pada Lansia Dengan Depresi.

Sulaeman, E. S., Murti, B., & Waryana. (2015). Aplikasi Model Preceed-Proceed pada
Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kedokteran Yarsi Volume
23 Nomor 3 , 149-164.

World Health Organization. (2019). Coronavirus. Retrieved from World Health


Organization (WHO) : https://www.who.int/health-
topics/coronavirus#tab=tab_1

Yahya, A. N. (2020, April 14). Tetapkan Kebijakan Covid-19, Pemda Perlu Perhatikan
Pemerintah Pusat. Retrieved from kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/14/21334871/tetapkan-kebijakan-
covid-19-pemda-perlu-perhatikan-pemerintah-pusat

31
Negeri, T. K. K. D., 2020. Pedoman Umum untuk Menghadapi Pendemi COVID-19
Bagi Pemerintah Daerah (Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis,dan Manajemen.
Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.

Wang Zhou, M., 2020. The Coronavirus Prevention Handbook. Guangzhou, China:
Guangzhou Medical University.

Data Sebaran Covid – 19 update, Gugus Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia,


2020 <www.covid19.go.id>

Annisa Amalia Ikhsania, d. A. P., 2020. Siapa Saja Orang Yang Rentan Terinfeksi
Virus Corona?. 01 April.

WHO, 2020. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report - 88. 17 April.

Dwi Hapsari, P. S. (2009). Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan.
Endang Sutisna Sulaeman, B. M. (2015). Aplikasi Model PRECEDE-PROCEDE Pada
Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kedokteran Yarsi , 149-164.
Indonesia, K. K. (2018). Metode Pembinaan Krida Bina Lingkungan Sehat. Jakarta.
Kompas.com. (2020, Maret 12). Retrieved from https://jeo.kompas.com/mengapa-jaga-
jarak-penting-untuk-cegah-penyebaran-corona diakses pada 15 April pukul 16.15
WIB
Purnama, S. G. (2016). Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan .
Rahmawati, A. N. (2016). Aplikasi Adaptation Model Of Nursing dan PRECEDE-
PROCEDE Model Dalam Pengembangan Instrumen Pengkajian Komunitas Pada
Lansia Dengan Depresi.

Kompas. 2020. Social Distancing dan Hambatannya dalam Sosio-Kultural Indonesia.


Retrieved April 18, 2020, from Kompas.com:
https://amp.kompas.com/tren/read/2020/03/30/142329065/social-distancing-
dan-hambatannya-dalam-sosio-kultural-indonesia

32
Maharani, E. 2018. Teori Lawrence Green .[skripsi] Retrieved April 18, 2020, from
https://repository.unimus.ac.id/2529/4/BAB%202%20fiks.pdf

Memontum. 2020. Aktifkan JSG Tempat Karantina, Jember Berlakukan Karantina


Pemudik dari Zona Merah. Retrieved April 18, 2020, from Memontum.com:
https://memontum.com/111003-aktifkan-jsg-tempat-karantina-jember-
berlakukan-karantina-pemudik-dari-zona-merah

33

Anda mungkin juga menyukai