Dosen Pengampu:
Iken Nafikadini, S.KM., M.Kes
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Febriyanti Ayuningtyas 172110101006
Ferlian Primadini 172110101022
Maria Yohana Sinaga 172110101027
Rita Tri Wahyuni 172110101028
Andryana Martha F 172110101059
Afton Ilman Huda 172110101067
Dyah Pramita F 172110101101
Meilinia Farda K 172110101115
Regita Eka Ayu 172110101119
Nur Aziza W 182110101044
Esterlita Putri 182110101059
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................28
3.2 Saran.........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
2
BAB 1 PENDAHULUAN
3
publik terkait COVID-19 adalah himbauan masyarakat agar tetap tenang dan waspada,
koordinasi dengan instansi terkait, pemberian akses informasi ke media, serta pengarus
utamaan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) [ CITATION Men20 \l 1033 ] . Upaya
yang dilakukan pemerintah merupakan suatu bentuk pencegahan berbasis komunitas
pada seluruh lapisan masyarakat dan berbagai elemen yang tentunya tidak dengan
mudah dalam pelaksanannya. Oleh karena itu, kami akan mengkaji keterkaitan antara
COVID-19 dengan komunikasi kesehatan yang telah dilaksanakan ditinjau dari teori
PRECEDE-PROCEED di Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian tengah semester mata kuliah Pengembangan & Pengorganisasian
Masyarakat dengan mengatahui hubungan antara perilaku masyarakat dengan
COVID-19.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB 2 PEMBAHASAN
4
2.1 Fase 2 Analisis Epidemiologi
5
pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan
plastik dan stainless steel, SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam
aerosol selama tiga jam. Rantai penularan COVID 19 yaitu yang pertama melalui
kontak karena ada droplet dan kontak langsung dengan penderita, dengan adanya
droplet tadi virus ini bertahan lama serta virus corona ini dapat bertahan lama di cuaca
yang sejuk daripada cuaca panas, sehingga di Indonesia cuaca yang panas akan
menyebabkan virus ini cepat mengering dan mati. Selain itu, factor musim lain yaitu
seperti pergerakan populasi (misalnya, migrasi yang cukup besar selama Festival
Musim Semi di Cina) membuat penyakit infeksi pernapasan lebih mudah terjangkit di
musim dingin dan musim gugur. Mobilisasi antar negara yang saat ini berkembang
pesat dan mudah membuat penularan dari orang – orang dari Negara terjangkit
menyebar ke Negara yang belum terjangkit.
6
transplantasi organ atau sumsum tulang, serta orang yang
mengonsumsi obat kortikosteroid dosis tinggi atau obat penekan
kekebalan lainnya juga rentan terinfeksi virus corona.
3. Tenaga medis atau petugas kesehatan
tenaga medis atau petugas kesehatan yang harus merawat pasien yang
terinfeksi secara terus menerus sehingga potensi dirinya terpapar sangat
tinggi karena bersinggungan langsung dengan pasien. Mengingat risikonya
sangat tinggi, para tenaga medis perlu menerapkan prosedur, protokol,
dan penggunaan alat pelindung diri tertentu guna mencegah penularan
virus corona
Menurut [ CITATION Fir15 \l 1033 ] pada fase ketiga , kegiatan diagnosis terhadap
faktor- faktor perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan masalah masalah
kesehatan yang ditunjukkan pada fase sebelumnya. Identifikasi dilakukan secara
spesifik terkait masalah- masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku. Demikian
juga dilakukan identifikasi terhadap faktor lingkungan sebagai faktor dari luar yang
berhubungan dengan masalah- masalah kesehatan dan kualitas hidup. Faktor lingkungan
dapat dikontrol dan dimodifikasi sedemikian rupa untuk dapat menanggulangi masalah
kesehatan dan kualitas hidup. Tahap ini bertujuan untuk menentukan faktor- faktor
perilaku dan lingkungan yang memiliki dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID
-19) terhadap kualitas hidup. Tahap ini turut berperan dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang perlu diintervensi oleh strategi program pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan
Menurut [ CITATION Rah16 \l 1033 ] untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang
mempengaruhi status kesehatan, digunakan indikator perilaku seperti pemanfaatan
pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, pola konsumsi makanan, kepatuhan dan upaya
pemeliharaan sendiri (self care). Lalu untuk mengidentifikasi lingkungan diperlukan
lima tahap yaitu membedakan penyebab perilaku dan non perilaku, menghilangkan
penyebab non perilaku yang tidak bisa diubah , melihat important faktor lingkungan,
melihat change ablity faktor lingkungan, memilih target lingkungan atau (dari faktor
7
fisik , biologis dan sosial budaya yang langsung atau tidak mempengaruhi derajat
kesehatan).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang
pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID -19) bahwa dalam menekan penyebaran Corona
Virus Disease 2019 semakin meluas, Menteri Kesehatan dapat menetapkan pembatasan
sosial berskala besar contohnya seperti peliburan sekolah dan kerja, pembatasan
kegiatan keagamaan.
Pada faktor perilaku meliputi pencegahan, pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Contoh perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan personal hygiene. Kemenkes RI
memberikan informasi mengenai cara memutus penularan wabah Corona Virus Disease
2019 (COVID -19) dalam faktor perilaku dengan cara: jaga jarak aman > 1 meter
dengan orang lain agar dapat meminimalkan kontak yang terlalu dekat yang
memungkinkan kita terpapar cipratan cairan sistem pernafasan atau droplet dari orang
lain. Lalu , perlu pengunaan masker dan tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut
sebelum mencuci tangan. Meningkatkan imunitas tubuh dengan mengkonsumsi
makanan sehat dan berolahraga. Olahraga merupakan gaya hidup yang memiliki
dampak penting terhadap kesehatan seseorang, terutama saat kondisi wilayah sedang
terkena wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID -19) . Selain itu, untuk
meningkatkan personal hygiene dapat menggunakan sarung tangan saat berpergian
karena virus dapat menempel di mana saja terutama di transportasi umum seperti bus,
kereta, dan tempat publik. Untuk gaya hidup lainnya, yaitu untuk sementara waktu
membatasi kerumunan dan pertemuan kelompok, serta membatasi transportasi umum
ketika mendesak.
Namun masih terdapat perilaku buruk di masyarakat karena belum mempunyai
kesadaran atas pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain sehingga dapat
menyebarkan virus dengan mudah, yaitu seperti : tidak menutup hidung dan mulut
ketika batuk atau bersin. Lalu , sering menyentuh wajah terutama saat wabah ini
berlangsung , dapat berpotensi terjadi transmisi seperti kuman, virus, dan bakteri ke
dalam tubuh, hal ini ketika sering terjadi, maka seseorang akan semakin rentan terhadap
penyakit. Perilaku buruk lainnya yaitu, kebanyakan orang lupa menjaga personal
8
hygiene dengan mencuci tangan menggunakan sabun dengan cara yang baik dan benar ,
walaupun terdengar sepele namun hal ini dapat meningkatkan penyebaran virus Corona
Virus Disease 2019 (COVID -19).
Pada faktor lingkungan meliputi :
1. Rumah sehat yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan yang memungkinkan penghuni rumah memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. [ CITATION Kem18 \l 1033 ] Namun ketika rumah tidak mampu
terjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal maka , dapat dengan mudah
menyebarkan penyakit karena kriteria rumah sehat yang belum terpenuhi dengan
baik. Persyaratan rumah sehat juga perlu didukung dengan pencahayaan alami
sebagai penerangan yang dapat mengurangi kelembapan ruangan, serta dapat
membunuh kuman dengan sinar UV dari sinar matahari.
2. Kepadatan hunian juga dapat mempengaruhi status kesehatan di masyarakat.
Faktor kepadatan hunian ini seperti jumlah keluarga dan masyarakat yang
berpotensi meningkatkan risiko penyebaran suatu penyakit terutama wabah
COVID-19 karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan.
Semakin padat penghuni rumah, maka akan semkain mudah penyebaran suatu
penyakit.
3. Status sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, karena
masyarakat yang memiliki level ekonomi sosial yang rendah, akan
mempengaruhi pelayanan atau akses terhadap kesehatan. Terutama pada wabah
COVID-19 , masyarakat yang memiliki level ekonomi rendah, dalam
keikutsertaan untuk karantina dan pembatasan sosial berbasis besar cenderumg
acuh karena mereka harus mencukupi kebutuhan sehari- hari.
4. Penyediaan air bersih untuk mendukung kegiatan mencuci tangan dengan sabun
sesring mungkin untuk membantu menghentikan pandemic COVID-19 di
Indonesia. Cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir merupakan kunci
utama untuk mencegah penyebaran COVID-19.
5. Hygiene sanitasi lingkungan dengan cara rajin mencuci tangan sebelum sdan
setelah memegang gagang pintu, dan setelah setelah dari toilet, karena virus
seperti COVID-19 dapat menyebar dengan cepat di lingkungan padat orang,
seperti pasar, mal, bandara, sekolah, dan lain- lain. Terutama pada kebersihan di
9
tempat kerja, karena sebagian besar aktivitas dilakukan di tempat kerja, hygiene
sanitiasi tempat kerja dapat dilakukan dengan cara membersihkan tempat kerja
menggunakan disinfektan untuk membersihkan meja, mouse komputer, dan
benda benda kantor lainnya.
10
terlepas dengan kebiasaan dalam kebersamaan, kerja sama, solidaritas dan interaksi
sosial lainnya. Social distancing juga menyebabkan masyarakat sedikit kesusahan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang membuat masyarakat bisa
menyerbu tempat-tempat perbelanjaan sehingga kontak fisik bisa terjadi. Kemuadian
juga berkenaan dengan fasilitas sanitasi dan higiene di area publik seperti tempat cuci
tangan lengkap dengan sabun masih terbatas. Padahal penerapan cuci tangan dengan
sabun merupakan salah satu imbauan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus
corona.
3. Faktor Reinforcing
Faktor reinforcing merupakan faktor pendorong serta penguat yang bisa mempengaruhi
perilaku seseorang. Biasanya faktor reinforcing ini berasal dari orang lain seperti orang
tua, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun petugas kesehatan.
Pembatasan sosial berskala besar atau disingkat PSBB yang diberlakukan pemerintah
termasuk di dalamnya adalah larangan untuk melakukan mudik bagi masyarakat
perantauan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan virus corona semakin
besar. Beberapa daerah juga sudah memberlakukan larangan mudik bagi warganya yang
sedang berada di luar daerah. Seperti Kota Jember misalnya yang menerapkan larangan
mudik bagi warga Jember dari wilayah zona merah virus corona. Jika ada pemudik dari
zona merah yang masuk Jember akan dikarantina di Stadion JSG selama 14 hari atau
memilih kembali ke tempat perantauan sebelumnya. Meskipun beberapa daerah
menerapkan larangan mudik ini, masih saja terdapat banyak orang yang nekat
melakukan mudik. Hal ini tidak bisa terlepas dari dorongan keluarga untuk kembali ke
kampung halaman karena kekhawatiran ada anggota keluarga yang terkena virus
corona.
11
pengembangan dan pelaksanaan strategi atau intervensi program kesehatan. Deangkan
pada diagnosa kebijakan dilakukan untuk menilai kesesuaian antara strategi program
kesehatan dengan strategi oraganisasi yang diberikan [ CITATION Sul15 \l 1057 ].
Pada tahap ini dilakukan untuk menilai sumberdaya, kebijakan, organisasi serta
kebutuhan anggaran yang memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan strategi atau
intervensi program terkait COVID-19 di Indonesia. Dalam hal ini masyarakat dan
tenaga medis berperan sebagai sumberdaya yang berpengaruh terhadap penyebaran
COVID-19. Keterbatasan sumber daya tenaga medis di indonesia menjadi salah satu
hambatan dalam menangani kasusu COVID-19 di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
jumlah penderita COVID-19 melebihi kapasitas tenaga medis yang ada di Inonesia.
Pada kenyataannya dalam keadaan yang mendesak ini dilakukan upaya untuk mengatasi
hal tersebut dengan mencari relawan yang salah satunya sebagai tenaga medis untuk
menangani kasus ini. Dalam [ CITATION Far20 \l 1057 ] menyatakan bahwa di Indonesia
terdapat relawan COVID-19 dengan jumlah lebih dari 23.000 orang, namun jumlah
tersebut masih kurang untuk menangani masalah ini. Oleh karena itu dalam kutipannya
menyatakan bahwa semua orang yang berlatas belakang di dunia medis diharapkan
untuk terus mendaftar menjadi relawan COVID-19 karena untuk memenuhi kebutuhan
sumberdaya di rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat COVID-19. Selain dari
tenaga medis keterbatasan APD juga menjadi hambatan dalam pencegahan dan
penanganan COVID-19. Semakin menambahnya kasus baru dan kematian serta
kesakitan karena COVID-19 menjadi hal penting yang harus ditangani sesegera
mungkin. Hal ini perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat agar kasus COVID-
19 terhenti dan tidak semakin menyebar luas.
Beberapa upaya telah dilakukan semaksimal mungkin oleh pemerintah dan
masyarakat melalui promosi kesehatan terkait penularan COVID-19. Salah satu aksi
nyata promosi kesehatan terkait COVID-19 dilakukan di Banyuwangi. Petugas Dinas
Kesehatan, kepolisian dan TNI di Banyuwangi juga melakukan sosialisasi ke desa-desa
tanpa terkecuali pada desa yang pelosok. Selain itu terdapat keterlibatan Babinsa dan
Bhabinkamtibmas di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwang dalam
sosialisasi COVID-19. Dalam sosialisasinya dijelaskan terkait PHBS yang dapat
menjadi alternatif dalam pencegahan COVID-19 [ CITATION Ard20 \l 1057 ]. Sosialisasi
banyak dilakukan didaerah-daerah lainnya untuk mengantisipasi masyarakat terkait
12
kasus COVID-19. Peran masyarakat dalam kasus ini yaitu mematuhi peraturan yang
dibuat oleh pemerintah serta kebijakan yang ada pada setiap daerah. melakukan
pembatasan kegiatan sosial untuk menekan penularan COVI-19. Perlunya kerjasama
antara pemerintah, tenaga medis, serta masyarakat untuk mengatasi hal ini. Namun pada
kenyatannya hingga saat ini masih banyak masyarakat yang melanggar aturan yang
telah ditentukan untuk melakukan kekarantinaan secara mandiri maupun pembatasan
kegiatan sosial. Misalnya dengan masih keluar rumah dengan alasan yang tidak penting,
mengadakan kerumunan seperti nongkrong di warung kopi dan lain-lainnya. Meskipun
beberapa daerah telah meerapkan lockdown namun masih banyak masyarakat tidak
menjalankan kebijakan yang ada sehingga hal itu menjadi salah satu alasan kasus baru
setiap harinya semakin menambah.
Setiap daerah telah menetapkan kebijakannya masing-masing dalam mengatasi
masalah ini namun tetap beracuan kebijakan dari pemerintah. Pemerintah telah
menetapkan kebijakan yang salah satunya tentang karantina wilayah yang diterbitkan
oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Pemerintah menetapkan kebijakan untuk pembatasan sosial dalam skala yang
besar. Kegiatan dalam program tersebut meliputi minimal yanga harus dilakukan :
1. Peliburan sekolah dan tempat kerja (shcool and work from home).
2. Pembatasan kegiatan keagamaan.
3. Pembatasan kegiatan di tempat /fasilitas umum.
Kegiatan yang melibatkan kegiatan sosial untuk sementara ditiadakan atau di alihkan
dengan kegiatan yang dilakukan dari rumah dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja, dan ibadah penduduk. kebijakan tersebut
telah tertuang dalam PP Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19).
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
dengan memperhatikan pertimbangan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 20 1 9 (COVID- 1 9). Kegiatan kekarantinaan
dilakukan sesuai dengan UU RI Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan
Kesehatan. Kegiatan kekarantinaan dilakukan dengan karantina rumah, karantina
wilayah, karantina rumah sakit, atau pembatasan sosial berskala besar yang didasarkan
13
pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber
daya, teknis operasional, pertimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan.
Pemerintah Pusat bertanggung jawab menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan di
pintu masuk (pelabuhan dan bandara) dan di wilayah secara terpadu.
Upaya kesehatan terhadap COVID-19 yang dilaksanakan masyarakat didukung
oleh sumberdaya lokal berupa tenaga, dana, dan sumberdaya alam. Pemerintah
melakukan pengaturan pembatasan pembelian untuk menghindari panik berbelanja,
penguatan kebijakan ekonomi untuk mengatasi dampak covid-19, Komunikasi publik
kepada masyarakat dan dunia usaha sebelum memberlakukan karantina wilayah serta
memastikan Ketersedian pasokan dan stabilitas harga barang kebutuhan dan mekanisme
distribusi. Selain pemerintah dalam masayarakat beberapa perangkat desa juga
menetapkan kebijakan masing-masing di setiap daerahnya. Dalam [ CITATION Ach20 \l
1057 ], kepala daerah memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan daerahnya
masing-masing namun harus eap emperhatikan kebijkan pemerinntah agar bisa seirama
dan lebih efektif serta efisien untuk menangani kasus COVID-9 ini. Perangkat desa
berfungsi untuk pemantauan warganya dalam menekan persebaran kasus COVID-19
seperti melakukan pengawasan (monitoring) pada masayarakat agar tetap melaksanakan
dan mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan pada masing-masing daerah. pemerintah
juga tetap melakukan monitoring dan evaluasi dalam skala besar untuk mengetahui
keefektifan kebijakan yang telah dibuat dalam upaya mengangani dan menekan
penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia.
14
Program Pembatasan Sosial Berskala Besar bertujuan untuk mencegah meluasnya
penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Bentuk Kegiatan :
Tata Laksana :
15
1. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar diusulkan oleh
gubernur/bupati/walikota kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
2. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan memperhatikan
pertimbangan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 20 1 9 (COVID- 1 9).
3. Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-L9) dapat mengusulkan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan untuk menetapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar di wilayah tertentu.
4. Apabila menteri yang menyclenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan menyetujui usulan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), kepala daerah di wilayah
tertentu wajib melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Sasaran :
a. jumlah kasus dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar
secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah; dan
b. terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain.
Kemudian setiap daerah harus menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut :
16
4. Kesiapan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan antara lain
obat-obat suportif (life saving), alat-alat kesehatan, APD serta melengkapi
logistik lainnya.
5. Kesiapan bahan-bahan KIE antara lain brosur, banner, leaflet serta media untuk
melakukan komunikasi risiko terhadap masyarakat.
6. Ketersediaan pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk petugas
kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan rujukan RS.
Pembiayaan:
1. Kebutuhan hidup dasar bagi orang dan makanan hewan ternak menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat.
2. Kehidupan dasar seluruh orang yang berada di rumah sakit menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
3. Bagi pasien dalam pengawasan yang dirawat di RS rujukan maka pembiayaan
perawatan RS ditanggung oleh Pemerintah dan anggaran lain yang tidak
mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN
Waktu pelaksaan:
Program Pembatasan Sosial Berskala Besar dilaksankan mulai 31 maret 2020 sejak
dikelurkannya peraturan pemerintah republic Indonesia no 21 tahun 2020
17
PSBB di Jakarta telah dimulai sejak 10 April 2020. Pada 3 hari pertama setelah
resmi diberlakukan, daerah Jakarta sepi, lalu lintas lengang dan masyarakat
berkegiatan di rumah. Namun pada hari berikutnya situasi berbeda, pergerakan
orang lebih tinggi dibandingkan 3 hari sebelumnya. Peningkatan ini dapat dilihat
berdasarkan jumlah kendaraan yang menuju Jakarta pada hari keempat
pemberlakuan PSBB. Selain itu juga masih ada perusahaan yang tidak
menerapkan sistem bekerja dari rumah untuk karyawannya.
2. Kabupaten Bekasi
PSBB di Jakarta dimulai pada 15 April 2020. Pada hari pertama pelaksanaan
PSBB di Kabupaten Bekasi, masih banyak kendaraan yang melintas meskipun
para pengendara sudah menggunakan masker.
3. Kota Bekasi
PSBB di Kota Bekasi resmi dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari
pertama, mayoritas pengendara yang melintas sudah tertib dengan aturan PSBB.
Seperti pemakaian masker serta penumpang mobil pribadi atau angkutan umum
hanya diperbolehkan 50 persen dari kapasitas yang ada. Sedangkan untuk
kondisi lalu lintas, di sejumlah titik perbatasan mulai mengalami penurunan
sebesar 10-15 persen dibanding hari-hari sebelumnya.
4. Kota Depok
PSBB di Kota Depok dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari pertama
pelaksanaan PSBB, Gubernur Jawa Barat menilai pelaksanaan PSBB di Kota
Depok masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat
yang melanggar dan berada di jalan-jalan Kota Depok. Pelanggaran yang
dilakukan masyarakat seperti berkumpul di warung dan banyak warga yang
tidak menggunakan masker.
5. Kabupaten Bogor
PSBB di Kabupaten Bogor dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari pertama
pemberlakuan PSBB di Kabupaten Bogor masih menemui banyak kendala.
Kendala tersebut karena banyaknya masyarakat yang belum memahami PSBB.
Masih banyak masyarakat yang berada di jalan-jalan dan tidak memakai masker.
Selain itu masih banyak pabrik yang tetap buka meski sudah diberlakukan
PSBB.
18
6. Kota Bogor
PSBB di Kota Bogor dilaksanakan pada 15 April 2020. Pada hari pertama
pelaksanaan PSBB, Gubernur Jawa Barat menilai pelaksanaan PSBB di Kota
Bogor berjalan baik. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah kendaraan yang
masuk Kota Bogor lewat pintu Tol Jagorawi mencapai 50 persen.
Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar:
1. Proses belajar mengajar dan bekerja dilakukan di rumah
Saat ini kegiatan belajar mengajar di sekolah diganti dengan belajar dirumah.
Hal ini sudah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan mulai dari TK hingga
SMA, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta di seluruh Indonesia.
Sedangkan untuk jenjang perguruan tinggi menerapkan metode perkuliahan
jarak jauh (daring). Para pekerja pun dihimbau untuk bekerja dilakukan
dirumah. Namun kebijakan ini belum diterapkan sepenuhnya di Indonesia. Hal
ini disebabkan karena ada beberapa sektor informal yang tidak memungkinkan
untuk melakukan pekerjaan dari rumah.
2. Pembatasan kegiatan sosial dan budaya
Pasca adanya himbauan dari pemerintah untuk tetap berada dirumah, masih
banyak masyarakat yang melakukan aktivitas berkumpul seperti biasa maupun
berada di jalan-jalan. Sehingga di beberapa daerah apabila masih terdapat
masyarakat yang berkumpul maka akan dikenakan sanksi dari pihak berwajib.
Di Jakarta, semua acara yang mengundang keramaian akan dibubarkan.
3. Pembatasan transportasi
Terdapat peraturan yang mengatur tentang pembatasan transportasi sebagai
upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yaitu Peraturan Menteri Perhubungan
RI Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Namun
masih terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan, misalnya seperti sepeda
motor hanya diperbolehkan untuk 1 penumpang (tidak boleh berboncengan)
namun masih ada pengendara sepeda motor yang berboncengan. Begitupun
untuk mobil, yang seharusnya hanya diisi separuh dari kapasitas, namun ada
yang diisi full penumpang.
4. Pembatasan kegiatan keagamaan
19
Kegiatan keagamaan di tempat ibadah untuk saat ini telah dihentikan untuk
sementara waktu. Selama penghentian sementara kegiatan keagamaan di tempat
ibadah, warga dianjurkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dirumah
masing-masing. Namun masih tetap ada masyarakat di beberapa wilayah yang
melakukan kegiatan keagamaan di tempat ibadah.
5. Pembatasan kegiatan ditempat atau fasilitas umum
Tempat atau fasilitas umum dilarang dibuka untuk umum kecuali pada tempat-
tempat yang telah ditentukan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan
dasar penduduk. Pembatasan tempat atau fasilitas umum dikecualikan untuk:
a. Supermarket, minimarket, pasar, toko atau tempat penjualan obat-obatan
dan peralatan medis, kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang
penting, bahan bakar minyak, gas dan energy
b. Fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam rangka pemenuhan
pelayanan kesehatan
c. Tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk
lainnya termasuk kegiatan olahraga
A. Implementasi Keluarga
Berdasarkan program pemerintah terkait penyebaran Covid-19 yaitu pembatasan
social berskala besar yang bertujuan untuk mencegah meluasnya persebaran Covid-19.
Kegiatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19 yaitu tidak melakukan aktifitas diluar
rumah atau dalam artian individu akan lebih sering beraktifitas di dalam rumah bersama
keluarga, oleh sebab itu peran keluarga sangatlah penting dalam kegiatan program
tersebut dimana sesama anggota keluarga tetap saling memotivasi untuk tetap dirumah
dan melakukan aktifitas di dalam rumah. Hal ini membutuhkan suatu strategi dalam
pelaksaan pencegahan penyebaran Covid-19 untuk individu/keluarga.
Strategi mitigasi berdasarkan tingkat penyebaran atau dampak covid-19 untuk
individu/kelompok [ CITATION Kem201 \l 1033 ], sebagai berikut:
20
1. Individu/keluarga harus megetahui informasi dan perkembangan lokal kasus
tentang Covid-19. Informasi dapat dijangkau melalui social media atau dari
situs yang terpercaya misal dari kementrian kesehatan, dinas kesehatan, atau
dari situs web setiap daerah.
2. Individu/keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala serta langkah yang
harus dilakukan mengenai Covid-19, seperti:
- Tetap dirumah saat individu/keluarga mengalami sakit atau mengalami
gejala-gejala infeksi Covid-19
- Menghubungi kantor penyedia layanan kesehatan atau tenaga medis
sebelum melakukan kunjungan
- Membatasi pergaulan pada komunitas atau organisasi yang berada di
sekitar
- Membatasi pengunjung yang akan berkunjung kerumah
individu/kelompok
3. Mengetahui langkah-langkah tambahan apa yang harus diambil oleh mereka
yang berisiko tinggi dan rentan. Lansia dan semua individu yang sangat
rentan terhadap penyakit dapat melakukan kegiatan tambahan misal
menyiapkan kebutuhan khusus seperti obat-obatan, masker, serta makanan,
selalu jaga jarak dengan orang lain, menghindari kontak dekat dengan orang
yang sakit, dan lebih banyak tinggal di rumah.
4. Menerapkan tindakan perlindungan pribadi seperti :
- Tetap tinggal dirumah saat sakit
- Tetap beraktifitas di dalam rumah
- Mencuci tangan setelah melakukan aktifitas.
- Membersihkan permukaan yang sering di sentuh setiap hari
5. Merencanakan aksi tindakan rumah tangga jika salah satu anggota keluarga
mengalami infeksi akibat covid-19 yaitu sebagai berikut :
- Mempersiapkan persediaan resep selama 2 minggu beserta obat-obatan,
makanan, dan kebutuhan pokok lainnya
- Tetapkan cara untuk tetap berkomunikasi dengan orang lain (keluarga,
teman, dan rekan kerja)
21
- Tetapkanrencana untuk mengerjakan pekerjaan rumah misal kebutuhan
pengasuhan anak dan bagaimana beradaptasi dengan acara-acara yang
harus dibatalkan
6. Memahami tentang rencana operasi darurat untuk sekolah/tempat kerja
anggota rumah tangga
b. Strategi dalam kondisi menengah:
1. Terus memantau inormasi lokal tentang Covid-19
2. Terus mempraktikan tindakan perlindungan pribadi
3. Terus menerapkan rencana rumah tangga
4. Individu/keluarga yang berisiko tinggi menderita penyakit parah harus
mempertimbangkan untuk tetap tinggal dirumah dan menghindari pertemuan
atau siatuasi lain yang berpotensi terjadi pemaparan, termasuk melakukan
perjalanan jarak jauh
c. Strategi dalam kondisi berat:
1. Terus memantau informasi lokal
2. Terus mempraktikan tindakan perlindungan pribadi
3. Terus menerapkan rencana rumah tangga
4. Semua individu harus ikut membatasi gerakan dalam masyarakat dan
beradaptasi dengan gangguan dalam kegiatan rutin (penutupan sekolah,
tempat kerja, atau rumah ibadah) sesuai dengan panduan dari pemerintah
daerah setempat.
22
ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dahak dari orang yang terinfeksi
(melalui batuk dan bersin) dan jika menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus.
Virus ini dapat berttahan selama bebrapa jam di permukaan.
Penulan virus COVID-19 yang semakin pesat dengan bertambahnya kasus,
maka dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun
2020 dalam rangka menekan penyebaran COVID-19 yang semakin meluas untuk
mempertahankan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam aspek biologis individu.
Menetapkan pembatasan sosial berskala besar merupakan cara untuk memutus rantai
penularan virus.
Gejala COVID-19 yang ditumbulkan kepada manusia yaitu demam, kelelahan dan
batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung
tersumbat, pilek, myalgia dan diare jarang terjadi pada kasus yang parah. Hipoksemia
dapat terjadi setelah satu minggu onset penyakit, bahkan yang lebih buruk dapat
berkembang cepat menjadi gangguan pernafasan akut, syok septik, disfungsi perdarahan
dan batuk serta kegagalan banyak organ (Kemendagri, 2020). Kelompok lansia dan
kelompok yang memang memiliki penyakit bawaan merupakan kelompok yang rentan
terkena virus ini.
Terjadinya perubahan-perubahan seperti penjelasan diatas terkait dampak dan
gejala fisik yang ditimbulkan COVID-19, perubahan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari,
maka akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Penangan perlu
dilakukan melalui pendekatan yang dilihat dari aspek biologis. Berasarkan buku
pedoman umum menhadapi pandemic COVID-19 bagi pemerintah daerah untuk
perawatan terduga covid
1. Terapi umum
Memastikan pasien mendapatkan nutrisi cukup dan menjaga keseimbangan air
dan elektrolit dalam tubuh pasien dan mengawsi tanda vital pasien
2. Lokasi yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit
Kasus terduga dan kasus positif segera ditangani dan diisolasi di RS.
3. Terapi pengobatan tradisional
Pengobatan trasdisional diarahkan untuk penguatan daya tahan tubuh. Tubuh
manusia dan hewan memiliki mekanisme unik untul mencegah berbagai
pathogen berbahaya seperti virus, bakteri, jamur dan parasite.
23
Kementrian Kesehatan RI memberikan informasi terkait memutuskan cara
penularan COVID 19 yaitu :
1. Menjaga jarak aman > 1 meter dengan orang lain
2. Menggunakan masker
3. Tidak menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan
4. Meningkatkan sistem imunitas tubuh dnegan memakan makanan sehat dan
olahraga
Selain itu, pemerintah pusat juga memberikan pemenuhan kebutuhan hidup dasar
bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi karena adanya pembatasan sosial.
24
1. Risiko terinfeksi dan menginfeksi orang lain, terutama jika penularan COVI-19
masih belum ada kejelasan
2. Gejala umum masalah kesehatan seperti demam bisa disalahartikan sebagai
COVID-19 yang menimbulkan kekhwatiran berlebih
3. Risiko penurunan fisik dan jiwa pada kelompok rentan, jika pengasuh dikarantina
dan tidak terdapat layanan dan dukungan lain
Selain itu situasi kedaruratan juga memberikan tekanan tersendiri bagi tenaga
kesehatan yang berada di garis terdepan, faktor penyebab stress tambahan selama wabah
COVID-19 bisa jadi lebih berat, seperti (WHO, 2020) :
1. Stigmatisasi pada petugas yang menangani pasien COVID-19 dan jenazahnya
2. Tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi (waktu kerja lama, jumlah pasien
meningkat, penanganan yang berubah karenan mengikuti perkembangan
informasi terbaru)
3. Rasa takut petugas menularkan pada keluarga dan teman
4. Sulit mendapatkan dukungan sosial karena jadwal kerja padat dan adanya stigma
5. Kurang kesempatan untuk perawatan dasar bagi dirinya sendiri
Sebagian rasa takut ini muncul dari adanya wabah yang ada namun juga banyak
muncul karena kurangnya pengetahuan, rumor dan informasi COVID-19 yang tidak
tepat. Dalam menangani kebutuhan kesehatan jiwa dan psikososial, pendekatan yang
diambil tidak bisa seragam. Dalam hal ini penting untuk kebutuhan masing-masing
kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya kelompok yang mungkin sulit
mengakses informasi terkait COVID-19. Pendektan DKJPS harus menyesuaikan
kebutuhan masyarakat terdampak COVID-19 dan dapat diakses dan disesuaikan untuk
kebutuhan anak, usia lanjut, kelompok rentan. Beberapa implementasi pendekatan
terkait psikologi dalam wabah COVID-19 (WHO, 2020) :
1. Intervensi 1 : Membantu lansia mengatasi stress selama wabah COVID-19
a) Memberikan dukungan emosional melalui keluarga dan tenaga kesehatan
jiwa pada lansia, terutama yang diisolasi, demensia, resah, terkait wabah, dll
b) Memberikan perhatian lebih pada lansia yang hidup sendiri, demensia, status
ekonomi rendah salah satunya dengan cara menyiapkan kebutuhan medis dan
keseharian untuk meringankan kehawatiran
25
c) Memberikan informasi yang akurat dengan bahasa yang mudah dipahami
terkait COVID-19
d) Memberikan lansia latihan fisik sederhana di rumah/karantina agar aktif
bergerak dan tidak bosan
2. Intervensi 2 : Mendukung kebutuhan penyandang disabilitas selama wabah
COVID-19
Penyandang disabilitas serta pengasuhnya menghadapi tantangan yang bisa
menghalami dalam mengakses perawatan COVID-19, halangan ini bisa
menimbulkan stress tambahan bagi penyandang disabilitas dan pengasuhnya.
a) Pesan komunikasi yang mudah diakses perlu dikembangkan agar
memudahkan penyandang disabilitas mendapatkan invormasi terkait wabah
b) Jika pengasuh perlu di karantina, harus ada rencana untuk memastikan tetap
ada dukungan bagi penyandang disabilitas
3. Intervensi 3 : Pesan dan Kegiatan untuk membantu anak-anak menghadapi stress
selama wabah COVID-19.Anak-anak dapat menanggapi situasi sulit/meresahkan
dengan cara yang berbeda seperti merasa marah atau resah, sering berubah
suasana hati, menjadi lebih manja, dll. Dukung orang tua atau pengasuh dengan
kegiatan untuk anak selama isolasi/karantina di rumah. Kegiatan ini sebaiknya
menjelaskan mengenai wabah COVID-19 yang tsedang terjadi namun juga tetap
menjaga anak agar tetap aktif selama tidak masuk sekolah seperti
a) Permainan mencuci tangan
b) Menceritakan tentang perjalan virus sampai masuk kedalam tubuh
c) Menggambar virus atau mikroba yang kemudian diwarnai oleh anak
4. Intervensi 4 : Kegiatan DKJPS untuk orang dewasa dalam isolasi/karantina
a) Melakukan olahraga
b) Mengurangi waktu mendengarkan rumor
c) Mencari informasi dari sumber yang terpercaya
d) Membaca buku dan majalah
5. Intervensi 5 : Mendukung orang yang terlibat dalam respon COVID-19
Tetap penuhi kebutuhan dasar anda, pastikan ada jeda istirahat selama jam kerja,
lakukan kegiatan fisik dan tetap menjalin komunikasi dengan keluarga dan temun
meskipun berada di karantina
26
6. Intervensi 6 : Pesan-pesan DKJPS masyarakat selama wabah COVID-19
a) Jika anda harus tetap tinggal di rumah, tetap jaga gaya hidup sehat
b) Merasa sedih, kahwatir, bingung takut saat krisis itu normal. Bicaralah pada
orang yang anda percayai atau hubungi keluarga dan teman
c) Kurangi waktu anda dan keluarga melihat berita yang meresahkan
d) Jangan mengkonsumsi tembakau, alcohol atau obat-obatan lain untuk
mengatasi perasaan anda
27
Berskala Besar (PSBB) yaitu pembatasan kegiatan masyarakat di suatu wilayah yang
diduga terinfeksi Covid-19. Hal ini dapat diterapkan di beberapa daerah, tidak hanya di
kota-kota besar saja. Kegiatan ini meliputi pembelajaran secara online bagi siswa dan
mahasiswa, mengurangi kegiatan diluar rumah jika tidak ada keperluan yang penting
dan mendesak, pembatasan interaksi sosial atau berkumpul dengan banyak orang dan
pembatasan penggunaan transportasi umum.
28
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Corona virus (COVID 19) adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru-paru (pneumonia).Selain virus SARS-CoV-2 atau virus
Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara
lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala. Gejala awal infeksi virus
Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk
kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja,
tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut
usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya
tahan tubuhnya lemah, misalnya pada penderita kanker. Dalam penanganan Covid-19 di
Indonesia, pemerintah sudah membuat beberapa regulasi agar rantai penyebaran
penyakit ini bisa diputus. Pemerintah telah menetapkan kebijakan yang salah satunya
social distancing atau physical distancing dan karantina wilayah yang diterbitkan oleh
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik
29
Indonesia.Selain itu pemerintah menetapkan kebijakan untuk pembatasan sosial dalam
skala yang besar. Kegiatan dalam program tersebut meliputi : Peliburan sekolah dan
tempat kerja (shcool and work from home). Pembatasan kegiatan keagamaan.
Pembatasan kegiatan di tempat /fasilitas umum.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arum, R. (2020). Pembatasan Sosial di Indonesia Akibat Virus Corona Ditinjau dari
Sudut Pandang Politik.
Farisa, F. C. (2020, April 16). Pendaftaran Relawan Covid-19 Masih Dibuka, Butuh
Tenaga Medis. Retrieved from Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/16/13432941/pendaftaran-relawan-
covid-19-masih-dibuka-butuh-tenaga-medis
30
Kemendagri. (2020). Pedoman Umum Menhadapi Pandemi COVID-19 Bagi
Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis, dan Manajemen.
Pedoman Umum, 1-212.
Mona, N. (2020). Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial untuk Meminimalisasi Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona di Indonesia). Jurnal Sosial
Humaniora Terapan, Volume 2 No. 2.
Sulaeman, E. S., Murti, B., & Waryana. (2015). Aplikasi Model Preceed-Proceed pada
Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kedokteran Yarsi Volume
23 Nomor 3 , 149-164.
Yahya, A. N. (2020, April 14). Tetapkan Kebijakan Covid-19, Pemda Perlu Perhatikan
Pemerintah Pusat. Retrieved from kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/14/21334871/tetapkan-kebijakan-
covid-19-pemda-perlu-perhatikan-pemerintah-pusat
31
Negeri, T. K. K. D., 2020. Pedoman Umum untuk Menghadapi Pendemi COVID-19
Bagi Pemerintah Daerah (Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis,dan Manajemen.
Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.
Wang Zhou, M., 2020. The Coronavirus Prevention Handbook. Guangzhou, China:
Guangzhou Medical University.
Annisa Amalia Ikhsania, d. A. P., 2020. Siapa Saja Orang Yang Rentan Terinfeksi
Virus Corona?. 01 April.
WHO, 2020. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report - 88. 17 April.
Dwi Hapsari, P. S. (2009). Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan.
Endang Sutisna Sulaeman, B. M. (2015). Aplikasi Model PRECEDE-PROCEDE Pada
Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kedokteran Yarsi , 149-164.
Indonesia, K. K. (2018). Metode Pembinaan Krida Bina Lingkungan Sehat. Jakarta.
Kompas.com. (2020, Maret 12). Retrieved from https://jeo.kompas.com/mengapa-jaga-
jarak-penting-untuk-cegah-penyebaran-corona diakses pada 15 April pukul 16.15
WIB
Purnama, S. G. (2016). Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan .
Rahmawati, A. N. (2016). Aplikasi Adaptation Model Of Nursing dan PRECEDE-
PROCEDE Model Dalam Pengembangan Instrumen Pengkajian Komunitas Pada
Lansia Dengan Depresi.
32
Maharani, E. 2018. Teori Lawrence Green .[skripsi] Retrieved April 18, 2020, from
https://repository.unimus.ac.id/2529/4/BAB%202%20fiks.pdf
33